Oleh:
Kelompok I
Kelas : V A
I. TUJUAN
1. Menentukan kelarutan kristal asam oksalat pada berbagai suhu.
2. Menentukan kalor pelarutan diferensial kristal asam oksalat.
II. DASAR TEORI
Kelarutan adalah jumlah zat yang dapat larut dalam sejumlah pelarut sampai
membentuk larutan jenuh. Adapun cara menentukan kelarutan suatu zat ialah dengan
mengambil sejumlah tertentu pelarut murni, misalnya 1 liter. Kemudian
memperkirakan jumlah zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh, yang ditandai
dengan masih terdapatnya zat padat yang tidak larut. Setelah dikocok ataupun diaduk
akan terjadi kesetimbangan antara zat yang larut dengan zat yang tidak larut.
Suatu larutan jenuh merupakan keseimbangan dinamis. Kesetimbangan tersebut
akan dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam
larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat
endotermik. Pengaruh kenaikkan suhu pada kelarutan zat berbeda satu dengan yang
lainnya.
Kelarutan suatu zat dalam suatu pelarut, konstanta kesetimbangan antara padatan
dan larutan jenuh dapat dinyatakan sebagai
G2* = G2*o + RT ln α2*
Dimana G2*o adalah energi bebas standar, a2 adalah aktifitas solute dalam
kelarutan dan a2* adalah aktivitas pada solute murni.
G2* = G2*o + RT ln α2*
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul-molekul zat yang larut
dan tidak larut. Keseimbangan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
A (s) A (l)
A (s) adalah molekul zat tidak larut, dan A (l) adalah molekul zat terlarut.
Tetapan keseimbangan proses pelarutan tersebut adalah sebagai berikut.
az az
K o
m
az 1 ……………………………………………………………… (1)
az = keaktivan zat yang terlarut
1
azo = keaktivan zat yang tidak larut (bernilai 1 untuk zat padat dalam keadaan
standar)
= koefisien keaktivan zat yang terlarut
m = kemolalan zat yang terlarut (karena larutan jenuh sering disebut kelarutan)
hubungan tetapan keseimbangan suatu proses dengan suhu diberikan oleh isobar
reaksi Van’T Hoff sebagai berikut.
ln K H o
T
RT 2
p
……………………………………………………………………(2)
Ho = perubahan entalpi proses
R = tetapan gas ideal
Persamaan (1) dan (2) memberikan:
ln m H DS
T
RT 2
p
……………….…………………………………………… (3)
HDS = kalor pelarutan diferensial pada konsentrasi jenuh.
Selanjutnya persamaan 3, dapat diuraikan menjadi:
ln m ln m H DS
x
ln m T RT 2
ln ln m H DS
ln m 1 T RT 2
………………………………………………………….(4)
ln
ln m dapat diabaikan sehingga persamaan (4) dapat dituliskan menjadi:
d ln m H D S d log m H DS
2
atau
dT RT d (1 / T ) 2,303R
Dengan demikian HDS dapat ditentukan dari arah garis singgung (slope) pada
kurva log m terhadap 1/T. apabila HDS tidak tergantung pada suhu, maka grafik log
m terhadap 1/T akan linear. Integgrasi persamaan (5) antara suhu T 1 dan T2
memberikan:
m(T2 ) H DS T2 T1
log x
m(T1 ) 2,303R T2T1 …………………………………………………(6)
2
d ln ms (H ds )m
ms
1 R
d
T
Dengan menggunakan anggapan tersebut, harga ∆HDS dapat dihitung dari slope
antara ln ms terhadap 1/T. Sedangkan sebagian perbandingan kita memperoleh nilai
kelarutan dari literatur Kirk Othmer 3 edition dimana pada temperatur 0–60 oC
kelarutan asam oksalat dapat ditulis sebagai fungsi temperatur sebagai berikut.
S 3,42 0,168t 0,0048t 2
Dari persamaan ini terlihat bahwa harga kelarutan asam oksalat akan semakin
besar seiring dengan kenaikan temperatur larutan. Diferensial dari larutan asam
oksalat pada suhu-suhu tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
suhu pada penentuan kelarutan dan panas pelarutan diferensial dari larutan asam
oksalat jenuh tersebut.
3
IV. PROSEDUR KERJA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 3. ProsedurKerja dan Hasil Pengamatan
No. Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1 Alat praktikum dirangkai seperti Rangkaian alat percobaan
pada gambar disamping, dimana
tabung dilengkapi dengan batang
pengaduk dan termometer.
4
Gambar 3. Larutan asam oksalat diambil
sebanyak 5 mL.
5 Dilakukan pengambilan yang sama Larutan H2C2O4.2H2O dengan suhu 42°C
pada suhu 42C, 32C, 22C, dan diencerkan hingga 50 mL.
12C. Larutan H2C2O4.2H2O dengan suhu 32°C
diencerkan hingga 50 mL.
Larutan H2C2O4.2H2O dengan suhu 22°C
diencerkan hingga 50 mL.
Larutan H2C2O4.2H2O dengan suhu 12°C
diencerkan hingga 50 mL.
6 Kelima larutan yang sudah Larutan NaOH berwarna bening tak berwarna
diencerkan dititrasi menggunakan Indikator metal merah berwarna merah.
larutan NaOH dan metal merah
sebagai indikatornya.
5
Tabel 3.2 Hasil Titrasi Larutan II (Suhu
42°C)
Volume H2C2O4 Volume NaOH 1 M
2 mL 0,4 mL
2 mL 0,5 mL
2 mL 0,5 mL
Rata-rata 0,46 mL
V. ANALISIS DATA
1. Pengambilan larutan pada suhu 52°C
a. Molaritas Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
Vasam oksalat. Masam oksalat = VNaOH. MNaOH
5 mL. Masam oksalat = 0,66 mL. 1 M
Masam oksalat = 0,132 M
b. Konsentrasi awal Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
V1. M1 = V2. M2
6
5 mL. M1 = 50 mL. 0,132 M
M1 = 1,32 M
c. Kelarutan Kristal H2C2O4.2H2O
mol=1,32 M × 0,05 L
mol=0,066 mol
massa=mol × massamolar
massa=0,066 mol ×126 gr /mol
massa=8,316 gr
Maka kelarutan dalam gr/L adalah:
gram
S=
L
8,316 gram gr
S= =166,32
0,05 L L
Jadi, kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 52oC adalah 166,32
gram/L. Jika kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 52oC diubah
dalam bentuk molalitas, maka dapat dihitung dengan cara berikut.
ρ air = 1 gr/mL
kg pelarut =ρ ×V
gr
kg pelarut =1 ×5 mL
mL
kg pelarut =5 gr =0,005 kg
Maka konsentrasi larutan dalam molal:
mol
m=
kg pelarut
0,066 mol
m=
0,005 kg
m=13,2 m
2. Pengambilan larutan pada suhu 42°C
a. Molaritas Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
Vasam oksalat. Masam oksalat = VNaOH. MNaOH
5 mL. Masam oksalat = 0,46 mL. 1 M
Masam oksalat = 0,092 M
b. Konsentrasi awal Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
V1. M1 = V2. M2
5 mL. M1 = 50 mL. 0,092 M
7
M1 = 0,92 M
c. Kelarutan Kristal H2C2O4.2H2O
mol=0,92 M × 0,05 L
mol=0,046 mol
massa=mol × massamolar
massa=0,046 mol ×126 gr /mol
massa=5,796 gr
Maka kelarutan dalam gr/L adalah:
gram
S=
L
5,796 gram gr
S= =115,92
0,05 L L
Jadi, kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 42oC adalah 115,92
gram/L. Jika kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 42oC diubah
dalam bentuk molalitas, maka dapat dihitung dengan cara berikut.
ρ air = 1 gr/mL
kg pelarut =ρ ×V
gr
kg pelarut =1 ×5 mL
mL
kg pelarut =5 gr =0,005 kg
Maka konsentrasi larutan dalam molal:
mol
m=
kg pelarut
0,046 mol
m=
0,005 kg
m=9,2m
3. Pengambilan larutan pada suhu 32°C
a. Molaritas Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
Vasam oksalat. Masam oksalat = VNaOH. MNaOH
5 mL. Masam oksalat = 0,9 mL. 1 M
Masam oksalat = 0,18 M
b. Konsentrasi awal Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
V1. M1 = V2. M2
5 mL. M1 = 50 mL. 0,18 M
M1 = 1,8 M
8
c. Kelarutan Kristal H2C2O4.2H2O
mol=1,8 M × 0,05 L
mol=0,09 mol
massa=mol × massamolar
massa=0,09 mol ×126 gr /mol
massa=11,34 gr
Maka kelarutan dalam gr/L adalah:
gram
S=
L
11,34 gram gr
S= =226,8
0,05 L L
Jadi, kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 32oC adalah 226,8
gram/L. Jika kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 32oC diubah
dalam bentuk molalitas, maka dapat dihitung dengan cara berikut.
ρ air = 1 gr/mL
kg pelarut =ρ ×V
gr
kg pelarut =1 ×5 mL
mL
kg pelarut =5 gr =0,005 kg
Maka konsentrasi larutan dalam molal:
mol
m=
kg pelarut
0,09 mol
m=
0,005 kg
m=18 m
4. Pengambilan larutan pada suhu 22°C
a. Molaritas Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
Vasam oksalat. Masam oksalat = VNaOH. MNaOH
5 mL. Masam oksalat = 0,63 mL. 1 M
Masam oksalat = 0,126 M
b. Konsentrasi awal Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
V1. M1 = V2. M2
5 mL. M1 = 50 mL. 0,126 M
M1 = 1,26 M
c. Kelarutan Kristal H2C2O4.2H2O
9
mol=1,26 M × 0,05 L
mol=0,063 mol
massa=mol × massamolar
massa=0,063 mol ×126 gr /mol
massa=7,938 gr
Maka kelarutan dalam gr/L adalah:
gram
S=
L
7,938 gram gr
S= =158,76
0,05 L L
Jadi, kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 22oC adalah 158,76
gram/L. Jika kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 22oC diubah
dalam bentuk molalitas, maka dapat dihitung dengan cara berikut.
ρ air = 1 gr/mL
kg pelarut =ρ ×V
gr
kg pelarut =1 ×5 mL
mL
kg pelarut =5 gr =0,005 kg
Maka konsentrasi larutan dalam molal:
mol
m=
kg pelarut
0,063 mol
m=
0,005 kg
m=12,6 m
5. Pengambilan larutan pada suhu 12°C
a. Molaritas Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
Vasam oksalat. Masam oksalat = VNaOH. MNaOH
5 mL. Masam oksalat = 0,7 mL. 1 M
Masam oksalat = 0,14 M
b. Konsentrasi awal Larutan H2C2O4.2H2O saat Titrasi
V1. M1 = V2. M2
5 mL. M1 = 50 mL. 0,14 M
M1 = 1,4 M
c. Kelarutan Kristal H2C2O4.2H2O
mol=1,4 M ×0,05 L
10
mol=0,07 mol
massa=mol × massamolar
massa=0,07 mol ×126 gr /mol
massa=8,82 gr
Maka kelarutan dalam gr/L adalah:
gram
S=
L
8,82 gram gr
S= =176,4
0,05 L L
Jadi, kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 12oC adalah 176,4
gram/L. Jika kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 12oC diubah
dalam bentuk molalitas, maka dapat dihitung dengan cara berikut.
ρ air = 1 gr/mL
kg pelarut =ρ ×V
gr
kg pelarut =1 ×5 mL
mL
kg pelarut =5 gr =0,005 kg
Maka konsentrasi larutan dalam molal:
mol
m=
kg pelarut
0,07 mol
m=
0,005 kg
m=14 m
11
Dari data di atas dapat dibuat grafik yang mengalurkan hubungan antara 1/T
dengan log m, adapun grafiknya adalah sebagai berikut.
1.2
f(x) = 174.15 x + 0.54
1 R² = 0.08
0.8
log m
log m
0.4
0.2
0
0 0 0 0 0 0 0
1/T
ΔH DS
d log m=− d ( 1/T )
perumusan secara teoritis, dimana 2, 303 R , dimana y = d log m,
ΔH DS
−
gradien = 2,303 R , dan x = d ( 1/T ) , sehingga dapat dihitung ΔH DS sebagai
berikut.
ΔH DS
2,303 R = 174,15
ΔH DS = 32,8875 J/mol
VI. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan
suatu zat. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu
12
dinaikkan, dikarenakan proses pelarutan bersifat endotermik. Pada praktikum
kelarutan sebagai fungsi suhu ini digunakan asam oksalat (H2C2O4). Kelarutan asam
oksalat sebagai fungsi suhu ditentukan dengan membuat larutan asam oksalat jenuh
yang kemudian ditentukan jumlah asam oksalat dalam larutan pada suhu tertentu
dengan metode titrasi.
Tahap pertama dalam praktikum ini adalah pelarutan kristal H2C2O4.2H2O dalam
labu Erlenmeyer yang berisi 50 mL aquades yang telah dipanaskan hingga suhunya
60oC. Tujuan dari pemanasan aquades ini adalah agar kristal asam oksalat
(H2C2O4.2H2O) nantinya lebih cepat melarut. Setelah suhu aquades mencapai 60oC,
dilakukan penambahan asam oksalat sedikit demi sedikit ke dalam aquades sambil
dilakukan pengadukan sampai larutan menjadi jenuh yang ditandai dengan adanya
padatan asam oksalat yang tidak melarut. Terdapatnya kristal asam oksalat yang
tidak melarut mengindikasikan bahwa larutan telah jenuh yang berarti bahwa larutan
mengandung asam oksalat dengan jumlah maksimal yang dapat dilarutkan oleh
aquades, sehingga jika ditambahkan kristal asam oksalat maka kristal tersebut tidak
akan bisa melarut lagi.
Labu erlenmeyer yang berisi larutan asam oksalat jenuh kemudian dimasukkan ke
dalam gelas kimia 250 mL. Gelas kimia ini berfungsi sebagai selubung. Selanjutnya
gelas kimia serta labu Erlenmeyer dimasukkan kembali ke dalam gelas kimia yang
ukurannya lebih besar yang berisi air pada suhu ruangan. Tujuan digunakan gelas
kimia selubung pada praktikum ini agar labu Erlenmeyer yang berisi larutan jenuh
asam oksalat tidak bersentuhan langsung dengan air sehingga penurunan suhu
berlangsung dengan lambat dan bisa teramati dengan baik. Larutan asam oksalat
yang jenuh selanjutnya didinginkan hingga suhunya turun menjadi 52oC kemudian
diambil sebanyak 5 mL dan diencerkan hingga 50 mL. Pengambilan dan
pengenceran larutan dilakukan pada masing-masing suhu yang telah ditentukan,
yakni pada suhu 42℃, 32oC, 22oC, dan 12oC.
13
dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu pada penentuan kelarutan dan panas
pelarutan diferensial dari larutan asam oksalat jenuh tersebut. Pada proses titrasi
yang dilakukan, dapat diamati perubahan warna yang terjadi ketika tercapai titik
akhir titrasi. Dari proses titrasi diamati larutan yang mulanya berwarna merah muda
berubah menjadi berwarna bening kekuningan. Hal tersebut menunjukkan telah
tercapainya titik akhir titrasi. Titrasi diulang sebanyak 3 kali dengan tujuan agar data
yang diperoleh bisa seakurat mungkin. Adapun data yang diperoleh dari titrasi pada
pengambilan larutan suhu 52℃,42℃, 32oC, 22oC, dan 12oC disajikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 6.1 Hasil Titrasi Pertama (Pengambilan Larutan pada Suhu 52oC)
Tabel 6.2 Hasil Titrasi Kedua (Pengambilan Larutan pada Suhu 42oC)
Tabel 6.3 Hasil Titrasi Ketiga (Pengambilan Larutan pada Suhu 32oC)
Tabel 6.4 Hasil Titrasi Keempat (Pengambilan Larutan pada Suhu 22oC)
14
Rata-rata 0,63 mL
Tabel 6.5 Hasil Titrasi Kelima (Pengambilan Larutan pada Suhu 12oC)
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan di atas dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Kelarutan kristal H2C2O4.2H2O pada suhu 52℃,42℃, 32oC, 22oC, dan 12oC
berturut-turut adalah 166,32 gram/L, 115,92 gram/L, 226,8 gram/L, dan 176,4
gram/L.
2. Kalor pelarutan diferensial dapat diketahui dengan menentukan garis singgung
kurva log m terhadap 1/T. Nilai kalor pelarutan diferensial untuk kristal
H2C2O4.2H2O adalah 32,8875 J/mol.
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep – Konsep Inti. Jakarta: Erlangga
Retug, Nyoman., dan I.D.K. Sastrawidana. 2003. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja: Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP
Negeri Singaraja.
15
Wiratini, Ni Made dan I N Retug. 2014. Buku Penuntun Praktikum Kimia Fisika.
Singaraja: UNDIKSHA
16