Anda di halaman 1dari 6

RESUME PENDIDIKAN AGAMA

BUDAYA AKADEMIK, ETOS KERJA, SIFAT TERBUKA DAN ADIL

Nama : Balqies Divina Aviva


NIM : 2115401027
Kelas : Reguler 1 Tingkat 1
Dosen : Rosidin, S.Ag, M.Pd.I

A. Budaya Akademik

1. Pengertian Budaya Akademik


Budaya Akademik (Academic Culture) dapat dipahami sebagai suatu
totalitas dari kehidupan dan kegiatan akademik yang dihayati,
dimaknai dan diamalkan oleh warga masyarakat akademik, di lembaga
pendidikan tinggi dan lembaga penelitian.

2. Ciri-Ciri Budaya Akademik


 Proses belajar mengajar
 Membaca
 Meneliti, menulis karya ilmiah, artikel, makalah, buku dan
mengabdi kepada masyarakat
 Berfikir rasional, obyektif, kritis analitis, ilmiah, sistematis dan
transparan
 Diskusi, dialog, seminar, ;lokakarya
 Disiplin, kreatif, inovatif, taat hukum,
 Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif

3. Tradisi Akademik
Tradisi akademik adalah tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan
masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar
antara dosen dan mahasiswa, menyelenggarakan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, serta mengembangkan cara-cara
berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di lingkungan akademik.

Berpikir rasional adalah ciri utama ajaran Islam, Al-quran


mengajarkan setiap orang untuk membumikan budaya akademik, yaitu
menggunakan tradisi keilmuan yang didasarkan prinsip-prinsip
rasionalitas.
Dalam surat Ali-Imran/3:190-191 telah disebutkan bahwa seorang
muslim yang memiliki karakter berbudaya akademik disebut dengan
istilah Ulul albab yang secara kebahasaan mengandung arti ” orang-
orang yang memiliki akal yang mumi”.
Dalam ayat tersebut jelas dinyatakan bahwa mereka memiliki paling
tidak dua karakter yaitu: ” orang yang selalu mengingat Allah SWT
dalam keadaan berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring” dan
“mereka selalu memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.

4. Kebebasan Akademik
Kebebasan akademik adalah kebebasan yang dimiliki oleh pribadi-
pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk
bertanggungjawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya
penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung
pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan
menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan
pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni,
dalam kerangka akademis.

5. Budaya Akademik dalam Pandangan Islam


Tujuan diciptakan manusia adalah untuk menyembah/mengabdi
kepada Allah (DS. Adz Dzariyah :6). Wujud dari penyembahan atau
pengabdian manusia kepada Allah adalah melaksanakan tugas sebagai
khalifah, memakmurkan bumi, berlaku baik terhadap alam semesta,
sesama manusia, dan Allah.

Eksistensi mahasiswa adalah belajar, maka ia disebut sebagai manusia


pembelajar yang pengertiannya amat luas, yaitu bukan hanya belajar
di sekolah atau perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan QS. Al Alaq
ayat 1-5 dan beberapa hadits nabi yang menganjurkan untuk belajar
dan menuntut ilmu.

Muara dari budaya akademik yang ditumbuhkan dalam Islam adalah


semakin bertambahnya keyakinan terhadap Allah SWT. Budaya
akademik dalam Islam menghendaki semua orang muslim untuk
memiliki sikap tekun dan ulet dalam mencari ilmu. Islam sebagai
agama yang mendorong umatnya untuk menjadi cerdas dan pandai
maka mempunyai banyak dalil-dalil mengenai keutamaan mencari
ilmu.

‫َم ْن َسلَكَ طَ ِريقًا يَ ْلتَ ِمسُ فِي ِه ِع ْل ًما َسه ََّل هَّللا ُ لَهُ بِ ِه طَ ِريقًا إِلَى ْال َجنَّ ِة‬

Artinya: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka


Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” [HR. Muslim].

B. Etos Kerja

1. Pengertian Etos Kerja


Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap,
kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini
tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan
masyarakat.
kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok
manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan
semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-
cita.

2. Fungsi dan Tujuan Etos Kerja


Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap
perbuatan dan kegiatan individu, dengan kata lain fungsi etos kerja
adalah pendorang timbulnya perbuatan, penggairah dalam aktivitas,
penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
3. Etos kerja dalam pandangan agama Islam
Kerja adalah perwujudan rasa syukur atas rahmat dan nikmat Allah.
QS. Saba’,34 : 13 “Bekerjalah untuk bersyukur kepada Allah, dan
sedikit sekali dari hamba-hambaku yang bersyukur”.
Kerja berorientasi hasil yang baik (hasanah) dunia dan akhirat. QS.
Al-baqarah,2 : 202 “Mereka itulah orang-orang yang mendapat
bagian dari apa yang mereka usahakan”.

Kerja berdasarkan realibility (kuat fisik dan mental) dan integrity


(jujur, amanah). Perpaduan emosional, intelektual dan spritual. QS.Al-
Qashash, 28 : 26 “Sesungguhnya oarng yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.
Kerja berdasarkan semangat dan kerja keras pantang menyerah.
Pekerja keras tidak mengenal kata gagal.
Kerja cerdas, memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya yang
ada secara tepat (pengetahuan), terampil dan terencana, akurat.
Kerja Ikhlas, merupakan amal dan ibadat yang perlu dihayati, bukan
sekedar membayar kewajiban atau tanggung jawab (kesalehan
individual dan komunal, fastabiqul khairat.

4. Indikasi Etos Kerja Keras Tinggi


Adapun indikasi-indikasi orang atau sekelompok masyarakat yang
beretos kerja tinggi, menurut Gunnar Myrdal dalam bukunya Asian
Drama, ada tiga belas sikap  yang menandai hal itu:
1. Efisien;
2. Rajin;
3. Teratur;
4. Disiplin atau tepat waktu;
5. Hemat;
6. Jujur dan teliti;
7. Rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan;
8. Bersedia menerima perubahan;
9. Gesit dalam memanfaatkan kesempatan;
10.Energik;
11.Ketulusan dan percaya diri;
12.Mampu bekerja sama; dan,
13.Mempunyai visi yang jauh ke depan.
C. Sikap Terbuka dan Adil

1. Pengertian keterbukaan dan keadilan


Keterbukaan atau transparansi berasal dari kata dasar terbuka dan
transparan, yang secara harfiah berarti jernih, tembus cahaya, nyata,
jelas, mudah dipahami, tidak keliru, tidak sangsi atau tidak ada
keraguan.  Dengan demikian keterbukaan atau transparansi adalah
tindakan yang memungkinkan suatu persoalan menjadi jelas mudah
dipahami dan tidak disangsikan lagi kebenarannya.
Menurut Ensiklopedi Indonesia kata Adil berarti tidak berat sebelah
atau tidak memihak kesalah satu pihak, memberikan sesuatu kepada
setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya, Mengetahui
hak dan kewajiban, mana yang benar dan yang salah, jujur, tepat
menurut aturan yang berlaku. Tidak pilih kasih dan pandang siapapun,
setiap orang diperlakukan sesuai hak dan kewajibannya.

Jika dikaitkan dalam konteks keindonesiaan tentu dua sikap ini yaitu
keterbukaan dan keadilan menjadi falsafah dasar bangsa Indonesia
yang harus dipegang kuat. Dalam sila kelima Pancasila disebutkan
secara gamblang bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan tentu sila kelima ini menjiwai segala bentuk aturan hukum
maupun kebijakan yang dibuat di Negara Indonesia. Untuk menjamin
keadilan warga negara maka dibutuhkan sikap keterbukaan. Karena
tanpa sikap terbuka ini keadilan tidak dapat dilaksankan dengan baik
di Indonesia ini.

2. Sikap terbuka pandangan Islam


Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang
penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk-
bentuk tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN).
Rasulullah bersabda :
Artinya : (Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan
kebajikan itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang
senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang yang jujur.
Sesungguhnya bohong itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu
menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat
bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong.

Alhasil, dalam pandangan Islam sikap terbuka dan keadilan ini


merupakan nilai universal yang sangat dianjurkan. Islam sangat
mendorong pemeluknya untuk menerapkan kedua nilai ini dalam
segala lini kehidupan sehingga bisa tercapai kehidupan yang
berbahagia, baik dunia maupun akhirat.

3. Bersikap Adil menurut pandangan Islam


Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran.
Kata adil dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun,
dan ta’dili diulang sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu
Allah memerintah kepada kita supaya berlaku adil dalam semua hal.
Allah berfirman:
Artinya :“...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa...”            
Oleh karena yang demikian maka seyogyanya atau bahkan wajib
bagi seorang muslim untuk mempunyai dan menerapkan keadilan
dalam berbagai Aspeknya.

Allah Berfirman dalam Surat Al-Hujurat, Ayat 9


َ‫وا إِ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِط ْين‬
ْ ُ‫َوأَ ْق ِسط‬

Artinya : ”Dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-


orang yang berlaku adil”.

Dari ayat ini sangat jelas bahwa keadialan adalah suatu sikap yang
langsung diperintahkan oleh Allah sendiri dalam Al-Quran. Tentu hal
ini mengindikasikan bahwa keadilan itu sangat penting dalam
kehidupan umat manusia. 

Anda mungkin juga menyukai