Anda di halaman 1dari 29

1.

Penulisan Huruf
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, penulisan huruf
menyangkut dua hal, yaitu (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan (2) penulisan
huruf miring.
1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar merupakan huruf yang berukuran dan berbentuk
khusus “lebih besar dari pada huruf biasa”, dan biasanya digunakan sebagai huruf
pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama dari kata pertama nama diri dan
sebagainya
Kaidah penulisan huruf besar atau huruf kapital adalah sebagai berikut.
a. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.


Contoh:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
“Kemarin engkau terlambat,” katanya.

c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan Kitab Suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Allah.
Yang Mahakuasa.
Yang Maha Pengasih.
Quran.
Weda.

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:

1
Sultan Hasanuddin.
MahaputraYamin.
Haji Muhidin.
Raden Ajeng Kartini.
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Wakil Presiden Adam Malik.
Perdana Menteri Nehru.
Profesor Supomo.
Laksmana Muda Udara Husein Sastranegara.
Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.


Contoh:
Amir Hamzah.
Dewi Sartika.
Halim Perdanakusumah.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.

Contoh:
Mesin diesel.

2
10 volt.
5 ampere.

g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh:
Bangsa Indonesia.
Suku Sasak.
Bahasa Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Contoh:
Mengindonesiakan kata asing.
Keinggris-inggrisan.

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Contoh:
September.
Jumat.
Galungan.
Hari Lebaran.
Hari Natal.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Contoh:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.


Contoh:

3
Asia Tenggara.
Banyuwangi.
Cirebon.
Danau Toba.
Dataran Tinggi Dieng.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Contoh:
Berlayar ke teluk.
Mandi di kali.
Menyebrangi selat.
Pergi ke arah tenggara.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai
nama jenis.
Contoh:
gula jawa.
kacang bogor.
pisang ambon.

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi, kecuali kata seperti dan.
Contoh:
Republik Indonesia.
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:

4
Menjadi sebuah republik.
Beberapa badan hukum.
Kerja sama antara pemerintah dan rakyat.

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Contoh:
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Yayasan ilmu-ilmu Sosial.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan .

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkat nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Contoh:
Dr. Doktor.
M.A. Master of Arts.
S.E. SarjanaEkonomi.
S.H. SarjanaHukum.

n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan

5
pengacuan.
Contoh:
“Kapan Bapak Berangkat?” tanya Rani.
Kakak bertanya, “ itu apa, Bu?”
‘Silakan duduk, Dik!” kata Mila.
Besok Paman akan datang.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Contoh:
Kita semua harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.


Contoh:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.

2. Penulisan Huruf Miring


. Huruf miring adalah huruf yang ditulis atau dicetak dengan cara dimiringkan.
Huruf miring mempunyai sejumlah penggunaan, dimana beberapa penggunaan huruf
miring tersebut antara lain untuk menuliskan judul buku atau karangan ilmiah pada suatu
daftar pustaka, untuk nama latin atau nama ilmiah dan penggunaan lainnya.
Kaidah penulisan huruf miring adalah sebagai berikut:
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Majalah Bahasa dan Sastra.
Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Surat kabar Suara Rakyat.

b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,

6
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Huruf pertama kata abad adalah a .
Desi bukan menipu, melainkan ditipu.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing,
kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostama.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi “pandangan dunia”.

2. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
Buku itu sangat tebal.
2. Kata Turunan
Kata dasar yang diberi imbuhan atau bentuk kata terikat.
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)ditulis dengan serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: Bergetar,dikelola, penetapan, mempermainkan.
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh: bertepuk tangan, sebar luaskan.
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.

7
Contoh: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Contoh: antarkota, dwiwarna, demoralisasi.
3. Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh: anak-anak, buku-buku, hati-hati.
4. Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Contoh: Duta besar, kambing hitam, mata pelajaran.
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbukan kesalahan
pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
Contoh: Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru.
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh: Adakalanya, bagaimana, barangkali.
5. Kata Ganti –ku-, -mu, dan –nya.
Kata ganti ku ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku-, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kamu ambil.
Bukuku,bukumu, dan bukunya, tersimpan di dalam laci.
6. Kata depan di, ke, dan dari.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Mari kita berangkat ke pasar.
Dina datang dari Surabaya kemarin.
7. Kata si dan sang.

8
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kepada si pengirim.
8. Partikel

a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apapun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah taka da kendaraan.
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului dan mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp. 2.000,00 per helai.
9. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah salah satu hasil pemendekan yang berupa huruf atau gabungan
huruf yang dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 2008).

- Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Contoh:
A.S Kramawijaya
Suman Hs.
M.B.A Master of Business Administration

9
- Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumentasi resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Contoh:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

- Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Contoh:
dll. dan lain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
- Lambang kimia, singkatan suatu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu cuprum
Kg kilogram
Rp rupiah
b. Akronim adalah bentuk penyingkatan satu kata atau lebih menjadi gabungan beberapa
suku kata yang diperlukan sebagai kata.

- Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf capital.
Contoh:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
- Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata tulis dengan huruf
awal huruf capital.
Contoh:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

10
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
- Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku, kata, ataupun
gabungan huruf dan kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan umum
tilang bukti pelanggaran
10. Angka dan Lambang
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan
lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, L (50), C (100), D (500),
M (1.000), V (5.000), M (1.000.000).
b. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, da nisi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, (iv) kuantitas.

Contoh:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apertemen, atau
kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Tanah Abang I No. 15
Hotel Indonesia, Kamar 169
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan atau kitab suci.
Contoh: Bab X. Pasal 5, halaman 252
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
- Bilangan utuh
Contoh:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
- Bilangan pecahan

11
Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Contoh: Paku Buwono X ; pada awal abad XX ; dalam kehidupan abad ke-20 ; lihan
Bab II ; Pasal 5 ; dalam bab ke-2 buku itu ; di daerah tingkat II itu ; di tingkat kedua
gedung itu ; di tingkat ke-2 itu ; kantor di tingkat II itu.
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Contoh:
Tahun 50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali jika beberapa lambang bilang dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan .
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
j. Angka yang menunjukan bilangan utuh secara besar dapat dieja.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 200 juta jiwa.
k. Bilangan yang tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks,
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh;
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.

12
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 999,75 (Sembilan ratus Sembilan
puluh Sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

3. Pemakaian Tanda Baca


1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh:
Saya suka makan buah.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh:
Irwan S. Gatot

George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.


Contoh:
Anthony Tumiwa
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor)

S.E. (sarjana ekonomi)

Kol. (kolonel)

Bpk. (bapak)

d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai pada satu tanda
titik.

13
Contoh:
dll. (dan lain-lain)

dsd. (dan sebagainya)

tgl. (tanggal)

hlm. (halaman)

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)

01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)

f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa halaman
1305.

Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)

SMA (Sekolah Menengah Atas)

PT (Perseroan Terbatas)

WHO (World Health Organization)

i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
Contoh:

14
Cu (tembaga)
52 M
1 (liter)
Rp 350,00

j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:

Latar Belakang Pembentukan

Sistem Acara

2. Tanda Koma (,)


a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.

Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti tetapi dan melainkan.
Contoh:
Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif .
Kami bukan mengejek, melainkan mengatakan apa adanya.
c. 1. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
2. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:

15
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
e. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh:

O, begitu.

Wah, bukan main.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, “saya sedih sekali”.
g. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
Bali, 7 Februari 1987

Bali, Indonesia.

h. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh:
Lanin, Ivan. 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia
Indonesia.
i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh:
Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Contoh: Rinto Jiang, S.E.
k. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh:
33,5 m

Rp 10,50

16
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.

Contoh: Pengelola perpustakaan favorit saya, Lin, pandai sekali.


l. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-
sungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa.
m. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Contoh: “Di mana Vio tinggal?” tanya Wili.

3. Tanda Titik Koma (;)


a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:

Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan
nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan
pendengar.

4. Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.

17
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Vica
Wakil Ketua : Vio
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh:

Rius : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan situs!”


Lin :”Siap kerjakan!”
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan
ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
f. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
5. Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan.
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula,
dan tidak dipakai pada teks karangan.
b. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu per satu dan bagian-bagian
tanggal.

Contoh:
k-e-t-u-a

18
17-2-1988

c. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.


Contoh:
Bandigkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah.
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan
berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Contoh:
se-Indonesia

hadiah ke-2

tahun 50-an

ber-SMA

e. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Contoh:

di-charter

pen-tackle-an

6. Tanda Pisah (─,─)


a. Tanda pisah em (─) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia ─saya harapkan─ akan menjadi Wikipedia terbesar.
Tanda pisah em (─) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini ─evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─
telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
b. Tanda pisah en (─) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai

19
dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau’sampai’.
Contoh:
1919─1921

Medan─Jakarta

10─13 Desember 1999

Tanda pisah en─ tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda
kurang (-).
Contoh:
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45─65

antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492─ 1499

─4 sampai ─6 ̊C, bukan ─4-─6 ̊C

7. Tanda Elipsis (...)


a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan
naskah drama.
Contoh:
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik;
tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Contoh:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
8. Tanda Tanya (?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
dianggap kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

20
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9. Tanda Seru (!)
a. Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah mengerikannnya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan dalam tulisan ilmiah
atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi drama.
10. Tanda kurung ((...))
a. Tanda kurung mengapit keterangan untuk penjelasan
Contoh :
Bagian kenangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem
satelit domestik di Inodnesia.

Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya perkembangan


baru dalam pasaran dalam negeri

c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirnnya dala teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Inodnesia menjadi kokain(a).

Pembalap itu berasal dari (kota)Medan.

d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci suatu urutan keluarga
Contoh:
Bauran pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, (d)promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti tanda
kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.

21
Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885-1919) (dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv)merupakan seorang pimpinanan Ukraina.

Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885-1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv,
merupakan seorang pimpinanan Ukraina.

Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885-1919) merupakan seorang pimpinanan Ukraina. Dia
juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

11. Tanda kurung Siku ([...])


a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam bab II [lihat halaman 35-
38]) perlu dibentangkan disini.
12. Tanda Petik (“...”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
Contoh:
“Saya belum siap,” kata Mira, “Tunggu sebentar!”

Pasal 36UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.”

b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.

Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam Tempo .

Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

22
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Contoh:

Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.

d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.

Bang Komar sering disebut “Pahlawan”. Ia sendiri tidak tahu sebabnya.

13. Tanda Petik Tunggal(‘...’)


a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring kring kring’ tadi?”

“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku ‘Ibu, Bapak pulang ‘, dan rasa
letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan

b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Contoh:
Feed back, ‘balikan’

14. Tanda Garis Miring (/)


a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim .
Contoh:

23
No. 7/PK/1973

Jalan A. Yani III/10

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi
dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
Harganya Rp. 125,00/lembar (harganya Rp. 125,00 tiap lembar)
Kecepatannya 20m’s (kecepatannya 20 meter per detik)
7/8
c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Contoh:
Dikirimkan lewat darat/laut
‘dikirim lewat darat atau laut’
Harganya Rp. 25,00/lembar
‘harganya Rp. 25,00 tiap lembar

15. Tanda Penyingkat (Apostrof)(‘)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Ali ‘kan kusurati. (‘kan= akan)

Malam ‘lah tiba. (‘lah= telah)

1 Januari ’88. (‘88=1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

4. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis,
Belanda , atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa
Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dapat dibagi dua, seperti reshuffle, shuffle
cock, I’axplanaation de I’homme. Unsur – unsur yang dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asingh, Kedua, unusr pinjaman yang
pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Inodnesia. Dalam hal ini
disuahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Berikut ini disajikan data mengenai jumlah kata

24
serapan dalam bahasa Indonesia.
Tabel 3.1 Seranai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia
Asal Bahasa Jumlah Kata
Arab 1.495 kata
Belanda 3.280 kata
Tionghoa 290 kata
Hindi 7 kata
Inggris 1.610 kata
Parsi 63 kata
Portugis 131 kata
Sansekerta – Jawa Kuna 677 kata
Tamil 83 kata
Sumber: Seranai Kata Serapan dalam Bahasa Indonesia (1966) yang disusun
oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (sekarang bernama Pusat Bahasa)
Ada empat cara yang biasanya ditempuh untuk menyerap bahasa asing ke dalam
bahasa Indonesia, yaitu (1) adopsi, (2) adaptasi, (3) penerjemahan, dan (4) kreasi. Cara
adopsi terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing yang
diserap secara keseluruhan. Kata supermarket, plaza, mall, hotdog merupakan cara
penyerapan adopsi.
Cara adaptasi terjadi apabilaa pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing
yang diserap dan ejaan atau cara penulisannya disesuaikan ejaan bahasa Indonesia. Kata
– kata seperti pluralisasi, akseptabilitas, maksimal, dan kado merupakan contoh kata
serapan adaptasi. Kata – kata tersebut mengalami perubahan ejaan dari bahasa asalnya
(pluralization dan acceptability dari bahasa Inggris, maximaal dari bahasa Belanda, serta
cadeu dari bahasa Perancis). Pedoman mengadaptasinya adalah Pedoman Penulisan
Istilah dan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang dikeluarkan oleh Pusat
Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Cara penerjemahan terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang
terkandung dalam kata bahasa asing kemudia mencari padanannya dalam bahasa
Indonesia. Kata-kata seperti tumpang-tindih, percepatan, proyek rintisan, uji coba adalah
kata – kata yang lahir karena proses penerjemahan dari bahasa Inggris overlap,
accelaration, pilot project, dan try out. Penerjemahan istilah asing memiliki beberapa
keuntungan. Selain memperkaya kosakata bahasa Indonesia dengan sinonim, istilah hasil
terjemahan juga meningkatkan daya ungkap bahasa Indonesia . Dalam pembentukan
istilah lewat penerjemahan perlu diperhatikan pedoman berikut.
a. Penerjemahan tidak harus berasal satu kata diterjemahkan satu kata.
Contoh:
Psychologist ---- ahli psikologi
Medical pracioner---- dokter
b. Istilah asing dalam bentuk positif diterjemahkan ke dalam istilah Indonesia bentuk
positif, sedangkan istilah dalam bentuk negatif diterjemahkan ke dalam istilah
Indonesia bentuk negatif pula.

25
Contoh:
Inorganic --- tak organik
Able --- mampu
c. Kelas kata istilah asing dalam penerjemahan sedapat-dapatnya dipertahankan pada
istilah terjemahannya.
Contoh:
Merger (nomina) --- gabung usaga (nomina)
Transparent (adjektiva) --- bening (adjektiva)
d. Dalam penerjemahan istilah asing dengan bentuk plural, pemarkah kejamakannya
ditinggalkannya pada istilah Indonesia.
Contoh:
Master of Ceremonies --- pengatur acara

Cara kreasi terjadi apabila pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang
ada dalam bahasa sumbernya kemudia mencari pendanaannya dalam bahasa Indonesia.
Meskipun sekilas mirip penerjemahan , cara terkahir ini memiliki perbedaan. Cara kreasi
tidak menuntut fisik yang mirip seperti pada penerjemahan. Kata yang dalam bahasa
aslinya ditulis dua atau tiga kata dalam bahasa Indonesia nya boleh hanya satu kata saja
atau sebaliknya.
Misalnya:
Effective --- berhasil guna
Shuttle --- ulang alik
Spare parts --- suku cadang

Bentuk –bentuk serapan dari bahasa asing yang lain adalah dari bahasa Belanda, bahasa
Sanskerta, bahasa Latin, dan Bahasa Arab.
 Contoh serapan dari bahasa Belanda:
Paal --- pal octaaf--- oktaf
Riem --- rim politiek --- politik
 Contoh serapan dari bahasa Sanskerta :
Catur --- caturwarga caturwarga
Sapta --- saptamarga saptamarga
Dasa--- dasawarsa dasawarsa
 Contoh serapan dari bahasa Arab:
Khalal ---- hallal
Tawaqal----tawakal

Berikut ini beberapa contoh lain penulisan unsur serapan dari bahasa asing.
1. C di muka e,i,oe dan y menjadi s
Central sentral
Cent sen
Cybernetics sibernetika
Circulation sirkulasi

26
Cylinder silinder
2. Cc di muka o, u dan konsonan menjadi k
Accomodation akomodasi
Acculturation akulturasi
Acclimatization aklimatisasi
Accumulation akumulasi
3. Kh (Arab) tetap kh
Khusus khusus
Akhir akhir
4. Ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
Politiek politik
Riem rim
5. Ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Variety varietas
Patient pasien
Afficient efisien
6. Oo (Belanda ) menjadi o

27
Komfoor kompor
Proovost provos
7. Oo (inggris)menjadi u
Cartoon kartun
Proof pruf
8. Ph menjadi f
Phase fase
Physiology fiisiologi
Spectograph spektograf
9. Q menjadi k
Aquarium akuarium
Frequency frekuensi
10. Rh menjadi r
Rhythm ritme
Rhetoric retorika
11. Xc menjadi e dan i menjadi ks
Exception eksepsi
Excess ekses
12. Y menjadi y jika lafalnya i
Dynamo dinam

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. Pemakaian Tanda Baca. Dikutip pada 27 Februari 2020 dari PUEBI Daring:
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/tanda-baca/tanda-titik/

Dibia, I Ketut, dkk. 2017. Bahasa Indonesia. Singaraja: Undiksha Press.

Sumarni, Ratna. 2018. 18 Contoh Penulisan Kata Dasar dan Turunan yang Benar dalam
bahasa Indonesia. Dikutip pada 28 Februari 2020 dari Dosen Bahasa:
https://dosenbahasa.com/contoh-penulisan-kata-dasar-dan-turunan-yang-benar/amp

29

Anda mungkin juga menyukai