Anda di halaman 1dari 3

Cucu Suwandana,S.Pd.,M.Si.

TIDAK ADA KATA BERHENTI UNTUK BELAJAR


Saat ini seluruh masyarakat dunia sedang berduka akibat hadirnya wabah Corona Virus
Disease atau lebih dikenal dengan nama virus korona atau covid-19 yang pertama kali
terdeteksi muncul di Negara Cina tepatnya di kota Wuhan Tiongkok pada akhir tahun 2019.
Wabah ini mendadak menjadi teror mengerikan bagi masyarakat dunia, terutama setelah
merenggut nyawa ratusan orang dalam waktu yang relatif singkat. Hampir kurang lebih 200
negara di dunia terjangkit virus korona termasuk Indonesia.
Kehadiran pandemi covid-19, menimbulkan sejumlah persoalan genting yang
menghantui bangsa ini, meluluhlantahkan sendi-sendi kehidupan bangsa hingga melahirkan
problem socio-cultural multi dimensi baik politik, sosial, budaya, ekonomi hingga ketahanan
mental baik fisik maupun sprirtual yang harus segera  diatasi karena menyangkut
keberlangsungan hidup dan kemandirian jati diri bangsa termasuk didalamnya layanan
pendidikan pada sekolah secara khusus.
Berbagai upaya pun telah dikerahkan untuk memotong mata rantai penyebaran virus
corona mulai dari Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB), penggunaan masker,
membiasakan menggunakan hand sanitizer atau cuci tangan dengan sabun di air mengalir,
menjaga imunnitas tubuh, jaga jarak (Physical distancing), menghindari kerumunan banyak
orang dalam satu tempat (social distancing), isolasi mandiri hingga lockdown di beberapa
wilayah termasuk kota-kota besar di negera kita. Sayangnya sampai saat ini semua upaya
yang telah menguras energi bangsa ini belum bisa mengatasi wabah yang terjadi, malah
penyebarannya semakin merajalela.
Dalam kondisi apapun, negara berkewajiban melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Oleh karena itu negara berkewajiban mencarikan jalan keluar untuk
keberlangsungan pendidikan di sekolah.
Menyadari letak geografis wilayah Indonesia dengan kondisi yang berbeda-beda, perlu
dirumuskan regulasi yang dapat menjadi solusi agar kegiatan pembelajaran tetap dapat
dilaksanakan. Kita sadari bahwa belajar tidak pernah mengenal kata berhenti, dalam kondisi
apapaun tanpa mengenal ruang dan waktu. Walaupun dalam kondisi darurat kegiatan
pembelajaran tidak bisa berjalan secara normal seperti biasanya, namun demikian peserta
didik harus tetap mendapatkan layanan pendidikan dan pembelajaran.
Menurut Surat Edaran Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Belajar dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, disebutkan bahwa metode
dan media pelaksanaan BDR dilaksanakan dengan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik
pembelajaran jarak jauh dalam jaringan (daring) dan/atau luar jaringan (luring).
Bukan hal yang mudah dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh, banyak kendala yang
dihadapi oleh setiap sekolah baik itu kendala keterbatasan SDM, keterbatasan sarana berupa

laptop atau HP yang dimiliki peserta didik, kesulitan akses internet dan keterbatasan kuota
internet peserta didik yang disediakan orang tuanya, dan banyak lagi kendala yang harus
dihadapi oleh setiap sekolah.
Dalam rangka mengoptimalkan layanan pendidikan di masa darurat Covid-19, sekolah
harus menyiapkan sejumlah strategi dan program guna mendukung pelaksanaan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kreatifitas serta kemampuan sekolah.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh sekolah adalah menganalisis kondisi sekolah
dalam menentukan model pembelajaran jarak jauh yang sesuai sehingga bisa menjamin semua
siswa mendapatkan haknya.
Salah satu contoh hasil analisis sebuah sekolah yang berada di daerah tertinggal di
Kabupaten Garut, sekolah tersebut memutuskan untuk pembelajaran kombinasi daring dan
luring dengan strategi pembelajaran menggunakan modul, memberdayakan siswa sebagai tutor
teman sebaya dan guru kunjung serta bagi siswa yang mempunyai akses internet dibolehkan
melalui daring. Keputusan ini diambil dengan alasan hasil analisisi menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki HP android sebanyak 54 % dan hanya 16 % siswa yang ada sinyal jaringan di
rumahnya, artinya jika mau melaksanakan pembelajaran daring maka 84 % siswa tidak bisa
mengikuti pembelajaran daring. Kendala lain adalah 76 % siswa memiliki jarak yang saling
berjauhan sehingga tidak memungkinkan untuk pelaksanaan guru kunjung secara penuh.
Bagaimanapun kondisi sekolahnya, apapun kendala yang dihadapi sekolah kita semua
punya kewajiban untuk menjamin anak tetap bisa belajar.

Anda mungkin juga menyukai