Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

Dasar Penentuan Topik Pemeriksaan

1.1. Kebijakan PDRD Tingkat Nasional dan Lokal


1.1.1. PDRD Dalam Konteks Kebijakan Nasional di Desain Menjadi Salah Satu Sumber
Utama Pendapatan Daerah
UU Nomor 28 Tahun 20x9 tentang PDRD merupakan langkah yang strategis dan
monumental dalam memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam
rangka membangun hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah yang lebih ideal.
Sebagai salah satu bagian dari continuous improvement, UU Nomor 28 Tahun 20x9
memiliki 3 (tiga) hal utama, yaitu penyempurnaan sistem pemungutan PDRD,
pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah di bidang perpajakan (local
taxing empowerment), dan peningkatan efektifitas pengawasan.
Penyempurnaan sistem pemungutan PDRD dilakukan dengan mengubah sistem daftar
terbuka (open-list) menjadi daftar tertutup (closed-list), sehingga jenis pajak yang dapat
dipungut oleh daerah hanya jenis pajak yang telah ditetapkan berdasarkan UU Nomor
28 Tahun 20x9 dimaksud. Daerah tidak diberikan kewenangan dan tidak diperbolehkan
untuk menetapkan jenis pajak baru di luar yang telah ditentukan undang-undang. Hal ini
akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Sedangkan penguatan local taxing power dilakukan dengan
cara antara lain, menambah jenis PDRD, memperluas basis PDRD yang sudah ada,
menaikkan tarif maksimum beberapa jenis pajak daerah, mengalihkan beberapa jenis
pajak pusat menjadi pajak daerah, serta memberikan kewenangan penetapan tarif PDRD
kepada daerah sesuai batasan yang ditetapkan dalam UU. Perluasan basis pajak
dilakukan sesuai dengan prinsip pajak yang baik. Pajak yang diterapkan tidak akan
menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan/atau menghambat mobilitas penduduk, lalu
lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor impor.
Dengan diberlakukannya UU Nomor 28 Tahun 20x9 , diharapkan kemampuan daerah
untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar, karena daerah dapat
dengan mudah menyesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis
pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Sedangkan di sisi lain, dengan tidak
diberikannya kewenangan kepada daerah untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi
baru selain yang telah ditetapkan dalam UU 28/20x9, maka hal tersebut akan
memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang pada gilirannya
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
1.1.2. Perencanaan Strategis Kebijakan PDRD Kabupaten Suka Maju Mendorong
Peningkatan PAD 15% Per Tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Suka Maju
tahun 20x9-2x14 yang diatur dalam Perda Nomor 8 Tahun 2x10 memuat Kebijakan
Keuangan Daerah dalam kaitannya dengan kebutuhan investasi dan pendanaan
pembangunan daerah. Dalam Kebijakan Keuangan Daerah tersebut, disebutkan bahwa
kebijakan pendanaan investasi diarahkan untuk menjamin ketersediaan dan
mengoptimalkan pendanaan pembangunan menuju kemandirian pendanaan
pembangunan. Dalam kaitan itu, strategi utama pendanaan adalah (1) optimalisasi

1
sumber dan skema pendanaan pembangunan daerah baik yang telah ada maupun yang
akan dikembangkan, dan (2) peningkatan kualitas pemanfaatan sumber dan skema
pendanaan pembangunan. Sumber pendanaan dari PAD terus ditingkatkan dengan
melakukan pengembangan dan penyempurnaan kebijakan terkait PAD namun tetap
menjaga iklim investasi yang kondusif. Program pembangunan yang terkait dengan hal
tersebut diantaranya adalah :
 Mewujudkan harmonisasi dan integrasi peraturan dan ketentuan pendukung
investasi di daerah;
 Mewujudkan budaya taat hukum;
 Mewujudkan harmonisasi produk hukum kabupaten dengan provinsi dan
pemerintah pusat;
 Meningkatkan kualitas perizinan dan non perizinan yang efektif dan efisien di
bidang investasi;
 Meningkatkan potensi penerimaan daerah dari sumber daya mineral;
 Mewujudkan penerimaan yang sesuai dengan potensi.
Program pembangunan di atas diterjemahkan dalam Rencana Strategis Dispenda tahun
2x10-2x14 dengan menetapkan sasaran yang ingin dicapai adalah :
 Meningkatnya jumlah PAD minimal 15% setiap tahun;
 Meningkatnya kompetensi aparat pemungut dan pengelola pendapatan daerah;
 Terjaringnya sumber-sumber penerimaan baru minimal 10% setiap tahun.

2
BAB 2
Profil Entitas

2.1. Profil Kabupaten Suka Maju


Kabupaten Suka Maju dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 1x Tahun 19x9
tentang Pembentukan Provinsi Maju Bersama dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di
Provinsi Maju Terus. Wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Suka Maju
sampai saat ini memiliki wilayah administratif pemerintahan 19 (sembilan belas)
distrik definitif dengan jumlah 8 (delapan) kelurahan dan 180 (seratus delapan puluh)
kampung.

2.2. Kebijakan Pendapatan Asli Daerah


2.2.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebagai Indikator dari Kemandirian Daerah
Otonomi daerah bertujuan untuk memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan
menciptakan proses pengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Salah satu
kebijakan yang diambil Pemerintah dan DPR untuk mendukung tujuan tersebut adalah
dengan menggulirkan otonomi fiskal atau desentralisasi fiskal. Prinsip desentralisasi
fiskal adalah money follow functions, dimana Pemerintah Daerah mendapat
kewenangan dalam melaksanakan fungsi pelayanan dan pembangunan di daerahnya
dengan pendanaan dari sumber-sumber penerimaan daerah. Pemerintah memberikan
dukungan dengan memberikan dana transfer yang dapat dikelola daerah dalam
pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Tujuannya adalah untuk
mengatasi ketimpangan fiskal dengan Pemerintah Pusat dan antar Pemerintah Daerah
lainnya.
Untuk meminimalisir ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat
melalui dana transfer tersebut, daerah dituntut mengoptimalkan kemampuannya dalam
menggali potensi pendapatannya. Dengan demikian PAD bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi
daerah sebagai perwujudan asas Desentralisasi.
2.2.2. Regulasi Pengelolaan PAD
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 20x9 Tentang Pajak Daerah
Dan Retribusi Daerah;
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2x10 Tentang Jenis
Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar
Sendiri Oleh Wajib Pajak;
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2x10 Tentang Tata
Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah;
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 20x7 jo Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2x10 Tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah;
5) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Kep/25/M.PAN/2/20x4 Tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah;

3
6) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/21/M.PAN/11/20x8 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operational
Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan;
7) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 26 Tahun 2x11 Tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan
Pegawai Negeri Sipil Untuk Daerah;
8) Perda No 101 Tahun 2x11 tentang Pajak Hotel;
9) Perda No 102 Tahun 2x11 tentang Pajak Restoran;
10) Perda No 103 Tahun 2x11 tentang Pajak Reklame;
11) Perda No 104 Tahun 2x11 tentang Pajak Restoran;
12) Perda No 105 Tahun 2x11 tentang Pajak Parkir;
13) Perda No 106 Tahun 2x11 tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
14) Perda No 107 Tahun 2x11 tentang Pajak Air Tanah;
15) Perda No 108 Tahun 2x11 tentang Pajak Hiburan;
16) Perda No 109 Tahun 2x11 tentang Pajak BPHTB;
17) Perda No 110 Tahun 2x11 tentang Pajak PBB-P2;
18) Perda No 111Tahun 2x11 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
19) Perda No 112 Tahun 20x5 tentang Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan;
20) Perda No 113 Tahun 2x11 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;
21) Perda No 114 Tahun 2x11 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir;
22) Perda No 115 Tahun 2x11 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan
Akte Catatan Sipil;
23) Perda No 116 Tahun 2x11 tentang Retribusi Pelayanan Pasar;
24) Perda No 117 Tahun 2x11 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
25) Perda No 118 Tahun 2x11 tentang Retribusi Terminal;
26) Perda No 119 Tahun 2x11 tentang Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman
Beralkohol;
27) Perda No 120 Tahun 2x11 tentang Retribusi Izin Usaha Perikanan.
2.2.3. Sumber-Sumber PAD
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 20x4 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat Dengan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
20x5 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terdiri atas:
1) Pajak daerah;
2) Retribusi daerah;
3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
4) Lain-lain PAD yang sah.
Penjelasan sumber PAD akan difokuskan dari penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah.
a. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah. Perpajakan daerah dapat diartikan sebagai:

4
1) Pajak yang dipungut pemerintah daerah pengaturan dari daerah sendiri;
2) Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan tarifnya
dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
3) Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh Pemerintah Daerah;
4) Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil
pungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, atau dibebani
pungutan tambahan oleh pemerintah daerah.
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip pajak daerah tersebut di atas, maka
perpajakan daerah harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara
penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.
2) Relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi terlalu besar,
kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara
tajam.
3) Tax base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit)
dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda
untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi terdiri dari Retribusi Jasa
Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu.
Kriteria pungutan yang dapat disebut retribusi, berdasarkan UU 28 Tahun 20x9
adalah:
1) Retribusi Jasa Umum:
a) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;
b) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi;
c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang
diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan
d) Kemanfaatan umum;
e) Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat
yang tidak mampu;
f) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
g) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah
satu sumber pendapatan Daerah yang potensial; dan
h) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
2) Retribusi Jasa Usaha:
a) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa
Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya

5
harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh
oleh Pemerintah Daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu:
a) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan
kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;
b) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum; dan
c) Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan
biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin
tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan;
b. Jenis-Jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota
Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 20x9,
memberi kewenangan kepada Pemerintah daerah kabupaten/kota untuk memungut
11 (sebelas) jenis pajak daerah, yaitu :
1) Pajak Hotel;
2) Pajak Restoran;
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan Jalan;
6) Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan;
7) Pajak Parkir;
8) Pajak Air Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet;
10) Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan;
11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.
Jenis pajak yang dipungut ini bersifat daftar pajak tertutup (closed list), Pemda
dilarang memungut pajak selain yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang.
c. Jenis-Jenis Retribusi Daerah Kabupaten/Kota
UU Nomor 28 Tahun 20x9 juga mengatur kewenangan Pemda dalam memungut
retribusi daerah. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang
pribadi atau Badan. Retribusi yang dapat dipungut Pemda dibagi atas 3 (tiga)
objek, yaitu:
1) Jasa Umum;
2) Jasa Usaha; dan
3) Perizinan Tertentu
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Jenis Retribusi Jasa Umum ada 14
(empat belas), yaitu:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

6
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil;
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
6) Retribusi Pelayanan Pasar;
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
1) Pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
2) Pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
Jenis Retribusi Jasa Usaha ada 11 (sebelas), yaitu:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3) Retribusi Tempat Pelelangan;
4) Retribusi Terminal;
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7) Retribusi Rumah Potong Hewan;
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh
Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis
Retribusi Perizinan Tertentu ada 5 (lima), yaitu:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;
3) Retribusi Izin Gangguan;
4) Retribusi Izin Trayek; dan
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan.
Jenis retribusi yang dipungut ini bersifat daftar terbuka (open list), Pemda
diperbolehkan memungut selain yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang,
dengan syarat pungutan tersebut memenuhi kriteria retribusi dan ditetapkan dalam

7
Peraturan Pemerintah. Adanya peluang untuk menambah jenis Retribusi
dengan peraturan pemerintah dimaksudkan untuk mengantisipasi penyerahan
fungsi pelayanan dan perizinan dari Pemerintah kepada Daerah yang diatur
dengan peraturan pemerintah.

2.3. Pengelolaan PAD Kabupaten Suka Maju


2.3.1. Dinas/Instansi pengelola PAD
Pengelolaan PAD di Pemerintah Kabupaten Suka Maju melibatkan banyak pihak dari
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), namun untuk pengelolaan khususnya
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah pada tahun 2x13 hanya dilakukan oleh
12 (dua belas) SKPD dengan Dinas Pendapatan Daerah sebagai SKPD yang paling
banyak terlibat dalam perencanaan maupun pemungutan. Jumlah jenis pajak yang
dipungut sebanyak 10 (sepuluh) jenis sedangkan jumlah jenis retribusi yang dipungut
sebanyak 25 (dua puluh) jenis, dengan rincian pada sebagai berikut.
Tabel 2.1 SKPD Pengelola PDRD
No Jenis Pajak/Retribusi Realisasi Tahun 2x13
No SKPD
yang di pungut Nilai (Rp) %
A Dinas Pendapatan Daerah 1 Pajak Hotel 1.789.141.308 19,34%
2 Pajak Restoran 613.496.963 6,63%
3 Pajak Hiburan 189.900.000 2,05%
4 Pajak Reklame 296.434.000 3,20%
5 Pajak Penerangan Jalan 1.005.630.701 10,87%
Pajak Mineral Bukan Logam dan
6 3.225.000 0,03%
Batuan
7 Pajak Parkir - 0,00%
8 Pajak Air Tanah 51.513.200 0,56%
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
9 - 0,00%
dan Perkotaan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
10 1.110.303.250 12,00%
Bangunan
11 Pelayanan Persampahan/Kebersihan 175.524.000 1,90%
12 Pasar Grosir dan/atau Pertokoan 100.199.750 1,08%
13 Pelayanan Pasar 46.139.500 0,50%
14 Retribusi Tempat Khusus Parkir 44.450.700 0,48%
15 Retribusi Parkir Berlangganan Roda II 34.941.000 0,38%
Retribusi Parkir Berlangganan Roda
16 13.680.000 0,15%
IV
B Sekretariat Daerah 1 Retribusi Izin Gangguan 430.966.000 4,66%
2 Izin Mendirikan Bangunan 271.382.285 2,93%
Izin Tempat Penjualan Minuman
3 474.167.000 5,13%
Beralkohol
C Instansi Lainnya
Dinas Kesehatan, RSUD 1 Pelayanan Kesehatan 1.188.664.737 12,85%
Dinas Kependudukan dan Penggantian Biaya Cetak KTP dan
2 141.088.000 1,53%
Catatan Sipil Akta Catatan Sipil
Dinas Perhubungan 3 Pengujian Kendaraan Bermotor 70.908.500 0,77%
4 Pemakaian Kekayaan Daerah 576.584.400 6,23%
5 Retribusi Terminal 7.750.000 0,08%
6 Pelayanan Kepelabuhanan 192.243.500 2,08%
7 Retribusi Izin Trayek 48.125.000 0,52%
8 Retribusi Jasa Angkutan Udara 70.000.000 0,76%
Dinas Peternakan dan Rumah Potong Hewan
9 86.455.000 0,93%
Pertanian
Dinas Kelautan dan Retribusi Produksi Usaha Daerah
10 7.051.000 0,08%
Perikanan
Dinas Pekerjaan Umum 11 Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi 63.550.000 0,69%
Dinas Koperasi dan UKM Retribusi Usaha Badan Hukum
12 12.465.000 0,13%
Koperasi
Dinas Informasi dan 13 Retribusi Ijin Penyiaran 6.845.454 0,07%

8
No Jenis Pajak/Retribusi Realisasi Tahun 2x13
No SKPD
yang di pungut Nilai (Rp) %
Komunikasi
14 Retribusi Ijin Perfilman 6.200.000 0,07%
Dinas Tenaga Kerja 15 Retribusi Ijin Usaha Ketenagakerjaan 105.985.000 1,15%
Dinas Perindustrian dan Retribusi SIUP, TDP, TDI, TDG dan
16 14.578.000 0,16%
Perdagangan Uji Mutu Air

2.3.2. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Suka Maju


Berdasarkan perkembangan ekonomi secara agregat, selama tahun 20x8– 2x12, nilai
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Suka Maju selalu meningkat.
PDRB sebesar 1,2 triliun rupiah di tahun 20x8 terus meningkat hingga 1,9 triliun rupiah
tahun 2x12. Laju pertumbuhan ekonomi tahun 2x12 lebih tinggi dari tahun 2x11 yaitu
mencapai 7,28 persen.
Berdasarkan perkembangan ekonomi secara sektoral, kontribusi sektoral terhadap
PDRD didukung pertama oleh sektor tersier dan kedua adalah sektor primer. PDRB
didasarkan atas kelompok primer apabila output yang dihasilkan merupakan proses
tingkat awal (dasar), sektor yang masuk dalam kategori ini adalah sektor pertanian dan
sektor pertambangan penggalian. Kelompok sekunder adalah unit-unit kegiatan
ekonomi yang biaya produksinya (inputnya) sebagian besar berasal dari sektor primer,
sektor-sektor yang termasuk kelompok ini adalah sektor industri pengolahan, sektor
listrik dan air bersih serta sektor bangunan. Sedangkan sisanya masuk kelompok sektor
tersier, yaitu pengangkutan, perdagangan, hotel, restoran, komunikasi, dan jasa-jasa.
Kontribusi tiap sektor membentuk tiga kategori kontribusi sektoral terhadap PDRB.
Kategori pertama adalah kelompok dengan kontribusi tinggi yaitu terdiri dari sektor
tersier pengangkutan dan komunikasi, jasa-jasa, perdagangan / hotel / restoran, dan
sektor primer yaitu pertanian. Kelompok kedua adalah kelompok dengan kontribusi
menengah yang terdiri dari sektor tersier, yaitu keuangan/persewaan/ jasa perusahaan
dan sektor sekunder yakni bangunan, dan industri pengolahan. Kelompok ketiga adalah
kelompok dengan kontribusi kecil yang terdiri dari sektor primer yaitu
pertambangan/penggalian, dan sektor sekunder yaitu listrik/air bersih.
Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Suka Maju Tahun 2x10 – 2x12
No Sektor 2x10 2x11 2x12
1 Pertanian 5.25 5.71 6.88
2 Pertamb. & Penggalian 7.94 11.79 13.39
3 Industri Pengolahan 2.01 3.03 4.26
4 Listrik dan Air Bersih 4.60 1.53 1.79
5 Bangunan 5.73 3.03 8.78
6 Perdag., Hotel, Restoran 10.76 7.96 11.18
7 Pengangk.&Komunikasi 9.65 6.76 6.98
8 Keuangan, Persewaan dan (2.24) (7.02) 5.34
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 2.16 1.05 4.61
PDRB 7,61 4,07 7,28

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelompok sektor tersier merupakan kelompok
sektor terpenting dalam PDRB Kabupaten Suka Maju karena memiliki kontribusi
terbesar tiap tahun pada PDRB daerah. Dimana pada tiga tahun terakhir kontribusinya
pada PDRB selalu di atas 64 persen dan pada tahun 2x12 mencapai 64,8 persen.

2.3.3. PAD Kabupaten Suka Maju Masih Rendah


Pemerintah Daerah dapat disebut otonom secara fiskal jika minimal 20% belanja
daerah dibiayai oleh perolehan PAD. Kenyataannya, PAD Kabupaten Suka Maju
hanya mampu membiayai 2,39% belanja daerahnya (Gambar 3).

9
Gambar 3. Grafik Perbandingan PAD terhadap Belanja di beberapa Kabupaten/Kota di
Provinsi Maju Bersama (berdasarkan data LK audited Tahun 2x12)

Dari Gambar 4 terlihat bahwa Kabupaten Suka Maju tertinggal dibandingkan kabupaten
lainnya. Kenaikan PAD Kabupaten Suka Maju sendiri masih belum menggembirakan,
pada tahun 20x9 PAD sebesar Rp13.722.528.906, pada tahun 2x13 PAD menjadi
sebesar Rp15.632.329.326 atau naik sebesar Rp477.450.105, dengan rata-rata per tahun
sejak tahun 20x9 s.d 2x13 hanya sekitar 3%.
Gambar 4. Trend Kenaikan PAD Kabupaten Suka Maju Tahun 20x9 s.d 2x13
(berdasarkan data LK audited 20x9 sd 2x12, LK unaudited 2x13)

Secara teoritis, yang menjadi permasalahan PAD belum dapat diandalkan oleh daerah
sebagai sumber pembiayaan dikarenakan beberapa hal:
1) Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah;

10
2) Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah;
3) Kurangnya kapasitas dan kapabilitas aparat.
Atas permasalah tersebut, maka perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk mensiasatinya dengan melakukan:
1) Memperluas basis penerimaan;
2) Memperkuat proses pemungutan;
3) Meningkatkan pengawasan;
4) Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan;
5) Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan.
2.3.4. Pemungutan Pajak Daerah/Retribusi Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Suka Maju dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Suka Maju Nomor 3 Tahun 20x9 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Suka Maju.
Dispenda mempunyai wewenang untuk melakukan pembinaan dalam pengelolaan
PAD. Uraian tugas pokok dan fungsi Dispenda diatur dalam Perbup Nomor 208 Tahun
2x11 dengan rincian sebagai berikut.
1) Tugas Pokok dan Fungsi Dispenda
a) Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang Pendapatan Daerah;
b) Dispenda dalam melaksanakan tugas melakukan fungsi:
(1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
(2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan urusan sesuai dengan
lingkup tugasnya;
(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya
2) Visi dan Misi
a) Visi
Optimalisasi penggalian potensi PAD yang akurat
b) Misi
(1) Meningkatkan dan memantapkan Kabupaten Suka Maju sebagai kota
komoditi kepariwisataan, kelautan dan ekonomi;
(2) Perwujudan tertib administrasi pemungutan pendapatan daerah
(3) Perwujudan peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat di bidang
pendapatan daerah.
3) Struktur Organisasi
Berdasarkan Perbup No 208 Tahun 2x11 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi
Dispenda Kabupaten Suka Maju, struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Suka Maju terdari dari 1 (satu) Kepala Dinas, 1 (satu) sekretaris) dan 4
(empat) Kepala Bidang, masing-masing bidang dibantu kepala seksi. Struktur
organisasi ini membagi bidang berdasarkan fungsi dalam pemungutan pajak, hal ini
terlihat dari nomenklatur bidang, yakni Bidang Pendataan dan Penetapan, Bidang
Pembukuan dan Penagihan.

11
Gambar 5. Struktur Organisasi Dispenda Kabupaten Suka Maju

Kepala Dinas

Bidang Perencanaan, Sekretaris


Program, dan Bidang Pendataan
Pengelolaan Benda dan Penetapan
Berharga
Sub Bag. Umum

Seksi Perundang-
Seksi Pendaftaran
Undangan
Sub Bag. Kepegawaian

Seksi Perencanaan
Seksi Pendataan
dan Program
Sub Bag. Keuangan

Seksi Pengelolaan Seksi Perhitungan


Benda Berharga dan Penetapan

Bidang Bagi Hasil


Bidang Penagihan
dan Pendapatan
dan Pembukuan
Lain-lain

Seksi Pembukuan Seksi Penatausahaan


dan Pelaporan dan Bagi Hasil

Seksi Pendapatan
Seksi Penagihan
Lain-lain

Seksi Verifikasi dan Seksi Monitoring


Keberatan dan Evaluasi

4) Komposisi Pegawai Dispenda


Pegawai Negeri Sipil yang bertugas di Dispenda berjumlah 33 orang meliputi
pejabat struktural dan staf. Selain itu terdapat 18 orang tenaga honorer, terdiri dari 5
orang yang bertugas di kantor Dispenda dan 13 orang bertugas di pos retribusi.
Tingkat pendidikan PNS Dispenda khususnya pada bidang teknis (Bidang
Perencanaan, Program, dan Pengelolaan Benda Berharga, Bidang Pendataan dan
Penetapan, Bidang Penagihan dan Pembukuan, serta Bidang Bagi Hasil dan
Pendapatan Lain-lain) di dominasi oleh Sarjana S1 sebanyak 15 orang (45%),
sisanya merupakan lulusan S2 (6%), SMA (36%) dan SD. Adapun atar belakang
pendidikan didominasi oleh ilmu ekonomi dan admistrasi (52%).

12
BAB 3
Sistem Pengendalian Intern

3.1 Lingkungan Pengendalian


a. Integritas dan nilai-nilai etika
Dalam mendukung integritas dan nilai etika Dispenda belum mempunyai kode etik
pegawai yang mendukung aturan dan pelaksanaan prilaku pegawai, uraian tanggung
jawab, penegakan disiplin dan sanksi yang diberikan dari pelanggaran atas kode etik.
b. Komitmen terhadap Kompetensi
Dispenda belum melakukan identifikasi dan analisa kebutuhan pegawai untuk
memenuhi kompetensi pegawai yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas dan
fungsi pada masing-masing posisi di lingkungan Dispenda. Penempatan pegawai
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Dispenda tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan yang memadai dan masih jauh dari harapan. Penyelenggarakan pelatihan
dan pembimbingan untuk membantu pegawai dalam meningkatkan tugas dan fungsi
tidak terdokumentasi dengan baik. Dispenda belum mempunyai pegawai yang
berkompeten untuk melakukan penilaian atas objek Pajak Bumi dan Bangunan dan
pengoperasian sistem manajemen pengelolaan pendapatan daerah (Simpatda) masih
dilakukan oleh pegawai honorer.
c. Gaya Operasi dan Filosofi Manajemen
Pimpinan Dispenda telah mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan
untuk mendukung proses pengendalian dalam penyelenggaraan pemerintahan
dengan lebih sering/intensif melakukan interaksi dengan pegawai/bawahan dan
merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program, dan kegiatan.
d. Struktur Organisasi
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Suka Maju dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Suka Maju Nomor 3 Tahun 20x9 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten
Suka Maju. Dispenda mempunyai wewenang untuk melakukan pembinaan dalam
pengelolaan PAD. Uraian tugas pokok dan fungsi Dispenda diatur dalam Perbup
Nomor 208 tahun 2x11.
Struktur organisasi yang ada belum mengakomodir pengalihan wewenang
pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perkotaan dan Pedesaan (PBB P2)
menjadi Pajak Daerah paling lambat 1 Januari 2x14, sebagaimana diamanatkan UU
Nomor 28 Tahun 20x9 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
e. Tanggung Jawab dan Wewenang
Tanggung jawab dan wewenang pegawai dibutuhkan untuk menjadi landasan bagi
pegawai mengetahui hak dan kewajibannya. Namun belum adanya Peraturan Bupati
yang mengatur rincian tugas dan fungsi pegawai di lingkungan Dispenda dari
perubahan organisasi berdampak terhadap kinerja dari entitas.

13
f. Kebijakan Dan Praktek Sumber Daya Manusia
Sub Bagian Kepegawaian, Sekretariat Dispenda belum melakukan analisa kebutuhan
pegawai untuk mendukung kinerja Dispenda. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
masih dibantu tenaga honorer yang disebabkan kurangnya pegawai pada Dispenda.
Rekruitmen pegawai bersifat top down, dimana pegawai yang ditempatkan
merupakan kebijakan dari Badan Kepegawaian Daerah.
g. Kegiatan Pengawasan
Fungsi pengawasan untuk mewujudkan dan memberikan keyakinan atas ketaatan,
kehematan, efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan daerah.
Dengan fungsi pengawasan yang baik baik dapat memberikan peringatan dini
terhadap resiko yang timbul dari pelaksanaan kegiatan sehingga tercipta tata kelola
yang baik. Fungsi ini dilakukan oleh Inspektorat Pemerintah Kabupaten Suka Maju.
Namun selama Tahun Anggaran 2x12 dan Semester 2x13 tidak ada pemeriksaan
yang dilakukan oleh Inspektorat terhadap Dispenda.
3.2 Penilaian Risiko
Penilaian risiko bertujuan untuk meminimalisasi risiko-risiko yang dihadapi dalam
mencapai tujuan. Sesuai dengan UU Nomor 33 tahun 20x4 tentang Perimbangan
Keuangan dan UU Nomor 28 tahun 20x9 tentang PD/RD, tujuan pengelolaan PAD
adalah untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah agar mandiri dalam membiayai
kebutuhan daerahnya. Dispenda belum mengimplementasikan secara penuh Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 20x8 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
sehingga pelaksanaan penilaian risiko belum dilakukan sesuai Peraturan Pemerintah
tersebut. Sebagai bagian dari upaya membangun SPI yang efektif, dispenda perlu
mengidentifikasi risiko-risiko potensial yang mungkin terjadi. Risiko-risiko potensial
yang timbul dalam pengelolaan PAD dapat dilihat pada Bab IV Indikasi Permasalahan.
a. Penetapan Tujuan Organisasi
Tujuan organisasi untuk mewujudkan visi dan misi Dispenda dituangkan dalam tiga
tujuan yang akan dicapai, yaitu meningkatnya penerimaan daerah lebih khusus
pendapatan asli daerah secara berkesinambungan; meningkatnya profesionalisme
pelayanan bagi Wajib Pajak dan Wajib Retribusi; Meningkatnya capacity building
Sumber Daya Aparatur.
b. Identifikasi Risiko Dan Analisa Risiko
Pimpinan Entitas mengetahui kemungkinan risiko yang timbul dalam pengelolaan
PAD sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Namun Dispenda belum melakukan
identifikasi dan analisa risiko baik internal maupun eksternal secara kualitatif dan
kuantitatif yang terdokumentasi dengan baik. Hal tersebut dibutuhkan sebagai
landasan bagi entitas untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mencapai
tujuannya. Mengelola risiko akibat perubahan, seperti perubahan struktur organisasi,
peraturan daerah, arah kebijakan, belum didukung dengan Peraturan Bupati sebagai
landasan dari penerapan perda yang ada. Hal ini dapat mengancam entitas untuk
dapat menerapkan visi dan misi serta pencapaian tujuan organisasi.
3.3 Aktivitas Pengendalian
Manajemen telah berusaha melakukan pengendalian untuk mengurangi risiko yang

14
timbul dari aktivitas kegiatan namun belum memadai, seperti:
1) Pengelolaan sistem manajemen informasi pendapatan daerah (Simpatda) telah
dilakukan manajemen dengan adanya otoritas dalam pembatasan akses dengan
penggunaan password sebagai kontrol dari manajemen.
2) Penetapan atas indikator kinerja belum dilakukan oleh Dispenda
3) Memisahkan tugas dan fungsi. Sudah dilakukan pemisahan tugas dan fungsi sesuai
dengan peraturan daerah tentang organisasi Dispenda namun hal tersebut belum
didukung dengan dasar hukum peraturan bupati mengenai rincian tugas pokok dan
fungsi.
4) Belum pernah mereviu otorisasi kepada personil tertentu dalam melakukan suatu
transaksi.
5) Reviu pencatatan atas transaksi dilaksanakan secara berjenjang dari level bawah
sampai dengan atas belum memadai karena masih ditemukan kesalahan mendasar
dalam menghitung pajak terhutang .
6) Membuat pembatasan akses dan akuntabilitas terhadap sumber daya dan catatan-
catatan dilakukan terhadap sistem informasi manajemen pengengelolaan pendapatan
daerah (simpatda) dengan batasan otorisasi seperti penggunaan password pada
sistem.
7) Pendokumentasian atas rencana, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan entitas
diperlukan untuk mengambil tindakan yang mempunyai landasan untuk mencapai
tujuan entitas. Namun masih ditemukan pendokumentasian yang kurang memadai
pada pelaksana kegiatan, seperti tidak adanya laporan terkait pelaksanaan survey uji
petik pemeriksaan atas wajib pajak.
3.4 Informasi dan Komunikasi
Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif. Untuk
menyelenggarakan komunikasi yang efektif pimpinan Entitas harus sekurang-kurangnya
menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; mengelola,
mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus-menerus. Bentuk
komunikasi informasi dapat berupa Nota Dinas, Surat Edaran, Papan Pengumuman, dll.
Informasi dan komunikasi ekstern belum dilakukan Dispenda dengan dengan memadai.
3.5 Pemantauan
Pemantauan diperlukan untuk mengawal kegiatan dapat berjalan dengan ekonomis,
efektif dan efisien. Pemantauan dari dalam Dispenda dapat dilakukan oleh pimpinan
dengan mereviu dan mengevaluasi apakah rencana telah sesuai dengan pelaksanaan atau
sebaliknya dengan memperhatikan 3 E. Pemantauan dari ekstern dapat dilakukan oleh
Inspektorat yang mempunyai kewajiban dan wewenang terhadap pengawasan roda
pemerintahan daerah. Berdasarkan konfirmasi terhadap Dispenda, Inspektorat tidak
melakukan pemeriksaan maupun evaluasi terpisah terhadap Dispenda sejak Tahun
Anggaran 2x12 sampai dengan Semester 2x13.

15
BAB 4
Informasi Terkait Kinerja

4.1 Struktur Organisasi Dispenda Belum Memadai dalam Mendukung Pengelolaan


PAD
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Suka Maju dibentuk berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Suka Maju Nomor 3 Tahun 20x9 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Suka Maju.
Dispenda mempunyai wewenang untuk melakukan pembinaan dalam pengelolaan PAD.
Uraian tugas pokok dan fungsi Dispenda diatur dalam Perbup Nomor 208 tahun 2x11.
Struktur organisasi yang ada memiliki kelemahan sebagai berikut:
a. Struktur organisasi belum mengakomodir pengalihan wewenang pemungutan Pajak
Bumi dan Bangunan sektor Perkotaan dan Pedesaan (PBB P2) secara memadai. PBB
P2 menjadi Pajak Daerah paling lambat 1 Januari 2x14, sebagaimana diamanatkan
UU Nomor 28 Tahun 20x9 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Meskipun
pemerintah pusat sebenarnya telah mengeluarkan peraturan yang bersifat
teknis/langkah demi langkah yang harus di siapkan oleh pemerintah daerah, yaitu
Peraturan Bersama Menteri Keuangan Dan Menteri Dalam Negeri Nomor :
213/PMK.07/2x10 Nomor : 58 Tahun 2x10 Tentang Tahapan Persiapan Pengalihan
Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2x10 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 20x7 Tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
Saat ini pemungutan PBB P2 dilaksanakan Bidang bagi hasil dan pendapatan lain-
lain, dengan demikian, fungsi pendataan, pendaftaran, penetapan dan penagihan PBB
P2 dibebankan hanya pada satu bidang, sementara bidang tersebut melakukan fungsi
pengelolaan pajak bagi hasil dan pendapatan lain-lain. Pada sisi lain, Bidang
Pendataan dan Penetapan, Bidang Penagihan dan Pembukuan ‘hanya’ mengerjakan
pemungutan pajak/retribusi dengan jumlah WP yang lebih sedikit dari pada WP PBB
P2.
b. Struktur organisasi di bentuk berdasarkan fungsi pemungutan pajak, hal ini terlihat
dari adanya Bidang Pendataan dan Penetapan, dan Bidang Penagihan dan
Pembukuan. Kelemahan struktur organisasi ini adalah tidak adanya ‘suasana
kompetisi’ antar bidang, karena pencapaian target satu bidang tertentu, tergantung
pada kinerja bidang lain. Jika pencapaian target penerimaan pajak dan retribusi
rendah, maka masing-masing bidang bisa saling menyalahkan, kekuatannya adalah
adanya pemisahan fungsi penetapan dan penagihan, tidak dimonopoli satu bidang.
c. Bidang Perencanaan, Program, dan Pengelolaan Benda Berharga seharusnya
berperan sebagai ‘think thank’ Dispenda, namun membawahi seksi teknis, yaitu
Seksi Pengelolaan Benda Berharga, yang menangani karcis pungutan retribusi.
Sementara itu, bidang teknis, yaitu Bidang Bagi Hasil dan Pendapatan Lain-lain,
membawahi seksi yang berperan strategis dalam perencanaan dan program, yaitu
seksi Monitoring dan Evaluasi.

16
4.2 Pengelolaan Pajak Hotel, Restoran, Hiburan dan Reklame pada Dispenda Belum
Optimal
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai
penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak Daerah yang
dikelola oleh Dispenda diantaranya meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan dan Pajak Reklame.
Realisasi penerimaan pajak hotel, restoran, hiburan dan reklame pada tahun 2x13
masing-masing sebesar Rp1.789.141.308,38, Rp613.496.963,85, Rp189.900.000,00 dan
Rp296.434.000,00. Realisasi dari keempat pajak pajak tersebut menyumbang kontribusi
sebesar 31,58% terhadap pendapatan daerah. Kabupaten Suka Maju memiliki potensi
penerimaan PAD dari sektor pariwisata, terutama wisata bahari. Potensi tersebut
didukung oleh letak geografis Kabupaten Suka Maju yang dikelilingi oleh pulau-pulau
kecil dan perairan.
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Suka Maju dalam upaya melakukan pemungutan
pajak hotel, restoran, hiburan dan reklame telah didukung oleh Perda nomor 3 tahun
2x11 tentang pajak hotel, Perda nomor 4 tahun 2x11 tentang pajak restoran, Perda
nomor 5 tahun 2x11 tentang pajak reklame dan Perda nomor 26 tahun 2x11 tentang
pajak hiburan. Bardasarkan hasil wawancara kepada Sekretaris Dispenda diketahui
bahwa SOP (standard operating procedure) terkait pemungutan pajak tersebut belum
dibuat. SOP tersebut penting karena SOP memastikan bahwa organisasi memiliki proses
konstan karena memenuhi standar tertulis, sehingga seluruh anggota organisasi
mempunyai standard yang sama. Adanya SOP juga akan menjadi acuan bagi pelaksana,
dan SOP juga dapat digunakan untuk continuous improvement karena di dalam SOP
ada KPI (key performance indicator) yang harus dipenuhi sebagai mana diatur dalam
Peraturan menteri pendayagunaan aparatur negara nomor 35 tahun 2x12.
Struktur organisasi dalam Dispenda terkait pengelolaan pajak daerah meliputi bidang
perencanaan program dan pengelolaan benda berharga, bidang pendataan dan
penetapan, bidang penagihan dan pembukuan serta bidang bagi hasil dan pendapatan
lain-lain. Berdasarkan keterangan Sekretaris Dispenda di ketahui bahwa sumber daya
manusia pada masing-masing bidang masih terdapat kekurangan pegawai atau
berjumlah 36 pegawai yang terbagi dalam empat bidang yang terdiri dari duabelas (12)
seksi. Sehingga untuk melaksanakan pelayanan terkait pengelolaan pajak masih belum
optimal.
Dalam melaksanakan penerimaan dan pengelolaan Pajak, Dispenda menggunakan
sistem yang disebut Simpatda (Sistem Informasi Menejemen Pendapatan Daerah) yang
dikelola oleh Dispenda dengan bantuan operator dan SPTPD (sistem surat
pemberitahuan pajak daerah). Sistem ini terintegrasi untuk tiga bidang pelayanan yaitu
Bidang Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Bidang Pembukuan Pelaporan dan
Penagihan. Sistem tersebut memiliki sistem user dan password sebagai pengaman dan
hanya personil tertentu yang memiliki password untuk memasukkan data. Sistem
tersebut telah mampu untuk mengelola data pajak daerah, mulai dari data pendaftaran,
SPTPD, SKPD, NPWPD, data wajib pajak, penetapan pajak dan realisasi. Sedangkan
Sistem SPTPD di instal pada masing-masing WP agar memudahkan WP dalam

17
menghitung sendiri kewajiban pajaknya.
Kegiatan pendataan pajak pada Dispenda Kabupaten Suka Maju belum dilakukan secara
berkala untuk mengukur potensi pajak daerah riil. Berdasarkan keterangan staf
pendataan, hal ini ditengarai karena masih belum adanya SOP yang mengatur secara
jelas mengenai kegiatan pendataan, kurangnya SDM serta minimnya saran dan
prasarana di Dinas Pendapatan Daerah.
Kegiatan penetapan pajak hotel, restoran, hiburan dan reklame berada dibawah seksi
perhitungan dan penetapan berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa penetapan
pajak untuk sistem pemungutan self assessment dan official assessment ditemukan
kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
a. Pada sistem self assessment laporan bill porforasi WP tidak pre numbered sehingga
dimungkinkan adanya pendapatan WP yang tidak dilaporkan sebagai dasar
penetapan pajak terhutang.
b. Hasil perhitungan kembali pada bill porforasi pada tiga WP dibulan Desember yang
menjadi sampel sistem self assessment ditemukan adanya selisih perhitungan antara
SK-PD dengan total bill minimal sebesar Rp1.000.641,00.
c. Tidak adanya pemeriksaan pajak dan verifikasi terkait pengelolaan pajak hotel,
hiburan dan restoran dengan metode self assessment dapat mengakibatkan pelaporan
pajak oleh wajib pajak (WP) tidak teruji kehandalannya. Hasil pemeriksaan terhadap
kehandalan laporan pajak WP pada beberapa sampel WP yang diuji menemukan
bahwa terdapat selisih pendapatan yang dilaporkan WP ke Dispenda dengan
pendapatan pada pembukuan WP yang mengakibatkan potensi pajak kurang bayar
minimal sebesar Rp332.743.488,90 Dengan rincian selisih kurang bayar pajak hotel
minimal sebesar Rp257.819.650,10, pajak hiburan minimal Rp62.530.675,00 dan
pajak restoran minimal Rp12.393.163,80.
d. Pada sistem official assessment jumlah pajak yang ditetapkan oleh Fiscus kepada
WP belum berdasarkan potensi penerimaan pajk riil WP. Dalam melakukan survey
potensi penerimaan, fiscus tidak melakukan pemeriksaan dan verifikasi atas laporan
penerimaan WP sehingga dasar yang menjadi ketetapan pembayaran pajak terhutang
belum dapat menggabarkan potensi penerimaan pajak riil.
4.3 Pengelolaan Pajak Air Tanah pada Dispenda Belum Optimal
Pajak Air Tanah dikelola secara langsung oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)
Kabupaten Suka Maju. Secara garis besar, peran Dispenda dalam pengelolaan Pajak Air
Tanah adalah melakukan pembentukan peraturan daerah sebagai dasar hukum
pengelolaan, perencanaan, pendaftaran, pendataan, perhitungan, penetapan, penagihan,
dan pelaporan. Dalam hal pemeriksaan, Dispenda belum melakukan fungsi tersebut atas
Pajak Air Tanah. Adapun dasar hukum Dispenda dalam melakukan pengelolaan Pajak
Air Tanah adalah Peraturan Bupati Kabupaten Suka Maju No 208 Tahun 2x11 Tentang
Uraian Tugas dan Fungsi Dispenda Kab. Kabupaten Suka Maju
Dispenda mengelola Pajak Air Tanah sejak tahun 2x12, sebelumnya pajak tersebut
dikelola oleh Dispenda Provinsi Maju Bersama melalui UPTD Samsat Kabupaten Suka
Maju. Data realisasi dari tahun 2x12 diketahui mengalami kenaikan dari sisi target
namun realisasinya mengalami penurunan. Berdasarkan peringkat realisasi penerimaan
per jenis pajak atas total realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah TA 20x9-2x13,

18
Pajak Air Tanah menduduki peringkat 20-an.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara atas pengelolaan Pajak Air
Tanah, ditemukan, antara lain:
a. Perencanaan target yang lemah. Perencanaan hanya berdasarkan asumsi-asumsi lisan
(tidak pernah didokumentasikan), bukan berdasarkan hasil analisa yang memadai,
misalnya berdasarkan analisa potensi pengguna air bawah tanah, atau berdasarkan
para pemilik ijin penggunaan air bawah tanah, atau berdasarkan penerapan metode
pengukuran pemakaian air tanah yang dilakukan dengan menggunakan alat pengukur
pemakaian air.
b. Dasar penetapan Pajak Air Bawah Tanah tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dispenda belum menerapkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral No 1451 K/10/MEM/20x0 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah, khususnya penentuan
nilai perolehan air dari pemanfaatan air bawah tanah sebagai dasar dalam penetapan
pajak pemanfaatan air bawah tanah.
c. Data WP yang tidak up to date. Penggunaan data-data lama yang berasal dari UPTD
Samsat Kabupaten Suka Maju yang mungkin sudah banyak berubah, sedangkan
Dispenda belum pernah melakukan pembaharuan data atas WP Pajak Air Tanah.
4.4 Pengelolaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan pada Dispenda Belum
Optimal
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (PMBLB) dikelola secara langsung oleh Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Suka Maju. Secara garis besar, peran
Dispenda dalam pengelolaan PMBLB adalah melakukan pembentukan peraturan daerah
sebagai dasar hukum pengelolaan, perencanaan, pendaftaran, pendataan, perhitungan,
penetapan, penagihan, dan pelaporan. Dalam hal pemeriksaan, Dispenda belum
melakukan fungsi tersebut atas PMBLB. Adapun dasar hukum Dispenda dalam
melakukan pengelolaan PPJ adalah Peraturan Bupati Kabupaten Suka Maju No 208
Tahun 2x11 Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dispenda Kab. Kabupaten Suka Maju .
Berdasarkan data target dan realisasi penerimaan dari PMBLB selama lima tahun
terakhir diketahui bahwa target yang ditetapkan selalu sangat tinggi dibandingkan
realisasi penerimaan. Realisasi penerimaan tertinggi terjadi pada tahun 20x9 dan 2x11
yang hanya tercapai ±10% dari target penerimaan, sedangkan untuk tahun 2x10, 2x12,
dan 2x13 realiasi hanya tercapai sebesar ±1% dari target penerimaan. Target
penerimaan tidak memiliki pola yang jelas dan cenderung flat. Berdasarkan peringkat
realisasi penerimaan per jenis pajak atas total realisasi penerimaan pajak dan retribusi
daerah TA 20x9-2x13, PPJ menduduki peringkat paling bawah.
Hasil wawancara dengan Kepala Dispenda Kabupaten Suka Maju, diketahui bahwa
penetapan target atas PMBLB sama seperti dengan pajak lain-lainnya, yaitu berdasarkan
asumsi-asumsi lisan (tidak pernah didokumentasikan), bukan berdasarkan hasil analisa
yang memadai, misalnya berdasarkan analisa nota perhitungan pajak yang seharusnya
dilaporkan wajib pajak.
Pengelolaan PMBLB didasarkan kepada Peraturan Daerah Kabupaten Suka Maju No 24
Tahun 2x11 Tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan dan wawancara, ditemukan perbedaan mekanisme

19
pemungutan, yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 91
Tahun 2x10 Tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala
Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak, diketahui PPJ dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak. Namun, pada kenyataannya pemungutan PMBLB dilakukan dengan
menggunakan karcis. Terdapat empat karcis yang digunakan untuk memungut PMBLB,
yaitu:
a. Karcis Batu Gunung, Tarif Rp50.000
b. Karcis Karang Kasar, Tarif Rp50.000
c. Karcis Pasir Halus, Tarif Rp80.000
d. Karcis Karang Halus, Tarif Rp45.000
Karcis tersebut dibagikan kepada petugas lapangan yang ditugaskan di empat pos
dengan wilayah berbeda.
Kenyataan di lapangan, sistem pemungutan melalui karcis tersebut juga tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Karcis-karcis yang harusnya dibagikan ke truk pengangkut
Mineral bukan Logam dan Batuan yang melewati pos sering ditolak oleh para supir
truk.
Proses penyetoran pun mengalami kelemahan mekanisme, dimana pada saat petugas
lapangan menyetorkan hasil pungutan, bagian penerima penyetoran tidak memeriksa
berapa jumlah riil karcis yang telah dibagikan di lapangan dan berapa yang masih sisa
di petugas, sehingga jumlah yang disetorkan petugas lapangan tersebut tidak berindikasi
tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Petugas lapangan pun tidak secara rutin
menyetorkan hasil pungutannya, mereka bias datang lebih dari sebulan sekali
tergantung kehendak petugas lapangan.
Dengan demikian, pengelolaan PMBLB tidak sesuai dengan Perda yang berlaku,
dimana tidak berjalannya sistem pelaporan nota perhitungan atas PMBLB oleh WP
yang harus disampaikan ke Dispenda. Dispenda juga tidak pernah melakukan
pemeriksaan atas PMBLB ke WP yang memiliki usaha di bidang mineral bukan logam
batuan, sesuai dengan yang dijabarkan dalam UU No 28/20x9.
Pejabat Dispenda menjelaskan hal tersebut terjadi karena tidak kooperatifnya pengusaha
penghasil Mineral Bukan Logam dan Batuan untuk membayarkan pajaknya, sedangkan
Dinas terkait yang mengerti secara teknis pengelolaan Mineral Bukan Logam dan
Batuan juga tidak mau bekerja sama dalam menyediakan data dan informasi yang
diperlukan. Dispenda melalui Sekretaris Daerah telah mengirimkan Surat kepada Satker
lain untuk memberikan laporan RAB atas pekerjaan fisik yang dilakukan di Satker
masing-masing, namun menurut Kepala Dinas surat tersebut pun belum ditanggapi oleh
Satker.
4.5 Pengelolaan Retribusi Pada Pemkab Kabupaten Suka Maju Belum Memiliki
Aturan dan SOP yang Jelas
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa umum adalah retribusi yang dikenakan atas jasa umum yang
disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan.

20
Realisasi retribusi jasa umum pada Kabupaten Suka Maju pada tahun 2x13 yang
dikelola oleh dinas penghasil sebagai berikut:
RETRIBUSI JASA UMUM SKPD Pemungut REALISASI (Rp)
Pelayanan Kesehatan RSUD dan Dinas Kesehatan 1.188.664.737,00
Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Dukcapil 141.088.000,00
Catatan Sipil
Retribusi Daftar Ulang TDP,SIUP,TDG & TDI Dinas Perindag 14.578.000,00
Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan 70.908.500,00
Jumlah 1.415.239.237,00

Retribusi jasa umum pada tahun 2x13 menyumbang kontribusi 15,47% terhadap
pendapatan pajak dan retribusi daerah. Pemerintah Kabupaten Suka Maju dalam
upaya pemungutan retribusi jasa umum berdasarkan Perda sebagai berikut:
RETRIBUSI JASA UMUM PERATURAN YANG MENDASARI
Pelayanan Kesehatan Perda no 8 tahun 2x11 (RSUD) DInas Kesehatan (Tidak ada Perda)
Penggantian Biaya Cetak KTP Perda no. 10 tahun 20x1 (berlaku s/d Maret 2x13); Perda no 15
dan Akta Catatan Sipil tahun 2x11 (berlaku mulai April 2x13); SK Kepala Dinas No 974/404
tanggal 21 Mei 2x13; UU no 24 tahun 2x13 (mulai tahun 2x14 tidak
dipungut retribusi)
Retribusi Daftar Ulang Perda no 11 tahun 20x5 (Dibatalkan); Keputusan Bupati nomor 136
TDP,SIUP,TDG & TDI tahun 20x5 (tidak mengatur besaran tarif)
Pengujian Kendaraan Bermotor Tidak ada

b. Retribusi Jasa Usaha


Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi yang dikenakan atas jasa usaha yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang
meliputi pelayanan dengan menggunakan / memanfaatkan kekayaan daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal, dan/atau pelayanan oleh Pemerintah Daerah
sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta. Realisasi retribusi
jasa usaha pada Kabupaten Suka Maju pada tahun 2x13 yang dikelola oleh dinas
penghasil sebagai berikut:
RETRIBUSI JASA USAHA SKPD Pemungut REALISASI (Rp)
Pemakaian Kekayaan Daerah Dinas Perhubungan 576.584.400,00
Retribusi Terminal Dinas Perhubungan 7.750.000,00
Rumah Potong Hewan Dinas Peternakan dan Pertanian 86.455.000,00
Pelayanan Kepelabuhanan Dinas Perhubungan 192.243.500,00
Retribusi Jasa Angkutan Udara Dinas Perhubungan 70.000.000,00
Penjualan Produksi Usaha Daerah Dinas Peternakan dan Pertanian 7.051.000,00
Jumlah 940.083.900,00

Retribusi jasa usaha pada tahun 2x13 menyumbang kontribusi 10,27% terhadap
pendapatan pajak dan retribusi daerah. Pemerintah Kabupaten Suka Maju dalam
upaya pemungutan retribusi jasa usaha berdasarkan Perda sebagai berikut:
RETRIBUSI JASA USAHA PERATURAN YANG MENDASARI
Pemakaian Kekayaan Daerah Perda no 6 tahun 19x3 (sewa rumah dinas), aturan baru
Perda no 18 tahun 2x11 (belum digunakan)
Retribusi Terminal Perda no 9 tahun 2x11
Rumah Potong Hewan Perda no 12 tahun 20x5
Pelayanan Kepelabuhanan Perbup no 106 tahun 2x12
Retribusi Jasa Angkutan Udara Perbup no 173 lembaran daerah no 13 tanggal 17 juli 2x12
(sudah tidak dipungut lagi)
Penjualan Produksi Usaha Daerah Tidak ada

c. Retribusi Perijinan Tertentu

21
Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi pelayanan perizinan tertentu oleh
Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Realisasi retribusi perijinan
tertentu pada Kabupaten Suka Maju pada tahun 2x13 sebagai berikut:
RETRIBUSI PERIJINAN TERTENTU REALISASI (Rp)
Izin Mendirikan Bangunan (Sekretariat Daerah) 271.382.285,00
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol (Sekretariat
Daerah) 474.167.000,00
Retribusi Izin Gangguan (Sekretariat Daerah) 430.966.000,00
Retribusi Izin Trayek (Dinas Perhubungan) 48.125.000,00
Retribusi Izin Usaha Perikanan -
Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi (Dinas Pekerjaan Umum) 63.550.000,00
Retribusi Usaha Badan Hukum Koperasi (Dinas Koperasi dan
UKM) 12.465.000,00
Retribusi Ijin Penyiaran (Dinas Informasi dan Komunikasi) 6.845.454,00
Retribusi Ijin Perfilman (Dinas Informasi dan Komunikasi) 6.200.000,00
Retribusi Ijin Usaha Ketenagakerjaan (Dinas Tenaga Kerja) 105.985.000,00
Jumlah 1.419.685.739,00

Retribusi Perijinan Tertentu pada tahun 2x13 menyumbang kontribusi 15,52%


terhadap pendapatan pajak dan retribusi daerah. Pemerintah Kabupaten Suka Maju
dalam upaya pemungutan retribusi perijinan tertentu berdasarkan Perda sebagai
berikut:
RETRIBUSI PERIJINAN TERTENTU PERATURAN YANG MENDASARI
Izin Mendirikan Bangunan (Sekretariat Daerah) Perda no 18 tahun 20x5
Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol Perda no. 22 tahun 2x11
(Sekretariat Daerah)
Retribusi Izin Gangguan (Sekretariat Daerah) Perda no 9 tahun 20x1
Retribusi Izin Trayek (Dinas Perhubungan) Perda no 8 tahun 20x1
Retribusi Izin Usaha Perikanan Perda no. 10 tahun 20x5 (dicabut
berdasarkan Kepmendagri No 111
tahun 20x8)
Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi (Dinas Perda no 2 tahun 20x5 (tarif masih
Pekerjaan Umum) dalam pengajuan Raperda)
Retribusi Usaha Badan Hukum Koperasi (Dinas SK Bupati no 189 tahun 20x2 dan SK
Koperasi dan UKM) Bupati no 193 tahun 20x2 ( SK Bupati
no 189 dicabut)
Retribusi Ijin Penyiaran (Dinas Informasi dan Perda no 3 tahun 20x5
Komunikasi)
Retribusi Ijin Perfilman (Dinas Informasi dan Perda no 4 tahun 20x5
Komunikasi)
Retribusi Ijin Usaha Ketenagakerjaan (Dinas Perda no 14 tahun 20x5
Tenaga Kerja)

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Seksi Dinas terkait diketahui bahwa
SOP (standard operating procedure) terkait pemungutan Retribusi tersebut belum
dibuat. SOP tersebut penting karena SOP memastikan bahwa organisasi memiliki
proses konstan karena memenuhi standar tertulis, sehingga seluruh anggota
organisasi mempunyai standard yang sama. Adanya SOP juga akan menjadi acuan
bagi pelaksana, dan SOP juga dapat digunakan untuk continuous improvement
karena di dalam SOP ada KPI (key performance indicator) yang harus dipenuhi
sebagai mana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 35 tahun 2x12.

22
Berdasarkan hasil wawancara kepada bendahara penerimaan dinas terkait dan
dokumen walkthrough diketahui bahwa:
1. Pendataan terhadap WR (wajib retribusi) belum dilakukan secara memadai
sehingga potensi penerimaan retribusi belum menggambarkan kondisi riil.
2. Perhitungan dan penetapan besarnya retribusi jasa umum pada retribusi uji mutu
air yang termasuk dalam retribusi daftar ulang TDP, SIUP, TDG & TDI serta
retribusi pelayanan kesehatan yang dikelola oleh Dinas Kesehatan menggunakan
tarif yang tidak didasari melalui Perda / Perbup. Penetapan besarnya retribusi
sebagai dasar pengakuan besarnya retribusi yang terhutang tidak menggunakan
SKRD (surat ketetapan retribusi daerah).
3. Perhitungan dan penetapan besarnya retribusi jasa usaha pada retribusi pelayanan
kepelabuhan yang dikelola oleh Dinas Perhubungan menggunakan tarif
berdasarkan Perbup, dan tidak terdapat Perda. Penetapan besarnya retribusi
sebagai dasar pengakuan besarnya retribusi yang terhutang tidak menggunakan
SKRD (surat ketetapan retribusi daerah).
4. Perhitungan dan penetapan besarnya retribusi perizinan tertentu pada retribusi ijin
mendirikan bangunan, ijin tempat penjualan minuman beralkohol dan ijin usaha
jasa konstruksi menggunakan tarif terbaru namun Perda yang mendasari belum
ditetapkan. Penetapan besarnya retribusi sebagai dasar pengakuan besarnya
retribusi yang terhutang tidak menggunakan SKRD (surat ketetapan retribusi
daerah).
5. Monitoring terhadap besarnya retribusi yang dibayar oleh masing-masing WR
belum memadai. Sehingga atas keterlambatan/kelalaian wajib retribusi dalam
membayar retribusi tidak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2%.
6. Penagihan atas retribusi yang terhutang belum dilakukan, sehingga besarnya
piutang retibusi tidak dapat diketahui secara pasti.
7. Struktur organisasi dalam Dinas terkait belum menggambarkan tugas dan
tanggungjawab kepada seluruh pegawai secara jelas.
4.6 Dispenda Belum Melakukan Analisis Kebutuhan Pegawai dan Jumlah
Pegawai Tidak Memadai
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Permenpan) Nomor 26 Tahun 2x11 Tentang Pedoman Perhitungan Jumlah Kebutuhan
Pegawai Negeri Sipil Untuk Daerah mengatur tentang pedoman dan acuan bagi
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi serta Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota untuk
merumuskan jumlah kebutuhan pegawai secara tepat sesuai kebutuhan riil organisasi
berdasarkan karakteristik dan kondisi daerah.
Permenpan No 26 Tahun 2x11 membedakan kebutuhan PNS untuk daerah ke dalam dua
jenis wilayah pemerintah daerah, yaitu daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota,
serta besaran jumlah penduduk pada daerah tersebut. Berdasarkan data LKPD
Kabupaten Suka Maju TA 2x12, disebutkan kondisi demografi jumlah penduduk
Kabupaten Suka Maju hasil sensus penduduk tahun 2x10 adalah 130.593 jiwa.
Tiga kriteria dalam menghitung jumlah kebutuhan pegawai yang dapat digunakan pada

23
struktur organisasi Dispenda, berdasarkan Permenpan No 26 Tahun 2x11, yaitu:
a. Jabatan fungsional yang tidak memberikan pelayanan langsung pada masyarakat;
b. Jabatan fungsional yang memberikan pelayanan langsung pada masyarakat yang
bersifat teknis administratif;
c. Jabatan fungsional yang memberikan pelayanan langsung pada masyarakat dan
bertugas di lapangan.
Perbandingan antara pedoman berdasarkan Permenpan No 26 Tahun 2x11 dengan
kondisi kepegawaian pada Dispenda pada saat pemeriksaan, sebagai berikut:
Jumlah Pegawai
No Bidang/Seksi Kriteria
Pedoman Kenyataan
1 Bidang Perencanaan, Program, dan Pengelolaan Benda Berharga
Seksi Jabatan fungsional yang tidak 2 1
Perundang- memberikan pelayanan langsung
Undangan pada masyarakat
Seksi Jabatan fungsional yang tidak 2 2
Perencanaan dan memberikan pelayanan langsung (1 honorer)
Program pada masyarakat
Seksi Jabatan fungsional yang tidak 2 4
Pengelolaan memberikan pelayanan langsung (1 honorer)
Benda Berharga pada masyarakat
2 Bidang Pendataan dan Penetapan
Seksi Jabatan fungsional yang 3 1
Pendaftaran memberikan pelayanan langsung
pada masyarakat yang bersifat
teknis administrative
Seksi Pendataan Jabatan fungsional yang 3 1
memberikan pelayanan langsung
pada masyarakat yang bersifat
teknis administrative
Seksi Jabatan fungsional yang 3 1
Perhitungan dan memberikan pelayanan langsung
Penetapan pada masyarakat yang bersifat
teknis administrative
3 Bidang Penagihan dan Pembukuan
Seksi Jabatan fungsional yang tidak 2 2
Pembukuan dan memberikan pelayanan langsung
Pelaporan pada masyarakat
Seksi Penagihan Jabatan fungsional yang Dihitung 2
memberikan pelayanan langsung berdasarkan
pada masyarakat dan bertugas di beberapa aspek,
lapangan antara lain:
- Objek kerja
- Hasil kerja
- Tugas/Waktu
kerja
- Perangkat kerja
sesuai
karakteristik
jabatan
Seksi Verifikasi Jabatan fungsional yang 3 2
dan Keberatan memberikan pelayanan langsung
pada masyarakat yang bersifat
teknis administrative
4 Bidang Bagi Hasil dan Pendapatan Lain-lain
Seksi Jabatan fungsional yang tidak 2 1
Penatausahaan memberikan pelayanan langsung
dan Bagi Hasil pada masyarakat
Seksi Jabatan fungsional yang Dihitung 2

24
Jumlah Pegawai
No Bidang/Seksi Kriteria
Pedoman Kenyataan
Pendapatan Lain- memberikan pelayanan langsung berdasarkan
lain pada masyarakat dan bertugas di beberapa aspek,
lapangan antara lain:
- Objek kerja
- Hasil kerja
- Tugas/Waktu
kerja
- Perangkat kerja
sesuai
karakteristik
jabatan
Seksi Monitoring Jabatan fungsional yang Dihitung 1
dan Evaluasi memberikan pelayanan langsung berdasarkan
pada masyarakat dan bertugas di beberapa aspek,
lapangan antara lain:
- Objek kerja
- Hasil kerja
- Tugas/Waktu
kerja
- Perangkat kerja
sesuai
karakteristik
jabatan
5 Sekretariat
Sub Bag. Umum Jabatan fungsional yang tidak 3 3
memberikan pelayanan langsung
pada masyarakat
Sub Bag. Jabatan fungsional yang tidak 3 2
Kepegawaian memberikan pelayanan langsung (2 honorer)
pada masyarakat
Sub Bag. Jabatan fungsional yang tidak 3 5
Keuangan memberikan pelayanan langsung (1 honorer)
pada masyarakat

Dispenda juga memiliki pegawai honorer sebagai petugas lapangan sebanyak 13 orang
yang bertugas di 6 pos retribusi (masing-masing pos rata-rata 2 orang). Pegawai honorer
ini berada dibawah struktur Bidang Penagihan dan Pembukuan.
Berdasarkan kondisi pada tabel di atas, dapat disimpulkan jumlah PNS pada Dispenda
belum sesuai dengan pedoman Permenpan, selain itu, distribusi pegawai belum merata,
terdapat bagian/seksi yang jumlah pegawainya lebih dari yang seharusnya, di sisi lain,
masih banyak seksi yang kekurangan personel.
4.7 Intervensi Manajemen Belum Memadai Dalam Memotivasi Karyawan
Salah satu faktor dalam menilai kinerja Dispenda dalam mengelola PAD adalah
menganalisa apakah intervensi manajemen telah memadai dalam memotivasi kerja.
Untuk mengidentifikasi permasalahan terkait intervensi manajemen telah memadai
dalam memotivasi kerja, pemeriksa membuat kuisioner sederhana yang berisikan 11
pernyataan. Pemeriksa memilih 15 responden dari seluruh pegawai Dispenda yang
dianggap memiliki kompetensi dan mewakili masing-masing bagian/seksi. Hasil dari
kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
a. 40% responden menganggap bahwa sistem penghargaan yang ada sekarang sudah
menarik dan kompetitif, 40% responden yang lain menganggap tidak menarik dan
tidak kompetitif.

25
b. 40% responden menganggap bahwa sistem penilaian yang ada sekarang sudah
menarik, 40% responden yang lain menganggap tidak memadai.
c. 40% responden menganggap merasa dilibatkan dalam keputusan-keputusan penting,
47% responden yang lain menganggap tidak dilibatkan.
d. 6,67% responden menganggap merasa nyaman meski dibayar sama dengan rekan
yang berkinerja lebih rendah, 67% responden yang lain menganggap tidak nyaman.

Berdasarkan kuisioner tersebut, masih terdapat ruang bagi manajemen untuk


memotivasi karyawan dalam hal perbaikan sistem penilaian dan sistem penghargaan
yang ada sekarang, antara lain dengan pelibatan karyawan dalam pengambilan
keputusan penting dan pemberlakuan insentif berdasarkan kinerja.
4.8 Insentif Pemungutan Pajak Daerah Pada Dispenda Belum Didesain untuk
Mendorong Kinerja Pegawai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 20x9 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pasal 171 dinyatakan bahwa Instansi yang melaksanakan pemungutan
Pajak dan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu, dimana
pemberian dan pemanfaatannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2x10 Tata Cara Pemberian Dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah. Undang-Undang No 28 Tahun 20x9 juga mengamanatkan pemberian
insentif tersebut ditetapkan melalui APBD.

26
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Suka Maju diketahui beberapa hal,
sebagai berikut:
a. Menurut Kasubag Keuangan Dispenda, acuan atas pemberian insentif tersebut
berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Suka Maju Nomor 121 Tahun 1989.
Berdasarkan Keputusan Bupati tersebut, uang insentif ditetapkan sebesar 5% dari
realisasi penerimaan dan pendapatan daerah yang dikelola/disetor ke Kas Daerah
oleh atau melalui Dinas Pendapatan Daerah, berdasarkan bukti-bukti kas. Dari
Insentif 5% tersebut, dibagi lagi menjadi sebagai berikut:
1) 2,5% untuk Dinas/Instansi pengelola yang bersangkutan;
2) 1,5% untuk staf/karyawan Dinas Pendapatan Daerah dalam rangka koordinasi
administratif dibidang pendapatan daerah;
3) 1% untuk staf/pimpinan Setwilda Tingkat II Kabupaten Suka Maju yang nyata-
nyata ada hubungan koordinasi dalam pembinaan pendapatan daerah.
b. Berdasarakan bukti pertanggungjawaban atas belanja Insentif, diketahui sebagai
berikut:
1) Pemberian Insentif dilakukan setiap triwulan
2) Pembagian insentif untuk Dinas terkait PAD sebesar 2,5% dari jumlah PAD yang
disetorkan
3) Setelah itu, sisanya dibagikan kepada pimpinan dan pegawai Dispenda dengan
rincian sebagai berikut:
 15% untuk Kepala Dinas, Sekretaris Dinas, dan Kepala Bidang Perencaan,
Program dan Pengelolaan Barang Berharga
 5% untuk Kepala Bidang lainnya, Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian, dan staf
golongan III, dan besaran nilai tertentu kepada staf golongan II kebawah.
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2x10 mengatur Tata Cara Pemberian dan
Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sesuai yang
diamanatkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 20x9 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, beberapa hal yang
diamanatkan dalam pemberian insentif, antara lain:
a. Insentif dibayarkan secara proporsional sesuai dengan ketentuan yang dijabarkan
pada pasal 3 dan pasal 7 PP No 69 Tahun 2x10.
b. Instansi Pelaksana Pemungut Pajak dan Retribusi dapat diberi insentif apabila
mencapai kinerja tertentu. Pada bagian penjelasan Peraturan Pemerintah tersebut,
dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “kinerja tertentu” adalah pencapaian target
penerimaan Pajak dan Retribusi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah yang dijabarkan secara triwulanan dalam Peraturan Kepala Daerah.
(Pasal 4 dan penjelasannya)
c. Pemberian tersebut dibayarkan per triwulan pada awal triwulan berikutnya. Apabila
target kinerja pada triwulan tersebut tidak tercapai, maka pembayaran insetif tersebut
ditunda pada awal triwulan berikutnya yang telah mencapai target kinerja triwulan
yang ditentukan. (Pasal 4)
d. Besaran insentif untuk daerah kabupaten/kota paling tinggi sebesar 5%, dari rencana
penerimaan pajak dan retribusi daerah dalam tahun anggaran berkenaan untuk tiap
jenis pajak dan retribusi. (Pasal 6)

27
e. Penerima pembayaran Insentif dan besarnya pembayaran Insentif ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Daerah. (Pasal 8)
f. Kepala Instansi Pelaksana Pemungut Pajak dan Retribusi menyusun penganggaran
Insentif pemungutan Pajak dan/atau Retribusi. (Pasal 9)
g. Penganggaran Insentif pemungutan Pajak dikelompokkan ke dalam belanja tidak
langsung yang diuraikan berdasarkan jenis belanja pegawai, objek belanja Insentif
pemungutan Pajak serta rincian objek belanja Pajak. (Pasal 9)
h. Penganggaran Insentif pemungutan Retribusi dikelompokkan ke dalam belanja tidak
langsung yang diuraikan berdasarkan jenis belanja pegawai, obyek belanja Insentif
pemungutan Retribusi serta rincian obyek belanja Retribusi. (Pasal 9)
Hasil analisa atas penerapan pemberian insentif yang diterapkan oleh Dispenda dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2x10, diketahui sebagai berikut:
a. Acuan yang digunakan oleh Dispenda dalam pemberian Insentif, yaitu Keputusan
Bupati No 121 Tahun 2989 sudah usang dan perlu menerbitkan Keputusan Kepala
Daerah yang baru sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 2x10.
b. Pembayaran insentif tidak sesuai yang diamanatkan pada pasal 3, pasal 4, pasal 7
dan pasal 8 PP No 69 Tahun 2x10.
c. Tidak terdapat Keputusan Kepala darah terkait perencanaan target penerimaan pajak
dan retribusi sebagai acuan untuk memberikan insentif.
d. Besaran insentif yang dianggarkan paling tinggi 5% dari rencana penerimaan pajak
dan retribusi daerah dalam tahun anggaran berkenaan untuk tiap jenis pajak dan
retribusi, namun Insentif yang dianggarkan berdasarkan kecukupan anggaran yang
telah ditentukan oleh Tim Anggaran Daerah.
e. Proses penganggaran insentif tidak sesuai dengan pasal 9 PP No 69 Tahun 2x10.
4.9 Sistem Informasi Dispenda Belum Memadai dari Segi Input, Proses, Output,
Dukungan, dan Keamanan
Dispenda Kabupaten Suka Maju memiliki sitem informasi dalam pengelolaan
penerimaan pajak dan daerah dengan nama SIMPADA. Sistem informasi ini digunakan
dalam menjalankan fungsi pendaftaran, pendataan, perhitungan dan penetapan, serta
pelaporan atas pengelolaan penerimaan pajak dan retribusi daerah.
Pemeriksaa membuat kuisioner untuk menilai dari 5 aspek utama dalam sistem
informasi yang baik, yaitu Input, Proses, Output, Dukungan, dan Keamanan..
Sebagai responden, dipilih dua staf yang merupakan personil kunci dalam
pengoperasian sistem informasi tersebut untuk mengisi kuisioner. Hasil yang didapat,
diketahui terdapat beberapa kondisi yang tidak dipenuhi oeh sistem informasi yang
digunakan, dan menurut pemeriksa merupakan bagian penting yang harus dimiliki oleh
sebuah sistem informasi, yaitu:
a. Fitur/Menu atas Aplikasi tidak dapat dipelajari secara cepat
b. Aplikasi tidak dapat memberikan peringatan atas kesalahan input data
c. Aplikasi tidak dapat memberikan peringatan atas input data ganda
d. Saat terjadi gangguan, aplikasi tidak menyajikan data terakhir yang sedang diproses
e. Aplikasi tidak dapat menyajikan output dalam format lain (seperti microsoft excel,
dll) untuk pengolahan data lebih lanjut

28
f. Aplikasi dapat menyajikan output berupa laporan, seperti Laporan Penerimaan
Harian, Surat Tanda Setoran, Buku Kas Umum, dan lainnya. Akan tetapi, aplikasi
tidak dapat menyajikan daftar Surat Ketetapan Pajak/Retribusi Daerah dan Daftar
Tunggakan Pajak/Retribusi Daerah.
g. Sistem Informasi tidak didukung dengan adanya pegawai teknisi sistem, tidak ada
pelatihan, tidak didukung antivirus, fasilitas back up data, dan tidak ada perbaikan
yang dilakukan dengan cepat pada saat terjadi gangguan.
h. Dari sisi keamanan, sistem tidak dapat menolak akses yang dikenal, aplikasi tidak
log out secara otomatis jika terdapat idle pada saat digunakan, dan perubahan data
tidak melalui otoritas.
Hasil keterangan yang diberikan oleh kedua staf tersebut, aplikasi tersebut telah ada
sejak mereka masuk bekerja sebagai pegawai di Dispenda, aplikasi tersebut telah ada
sejak ± dari tahun 20x8 dan tidak pernah dilakukan perubahan yang besar atas sistem
informasi. Pembaharuan yang pernah dilakukan hanyalah penggantian dari sisi
hardware, seperti penggantian server yang telah rusak.
Dalam menggunakan sistem informasi tersebut, pegawai Dispenda belajar secara
otodidak tanpa ada bimbingan dari pihak konsultan pembuat aplikasi tersebut. Jika ada
masalah yang terjadi atau ada pertanyaan seputar penggunaan menu aplikasi, konsultasi
dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan media telepon. Tidak pernah ada
pelatihan khusus secara berkala kepada pegawai untuk penggunaan sistem informasi
tersebut. Salah satu kendala yang disebutkan pegawai Dispenda adalah ketiadaan
anggaran untuk mengadakan kegiatan tersebut.

29

Anda mungkin juga menyukai