Anda di halaman 1dari 9

RESUME PENDIDIKAN AGAMA

MENGKAJI Q.S. ALI-IMRAN:103, Q.S. AL-HUJURAT:14, Q.S. AL-


MAIDAH:2, Q.S. AL-HUJURAT:9-10, DAN Q.S. AL-MAIDAH:159

Nama : Balqies Divina Aviva


NIM : 2115401027
Kelas : Reguler 1 Tingkat 1
Dosen : Rosidin, S.Ag, M.Pd.I

1. Q.S. ALI-IMRAN AYAT 103

Ayat :

Terjemah :

"Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai,
dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah
mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara.
(Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan
kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu
mendapat petunjuk."

Tafsir :

Pada ayat ini Allah memerintah kaum mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan
berpegangteguhlah serta berusahalah sekuat tenaga agar kamu semuanya bantu-
membantu untuk menyatu pada tali (agama) Allah agar kamu tidak tergelincir dari agama
tersebut. Dan janganlah kamu bercerai berai, saling bermusuhan dan mendengki, karena
semua itu akan menjadikan kamu lemah dan mudah dihancurkan. Pada ayat ini Allah
memerintahkan orang mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan, menyuruh
perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Dan hendaklah di antara kamu,
orang mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada
kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh (berbuat) yang makruf yaitu akhlak,
perilaku dan nilai-nilai luhur dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai-nilai agama, dan mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu
yang dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. Sungguh mereka yang menjalankan
ketiga hal tersebut mempunyai kedudukan tinggi di hadapan Allah dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung karena mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
(Tafsir Ringkas Kemenag)

Dan berpegang teguhlah kalian semua kepada kitab suci Tuhan kalian dan petunjuk Nabi
kalian, dan jangan melakukan hal-hal yang mendorong kalian kepada perpecahan. Dan
ingatlah nikmat besar yang telah Allah limpahkan pada kalian, tatkala kalian di masa
dahulu (wahai kaum mukminin), sebelum islam, saling bermusuhan. Kemudian Allah
menyatukan hati kalian di atas cinta kepadaNya dan cinta kepada RasulNya, dan
meletakkan pada hati kalian rasa saling mencintai sebagian kalian kepada sebagian yang
lain, sehingga kalian dengan karunia Allah menjadi orang-orang bersaudara yang saling
mencintai. Padahal dahulu kalian sudah berada di tepi jurang Neraka Jahanam, lalu Allah
memberi kalian hidayah kepada islam dan menyelamatkan kalian dari neraka. Dan
sebagaimana Allah telah menjelaskan kepada kalian simbol-simbol iman yang benar,
maka begitu juga Dia telah menjelaskan kepada kalian segala yang mendatangkan
kemaslahatan bagi kalian, agar kalian mendapat hidayah menuju jalan yang lurus dan
menapakinya, sehingga kalian pun tidak tersesat darinya.
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)

2. Q.S. AL-HUJURAT AYAT 14

Ayat :

Terjemah :

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Mahateliti."
Tafsir :

Ayat yang lalu menjelasakan tata krama pergaulan orang-orang yang beriman, ayat ini
beralih menjelaskan tata krama dalam hubung-an antara manusia pada umumnya. Karena
itu panggilan ditujukan kepada manusia pada umumnya. Wahai manusia! Sungguh, Kami
telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni berasal dari
keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Semua manusia sama saja derajat
kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal dan
dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan sa-
ling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah tidak menyukai orang yang
memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan karena
sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.
Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang yang mulia di
sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang lahir maupun yang
tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan perbuatan manusia yang
luput dari ilmu-Nya.14. Setelah pada ayat yang lalu dijelaskan bahwa orang yang paling
mulia di sisi Allah adalah adalah orang yang paling bertakwa, ayat ini menjelaskan
hakikat iman yang melekat pada orang yang bertakwa. Ayat ini dikemukakan dalam
konteks penjelasan terhadap serombong-an orang-orang Badui yang datang kepada Nabi
yang menyatakan bahwa mereka telah beriman dengan benar. Orang-orang Arab Badui
berkata kepadamu, ?Kami telah beriman.? Allah menegaskan melalui firman-Nya,
Katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad, ?Kamu belum beriman sebab hati
kamu belum sepenuhnya percaya, dan perbuatan kamu belum mencerminkan iman sesuai
apa yang kamu katakan tetapi katakanlah ?Kami telah tunduk kepadamu.' Ucapan se-perti
itu lebih pantas kamu katakan, karena iman belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika
kamu benar-benar taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit
pun pahala amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha Pengampun kepada orang yang
bertobat, Maha Penyayang kepada orang yang taat.?
(Tafsir Ringkas Kemenag)

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari satu bapak, yaitu Adam
dan satu ibu yaitu Hawwa. Maka janganlah merasa lebih utama di antara sebagian kalian
atas sebagian yang lain dari sisi nasab. Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku melalui proses berketurunan, agar sebagian dari kalian mengenal sebagian
yang lain. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah
yang paling bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang bertakwa dan Maha teliti terhadap mereka.
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)
3. Q.S. AL-MAIDAH AYAT 2

Ayat :

Terjemah :

"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian)


Allah, jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu
(hewan-hewan kurban) dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan
(pula mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari karunia
dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan ihram), berburulah
(jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum, karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya."

Tafsir :

Ayat berikut berisi hukum-hukum Allah yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan
ibadah haji. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar
kesucian Allah, yakni segala amalan yang dilakukan dalam melaksanakan ibadah haji
seperti tata cara melakukan tawaf dan sa'i, serta tempat-tempat mengerjakannya, seperti
Kakbah, Safa, dan Marwah, jangan engkau melanggarnya dengan berburu ketika dalam
keadaan ihram dan jangan pula melanggar kehormatan bulanbulan haram, yaitu bulan
Zulkaidah, Zulhijah, Muharram, dan Rajab, janganlah pula engkau melanggar
kehormatannya dengan berperang pada bulan itu kecuali untuk membela diri ketika
diserang. Jangan pula mengganggu hadyu, yaitu hewan-hewan kurban yang dihadiahkan
kepada Kakbah untuk mendekatkan diri kepada Allah, hewan-hewan itu disembelih di
tanah haram dan dihadiahkan dagingnya kepada fakir miskin, dan qala'id, hewan-hewan
kurban yang diberi tanda, dikalungi dengan tali sebagai tanda yang menunjukkan bahwa
hewan itu telah dipersiapkan untuk dikurbankan dan dihadiahkan, dan jangan pula
mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam, untuk melaksanakan ibadah
haji atau umrah, mereka mencari karunia berupa keuntungan duniawi, dan keridaan yang
berupa ganjaran dari Tuhannya. Akan tetapi, apabila kamu telah menyelesaikan ihram,
maka bolehlah kamu berburu apabila kamu mau. Jangan sampai kebencian sebagian
kamu kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari mengunjungi
Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas kepada mereka dengan cara
membunuh mereka atau melakukan kejahatan kepada mereka. Dan tolong-menolonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan, melakukan yang diperintahkan Allah, dan takwa,
takut kepada larangannya, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa, melakukan
maksiat dan permusuhan, sebab yang demikian itu melanggar hukum-hukum Allah.
Bertakwalah kepada Allah, takut kepada Allah dengan melakukan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya, karena sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya kepada
orang-orang yang tidak taat kepada-NyaPada ayat yang lalu telah dijelaskan beberapa
perbuatan yang diharamkan. Ayat ini menguraikan lebih terperinci makanan-makanan
yang diharamkan. Ada sepuluh jenis makanan yang diharamkan, semuanya berasal dari
hewan. Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah yang keluar dari tubuh,
sebagaimana tersebut dalam Surah alAn'a'm/6: 145, daging babi, dan daging hewan yang
disembelih bukan atas nama Allah, demikian pula diharamkan daging hewan yang
tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu sembelih. Hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh,
yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas adalah halal hukumnya kalau sempat
disembelih sebelum mati. Dan diharamkan pula hewan yang disembelih untuk berhala.
Dan diharamkan pula mengundi nasib dengan anak panah. Orang Arab Jahiliah
menggunakan anak panah untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu
perbuatan atau tidak. Mereka mengambil tiga buah anak panah yang belum memakai
bulu, masing-masing anak panah itu ditulis dengan kata-kata lakukan, jangan lakukan,
dan anak panah yang ketiga tidak ditulis apa-apa. Semua anak panah itu diletakkan dalam
sebuah tempat dan disimpan dalam Kakbah. Bila mereka hendak melakukan suatu
perbuatan, maka mereka meminta agar juru kunci Kakbah mengambil salah satu dari tiga
anak panah itu. Mereka melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan sesuai
dengan bunyi kalimat yang tertulis dalam anak panah yang diambilnya. Kalau yang
terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulangi sekali lagi.
Janganlah melakukan yang demikian itu karena itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini,
yaitu pada waktu Haji Wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, orang-
orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan
agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai
Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa, dibolehkan
memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini karena lapar, bukan karena ingin
berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Tafsir Ringkas Kemenag)

Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya serta menjalankan
syariatNya, janganlah kalian melewati batasan-batasan Allah dan rambu-rambuNya, dan
janganlah kalian menghalalkan peperangan di bulan-bulan haram, yaitu, Bulan
dzulqadah, dzulhijjah, muharram, dan rajab. Dan ketetapan ini berlaku pada permulaan
perkembangan islam. Dan janganlah kalian menghalalkan kehormatan binatang hadyu
dan jangan pula binatang-binatang yang leher-lehernya telah dikalungi sesuatu. Hal itu
karena mereka meletakkan kalung-kalung berbentuk kuciran-kuciran dari bulu domba
atau unta pada batang lehernya sebagai pertanda bahwa binatang-binatang ternak tersebut
diperuntukkan sebagai hadyu dan pembawanya adalah orang yang hendak mengerjakan
ibadah haji. Dan janganlah kalian menghalalkan tindakan memerangi orang-orang yang
bermaksud mendatangi Masjidil Haram yang mengharapkan dari Allah karunia yang
dapat memperbaiki kualiatas kehidupan dunia mereka dan mendatangkan keridhaan
tuhan mereka. Apabila kalian telah selesai dari ihram kalian, maka halal bagi kalian
binatang buruan. Dan janganlah menyeret kalian rasa kebencian kalian terhadap satu
kaum gara-gara mereka menghalang-halangi kalian untuk memasuki masjidil haram,
sebagimana yang terjadi pada tahun perjanjian Hudaibiyah, membuat kalian mengabaikan
perbuatan adil terhadap mereka. Dan tolong-menolonglah di antara kalian wahai kaum
Mukminin,dalam mengerjakan kebaiakan dan ketakwaan kepada Allah. Dan janganlah
kalian saling menolong dalam perbuatan yang memuat dosa,maksiat, dan pelanggaran
terhadap batasan-batasan Allah, dan wasapadalah kalian dari melanggar perintah Allah,
karena sesungguhnya Dia amat dahsyat siksaan-Nya.
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)

4. Q.S. AL-HUJURAT AYAT 9-10

Ayat :
Terjemah :

"Jika ada dua golongan orang-orang mukmin bertikai, damaikanlah keduanya. Jika salah
satu dari keduanya berbuat aniaya terhadap (golongan) yang lain, perangilah (golongan)
yang berbuat aniaya itu," (Ayat 9)

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua


saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati." (Ayat
10)

Tafsir :

Setelah Allah memperingatkan kepada orang mukmin supaya berhati-hati dalam


menerima berita yang disampaikan orang fasik, maka Allah menerangkan pada ayat ini
tentang apa yang bisa terjadi akibat berita itu. Misalnya pertikaian antara dua kelompok
yang kadang-kadang menyebabkan peperangan. Dan apabila ada dua golongan orang-
orang mukmin berperang atau bertikai satu sama lain maka damaikanlah antara keduanya
dengan memberi petunjuk dan nasihat ke jalan yang benar. Jika salah satu dari keduanya,
yakni golongan yang bermusuhan itu terus menerus berbuat zalim terhadap golongan
yang lain, maka pera-ngilah golongan yang berbuat zalim itu, yang enggan menerima
kebenar-an, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah
kembali kepada perintah Allah, yakni menerima kebenaran maka damaikanlah antara
keduanya dengan adil, sehingga terjadi hubungan baik antara keduanya, dan berlakulah
adil dalam segala urusan agar putusan kamu diterima oleh semua golongan. Sungguh,
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil dalam perbuatan mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya. 10. Ayat yang lalu
menjelaskan perlunya melakukan perdamaian antara dua kelompok orang mukmin yang
berperang. Hal itu perlu dilakukan sebab sesungguhnya orang-orang mukmin itu
bersaudara, sebab mereka itu satu dalam keimanan, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu yang sedang beselisih atau bertikai satu sama lain dan bertakwalah kepada
Allah dengan melaksanakan perintahnya antara lain mendamaikan kedua golongan yang
saling bermusuhan itu agar kamu mendapat rahmat persudaraan dan persatuan. (Ayat 9)

Ayat yang lalu menjelaskan perlunya melakukan perdamaian antara dua kelompok orang
mukmin yang berperang. Hal itu perlu dilakukan sebab sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara, sebab mereka itu satu dalam keimanan, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu yang sedang beselisih atau bertikai satu sama lain dan
bertakwalah kepada Allah dengan melaksanakan perintahnya antara lain mendamaikan
kedua golongan yang saling bermusuhan itu agar kamu mendapat rahmat persudaraan
dan persatuan. 11. Setelah Allah menerangkan bahwa orang-orang mukmin adalah
bersaudara, ayat ini menjelaskan tuntunan agar persaudaraan itu tetap terjaga. Wahai
orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum, yakni kelompok pria, mengolok-olok
kaum, yakni kelompok pria yang lain karena boleh jadi mereka yang diperolok-olokkan
lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, dan jangan pula perempuan-perempuan
mengolok-olokkan perempuan lain karena boleh jadi perempuan yang diperolok-olokkan
lebih baik dari perempuan yang mengolok-olok. Janganlah kamu saling mencela satu
sama lain dengan ucapan, perbuatan atau isyarat, dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang dinilai buruk buruk oleh orang yang kamu panggil itu sehingga
menyakiti hatinya. Seburuk-buruk panggilan adalah panggilan yang buruk fasik setelah
iman. Yakni seburuh-buruk panggilan kepada orang-orang mukmin adalah bila mereka
disebut orang-orang fasik sesudah mereka dahulu disebut sebagai golongan yang yang
beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, setelah melakukan kefasikan, maka mereka
itulah orang-orang yang zalim kepada diri sendiri dan karena perbuatannya itu maka
Allah menimpakan hukuman atasnya. (Ayat 10)
(Tafsir Ringkas Kemenag)

Bila dua kelompok dari orang-orang yang beriman bertikai, maka kalian (wahai orang-
orang beriman) harus mendamaikan mereka, dengan menyeru mereka agar berhakim
kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah dan rela menerima hukum keduanya. Bila
salah satu dari kedua kelompok melanggar dan menolak seruan kepada Allah dan
Rasulullah, maka perangilah mereka hingga mereka kembali kepada hukum Allah dan
Rasulullah. Bila mereka telah kembali, maka damaikanlah mereka dengan adil. Berlaku
adillah dalam hukum kalian, jangan melampaui hukum Allah dan Rasulullah dalam
mengambil keputusan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil
dalam hukum mereka yang memutuskan dengan keadilan diantara makhlukNya. Dalam
ayat ini terdapat penetapan sifat “mahabbah” bagi Allah secara hakiki sesuai dengan
keagungan Allah. Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara dalam agama,
karena itu, bila mereka bertikai, maka damaikanlah di antara saudara-saudara kalian itu.
Takutlah kepada Allah dalam segala urusan kalian agar kalian dirahmati olehNya.
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)

5. Q.S. AL-MAIDAH AYAT 159

Ayat :

Terjemah :

"Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan
menjauh dari sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan
untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting).
Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal."
Tafsir :

Setelah memberi kaum mukmin tuntunan secara umum, Allah lalu memberi tuntunan
secara khusus dengan menyebutkan karuniaNya kepada Nabi Muhammad. Maka berkat
rahmat yang besar dari Allah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka yang
melakukan pelanggaran dalam Perang Uhud. Sekiranya engkau bersikap keras, buruk
perangai, dan berhati kasar, tidak toleran dan tidak peka terhadap kondisi dan situasi
orang lain, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah,
hapuslah kesalahan-kesalahan mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, yakni urusan
peperangan dan hal-hal duniawi lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, dan
kemasyarakatan. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad untuk
melaksanakan hasil musyawarah, maka bertawakallah kepada Allah, dan akuilah
kelemahan dirimu di hadapan Allah setelah melakukan usaha secara maksimal. Sungguh,
Allah mencintai orang yang bertawakal Ayat sebelumnya diakhiri dengan perintah
bertawakal kepada Allah, satu-satunya penentu keberhasilan dan kegagalan. Jika Allah
menolong kamu, maka tidak ada siapa pun dan apa pun yang dapat mengalahkanmu,
tetapi jika Allah membiarkan kamu, tidak memberi pertolongan, maka siapa yang dapat
menolongmu setelah itu' Pasti tidak ada. Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-
orang mukmin bertawakal, mengakui kelemahan diri di hadapan Allah setelah melakukan
usaha secara maksimal.
(Tafsir Ringkas Kemenag)

Maka dengan rahmat dari Allah kepadamu dan kepada para sahabatmu (wahai Nabi),
Allah melimpahkan karuniaNYA padamu,sehingga kamu menjadi seorang yang lembut
terhadap mereka. Seandainya kamu orang yang berperilaku buruk,dan berhati
keras,pastilah akan menjauh sahabat-sahabatmu dari sekelilingmu.Maka janganlah kamu
hukum mereka atas tindakan yang muncul dari mereka pada perang uhud.Dan
mintakanlah kepada Allah (wahai nabi), supaya mengampuni mereka.Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam perkara-perkara yang kamu membutuhkan
adanya musyawarah.Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad untuk
menjalankan satu urusan dari urusan-urusan,(setelah bermusyawarah),maka jalankanlah
dengan bergantung kepada Allah semata. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya.
(Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia)

Anda mungkin juga menyukai