Anda di halaman 1dari 14

ENAP vs LANAP: penilaian revaskularisasi menggunakan ultrasound Doppler

Flowmetry —uji klinis acak terkontrol Split-Mouth

Shaik Sameera

Abstrak

Laser-assisted new attachment procedure (LANAP) adalah prosedur baru yang telah
diusulkan untuk perawatan periodontitis. Akan tetapi, ada hasil mengenai laju revaskularisasi
dan keberhasilan klinis LANAP daripada terapi periodontal konvensional. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan membandingkan keberhasilan klinis
LANAP dibandingkan dengan Excisional New attachment Procedure (ENAP) dan juga untuk
menilai aliran darah pada kedua teknik menggunakan ultrasound Doppler flowmetry. Split-
mouth double-blinded uji klinis terkontrol dilakukan pada 15 subjek dengan periodontitis
kronis. Setiap pasien diberi perlakuan 2 kuadran dengan ENAP dan 2 kuadran lainnya dengan
LANAP. Pemeriksaan klinis seperti indeks plak (PI), indeks gingiva (GI), kedalaman poket
(PD), clinical attachment level (CAL), dan pengukuran radiografi (RBL) dicatat dari
kunjungan pertama sampai bulan ke-6, 9, dan 12 pasca operasi. Pemeriksaan aliran darah
gingiva dilakukan saat kunjungan pertama dan pada hari kesembilan pasca operasi. Kedua
kelompok menunjukkan penurunan yang signifikan secara statistik dalam semua parameter
klinis bila dibandingkan saat kunjungan pertama sampai dilakukan kunjungan ulang.
Terdapat pengurangan yang lebih besar dalam semua parameter dalam kelompok LANAP
dibanding kelompok ENAP. Tingkat revaskularisasi lebih tinggi pada kelompok ENAP
daripada kelompok LANAP bila dibandingkan dari kunjungan pertama sampai hari
kesembilan postoperatif. Meskipun ada keterlambatan dalam tingkat revaskularisasi dalam
kelompok LANAP, ada peningkatan yang signifikan dalam semua parameter klinis dan
radiografi daripada kelompok ENAP bila dibandingkan dari kunjungan pertama sampai
kunjungan ulang.

Kata Kunci: Periodontitis kronik, ENAP, LANAP, Aliran darah gingiva, Ultrasonic Doppler
flowmetry.

Pendahuluan
Tujuan utama terapi periodontal adalah pembentukan perlekatan baru. Hal ini hanya dapat
dicapai ketika epitel bermigrasi dicegah dengan perawatan root surface. Berbagai terapi telah
diusulkan untuk menghindari migrasi epitel, yang meliputi kuretase, prosedur flap dan
regenerasi jaringan. Terapi ini memanfaatkan penempatan bahan graft (autogenous,
allogenic, atau xenogenic) atau agen biologik (faktor pertumbuhan atau amelogenins) dengan
atau tanpa kombinasi barrier membrane. Teknik bedah tradisional berhasil dalam eliminasi
poket. Namun, mereka sering mengakibatkan efek samping, yang dapat menyakitkan dan
tidak estetik.
Terapi laser telah diusulkan sebagai adjunctive treatment untuk terapi periodontal
konvensional. Pada tahun 1960 Maiman mengembangkan prototype laser pertama dan
kemudian Goldman et al. pertama kali menggunakan laser dalam kedokteran gigi. Sejak itu,
berbagai jenis laser seperti CO2, dioda laser (gallium-aluminium-arsenide dan indiumgallium-
arsenide), ND: YAG, dan Er: YAG dengan berbagai macam panjang gelombang (635–10,600
nm) telah digunakan.
Laser-assisted new attachment procedure (LANAP) telah dikembangkan oleh Dr.
Robert Gregg dan Delwin McCarthy pada tahun 1989. Peneliti tersebut mengembangkan
prosedur secara spesifik, dengan indeks parameter tertentu. LANAP dinamai berdasarkan
excisional new attachment procedure (ENAP). LANAP dirancang untuk menghilangkan sakit
dan jaringan nekrotik secara selektif pada poket periodontal. Namun, prosedur ini
menggunakan ND: YAG laser yang ditempatkan sama seperti letak pisau bedah. LANAP
didefinisikan sebagai “cementum-mediated new attachment to the root surface in the absence
of a long junctional epithelium” LANAP disetujui untuk perawatan periodontal oleh Food
and Drug Administration pada 2004.
Penyembuhan luka setelah operasi sangat dipengaruhi oleh laju revaskularisasi, sel
darah merah (RBC), dan pembentukan mikrovaskulatur jaringan, yang dapat memasok darah
dan nutrisi ke lokasi bedah. Kebutuhan nutrisi saat luka lebih besar daripada jaringan yang
tidak terluka.
Ada beberapa metode untuk mengukur aliran darah gingiva (GBF) yaitu vital
microscopy pada margin gingiva, implantasi mikrosfer ke arteri karotis internal, infused
radioisotopes, mikrosfer radio, dan sinematografi kecepatan tinggi. Namun, kebanyakan dari
metode tersebut bersifat invasif dan tidak cocok untuk diaplikasikan pada pasien. Ultrasound
Doppler flowmetry (UDF) adalah teknik non-invasif dan sederhana untuk mengukur
mikrosirkulasi berkelanjutan pada jaringan. UDF bekerja dengan prinsip "Doppler Shift",
yaitu pengukuran perubahan frekuensi cahaya yang direfleksikan pada objek yang bergerak,
seperti RBC. Fungsi UDF adalah untuk memancarkan dan mendeteksi kecepatan ultrasound,
yang memungkinkan untuk mengukur kecepatan cairan dan juga untuk menghitung aliran
volume.
Prosedur LANAP merupakan gabungan bedah laser-mediated dengan terapi
periodontal tradisional. Namun, sedikit diketahui tentang laju revaskularisasi untuk prosedur
ini, bersamaan dengan bukti yang terbatas pada keberhasilan klinis LANAP melalui terapi
periodontal konvensional. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi dan membandingkan efektivitas klinis dari LANAP dan ENAP, bersama
dengan penilaian aliran darah dalam kedua teknik menggunakan USG Doppler Flowmetry.

Bahan dan metode

Subjek

Pasien yang dirujuk untuk perawatan periodontal rawat jalan di Departemen Periodontology
dan implantology St. Yusuf Dental College Eluru, dimasukkan dalam penelitian ini. Desain
penelitian disetujui oleh Komite etis kelembagaan St. Joseph Dental College dan sesuai
dengan deklarasi Helsinki pada eksperimen yang melibatkan subjek manusia.
Pasien dengan periodontitis kronis generalis dianggap sebagai subjek untuk penelitian
ini. Diagnosis periodontitis kronis dibuat berdasarkan kriteria yang ditetapkan workshop oleh
American Academy of Periodontology (Armitage).
Secara sistemik lima belas subjek periodontitis kronis dalam keadaan sehat (7 pria dan
8 perempuan) dari kelompok usia antara 35 dan 60 tahun (usia 42,9 tahun) dengan setidaknya
terdapat 20 gigi permanen, kedalaman poket (PD), dan clinical attachment level (CAL) ≥ 5
mm setidaknya dua gigi di setiap kuadran yang berakar tunggal ataupun lebih dengan
kehilangan tulang pada radiografi (horizontal dan vertikal) dimasukkan dalam penelitian.
Pasien dengan penyakit sistemik atau pasien sedang dalam pengobatan yang dapat
mengganggu penyembuhan dan perkembangan penyakit periodontal, wanita hamil atau
menyusui, perokok, pecandu alkohol, pasien yang mengkonsumsi obat antimikroba sistemik
atau obat anti-inflamasi, dan pasien yang didiagnosis sebagai periodontitis agresif atau pasien
dengan pembesaran gingiva/pseudo-poket serta pasien yang menjalani terapi periodontal
selama 6 bulan terakhir dikeluarkan dari penelitian.
Gambar 1. Consort Statement

Penilaian
kelayakan n = 27

Pengecualian n = 12 (9+3)
Tidak sesuai kriteria = 9
Tidak bersedia mengikuti
penelitian = 3
Enrolled dan
randomisasi n = 15
(split mouth)

Allocated to Allocated to
Intervention LANAP Intervention ENAP
(Grup A) n = 15 (Grup B) n = 15

Tidak melakukan
kunjungan ulang n = 1

Analisis n = 1

Jumlah sampel dan randomisasi

Dengan asumsi tingkat kepercayaan 95% dan 80%, ukuran sampel ditetapkan sebanyak 15
subjek. Semua parameter klinis dan urutan perawatan dicatat dan diurutkan oleh pemeriksa
tunggal (AK), yang tidak mengetahui desain penelitian. Untuk mengatasi bias seleksi,
pengacakan dilakukan oleh instruktur independen yang tidak berpartisipasi dalam penelitian
(KR). Semua prosedur pengobatan dilakukan oleh seorang dokter gigi spesialis periodonsia
yang terlatih (SS). Penilaian pra dan pasca operasi dilakukan oleh peneliti lain yang
dikalibrasi yang tidak mengetahui sifat intervensi (NS). Para peneliti yang membuat
pengukuran klinis tidak melakukan terapi pada subjek (pemeriksa dan klinisi menggunakan
masker untuk melindungi diri dari percobaan). Reprodusibilitas intra pemeriksa dinilai
sebelum dan selama periode percobaan. Semua radiografi dinilai oleh peneliti lain (IP) yang
menggunakan masker saat intervensi.
Setiap pasien menerima kedua perawatan dalam kuadran yang berbeda yang diacak
oleh tabel yang dihasilkan komputer. Hasil pengobatan pasien di lokasi yang berbeda
disiapkan dan disegel dalam amplop bernomor dan alokasi perawatan ini diungkapkan
kepada dokter gigi spesialis periodonsia (SS) tepat sebelum pengobatan.

Desain eksperimental dan evaluasi periodontal

Desain penelitian ini adalah uji klinis acak terkontrol Split-Mouth. Semua subjek diberitahu
mengenai tujuan, resiko yang mungkin terjadi, dan manfaat dari perawatan. Semua pasien
menandatangani informed consent yang telah disetujui. Semua subjek (kecuali 1)
menyelesaikan prosedur penelitian dan mengikuti sampai akhir masa penelitian. Setiap pasien
dilakukan perawatan dua kuadran dengan LANAP dan dua kuadran lainnya dilakukan
perawatan dengan ENAP. Total terdapat 196 gigi di kelompok ENAP dan 192 gigi di
kelompok LANAP yang dirawat. (Pernyataan Gambar. 1).

Gambar 2. a.Unit ultrasound Doppler, b.penempatan probe transduser pada sarung tangan yang terisi
air, c.vaskularisasi pada perawatan LANAP, dan d.vaskularisasi pada perawatan ENAP.
Pemeriksaan klinis dan radiografi dilakukan pada setiap pasien. Setiap kunjungan
akan diukur indeks plak (PI), indeks gingiva (GI), perdarahan saat probing (BOP), PD (dalam
mm), dan CAL (dalam mm) di enam lokasi (mesiobukal, bukal, distobukal, distolingual,
lingual, dan mesiolingual) pada semua gigi tetapi tidak termasuk gigi molar ketiga.
Pengukuran PD dan CAL dicatat ke nilai milimeter terdekat menggunakan probe standar
yang dikalibrasi (UNC-15, Hu-Friedy, Chicago, IL). PD diukur dari margin gingiva ke dasar
poket dan CAL ditentukan di semua lokasi dengan mengukur jarak dari batas cemento
enamel (CEJ) ke dasar poket.

Variabel hasil primer dan sekunder.

Variabel utama adalah perbedaan antara kelompok perubahan PD, CAL, dan radiografi saat
kunjungan pertama dan bulan ke-6, 9, sampai 12 pasca operasi dan pengukuran GBF yang
dicatat saat kunjungan pertama dan pada hari kesembilan pasca operasi. Sedangkan variabel
sekunder adalah tingkat rata-rata PI dan GI saat kunjungan pertama dan bulan ke-6, 9, sampai
12 pasca operasi.

Gambar 3. Prosedur LANAP. A. sebelum mengukur kedalaman probing. B. Aktivasi diode laser. C.
Penempatan fiber optic kedalam sulkus. D. Irigasi saline. E. Root planning. F. Splinting gigi goyang

Parameter radiografi.
Pemeriksaan jaringan keras dilakukan menggunakan radiovisiographs (RVGs) yang diambil
saat kunjungan pertama dan bulan ke-6, 9, sampai 12 pasca operasi menggunakan teknik
paralel. Film holder paralel Rinn XCP (Dentsply Ltd., Addlestone, UK) digunakan untuk
memposisikan film. Pengukuran linear dibuat dengan menempatkan grid pada gambar digital
komputer dari radiografi. Perkiraan kepadatan tulang dilakukan dengan menghitung jumlah
grid pada perubahan dalam radioopacity dari kunjungan pertama sampai 12 bulan pasca
operasi.

Pengukuran aliran darah

Penilaian aliran darah dilakukan di semua lokasi yang dioperasikan dengan UDF pada
kunjungan pertama dan pada hari kesembilan pasca operasi. Pewarnaan UDF dilakukan oleh
dokter gigi spesialis radiologi berpengalaman menggunakan mesin Samsung UGEO WS80A
USG (Medcorp LLC), dengan L3-12A linear probe/Transducer pada kapasitas 10 MHZ.
Pasien disarankan untuk beristirahat tanpa melakukan aktivitas fisik dan tidak merokok atau
makan sebelum pemeriksaan. Pasien diminta untuk duduk dalam posisi tegak. Sarung tangan
diisi dengan air dan diletakkan di atas gingiva pada semua lokasi yang dirawat di kedua
kelompok. Ultrasonik gel dioleskan di atas transduser dan ditempatkan di atas jari sarung
tangan dalam bidang koronal. Pengaturan USG disesuaikan dengan kedalaman 4,5 cm untuk
menutupi kedalaman jalur air dan gingiva. Jumlah titik kode warna dihitung untuk menilai
laju revaskularisasi (Gambar. 2A – d).

Gambar 4. a. Pra-operasi RVG dengan grid kelompok LANAP dan b. 12 bulan


RVG pasca operasi dengan grid kelompok LANAP
Prosedur pembedahan

ENAP (grup A)

Scaling dan root planning dilakukan menggunakan peralatan manual dan ultrasonik di bawah
anestesi lokal sampai permukaan akar halus. Kedalaman poket ditandai dengan bantuan
penanda poket. Bevel internal insisi dibuat dengan BP Blade nomor 15 dari puncak margin
gingiva bebas sampai ke dasar poket mengikuti kontur gingiva. Dinding poket dipotong dan
jaringan granulasi dihilangkan dengan kuret. Lokasi bedah diirigasi dengan larutan saline dan
jaringan tag, permukaan akar yang tidak sempurna, atau gumpalan darah dihilangkan.
Jaringan gingiva diposisikan kembali terhadap gigi sedekat mungkin dengan bantuan tekanan
digital dan juga dengan saline yang direndam kasa pada permukaan fasial dan lingual gigi
selama 3 menit untuk memaksimalkan kontak jaringan lunak dengan akar dan untuk
meminimalkan gumpalan darah. Diberikan dressing periodontal .

LANAP (Grup B)

Setelah pemberian anestesi lokal dengan lignocaine 2%, pengukuran tulang dilakukan di
setiap gigi untuk menentukan tinggi dari puncak alveolar. Pengaplikasian laser pertama
dilakukan dengan menggunakan semikonduktor dioda Laser 940Nm InGaAsP (BIOLASE
EPIC 10 Inc, CROMWELL, USA) dengan serat fiber yang fleksibel dengan diameter tip E3 9
mm dan 300 μm yang diletakkan sejajar dengan permukaan gigi. Troughing dilakukan di
setiap gigi dengan daya sinar laser 1,5 W, 150 ms, dalam mode pulse dengan interval
denyutan 1 ms saat on/1 ms saat off, aplikasi per 30 detik dan frekuensi 20 Hz dengan
gerakan cepat, untuk menghilangkan poket epitelium. Aplikasi kedua selama 30 detik dibuat
dalam arah yang berlawanan, dengan total waktu iradiasi 60 detik untuk setiap gigi. Interval
20 detik antara iradiasi diberikan irigasi saline intermiten untuk relaksasi termal yang
memadai dari jaringan. Scalling dan root planning dilakukan dengan Scalers ultrasonik dan
curettes. Aplikasi laser kedua dilakukan untuk mencapai hemostasis dengan daya 650 ms, 20
Hz, 0,5 W dalam mode kontinu, untuk meningkatkan kemampuan membentuk gumpalan
Fibrin dan juga untuk mendesinfeksi lokasi operasi. Kemudian lokasi yang dioperasi
dikompresi dengan bantuan saline yang direndam kasa untuk mencapai perlekatan yang baik.
Occlusal adjustment dilakukan untuk menghindari trauma oklusi. Splinting gigi dilakukan
pada gigi yang goyang. (Gbr. 3A-f).

Instruksi pasca operasi

Semua pasien disarankan untuk menggunakan obat kumur Chlorhexidine 0,2% dua kali
sehari dengan menyikat pada bagian supragingiva selama 2 minggu. Amoksisilin 500 mg tiga
kali sehari, dan ibuprofen 400 mg tiga kali sehari disarankan dalam jangka waktu 5 hari.
Semua pasien kemudian dipanggil kembali pada hari kesembilan, dan bulan ke-1, 3, 6, 9, dan
12 pasca operasi. Instruksi kebersihan mulut diberikan setiap kunjungan.

Tabel 1. Mean, standar deviasi, dan uji signifikansi untuk plak indeks dan gingival Indeks pada
kunjungan pertama dan bulan ke-6, 9, dan 12 pasca operasi

Parameter Kunjungan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan Mean p-value


klinis pertama perbedaan
Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD
dari pre op
Mean ± SD
dan 12
bulan
Indeks 2.39 ± 0.23 0.28 ± 0.15 0.14 ± 0.07 0.15 ± 0.06 2.24 0.00*S
plak (PI)
Indeks 2.4 ± 0.34 0.29 ± 0.09 0.22 ± 0.06 0.23 ± 0.07 2.16 0.00*S
gingiva
(GI)
Analisis statistik : t tes
S signifikan jika p-value < 0.05

Analisa Statistik

Data tersebut dianalisis statistik menggunakan IBM SPSS Software Version 21.
Kolmogorov-Smirnov untuk uji normalitas menghasilkan bahwa sebagian besar parameter
dalam distribusi normal. Oleh karena itu, tes parametrik dilakukan. Perbandingan antara
intragroup dilakukan dengan uji t berpasangan dan perbandingan antar kelompok dilakukan
dengan uji t tidak berpasangan. Mean, standar deviasi, dan uji signifikansi dihitung untuk
semua parameter dalam kedua kelompok kunjungan pertama dan bulan ke-6, 9, sampai 12
pasca operasi. GBF dihitung pada kunjungan pertama dan pada hari kesembilan pasca
operasi.
Hasil

Selama perbandingan antar kelompok, terdapat pengurangan signifikan secara statistik dalam
nilai rata-rata PI, GI, PD, dan CAL baik dalam kelompok ENAP dan LANAP bila
dibandingkan dari kunjungan pertama hingga kunjungan ulang. Terdapat peningkatan tulang
yang signifikan secara statistik pada kelompok LANAP bila dibandingkan dari kunjungan
pertama hingga 12 bulan setelah pembedahan (Gbr. 4A, B). Peningkatan tulang tidak
signifikan dalam kelompok ENAP. Terdapat peningkatan statistik yang signifikan dalam
tingkat revaskularisasi di kedua kelompok bila dibandingkan dari kunjungan pertama sampai
hari kesembilan pasca operasi.
Selama perbandingan antar kelompok ada penurunan yang lebih besar dalam semua
parameter klinis pada kelompok LANAP dari kunjungan pertama sampai kunjungan ulang
dibandingkan kelompok ENAP, yang secara statistik signifikan. Tingkat revaskularisasi lebih
tinggi pada kelompok ENAP daripada kelompok LANAP bila dibandingkan dari kunjungan
pertama sampai hari kesembilan postoperatif. Hasilnya disajikan dalam tabel dan grafik
berikut dengan berbagai judul (Tabel 1, 2, dan 3).
Tabel 2. Mean, standar deviasi, dan uji signifikan kedalaman poket, clinical attachment level, dan
radiografi level tulang dari ENAP dan LANAP pada kelompok kunjungan pertama, 6, 9,12 bulan
postoperative.
Parameter Kelompok ENAP
klinis
kunjungan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan Mean perbedaan p-value
pertama dari pre-op dan
12 bulan

Mean ±SD Mean±SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD

PD 7.75±1.69 4.6±0.56 4.53±0.57 4.67±0.86 3.07 0.00*S

CAL 8.67±1.18 5.53±0.86 5.46±0.79 5.64±0.84 3.03 0.00*S

RBL 9.64±0.90 9.64±0.90 9.64±0.90 9.64±0.90 0.00 1.00 NS

Parameter Kelompok LANAP


klinis
kunjungan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan Mean perbedaan p-value
pertama dari pre-op dan
12 bulan

Mean ±SD Mean±SD Mean ± SD Mean ± SD Mean ± SD

PD 8.21±1.22 4.32±0.60 2.60±0.52 1.82±0.24 6.39 0.00*S

CAL 8.60±0.94 4.82±0.77 3.07±1.01 2.21±0.72 6.39 0.00*S


RBL 9.96±0.69 7.57±0.58 6.96±0.53 6.42±0.54 3.53 0.00*S

ENAP vs LANAP
Mean perbedaan dari p-value
pre-op dan 12 bulan

3.32 0.001*S

3.35 0.001*S

3.46 0.001*S

Analisis statistik : t tes


S signifikan jika p-value < 0.05; Tidak Signifikan

Pembahasan

Dioda Laser telah digunakan pada penelitian sebelumnya karena memiliki sifat memancarkan
radiasi inframerah dalam kisaran panjang gelombang yang sangat mirip dengan ND: YAG
laser.
Terdapat penurunan yang signifikan secara statistik pada nilai PI dan GI bila
dibandingkan dari kunjungan pertama sampai kunjungan ulang. Terdapat penurunan nilai PD
yang signifikan secara statistik dalam kedua kelompok bila dibandingkan dari kunjungan
pertama sampai 12 bulan pasca operasi. Penurunan PD pada kelompok ENAP karena
kemungkinan didapat dari perlekatan jaringan ke gigi. Penelitian secara histologis telah
mengkonfirmasi bahwa perlekatan ini kemungkinan besar menjadi long junctional
epithelium. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Raymond Yukna,
Ramfjord et al, dan Zamet et al.
Pada kelompok LANAP, PD berkurang sampai 2–4 mm, dari 7 ke 9 mm. Peningkatan
CAL sebanyak 6 mm, dibandingkan dari kunjungan pertama sampai 12 bulan pasca operasi.
Potensi regenerasi sel difasilitasi dengan memberikan energi yang intens dan selektif ke
dinding poket tanpa merusak jaringan yang berdekatan, membuat physical barrier untuk
mencegah pertumbuhan epitel ke bawah, merekatkan poket orifis dengan thermal fibrin clot,
dan meningkatkan penyembuhan dari bawah ke atas daripada atas ke bawah dengan
menstimulasi pelepasan pluripotent cells dari PDL dan tulang alveolar. Hasil ini sesuai
dengan Harshada Borse et al., Yukna et al., Nevins et al., Stephen Brown et al., dan Katuri et
al.

Tabel 3. Mean, standar deviasi, dan tes signifikansi untuk flowmetry Doppler ultrasonik dari
kunjungan pertama sampai hari kesembilan pasca operasi
Parameter Kunjungan Hari ke-9 Mean p-value ENAP vs LANAP
klinis pertama perbedaan dari
pre op dan 12
Mea SD Mean SD Perbedaan p-value
bulan
n mean

ENAP 4.50 0.76 10.57 1.1 6.07 0.001*S 2.57 0.001*S


5
LANAP 4.71 0.91 8.21 0.6 3.5 0.001*S
9
Analisis statistik : t tes
S signifikan jika p-value < 0.05

Penyembuhan luka dipengaruhi oleh tingkat revaskularisasi, pemeliharaan, dan


rekonstruksi microvasculature di sekitar lokasi yang dioperasikan. Revaskularisasi pada
daerah luka umumnya mengikuti pola jaringan yang baru. Pada penelitian sebelumnya, UDF
digunakan untuk mencatat perubahan dalam GBF diikuti ENAP dan LANAP saat kunjungan
pertama dan hari kesembilan pasca operasi. Transduser 20–25 MHz digunakan untuk
mengkarakterisasi aliran darah periodontal. Transmisi frekuensi yang tinggi tidak bisa
melalui udara, tetapi dapat melewati bahan padat atau cair. Oleh karena itu, sarung tangan
yang penuh berisi air digunakan dalam penelitian ini untuk mencapai transmisi yang tepat.
Penelitian Color Doppler menggambarkan daerah vaskular dengan kode warna
pembuluh darah yaitu bulat/oval titik atau linear/struktur silinder. Jumlah struktur kode warna
menunjukkan jumlah pembuluh darah di lokasi operasi. Dengan demikian, warna Doppler
memberikan informasi tentang jumlah vaskularisasi pada lokasi yang dioperasi.
Keuntungan dari UDF yaitu dapat mengevaluasi darah di daerah terbatas pada gingiva
karena kemungkinan akses untuk mendeteksi aliran darah di daerah tersebut sulit, konstruksi
logam di rongga mulut tidak memiliki keterbatasan atau kontradiksi untuk dilakukan
pemeriksaan aliran darah di gingiva atau pulpa gigi, metode ini ditoleransi dengan baik oleh
pasien dan pemeriksaan dapat diulang beberapa kali sebagai kontrol dari perubahan
mikrosirkulasi.
Fase revaskularisasi penyembuhan luka terjadi selama 4-11 hari, pada penelitian
sebelumnya penilaian Ultrasound Doppler Flowmetry dilakukan pada hari kesembilan karena
merupakan tahap puncak angiogenesis. Perawatan LANAP dan ENAP menunjukkan
neovaskularisasi pada hari kesembilan pasca operasi tetapi terdapat penurunan laju
revaskularisasi pada gigi yang dirawat dengan LANAP dibandingkan dengan ENAP.
Keterlambatan penyembuhan di daerah operasi LANAP dapat dikaitkan karena kerusakan
yang dihasilkan oleh panas lateral. Bhatsange et al. menyatakan bahwa sayatan bedah
membuat sedikit jumlah kerusakan jaringan kolateral sehingga lebih cepat sembuh daripada
sayatan yang dibuat oleh dioda Laser. Lateral heat damage adalah daerah koagulasi nekrosis
yang dihasilkan di sekitar garis sayatan karena produksi panas yang tidak diinginkan. Laser
menghasilkan lebih banyak perubahan degeneratif pada epitel dibandingkan dengan
menggunakan pisau bedah. Hall et al membuat hipotesa bahwa sayatan yang dibuat dengan
laser menguapkan cairan intraseluler dan ekstraseluler, membuat uap menekan yang pada
akhirnya akan mengganggu jaringan sehingga beberapa cellular debris terbakar pada
jaringan. Hasil ini juga sama dengan Almas dan Sadig yang melaporkan bahwa penyembuhan
lebih cepat dengan pisau bedah daripada teknik lainnya.
Sesuai penjelasan secara histologi, perbaikan luka akibat pisau bedah dapat sembuh
dengan cepat. Luka laser lebih lambat sembuh dengan waktu 2 sampai 4 hari dibandingkan
luka bedah. Sayatan yang dibuat oleh laser memiliki kekuatan tarik yang sama seperti
penyembuhan pada sayatan bedah tetapi untuk waktu penyembuhan luka, pembentukan
kolagen, epitelisasi, dan cellular infiltration tertunda selama fase penyembuhan luka,
dibandingkan dengan penyembuhan luka bedah. Selain itu, setelah paparan laser aktivitas
fibroblas dan sel yang bertanggung jawab untuk memproduksi perlekatan jaringan ikat baru
dalam penyembuhan luka secara signifikan tertunda.
Keuntungan teknik bedah yaitu sedikitnya kerusakan jumlah jaringan yang berdekatan
dan relatif lebih cepat dalam penyembuhan luka. Namun, pendarahan di daerah bedah juga
akan memakan waktu. Hal ini juga dapat mengakibatkan rasa sakit dan ketidaknyamanan
dengan kemungkinan hilangnya perlekatan, gingival cratering dan resesi gingiva.
Keuntungan dari teknik LANAP yaitu bidang operasi tanpa darah dengan pembengkakan dan
bekas luka yang minimal dan sedikit nyeri pasca bedah. Sebagai perbandingan, meskipun
penyembuhan tertunda pada tahap awal perawatan LANAP, bedah periodontal dengan laser
menghilangkan poket dan meningkatkan pembentukan perlekatan baru dengan reposisi
minimal pada margin gingiva.
Simpulan

LANAP merupakan pilihan perawatan baru yang membantu menghilangkan plak dan
kalkulus dengan membatasi infeksi bakteri untuk membantu menyembuhkan periodontitis
dengan meregenerasi jaringan daripada reseksi jaringan. LANAP membantu menghilangkan
bakteri penyebab infeksi dalam prosedur yang aman dan tanpa rasa sakit yang membentuk
perlekatan serat epitel dan periodontal di daerah yang terkena. Kesimpulannya, meskipun laju
revaskularisasi tertunda pada tahap awal penyembuhan luka dalam kelompok LANAP,
terdapat peningkatan yang signifikan dalam semua parameter klinis dan radiografi
dibandingkan dengan kelompok ENAP bila dibandingkan dari kunjungan pertama hingga
kunjungan ulang..

Anda mungkin juga menyukai