Makalah Hukum Bisnis Kurang Kesimpulan
Makalah Hukum Bisnis Kurang Kesimpulan
SENGKETA BISNIS
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
SENGKETA BISNIS ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Hukum Bisnis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang hukum bisnis khususnya pada sengketa bisnis,
penyelesaian sengketa bisnis, litigasi dan non litigasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Ida Bagus Widiadnyana,
MM selaku dosen mata kuliah Hukum Bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
i
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................2
BAB II ISI...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sengketa Bisnis................................................................................................3
2.1.1 Sengketa......................................................................................................................3
2.1.2 Sengketa Bisnis...........................................................................................................4
2.2 Penyelesaian Sengketa Bisnis.............................................................................................5
2.2.1 Dari Sudut Pandang Pembuat Keputusan....................................................................5
2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya....................................................................................5
2.3 Litigasi...............................................................................................................................6
2.3.1 Pengadilan Umum.......................................................................................................6
2.3.2 Pengadilan Niaga.........................................................................................................7
2.4 Non Litigasi........................................................................................................................7
2.4.1 Negosiasi.....................................................................................................................7
2.4.2 Mediasi........................................................................................................................9
2.4.3 Konsiliasi...................................................................................................................10
2.4.4 Arbitrase....................................................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan sengketa bisnis?
2) Bagaimana penyelesaian sengketa bisnis?
3) Apa yang dimaksud dengan litigasi dan non litigasi?
1.3 Tujuan
1) Mengetahui apa yang dimaksud dengan sengketa bisnis.
2) Mengetahui bagaimana penyelesaian dari sengketa bisnis.
3) Mengetahui apa yang dimaksud dengan litigasi dan non litigasi.
2
BAB II
ISI
2.1.1 Sengketa
Arti dari kata sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah sengketa [seng·ke·ta] 1) sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat;
pertengkaran; perbantahan; 2) pertikaian; perselisihan; 3) perkara (dalam
pengadilan). Sengketa dapat terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Sengketa
dapat terjadi antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok,
antara kelompok dengan kelompok, antara perusahaan dengan perusahaan, antara
perusahaan dengan negara, antara negara satu dengan yang lainnya, dan
sebagainya. Dengan kata lain, sengketa dapat bersifat publik maupun bersifat
keperdataan dan dapat terjadi baik dalam lingkup lokal, nasional maupun
internasional.
Terdapat beberapa pengertian sengketa dari beberapa sumber buku antara
lain sebagai berikut:
1) Menurut Chomzah (2003:14), sengketa adalah pertentangan antara dua
pihak atau lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu
kepentingan atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi
keduanya.
2) Menurut Amriani (2012:12), sengketa adalah suatu situasi dimana ada pihak
yang merasa dirugikan oleh pihak lain, yang kemudian pihak tersebut
menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak kedua. Jika situasi
menunjukkan perbedaan pendapat, maka terjadi lah apa yang dinamakan
dengan sengketa.
3) Menurut Rahmadi (2011:1), konflik atau sengketa merupakan situasi dan
kondisi di mana orang-orang saling mengalami perselisihan yang bersifat
faktual maupun perselisihan-perselisihan yang ada pada persepsi mereka
saja.
3
Dengan demikian, yang dimaksud dengan sengketa ialah suatu perselisihan
yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang saling mempertahankan persepsinya
masing-masing, di mana perselisihan tersebut dapat terjadi karena adanya suatu
tindakan wanprestasi dari pihak-pihak atau salah satu pihak dalam perjanjian.
4
Sebaliknya apabila dalam suatu perjanjian ada pihak-pihak yang tidak memenuhi
prestasi sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian, maka sudah tentu ada pihak
yang merasa dirugikan. Ketika ada satu pihak yang merasa dirugikan dan
kemudian dilakukan ekspresi atas hal tersebut maka pada saat itu telah terjadi
sengketa.
Pihak yang merasa dirugikan ini dapat menuntut pihak yang menimbulkan
kerugian tersebut dengan gugatan wanprestasi kedepan sidang pengadilan.
Wanprestasi dapat digugat ke hadapan sidang pengadilan apabila ada para pihak
yang menganggap bahwa pihak lainnya telah lalai dalam melaksanakan
prestasinya. Adapun kelalaian ini dapat dibagi ke dalam tiga bagian antara lain:
a.) Tidak memenuhi kewajiban sama sekali;
b.) Terlambat memenuhi kewajiban;
c.) Memenuhi kewajiban tapi tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.
5
2.2.2 Dari Sudut Pandang Prosesnya
Penyelesaian sengketa bisnis ini dilakukan melalui sudut pandang
bagaimana proses yang dilaluinya yaitu:
a) Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur
pengadilan dengan menggunakan pendekatan hukum.
Lembaga penyelesaiannya:
Pengadilan Umum
Pengadilan Niaga.
b) Non Litigasi: merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar
pengadilandan tidak menggunakan pendekatan hukum formal.
Lembaga penyelesaiannya melalui mekanisme:
Arbitrase
Merupakan penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum
yang didasarkan pada perjanjian yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa (pasal 1 angka 1 UU No.30 Tahun 1999).
Negosiasi
Sebuah interaksi sosial saat pihak-pihak yang terlibat berusaha
untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan
untuk mendapatkan solusidari yang dipertentangkan.
Mediasi
Negosiasi dengan bantuan pihak ketiga. Dalam mediasi yang
memainkan peran utama adalah pihak-pihak yang bertikai. Pihak ketiga
(mediator) berperan sebagai pendamping dan penasihat.
Konsiliasi
Usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih
untu kmencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.
2.3 Litigasi
Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi (melalui jalur pengadilan
formal) dengan pendekatan hukum dimana sebelum seorang kreditor dapat
menuntut debitornya yang lalai, terlebih dahulu kreditor tersebut harus
memberikan peringatan kepada debitornya. Dalam istilah hukum peringatan ini
6
dinamakan sommatie. Surat peringatan ini memuat sebuah teguran kepada debitor
bahwa dirinya berpotensi melakukan suatu wanprestasi sehingga kreditor
menginginkan agar debitor memenuhi prestasi sesegera mungkin sebelum kreditor
menggugatnya ke muka sidang pengadilan.
7
mempunyai dasar hukum berupa yaitu Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Adapun alternatif yang
ditawarkan berdasarkan undang-undang ini adalah:
2.4.1 Negosiasi
Pengertian dari negosiasi antara lain:
Proses yang melibatkan upaya seseorang untuk mengubah (atau tak
mengubah)sikap dan perilaku orang lain.
Proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan
timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut pandang,
dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain.
Negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak: pihak kita
dan pihak lawan dimana kedua belah pihak bersama-sama mencari
hasil yang baik, demi kepentingan kedua belah pihak.
Pola perilaku dalam negosiasi:
a.) Moving against (pushing): menjelaskan, menghakimi, menantang, tak
menyetujui, menunjukkan kelemahan pihak lain.
b.) Moving with (pulling): memperhatikan, mengajukan gagasan,
menyetujui, membangkitkan motivasi, mengembangkan interaksi.
c.) Moving away (with drawing): menghindari konfrontasi, menarik
kembali isi pembicaraan, berdiam diri, tak menanggapi pertanyaan.
d.) Not moving (letting be): mengamati, memperhatikan, memusatkan
perhatian pada “here and now”, mengikuti arus, fleksibel, beradaptasi
dengan situasi.
Keterampilan negosiasi:
Mampu melakukan empati dan mengambil kejadian seperti pihak lain
mengamatinya.
Mampu menunjukkan faedah dari usulan pihak lain sehingga pihak-
pihak yang terlibat dalam negosiasi bersedia mengubah pendiriannya.
Mampu mengatasi stres dan menyesuaikan diri dengan situasi yang
tak pasti dan tuntutan di luar perhitungan.
Mampu mengungkapkan gagasan sedemikian rupa sehingga pihak lain
akan memahami sepenuhnya gagasan yang diajukan.
8
Memahami latar belakang budaya pihak lain dan berusaha
menyesuaikan diri dengan keinginan pihak lain untuk mengurangi
kendala.
Negosiasi dan Hiden agenda
Dalam negosiasi tak tertutup kemungkinan masing-masing pihak memiliki
hiden agenda. Hiden agenda adalah gagasan tersembunyi/ niat terselubung
yang tak diungkapkan (tak eksplisit) tetapi justru hakikatnya merupakan hal
yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan.
Negosiasi dan Gaya kerja
Cara bernegosiasi yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi
oleh gaya kerjanya.
Kesuksesan bernegosiasi seseorang didukung oleh kecermatannya
dalam memahami gaya kerja dan latar belakang budaya pihak lain.
Fungsi informasi dan Lobi dalam negosiasi
1) Informasi memegang peran sangat penting. Pihak yang lebih banyak
memilikiinformasi biasanya berada dalam posisi yang lebih
menguntungkan.
2) Dampak dari gagasan yang disepakati dan yang akan ditawarkan
sebaiknyadipertimbangkan lebih dulu.
3) Jika proses negosiasi terhambat karena adanya hiden agenda dari salah
satu/kedua pihak, maka lobbying dapat dipilih untuk menggali hiden
agenda yang adasehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan
gagasan yang lebih terbuka.
Teknik negosiasi
a.) Tahap negoisasi kompetitif
b.) Tahap negoisasi koperatif
c.) Tahap negoisasi lunak dan keras
d.) Tahap negoisasi interest based
2.4.2 Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
atau mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses
9
mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau
consensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu
gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya
harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Adapun proses untuk mediasai sebagai berikut:
Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh
ketua, kemudian majelis hakim membuat penetapan untuk mediator
agar dilaksanakan mediasi.
Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi
kepada mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang
berperkara agar perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan
berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau
tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang
memberikan penetapan. Jika terdapat perdamaian, penetapan
perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri
penting dari mediator adalah:
a.) Netral
b.) Membantu para pihak
c.) Tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian
Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak
memutusatau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah
selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak serta untuk Honorarium
Mediator penggunaan jasa mediator hakim tidak dipungut biaya dan uang jasa
mediator bukan Hakim ditanggung bersama oleh para pihak berdasarkan
kesepakatan para pihak.
10
2.4.3 Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa juga dengan melibatkan pihak
ketiga yang disebut sebagai konsiliator. Peran seorang konsiliator berbeda dengan
mediator. Di mana seorang konsiliator memberikan rekomendasi dan pendapat
spesifik yang bisa digunakan sebagai acuan para pihak yang bersengketa dalam
menyelesaikan masalahnya. Pada peran mediator, tidak diperbolehkan untuk
melakukan rekomendasi dan kesimpulan terhadap komunikasi yang dilakukan
para pihak. Mediator hanya dalam kapasitas membimbing para pihak dalam
mendapatkan kesimpulan dan kesepakatannya sendiri.
Selain itu, konsiliator tidak berhak untuk membuat keputusan dalam
sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan
proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang
dituangkan dalam bentuk kesepakatan di antara mereka.
Konsiliator dapat menyarankan syarat-syarat penyelesaian dan mendorong
para pihak untuk mencapai kesepakatan. Berbeda dengan negosiasi dan mediasi,
dalam proses konsiliasi konsiliator mempunyai peran luas. Ia dapat memberikan
saran berkaitan dengan materi sengketa, maupun terhadap hasil perundingan.
Dalam menjalankan peran ini konsiliator dituntut untuk berperan aktif.
2.4.4 Arbitrase
Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa pada tahap akhir di mana juga
melibatkan pihak ketiga dalam bentuk arbitral tribunal (mejelis arbitrase).
Perbedaan yang mendasar kenapa disebut sebagai langkah terakhir diluar jalur
formal pengadilan, karena sejak awal para pihak menyepakati penyelesaian
dengan arbitrase maka sudah memberikan kewenangan yang berupa:
Kewenangan kepada arbiter untuk menyelesaikan sengketa;
Kewenangan untuk pengambilan putusan
Putusan yang diambil bersifat final dan mengikat.
Terdapat dua jenis arbitrase yang bisa digunakan untuk menyelesaikan
sengketa. Berikut penjelasannya:
1) Arbitrase institusional
Arbitrase institusional adalah lembaga khusus yang ditunjuk dalam
proses arbitrase. Ada beberapa keuntungan menggunakan arbitrase
11
institusional, yaitu ada bantuan administratif, ada aturan yang ditetapkan,
dan prosesnya tepat waktu. Namun, biaya penyelesaian sengketa melalui
arbitrase institusional lebih besar. Pasalnya, lembaga khusus tersebut
menagih biaya berdasarkan persentase dari jumlah yang disengketakan. Di
Indonesia, ada beberapa lembaga arbitrase yang dapat menjadi penengah
kasus sengketa, yakni BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia), BAPMI
(Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia), dan BASYARNAS (Badan
Arbitrase Syariah Nasional Indonesia).
2) Arbitrase ad hoc
Arbitrase ad hoc adalah arbitrase yang tidak dikelola oleh suatu
institusi. Sifat arbitrase ad hoc hanyalah sementara, artinya dibentuk setelah
sebuah sengketa terjadi dan akan berakhir setelah putusan dikeluarkan. Para
pihak akan menentukan peran dalam proses arbitrase. Salah satunya
penunjukan arbiter. Jika para pihak tidak menunjuk arbiter sendiri, maka
bisa meminta bantuan pengadilan untuk mengangkat arbiter sebagai
pemeriksa dan pemutus kasus sengketa. Selain menunjuk arbiter, para pihak
juga dapat membuat aturan yang berlaku, jadwal waktu untuk mengajukan
berbagai dokumen, dan prosedur dalam penyelesaian sengketa. Arbitrase ad
hoc juga bisa diubah menjadi arbitrase institusional jika pihak yang
bersengketa memerlukan bantuan dari lembaga khusus.
Hingga kini, penyelesaian konflik dengan metode arbitrase diminati
oleh masyarakat khususnya rakyat Indonesia. Hal ini karena penyelesaian
sengketa dengan cara arbitrase dinilai memiliki keuntungan lebih
dibandingkan dengan menyelesaikan sengketa lewat peradilan umum.
Berikut keuntungan metode arbitrase:
1. Sidang tertutup untuk umum
2. Waktu yang efisien dan fleksibel
3. Lebih hemat dalam segi biaya
4. Boleh menggunakan jasa pengacara
5. Keputusan bersifat mengikat
6. Proses penyelesaian sengketa lebih cepat (maksimal 6
bulan)
12
7. Bisa memilih medium (pihak ketiga) sesuai kesepakatan
Untuk sebuah perusahaan, pada pengertian arbitrase bisa
mempengaruhi investasi sehingga di sisi lain dapat berkaitan dengan kondisi
fungsi manajamen keuangan perusahaan. Dengan ini, berikut contoh jenis
pada pengertian arbitrase yang akan ditemui pada perusahaan yaitu :
1) Abritase peraturan
Pada peraturan arbitrase yaitu suatu bentuk keputusan yang
diambil perusahaan saat terjadinya risiko keuangan perusahaan.
Dengan ini arbitrase digunakan untuk memperoleh keuntungan atas
selisih antara risiko nyata atau risiko ekonomis dengan posisi aturan
yang ada pada perusahaan. Misalnya ketika saat pengajuan pinjaman
dari pihak perusahaan kepada pihak suatu bank. Maka hal ini pihak
perusahaan tentu harus mengikuti aturan untuk mendapat pinjaman
dari bank. Namun pada sisi lain, sebagai perusahaan dapat menerima
risiko gagal bayar, walaupun resikonya kecil karena perusahaan bisa
menerapkan sekuritas yang baik bagi suatu bisnis.
2) Abritase penggabungan
Untuk arbitrase gabungan akan terjadi ketika dua perusahaan
atau dua divisi menjadi satu bagian dalam upaya menyeimbangkan
keuntungan keuangan perusahaan. Meskipun biasanya perusahaan
atau divisi yang tidak mendapat untung akan akuisisi perusahaan
sehingga yang mendapat untung adalah perusahaan yang lebih kuat.
Penggabungan inilah yang menjadikan istilahnya menjadi arbitrase
penggabungan.
3) Abritase abligasi konversi
Sebagai contoh jenis arbitrase obligasi konversi, sebagai
investor bisa mengembalikan obligasi kepada perusahaan penerbit
dengan ditukarkan sejumlah saham perusahaan yang sudah ditetapkan
sebelumnya sesuai dengan ketentuannya. Dengan harga dari obligasi
konversi yang ditetapkan sangat sensitif terhadap tiga hal adalah harga
saham, obligasi selisih kredit, dan suku bunga.
13
4) Abritase Depository Receipts
Dengan menggunakan arbitrase jenis depository receipts
biasanya terjadi pada pasar saham atau valuta asing yang memiliki
fungsi kontrol saham. Meskipun biasanya dapat dijadikan
perdagangan saham dan valuta asing perusahaan bisa dioptimalkan
keuntungan keuangannya. Sehingga, arbitrase depository receipts
dapat bertindak sebagai sekuriti yang ditawarkan sebagai pengikut
saham pada pasar asing atau perusahaan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sengketa ialah suatu perselisihan yang terjadi antara dua pihak atau lebih
yang saling mempertahankan persepsinya masing – masing. Penyelesaian
sengketa dapat dilakukan melalui sudut pandang pembuat keputusan dan sudut
pandang proses. Selain itu dapat dilakukan litigasi melalui pengadilan umum dan
pengadilan niaga, cara lain yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan sengketa
adalah dengan cara non litigasi yang meliputi negoisasi , mediasi , konsiliasi dan
arbitrase.
3.2 Saran
Penyelesaian sengketa secara litigasi tetap dipergunakan manakala
penyelesaian secara non litigasi tersebut tidak membuahkan hasil. Jadi
penggunaan metode non ligitasi adalah sebagai salah satu mekanisme
penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan mepertimbangkan segala bentuk
efesiensinya dan untuk tujuan masa yang akan datang sekaligus menguntungkan
bagi para pihak yang bersengketa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chomzah, Ali Achmad. 2003. Seri Hukum Pertanahan III Penyelesaian Sengketa Hak
Atas Tanah dan Seri Hukum Pertanahan IV Pengadaan Tanah Instansi
Pemerintah. Jakarta: Prestasi Pustaka
Pruitt, Dean G & Rubin, Z. 2004. Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahmadi, Takdir. 2011. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/hbp/files/basic-html/page114.html
https://kbbi.web.id/sengketa
https://www.academia.edu/8616155/Hukum_Bisnis_Sengketa_Bisnis
https://www.harmony.co.id/blog/pengertian-lengkap-arbitrase-contoh-dan-manfaatnya-
bagi-bisnis
https://www.dslalawfirm.com/id/pengertian-arbitrase/
https://www.wartaekonomi.co.id/read288496/apa-itu-arbitrase?page=3
16