Anda di halaman 1dari 7

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

URAIAN UMUM

Tahap pelaksanaan pekerjaan merupakan tahap yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu
proyek. Hal ini membutuhkan pengaturan serta pengawasan pekerjaan yang baik, sehingga dapat
diperoleh hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.
Oleh karena itu, perlu disiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pekerjaan, rencana
kerja, serta tenaga pelaksana, khususnya tenaga ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan
dengan baik serta dapat mengambil keputusan mengenai masalah yang muncul di lapangan.
Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan secara profesional dengan mengikuti aturan dan
spesifikasi yang ada, serta menggunakan material dan peralatan yang sudah ditetapkan, hal ini akan
menghasilkan konstruksi yang baik yang sesuai dengan perencanaan. Metode pelaksanaan harus dipilih
sesuai dengan kondisi lapangan, jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume pekerjaan, serta biaya.
Sebagai langkah awal dalam pelaksanaan, kontraktor harus memiliki dokumen awal pelaksanaan,
seperti berita acara, gambar-gambar detail, RKS, dan dokumen lainnya. Selanjutnya, kontraktor membuat
shop drawing sebagai gambar detail pelaksanaan dan as built drawing sebagai laporan akhir gambar-
gambar yang sesuai dengan pelaksanaan.
Dalam bab ini, penulis akan menguraikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan selama mengikuti kerja
praktek di proyek Apartemen Bintaro Icon – Jombang Raya, Tangerang Selatan.

Metode Pelaksanaan Konstruksi

Sebelum dilakukan pelaksanaan pengecoran, maka kualitas mutu beton harus dicek terlebih
dahulu. Pengecekan dilakukan dengan metode uji kuat tekan beton dengan silinder dan metode uji
slump. Slump menjadi indikator dalam kualitas suatu beton, selain itu sifat beton yang kita inginkan
seperti workability yang baik. Dalam Proyek Apartemen Bintaro Icon sebelum diadakan pengecoran,
concrete truk mixer yang datang membawa adukan beton harus dilakukan metode uji slump.

Jika slump test memenuhi syarat dan uji tekan sudah sesuai kuat tekan dengan disyaratkan maka
baru bisa dilaksanakan pengecoran. Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket yang diangkut
secara vertical melalui tower crane. Cara mengukur derajat “mampu dikerjakan” / workability yaitu
dengan metode yang paling popular adalah mengukur dengan alat slump.
Pengukuran dengan menggunakan alat slump ini bertujuan untuk mengukur tinggi penurunan adukan beton
setelah dilepas dari alat slump yang digunakan. Tinggi slump menunjukkan derajat kemampuan
dikerjakan dari adukan yang diukur. Slump yang tinggi menunjukkan, bahwa adukan beton terlalu cair
(terlalu banyak air) dan sebaliknya.
Untuk mengukur tinggi slump digunakan alat yang dinamakan alat slump, yang terdiri dari :
a) Corong baja yang berbentuk konus berlubang pada kedua ujungnya.

Bagian bawah berdiameter 20 cm, bagian atasnya berdiameter 10 cm dan tinggi konus 30
cm
b) Tongkat baja dengan diameter 16 mm dan panjangnya 60 cm, dengan bagian ujung-ujung
tongat berbentuk bulat
Cara pengukuran tinggi slump dilakukan sebagai berikut :

a) Corong baja diletakkan diatas tempat yang rata dan tidak menghisap air, dengan posisi
diameter corong yang besar dibagian bawah dan diameter kecil dibagian atas
b) Mengambil adukan beton dengan menggunakan sekop kemudian masukkan adukan tersebut
kedalam corong dengan hati – hati sampai setinggi kira-kira 1/3 tinggi corong
c) Kemudian tusuk – tusuk adukan didalam corong dengan tongkat baja sebayak 25 kali
d) Isi lagi corong dengan adukan hingga tinggi kira kira 2/3 tinggi corong
e) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali
f) Isikan lagi adukan beton kedalam corong hingga corong penuh
g) Tusuk –tusuk lagi sebanyak 25 kali
h) Isi lagi corong hingga penuh
i) Ratakan permukaan adukan beton didalam corong
j) Bersihkan adukan yang ada disekeliling /luar corong
k) Angkat corong vertical keatas dengan hati – hati jangan sampai tepi corong menyinggung
adukan beton
l) Letakkan corong disamping adukan tadi dengan posisi (berdiri) terbalik dan letakkan
tongkat baja mendatar diatas corong hingga sebagian tongkat berada diatas adukan beton
tadi
m) Ukur jarak antara bagian bawah tongkat baja dengan adukan beton yang tertinggi
n) Jarak itulah yang disebut tinggi slump
o) Saat mengisikan adukan kedalam corong, corong harus dipegang agar tidak berguncang saaat
diisi. Saat menusuk nusuk corong tidak boleh tersinggung oleh tongkat
Adukan beton yang mudah dikerjakan atau dtuang dan dipadatkan dalam cetakan, biasanya
mempunyai nilai slump anatara 7 cm samapi 12 cm.

Metode Pelaksanaan Struktur


Pekerjaan Kolom
a. Pendahuluan
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban
aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang
paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang),
serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom.
Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya,
sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan.
Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom
menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama
untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles
atau saat terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton.
Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan
gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Dimensi kolom direncanakan sesuai beban yang diterima, umumnya
dimensi kolom pada dasarnya adalah tipikal untuk setiap lantai. Kolom ada dua
macam yaitu Kolom Utama dan kolom Praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya sedangkan kolom praktis adalah kolom yang
berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil.
Kolom dalam bangunan gedung bertingkat sangat penting untuk diperhatikan, terutama kolom
pada lantai dasar, baik dari segi perencanaan maupun dari segi pelaksanaan. Perencanaan kolom
harus betul–betul diperhitungkan secara matang, sebab apabila terjadi kesalahan, maka akan terjadi
keruntuhan bangunan. Pelaksanaan pekerjaan kolom tersebut harus sesuai dengan perencanaan.
b. Metode Pelaksanaan
Berikut ini akan diuraikan bagian dalam pelaksanaan pembuatan kolom :
1. Fabrikasi Pembesian Kolom
Fabrikasi besi kolom merupakan kegiatan membengkokan dan memotong baja tulangan sesuai
kebutuhan dimensi yang direncanakan. Proses fabrikasi besi difabrikasi di area yang telah ditentukan.
Semua material besi yang difabrikasi seperti panjang tulangan, diameter tekukan, dan pembuatan
tulangan begel harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perencanaan. Besi merupakan
material yang sangat penting dalam beton bertulang, sehingga perlu dijaga mutu dan kualitasnya.

2. Penentuan As Kolom
Titik-titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang berupa pengukuran dan
pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak
kolom. Untuk kolom-kolom utama titik- titik as-nya terletak pada as pile cap rencana.
Untuk menjamin ketepatan, maka sebelum pekerjaan kolom perlu dilakukan pengukuran ulang
untuk memeriksa titik-titik as kolom tersebut. Cara penentuan letak as-as kolom adalah dengan
menggunakan theodolith. Untuk kolom yang terletak pada lantai pertama, pengukuran dilakukan setelah
pembesian pile cap dan tie beam selesai, berdasarkan as-as bangunan rencana.
Posisi as kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan as kolom pada lantai sebelumnya. Posisi as
harus sentris kedudukannya terhadap as kolom pada lantai sebelumnya, untuk itu dilakukan pengecekan
dengan menggunakan tali, unting- unting, dan meteran.
Pengecakan tersebut dilakukan dalam dua arah sampai diperoleh posisi kolom yang sebenarnya.
Untuk kolom-kolom lain yang terletak pada lantai yang
sama/sejajar dapat ditentukann posisinya berdasarkan kolom acuan yang sudah ditentukan sebelumnya.
3. Pembesian kolom
Pembesian kolom dilakukan sebelum pemasangan bekisting. Pembesian kolom dilakukan secara
terpisah, artinya antara besi dan tulangan pokok dengan beugel/sengkang dilaksanakan ditempat lain. Besi
tulangan pokok dipasang terlebih dahulu dan setelah semua tulangan pokok untuk semua zona lantai telah
dikerjakan semua, kemudian dipasang tulangan sengkang. Tinggi tulangan yang dipasang rata–rata
mencapai ketinggian dua lantai dan dilebihkan satu meter untuk overlap dengan tulangan kolom
yang dilantai atasnya.
Dalam penulangan kolom perlu diperhatikan hal–hal antara besi yang digunakan, jumlah besi pada
kolom, jarak antar beugel, dan bending pada beugel.
4. Pemasangan Bekisting Kolom
Bekisting yang digunakan fabrikasi dilapangan. Bekisting menggunakan material baja. Pada
prinsipnya pekerjaan pemasangan bekisting pada tiap–tiap kolom adalah sama. Untuk menjaga posisi
bekisting kolom tetap tegak maka selama pengecoran, bekisting kolom diberi pengaku. Untuk
mempermudah pemasangan, maka diberi bantuan marking garis. Ketepatan vertikal dan horizontal
dalam pemasangan bekisting harus diperhatikan. Hal–hal yang harus diperhatikan sebelum mengadakan
pemasangan cetakan/bekisting adalah :
a) Mengolesi permukaan bekisting sebelah dalam dengan minyak agar dapat memudahkan dalam
pelepasan pengecoran.
b) Diberi beton decking untuk menjaga jarak antar sisi bekisting dengan baja tulangan sehingga
terbentuk ruang untuk selimut beton.
5. Pengecoran Kolom
Setelah bekisting selasai dipasang, maka diadakan pengecekan posisi kolom oleh surveyor
dengan menggunakan theodolith. Hal ini untuk menjaga kelurusan bangunan dan ketepatan pemasangan
kolom.
Sebelum melakukan pengecoran, persiapan yang dilakukan antara lain:
a) Tenaga kerja dipersiapkan
b) Koordinasi dengan perusahaan beton dilakukan minimal sehari sebelumnya, sehingga pada
saat pengiriman beton ready mix tidak terlambat untuk pengecoran kolom.
c) Jika pengecoran diperkirakan dilakukan sampai malam hari, penerangan harus sudah siap
sebelumnya
d) Permukaan sebelah dalam dari bekisting harus sudah dibersihkan dari bahan–bahan yang dapat
mengganggu proses pengecoran.
e) Bekisting dari kayu yang dikhawatirkan adanya pengisapan air oleh kayu, kayu harus terlebih
dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh
f) Penempatan tulangan-tulangan seluruhnya harus sudah sesuai dengan as shop drawing dan telah
cukup diberi beton decking sehingga pengecoran pemadatan beton nantinya tidak akan
menyebabkan tulangan-tulangan bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton mulai
mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih diizinkan dalam batas dimana beton masih
dapat dikerjakan tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan dalam
waktu 20 menit sesudah keluar dari mesin pengaduk. Kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu
dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton. Cara pengerjaan pengecoran dikerjakan
sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan (segregesi).
Setelah penuangan beton yaitu pemadatan dengan menggunakan alat
mekanis yang disebut vibrator.Untuk menghilangkan udara yang terdapat antara dinding dan spesi
beton juga di dalam campuran beton itu sendiri dilakukan pemadatan. Karena kalau tidak dilakukan
maka udara akan membentuk ruang kosong dalam beton. Ruang kosong itu sangat merugikan bagi
kualitas beton, selain kekuatannya berkurang hasil cor nya akan buruk dan berongga. Metode pemadatan
yang dilakukan adalah dengan tangan dan jarum penggetar.
6. Pembongkaran Bekisting Kolom
Pembongkaran bekisting kolom dilakukan 6 jam setelah pengecoran.. Diasumsikan bahwa beton
telah mengeras dan semen telah mencapai waktu ikat awal. Pembongkaran bekisting harus
mendapatkan izin terlebih dahulu dari pengawas proyek dan pada saat proses pelepasan dilakukan
dengan hati-hati untuk menghindarkan kolom dari kerusakan. Bekisting yang telah dilepas tersebut
dibersihkan bagian permukaan dalamnya serta diolesi pelumas untuk kemudian dipasang pada kolom
berikutnya.

7. Perawatan Beton kolom


Untuk menjaga supaya permukaan beton tidak retak maka sewaktu beton mengeras perlu
perawatan. Fungsi utama dari perawatan ini adalah :
a) Menghindarkan kehilangan zat cair yang banyak ketika pengerasan beton pada jam–jam awal.
b) Menghindarkan kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan beton pada suhu yang
tinggi.
c) Menghindarkan perbedaan temperature dalam beton yang mengakibatkan retakan pada beton.
Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara menggenangi permukaan
beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi. Dengan demikian retak–
retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari.

Pekerjaan Balok dan Plat Lantai


a. Pendahuluan
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menompang lantai diatasnya.
Plat lantai merupakan komponen struktur yang menyalurkan beban ke balok akibat beban yang bekerja di
atasnya baik berupa beban mati (dead load) maupun berupa beban hidup (live load). Plat ini terjepit
semua sisinya, sehingga plat mempunyai kelenturan dalam dua arah yang disebut two way slab. Dalam
perancangan plat ini perlu diperhitungkan lendutan yang terjadi. Untuk mengurangi lendutan yang
terjadi, maka bentang plat diperkecil dengan memasang balok anak. Balok merupakan
komponen struktur yang
berfungsi sebagai penerima beban-beban dari plat yang diteruskan ke kolom.

Dalam proyek ini, jenis balok terdiri atas balok induk dan balok anak. Balok induk adalah
penghubung antar kolom dan berfungsi untuk menerima beban yang bekerja pada plat dan beban terpusat
yang merupakan reaksi dari balok anak. Semua beban dari balok induk tersebut diteruskan ke kolom.
Balok anak berfungsi untuk mengurangi lendutan yang terjadi pada plat.
b. Metode Pelaksanaan
Berikut ini akan diuraikan bagian pembagian dalam pelaksanaan pembuatan balok :
1. Penentuan As Balok dan Plat Lantai
Penentuan as balok dan plat lantai mengikuti posisi kolom. Terutama balok yang berhubungan
langsung dengan kolom. Hal yang sangat diperhatikan adalah posisi elevasi pelat lantai dan balok.
Penentuannya adalan sebagai berikut:
a. Dari dasar kolom diukur setinggi 1 m dan diberi elevasi pada kolom tersebut.
b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi elevasi yang sama.
c. Dari elevasi tersebut, digunakan sebagai patokan yaitu diukur sesuai tinggi yang diinginkan
sebagai elevasi dasar bekisting balok dan pelat.
2. Pembuatan serta pemasangan Bekisting Balok dan Plat

Cara pemasangan bekisting plat adalah dengan bahan multiplex tebal + 22 mm yang ditahan oleh
balok kayu ukuran 5/7 cm di bawahnya, kemudian didukung oleh scaffolding. Pemasangan bekisting
plat dibuat bersamaan dengan bekisting balok, sehingga menjadi satu kesatuan. Pemasangan
bekisting harus
dibuat rapat, agar air semen tidak keluar pada saat pengecoran.
Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dan plat lantai, adalah sebagai berikut :

a. Scaffolding dipasang dengan posisi melintang dari balok. Ujung scaffolding dipasang kayu
dengan ukuran 8/12 untuk penyangga bekisting balok dan plat.
b. Rangka dari bekisting plat dan balok dipakai kayu 5/7 yang dipasang melintang terhadap balok
8/12 dan diikat dengan paku.
c. Sebagai penutup dari kayu tersebut maka digunakan multipleks yang telah diolesi oli.
d. Untuk bekisting balok, sisi luarnya diberi penguat dari besi
e. Untuk bekisting pelat lantai, maka pada setiap sambungan multipleks harus ditunjang oleh
kayu 5/7 sehingga tidak bocor
3. Penulangan Balok dan plat lantai
Penulangan balok disesuaikan dangan gambar kerja dan dilakukan setelah pemasangan bekisting
selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Panjang lewatan, yaitu panjang sambungan jika 2 besi disambung. Panjang lewatan sebesar 40D.
b. Panjang penyaluran, yaitu panjang besi yang masuk kedalam balok pada pertemuan di joint – joint.
Panjang penyaluran sebesar ld.
c. Diperhatikan jumlah dan posisi besi serta jarak antar sengkang
d. Tebal selimut beton Penulangan Pelat Lantai.
Pada pembesian plat lantai maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Untuk menjamin selimut beton cukup tebal, maka diberi beton decking.
b. Untuk menjaga jarak antar tulangan atas dengan tulangan bawah tetap maka perlu dipasang
kaki ayam, diletakkan pada daerah tumpuan antara tulangan atas (tarik) dan tulangan bawah
(tekan)
Tahap-tahap penulangan pelat :
a. Pemasangan tulangan pelat dilakukan setelah penulangan balok serta bekisting balok dan
pelat selesai.
b. Penulangan harus sesuai dengan gambar perencanaan.

4. Pengecoran Balok dan Pelat Lantai


Pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan metode yang sama dengan pengecoran
kolom. Sebelum diadakan pengecoran diadakan pemeriksaan terlebih dahulu, yaitu:
a. Pemeriksaan bekisting. Termasuk didalamnya cek elevasi dengan menggunakan waterpass dan
kerapatan antar bekisting. Selain itu juga diperhatikan kebersihan bekisting dari potongan benda
dan serpihan- serpihan lain yang nantinya disa mengganggu kualitas beton. Tebal selimut
beton juga harus dicek kembali. Apabila ada beton decking yang pecah, maka diganti
yang baru.
b. Pemeriksaan tulangan, termasuk didalamnya cek jumlah, jarak penempatan, panjang
lewatan, penyaluran dan kaitan.
Dalam proses pengecoran, terdapat metode yang dinamakan metode stop cor. yaitu pembatasan
area pengecoran. Hal ini dikarenakan menghemat biaya ataupun karena mengejar schedule. Selain itu
disebabkan karena pengerjaan pelat lantai dangan sistem pembagian zona. Yang perlu diperhatikan
dalam metode stop cor antara lain:
a. Batas yang efisien atau menguntungkan dalam pelaksanaan pemutusan pengecoran lantai dan balok
yaitu berada pada jarak 1/5 bentang dari tumpuan atau 1 meter.
b. Untuk pelat lantai kamar mandi harus dilakukan sekali cor, untuk menghindari retak dan bocor.
c. Tiap penyambungan dengan beton baru harus ditambah bahan adiktif

5. Pembongkaran Bekisting balok dan pelat


Pembongkaran bekisting balok dan pelat dilakukan setelah beton mencapai
80 % kekuatan maksimumnya. Pada proyek ini, pembongkaran bekisting dilakukan pada waktu beton
berumur ± 6 hari. Untuk pembongkaran bekisting harus mendapat persetujuan dari pengawas.
6. Perawatan Beton Balok dan Pelat
Perawatan beton dilakukan setiap hari selama 2 minggu dengan cara menggenangi permukaan
beton dengan air sehingga penguapan berlebih dari beton dapat dikurangi. Dengan demikian
retak–retak beton yang timbul akibat pengaruh cuaca dapat dihindari sedangkan perawatan yang
lain adalah:
a. Pada saat pembongkaran bekisting dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya
pengelupasan atau cacat pada beton.
b. Apabila hasil pengecoran terjadi cacat, maka dilakukan penambalan dengan campuran beton
yang hampir sama dengan karakteristik kekuatannya campuran beton baru menggunakan
adiktif.

Anda mungkin juga menyukai