Anda di halaman 1dari 4

1. Vivi Stefani, koas 44.

Pada kasus dijurnal ini dilakukan pemeriksaan CT scan,


apakah setiap kasus ABC membutuhkan pemeriksaan CT scan atau tidak? Jika iya,
apakah ada alternatif pemeriksaan radiografi lainnya untuk mendiagnosa ABC
tersebut?
 Pemeriksaan lesi ABC dengan CT scan dilakukan dengan tujuan terutama untuk
melihat karakteristik vaskular dari lesi ABC itu sendiri karena dapat melihat densitas
yang berbeda dari jaringan keras dan jaringan lunak sehingga dapat membedakan jar.
Keras dan lunak, selain itu dapat juga melihat perluasan lesi, ukuran lesi secara akurat,
batas tepi, efek lesi terhadap jaringan sekitar yaitu pada akar gigi anterior, foramen
mental dan kanalis mandibularis regio kiri, ketebalan tulang inferior border of the
mandible, serta ada atau tidaknya perforasi tulang kortikal. Jadi menurut saya, perlu
dilakukan pemeriksaan CT scan untuk kasus ABC, karena juga lesi ABC ini memiliki
gambaran radiografi banyak yang mirip dengan lesi lain sehingga diperlukan untuk
membedakan dengan kemungkinan lesi lain.
 Alternatif nya bisa menggunakan MRI (magnetic resonance imaging) yang juga dapat
menunjukkan fluid-fluid level. Namun pada kasus ini tidak menggunakan MRI, karena
MRI lebih ke kontras antara jaringan lunak, jadi memang untuk fluid-fluid level lebih
bagus liatny, tp untuk tulang gambarannya dark/gelap. Sedangkan pada kasus ini juga
diperlukan untuk melihat batas kerusakan tulang/jaringan keras juga, shg dipilih CT
scan.

2. Hasmila Devi, koas 36. Dijelaskan bahwa struktur internal dari lesi ini ada dapat
berupa lesi radiolusen multilokular, unilocular atau honey comb, kira2 apa yang
menyebabkannya struktur internalnya berbeda2? atau ada ciri khas khusus yang
berhubungan dari lokasi nya atau bagaimana?
Dari sumber yang saya baca, bahwa struktur internal dari lesi ABC yang radiolusen
biasanya ditemukan pada lesi ABC dengan ukuran kurang dari 4cm, sedangkan yang
multilokular biasanya ditemukan pada lesi ABC dengan ukuran lebih dari 4cm. Sehingga
mungkin menunjukkan bahwa struktur internal mungkin dipengaruhi oleh ukuran lesi
tersebut.21
Struktur internal mixed radiopak mungkin menggambarkan pembentukan tulang reaktif di
dalam lesi ABC.21

3. Iradah Sakinah A, koas 47. Apa ciri khas radiografi yang dapat membedakan
dengan jelas antara lesi ABC dan lesi CGCG?
Menurut saya, ciri khas radiografi dari CGCG yang dapat membedakannya dengan lesi
ABC adalah lokasi nya yang terletak dianterior dan meluas melewati midline mandibula,
sedangkan ABC lebih sering terjadi pada posterior regio molar. Selain itu adalah adanya
efek terhadap jaringan sekitar yang menyebabkan ekspansi tulang kortikal dengan bentuk
tepi bergelombang. Namun dari literatur yang saya baca, ABC dan CGCG ini secara
radiografi dapat terlihat identik, khususnya gambaran struktur internal atau septa sehingga
menurut saya selain melihat dari gambaran radiografi juga perlu dilakukan pemeriksaan
histopatologi juga untuk menentukan diagnosis seperti yang telah dilakukan pada kasus
ini.
4. Fadlun Alawiyah, koas 40. Apa pertimbangan untuk memilih cgcg sbg dd dari abc,
sedangkan cgcg memiliki ciri lesi batas jelas punch out/sklerotik dengan efek
terhadap tulang ekspansi tulang kortikal dengan bentuk tepi bergelombang,
sedangkan lesi abc pada kasus batasnya ireguler dan efek terhadap jaringan sekitar
itu penipisan dan ekspansi inferior border mandibula? Apakah ada DD lain untuk
lesi ABC pada kasus ini?
 Jadiii, karena lesi pada kasus ini terletak di anterior sampai regio molar melewati midline
mandibula yang merupakan ciri khas lokasi dari cgcg, sedangkan lesi ABC lebih sering
terjadi pada posterior regio molar dan regio anteriornya jarang terlibat. Kemudian struktur
internal pada kasus ini adalah radiolusen multilokular, dan efek terhadap jar sekitar
terdapat perpindahan gigi dan resorpsi eksternal akar gigi yang juga merupakan ciri
radiografi dari CGCG, maka dipilihlah CGCG sebagai DD dari kasus ini. Namun untuk
batas yang tidak jelas memang menjadi keunikan dari kasus ini karena baik ABC dan
CGCG sama2 memiliki batas yang jelas punchout atau sklerotik.
 Pada jurnal ini disebutkan DD lainnya adalah ameloblastoma, namun ameloblastoma tidak
dipilih karena ameloblastoma lebih sering terjadi di posterior namun lesi pada kasus ini
terjadi di anterior. Kemudian lesi amelobastoma dapat ekspansi kesemua arah, sedangkan
pada kasus ini terjadi penipisan dan ekspansi inferior border of the mandibula yang
menghasilkan gambaran ballooning atau menggelembung.

5. Ridha Taufanny A, koas 43. Pada PPT perawatan kasus ini juga dilakukan
endodontik, kenapa dilakukan endodontik pada gigi tersebut padahal dijelaskan
pada bagian klinis intraoral bahwa gigi yang terlibat biasanya vital?
Jadii pada kasus ini kan dilakukan endodontik pada 8 gigi yaitu gigi 31-34, 41-44.
Pertimbangan dilakukan perawatan endodontik karena pertama adanya resorpsi akar pada
gigi 31,41,42 dan juga bisa dilihat terdapat kerusakan tulang yang cukup besar mengenai
apeks gigi yang terlibat, sehingga dia dapat menurunkan suplai darah ke gigi tersebut dan
jika suplai darah berkurang maka gigi bisa menjadi non vital, itulah kenapa dilakukan
perawatan endodontik pada kasus ini.

6. Ena Dwi, koas 46. Disebutkan bahwa perlu dilakukan control secara periodic hingga
30 tahun pasca perawatan, kontrolnya dilakukan per berapa tahun atau bulan?
Teknik radiografi apa yang digunakan?
Control dapat dilakukan pada tahun pertama setelah operasi karena sering terjadi rekurensi
pada periode ini, mulai dari 6 bulan pasca operasi sampai 30 tahun, namun untuk interval
pastinya saya tidak mendapat sumber yang mengatakan harus per berapa bulan/tahun, tapi
dari beberapa kasus yang saya baca intervalnya dapat bervariasi, ada yang per 4 bulan, 6
bulan, 1 tahun, 2 tahun, ada juga yang 5 tahun, nah itu mungkin dipengaruhi oleh apakah
sudah terlihat penyembuhan dan pola tulang trabecular di gambaran radiografi pada
control sebelumnya, ukuran dari tulang yang ikut terangkat, dan juga keluhan pasien.
Selain itu menurut saya, periode 30 tahun itu tidak mutlak harus sampai 30 tahun, jika
sudah terlihat penyembuhan dan pola trabecular tulang yang normal, tidak perlu control
lagi.
Teknik radiografi yang dapat digunakan untuk control bisa dengan radiografi panoramik
untuk melihat proses penyembuhan tulang, karena radiasi lebih minim jika harus
menggunakan pemeriksaan radiografi lain seperti CT scan.
7. Nedia Chairunnisa, koas 42. Jika terjadi rekurensi lesi ABC, bagaimana gambaran
radiografisnya? Apakah batasnya tetap tidak jelas seperti lesi awal atau ada
kemungkinan lesinya terbentuk jelas seperti pada umumnya?
Menurut saya,
Bisa dilihat dari gambaran radiografi dengan radiolusensi yang ukurannya mengecil
namun persisten tanpa adanya proses penyembuhan tulang yang ditandai dengan tidak
terbentuk pola trabecular yang normal. Untuk batasnya bisa jadi 2 kemungkinan, bisa tetap
tidak jelas atau bisa juga jelas, karena kalau secara teori kan ABC ini batasnya jelas
namun pada kasus ini terdapat keunikan yaitu batasnya tidak jelas. Nah bisa juga jelas
tergantung waktu pasca operasi, missal rekurensi terjadi dengan jarak waktu yang
berdekatan pasca operasi kemungkinan batasnya masih tidak jelas krn pertumbuhan tulang
yang masih sedikit, jika rekurensi terjadi bbrp tahun setelah operasi kemungkinan sudah
terbentuk batas yang jelas.
8. Pada saat kontrol evaluasi setelah perawatan, apa saja yang dilihat dari gambaran
radiografi? Kak vivi
9. Jika kista tulang aneurysma mengalami rekurensi, bagaimana kita mengetahuinya dari
gambaran radiografisnya? adis
10. Pada kasus ini, dilakukan radiografi panoramik dan CT scan. Apakah perlu dilakukan
pemeriksaan radiografi lain lagi seperti CBCT? anin
11. Pada kasus ini disebutkan batas tidak jelas blending, bisa dijelaskan ga maksudnya
bagaimana? tacil
12. Pada kasus ini dilakukan CT scan kembali pada saat kontrol 6 bulan, apa pertimbangan
dilakukan CT scan tersebut? Atau boleh jika tidak dilakukan?
13. Di PPT dijelaskan septa membentuk sudut siku-siku pada batas terluar lesi, bisa dijelaskan
ga ya bagaimana gambaran radiografi nya?
14. Di kasus ini dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan teknik FNAB, apakah diperlukan
disetiap kasus ABC atau tidak?
15. Pada penatalaksanaan ada pilihan perawatan kuretase, enukleasi dan reseksi sedangkan
pada laporan kasus dilakukan kuretase. Kapan atau pada kasus yang bagaimana kita dapat
menentukan penalataksanaan yang tepat?
16. Apabila kista ini tidak dirawat, akan menimbulkan efek apa?
17. Pada perawatan dilakukan Splinting, kira2 berapa lama durasi dilakukan splinting pada
kasus ini?

Anda mungkin juga menyukai