Anda di halaman 1dari 13

Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa

Sri Satriani 1), Wahyuddin2)


1,2)
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar
Email : 1) srisatriani@rocketmail.com, 2) wahyu@unismuh.ac.id.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
mahasiswa serta mendeskripsikan implementasi model pembelajaran creative problem
solving (CPS) pada mahasiswa Pendidikan Matematika Univesitas Muhammadiyah
Makassar pada mata kuliah program linear. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas dengan subjek sebanyak 33 mahasiswa dengan dua siklus (1 siklus 4 kali
pertemuan). Tahapan siklus terdiri atas planning, action, observation, reflection.
Pengumpulan data melalui observasi, hasil tes, dan respon mahasiswa yang dianalisis
dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif kualitatif. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa : Implementasi model pembelajaran (CPS) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah mahasiswa yang dilihat dari peningkatan nilai kemampuan
pemecahan dari 63,03 (kategori cukup) menjadi 77,72 (kategori tinggi). Penerapan
pembelajaran (CPS) efektif dengan indikator pelaksanaan pembelajaran meningkat dari
kategori baik menjadi kategori sangat baik; keaktifan mahasiswa meningkat dari kategori
aktif menjadi kategori sangat aktif; dan respon mahasiswa berada pada kategori sangat
positif. (2) Implementasi Model Pembelajaran (CPS) dapat dilakukan dengan lima
tahapan yaitu klarifikasi permasalahan; pengungkapan gagasan; evaluasi; dan
implementasi.
Keyword : Model Pemblajaran, Creative Problem Solving (CPS), dan Kemampuan
Pemecahan Masalah.

Abstract
This study aimed to improve students’ problem solving skills and to describe the
implementation of creative problem solving (CPS) model in Mathematics Education
students of Muhammadiyah University of Makassar in its program. This research was a
classroom action research which involved 33 students with two cycles (1 cycle was 4
times meeting). The cycle stage consisted of planning, action, observation, reflection.
Data collection through observation, test result, and student response were analyzed by
quantitative descriptive analysis technique. The research finding were : Implementation
of learning model (CPS) can improve students’ problem solving ability which can be seen
from the increasing of solving ability from 63,03 (enough) to 77,72 (high). Effective
learning (CPS) implementation with learning implementation indicators improved from
less category to excellent category; student activeness increased from active category to
highly active category; and student responses were in a very positive category. (2)
Implementation of Learning Model (CPS) can be implemented through five stages:
clarification of the problem; disclosure of ideas; evaluation; and implementation.

Keyword: Learning Model, Creative Problem Solving (CPS), and Problem Solving
Ability.

1. PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika di memecahkan masalah dan kemandirian


perguruan tinggi mempunyai peranan mahasiswa. Hal ini sesuai pendapat
yang sangat penting dalam Ansjar & Sembiring (2000:15),
mengembangkan kemampuan berpikir, pembelajaran matematika di perguruan

69
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Sri Satriani, Wahyuddin
tinggi perlu diberi penekanan pada aspek: dengan penjelasan suatu kasus dalam
pemahaman konsep dengan baik dan dunia nyata sebagai suatu model
benar, kekuatan bernalar matematika, matematik yang terdiri dari sebuah fungsi
keterampilan dalam teknik dan metode tujuan linear dengan beberapa kendala
dalam matematika, dan kemampuan linear. Konten dari program linear
belajar mandiri. adalah memberikan kemampuan kepada
Kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa dalam menyelesaikan
oleh mahasiswa calon guru pendidikan masalah sehari-hari terutama yang
matematika adalah: 1) Penguasaan berkaitan dengan masalah optimisasi.
bahan ajar, 2) Pemahaman mendalam Optimisasi ini bertujuan untuk
tentang peserta didik yang hendak mendapatakan solusi penyelesaian yang
dilayaninya kelak, 3) Penguasaan teori paling menguntungkan (optimal) dan
dan keterampialan keguruan, 4) tetap memenuhi hal-hal yang
Pemilikan kemampuan memperagakan dipersyaratkan atau yang lebih dikenal
unjuk kerja, 5) Pemilihan sikap, nilai dan dengan kendala (Kerami, 2014)
kecenderungan kepribadian yang Mengingat pentingnya mata kuliah
menunjang pelaksanaan tugas-tugas tersebut, sehingga materi-materi program
sebagai guru pendidik, dan 6) Pemilikan linear harus di pahami dengan baik.
kemampuan melaksanakan tugas-tugas Namun kenyataan di lapangan tidaklah
profesional lain. (Supriyadi, 2003). seperti apa yang diharapkan. Berdasarkan
Menurut Permendiknas Nomor 16 hasil survei penulis pada Tanggal 8
Tahun 2007, bahwa setiap guru wajib Februari 2017 menemukan bahwa masih
memenuhi standar kualifikasi akademik terdapat mahasiswa yang mengalami
dan kompetensi guru yang berlaku secara kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal
nasional. Sehingga untuk menjadi guru program linear, pada penyelesaian soal
matematika, maka harus memenuhi program linear bentuk soal cerita
standar kualifikasi akademik yaitu misalnya, mahasiswa mengalami
pendidikan minimum diploma empat (D- kesalahan pada aspek bahasa atau
4) atau sarjana (S1) pendidikan menerjamahkan maksud soal dan
matematika dan diperoleh dari kesalahan pada aspek strategi atau
program studi yang terakreditasi. penyelesaian masalah. Identifikasi awal
Selain kualifikasi akademik, guru yang dilakukan peneliti di kelas juga
matematika juga harus menguasai menunjukkan bahwa banyak mahasiswa
kompetensi guru yang berlaku secara yang masih lemah dalam memodelkan
nasional yaitu, kompetensi pedagogik, soal cerita ke dalam bentuk matematis.
kompetensi profesional, kompetensi Padahal penguasaan pembuatan model
sosial, dan kompetensi kepribadian. matematika dalam pemecahan masalah
Sehingga guru yang profesional sangat penting.
adalah guru yang menguasai Lebih lanjut, sebagian besar
kompetensi-kompetensi tersebut. mahasiswa merasa kesulitan dalam
Program linear merupakan salah menyelesaikan berbagai jenis
satu mata kuliah yang harus dikuasai oleh permasalahan yang diberikan, apalagi
mahasiswa calon guru matematika. jika harus berhadapan dengan soal-soal
Program liniar merupakan metode yang tidak rutin. Dari hasil
matematik dalam mengalokasikan wawancara mahasiswa mengaku merasa
sumber daya yang terbatas untuk bingung untuk membuat model
mencapai suatu tujuan seperti matematika, apalagi kalau dalam bentuk
memaksimumkan keuntungan dan soal cerita. Pada langkah pemodelan soal
meminimumkan biaya. Program linear cerita, kesalahan mahasiswa dalam
banyak diterapkan dalam masalah menyelesaikan soal program linear dalam
ekonomi, industri, militer, sosial dan bentuk soal cerita terjadi pada
lain-lain. Pemrogram linear berkaitan penggunaan tanda pertidaksamaan pada

70
Jurnal Derivat Volume 5 No. 1 Juli 2018 (ISSN: 2407 - 3792)
Halaman 69 – 81
model matematis (kendala utama) terlepas dari berbagai macam
manipulasi informasi dalam soal menjadi masalah, maka kemampuan mahasiswa
bentuk matematis. Penyebab kesalahan untuk memecahkan masalah tentu
tersebut adalah lemahnya pemahaman harus ditingkatkan. Kesalahan tersebut di
mahasiswa terhadap bahasa soal terutama atas jika dibiarkan berlanjut akan
bahasa matematis. berpengaruh terhadap kualitas
Selanjutnya pada langkah kompetensi lulusan dan kualitas
penyelesaian dengan metode garis pendidikan.
selidik, kesalahan mahasiswa dalam Salah satu solusi solusi untuk
menyelesaikan soal program linear menyelesaikan permasalahan tersebut
terjadi pada proses mengambar garis dari adalah dengan meningkaatkan
persamaan fungsi kendala, penentuan kemampuan pemecahan masalah bagi
daerah penyelesaian (daerah layak yang mahasiswa. Pemecahan masalah
memenuhi semua kendala), dan merupakan suatu proses yang digunakan
penggunaan garis selidik untuk untuk menyelesaikan masalah yang
menentukan titik optimum. Penyebab dihadapi. Kemampuan pemecahan
kesalahan tersebut adalah lemahnya masalah adalah suatu keterampilan
penguasaan materi prasyarat tentang pada diri mahasiswa agar mampu
persamaan garis, kurang terampilnya menggunakan kegiatan matematis untuk
penggunaan metode pencarian titik layak memecahkan masalah dalam
yang mewakili daerah penyelesaian, dan matematika, masalah dalam ilmu lain
lemahnya pemahaman terhadap konsep dan masalah dalam kehidupan sehari-
dan tujuan garis selidik. Temuan lain hari, (Agustinus 2013).
pada langkah penyelesaian dengan Terdapat berbagai macam inovasi
metode garis selidik adalah mahasiswa yang dapat dilakukan untuk
masih terpola pada cara mensubstitusikan melaksanakan pembelajaran yang
titik-titik potong garis dari persamaan bermakna dan dapat meningkatkan
kendala-kendala yang ada kemudian kemampuan pemecahan masalah
mensubstitusikannya pada fungsi sasaran. mahasiswa. Salah satu inovasi yang
Langkah ini pada soal tertentu bisa benar, dapat dilakukan adalah dengan
tetapi tidak bisa untuk mendeteksi jika menerapkan model pembelajaran yang
soal memiliki solusi atau penyelesaian digunakan. Model pembelajaran
yang tak berhingga banyaknya. creative problem solving (CPS)
Mahasiswa kesulitan memahami merupakan salah satu model
materi disinyalir karena strategi pembelajaran yang sangat cocok untuk
pembelajaran yang biasa digunakan di meningkatkan kemampuan pemecahan
mata kuliah program linear monoton, masalah mahasiswa, karena model ini
lebih didominasi oleh dosen, pemberian memusatkan pada keterampilan
modul, latihan, dan diskusi yang tidak pemecahan masalah yang diikuti dengan
terstruktur, cara dosen mengajar biasa penguatan keterampilan (Muslich,
saja, dikasi materi dalam bentuk 2007). Ketika dihadapkan pada suatu
fotocopian, dijelaskan sedikit, dan duduk pertanyaan, mahasiswa dapat
sehingga mahasiswa kuran termotivasi melakukan keterampilan untuk
dalam belajar lebih-lebih mahasiswa memecahkan masalah, untuk memilih
tidak tau manfaat yang dapat diperoleh dan mengembangkan tanggapannya.
setelah mempelajari materi di mata Tidak hanya dengan cara menghafal
kuliah program linear. tanpa dipikir, tetapi keterampilan
Mengingat mahasiswa adalah memecahkan masalah dan memperluas
calon guru yang nantinya juga harus proses berfikir.
mendidik siswa-siswinya menghadapi Beberapa hasil penelitian terdahulu
berbagai masalah dan akan terjun yang menjelaskan kefektifan CPS
ke masyarakat, di mana dalam diantaranya, Sakur & Hutapea, 2014
kehidupan bermasyarakat tidak akan dengan hasil penelitian bahwa penerapan

71
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Sri Satriani, Wahyuddin
penerapan pembelajaran creative aktivitas belajar mengajar. (Winataputra,
problem solving dapat meningkatkan 2008 :34).
KPMM mahasiswa dan kualitas Menurut Rusman (2010:136)
pembelajaran pada mata kuliah MSM menjelaskan bahwa model pembelajaran
mahasiswa PGMIPA-U Pendidikan memiliki ciri-ciri:
Matematika FKIP UR pada meteri pokok 1. Berdasarkan teori pendidikan dan
trigometri. Ningsih, 2016 dengan hasil teori belajar dari para ahli tertentu
penelitian bahwa bahwa pembelajaran sebagai contoh, model penelitian
dengan model creative problem solving kelompok di susun oleh Herbert
dapat meningkatkan kemampuan tellen dan berdasarkan teori Jhon
pemecahan masalah mahasiswa Program Dewey. Model ini dirancang untuk
Studi Pendidikan Matematika Universitas melatih partisipasi dalam kelompok
PGRI Yogyakarta pada mata kuliah Teori secara demokratis.
Bilangan. 2. Mempunyai misi atau tujuan
Berdasarkan uraian tersebut, maka pendidikan tertentu, misalnya
dirumuskan permasalahan yaitu apakah model berpikir induktif dirancang
dengan mengimplementasikan model untuk mengembakan pola pikir
pembelajaran creative problem solving induktif.
(CPS) dapat meningkatkan kemampuan 3. Dapat dijadikan pedoman untuk
pemecahan masalah, dan bagaimana perbaikan kegiatan belajar mengajar
gambaran proses implementasi model dikelas, misalnya model synetic
pembelajaran creative problem solving dirancang untuk memperbaiki
(CPS) pada mahasiswa kelas IV.a kreativitas dalam pelajaran.
Jurusan Pendidikan Matematika 4. Memiliki bagian-bagian model yang
Univesitas Muhammadiyah Makassar. dinamakan : urutan langkah
Selanjutnya dari rumusan massalah, pembelajaran (syntax); adanya
maka diajukan hipotesis yang diajukan prinsip-prinsip reaksi; sistem sosial;
dalam penelitian ini adalah “Jika dan sistem pendukung. Keempat
diimplementasikan Model Pembelajaran bagian tersebut merupakan
Creative Problem Solving (CPS), maka pedoman praktis bila guru akan
kemampuan pemecahan masalah melaksanakan suatu model
mahasiswa kelas IV.a Jurusan pembelajaran.
Pendidikan Matematika dapat meningkat. 5. Memiliki dampak sebagai akibat dari
2. KAJIAN TEORI terapan model pembelajaran dampak
a. Model Pembelajaran tersebut meliputi : dampak
Dimyati dan Mujiono (2006) pembelajaran yaitu hasil belajar
berpendapat bahwa “model pembelajaran yang dapat diukur, dan dampak
adalah suatu rencana atau pola yang pengiring yaitu hasil belajar jangka
dapat digunakan untuk membentuk panjang.
kurikulum, merancang bahan-bahan 6. Membuat persiapan mengajar
pembelajaran, dan membimbing (desain intruksional) dengan
pengajaran di kelas atau yang lain”. pedoman model pebelajaran yang
Pendapat lain menjelaskan bahwa model dipilih.
pembelajaran adalah kerangka konseptual b. Creative Problem Solving
yang melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan (CPS)
pengalaman belajar untuk mencapai Metode pembelajaran creative
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi problem solving (CPS) adalah suatu
sebagai pedoman bagi perancang metode pembelajaran yang melakukan
pengajaran dan para guru dalam pemusatan pada pengajaran dan
merencanakan dan melaksanakan keterampilan memecahkan masalah yang
diikuti dengan penguatan ketrampilan

72
Jurnal Derivat Volume 5 No. 1 Juli 2018 (ISSN: 2407 - 3792)
Halaman 69 – 81
(Karen dalam Cahyono, 2009: 3). Ketika solving. Guru juga memberikan motivasi
dihadapkan dengan suatu kepada siswa tentang pentingnya
pertanyaan/permasalahan, siswa dapat pembelajaran yang akan dilaksanakan.
melakukan keterampilan memecahkan
2. Tahap inti
masalah untuk memilih dan
Mahasiswa membentuk kelompok
mengembangkan tanggapannya. Tidak
hanya dengan cara menghafal tanpa kecil untuk melakukan small discussion.
dipikir, ketrampilan memecahkan Tiap kelompok terdiri atas 4-5
masalah dan memperluas proses berpikir mahasiswa yang dibentuk oleh dosen dan
(Pepkin dalam Muslich, 2007: 221). bersifat permanen. Tiap kelompok
Dari pengertian tersebut dapat mendapat modul dan lembaran kerja
disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang berisi materi pembelajaran dan
creative problem solving cocok
permasalahan untuk dibahas bersama
digunakan dalam peningkatan
kemampuan memecahkan masalah dalam kelompoknya. Secara
karena dalam metode pembelajaran ini berkelompok mahasiswa memecahkan
pengalaman sebelumnya dalam permasalahan yang terdapat dalam
menyelesaikan suatu masalah merupakan lembaran kerja sesuai dengan petunjuk
faktor yang penting dalam menyelesaikan yang tersedia di dalamnya. Mahasiswa
masalah baru yang berbeda, disamping mendapat bimbingan dan arahan dari
faktor minat mahasiswa.
dosen dalam memecahkan masalah.
Adapun proses dari metode
pembelajaran creative problem solving Peranan dosen dalam hal ini adalah
(CPS) terdiri dari langkah-langkah menciptakan situasi yang dapat
sebagai berikut: (1) Klarifikasi masalah; memudahkan munculnya pertanyaan dan
(2) Brainstorming/ Pengungkapan mengarahkan kegiatan brainstorming
pendapat; (3) Evaluasi dan pemilihan; dalam rangka menjawab pertanyaan atas
dan (4) Implementasi. Tahapan-tahapan
dasar interest siswa. Penekanan dalam
CPS yang dikemukakan tersebut dapat
melatih siswa untuk mengkomunikasikan pendampingan siswa dalam
ide matematisnya, berpikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan adalah
memecahkan masalah yang dihadapinya, sebagai berikut:
berpikir sistematis dan logis sesuai a. Klarifikasi masalah
data/fakta yang tersedia serta dapat Setelah dosen menjelaskan materi
melatih siswa untuk saling berinteraksi pembelajaran matematika,
satu sama lain, (Pepkin dalam Muslich, mahasiswa dikelompokkan menjadi
2007). kelompok-kelompok kecil dan
Karen (2004:2) menjelaskan menerima beberapa proyek yang
langkah-langkah creative problem berkaitan dengan materi pelajaran.
solving dalam pembelajaran matematika Dosen bersama mahasiswa
sebagai hasil gabungan prosedur Von mengklarifikasi permasalahan yang
Oech dan Osborn sebagai berikut: ada dalam proyek tersebut sehingga
1. Tahap awal siswa mengetahui solusi yang
Dosen menanyakan kesiapan diharapkan dari proyek tersebut.
siswa dalam mengikuti pembelajaran Dalam tahap ini, masing-masing
matematika, kemudian mengulas kembali kelompok mengajukan draf kepada
materi sebelumnya yang dijadikan dosen tentang proyek yang akan
dipecahkan permasalahannya.
prasayarat materi yang akan dipelajari
b. Pengungkapan gagasan
siswa dan menjelaskan aturan main Mahasiswa menggali dan
dalam pembelajaran matematika dengan mengungkapkan pendapat
menggunakan model creative problem sebanmyak-banyaknya berkaitan

73
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Sri Satriani, Wahyuddin
dengan strategi pemecahan masalah menerapkan ide-ide matematika pada
yang dihadapi dalam proyek tersebut. konteks permasalahan dan kemampuan
c. Evaluasi dan seleksi bekerja sama untuk menyusun dan
Setelah diperoleh daftar gagasan- menyelesaikan permasalahan
gagasan, mahasiswa bersama dosen (Mayadiana, 2005).
dan teman lainnya mengevaluasi dan Polya (dalam Hamiyah & Jauhar,
menyeleksi berbagai gagasan tentang 2014:120) mengartikan pemecahan
strategi pemecahan masalah, masalah sebagai suatu usaha mencari
sehingga pada akhirnya diperoleh jalan keluar dari satu kesulitan guna
suatu strategi yang optimal dan tepat. mencapai satu tujuan yang tidak begitu
d. Implementasi mudah segera untuk dicapai. Pemecahan
Dalam tahap ini, mahasiswa bersama masalah adalah proses, cara, perbuatan,
kelompoknya memutuskan tentang mengatasi atau memecahkan.
strategi pemecahan masalah dalam Pemecahan masalah berarti
proyeknya dan melaksanakan strategi keikutsertaan dalam suatu tugas yang
yang dipilih dalam memecahkan metode pemecahannya tidak diketahui
permasalahan sesuai dengan draf sebelumnya.
kerja yang telah diajukan. Setelah Kemampuan pemecahan masalah
pekerjaan selesai siswa bersama adalah bagian integral dari belajar
kelompoknya mempresentasikan matematika, dan dengan demikian
hasil kerjanya di depan kelas dengan pemecahan masalah jangan dijadikan
menggunakan media sesuai dengan bagaian yang terpisah dari matematika.
kreatifitasnya untuk menyampaikan Menurut Wena (2009:52) Hakikat
gagasannya dan mendapatkan saran pemecahan masalah adalah melakukan
dan kritik dari pihak lain sehingga operasi prosedural urutan tindakan,
diperoleh solusi yang optimal tahap demi tahap secara sistemtis
berkaitan dengan pemecahan sebagai seorang pemula memecahkan
masalah. Kemudian dosen bersama suatu masalah. Sedangkan menurut
mahasiswa menyimpulkan materi Sudjana (2010:116) kemampuan
pembelajaran ke arah matematika pemecahan masalah upaya yang
formal. dilakukan peserta didik untuk mencari
dan menetapkan alternative kegiatan
dalam menjembatani suatu keadaan pada
3. Tahap penutup. saat ini dengan keadaan yang diinginkan.
Sebagai pemantapan materi, secara Berdasarkan beberapa pendapat di
individual mahasiswa mengerjakan quiz atas dapat disimpulkan kemampuan
yang ditampilkan dengan media pemecahan masalah adalah upaya yang
dilakukan untuk memperoleh jawaban
pembelajaran dan dosen memberikan
yang tepat setelah menerapkan
poin bagi mahasiswa yang mampu pengetahuan, pemahaman dan
memecahkan permasalahan sebagai keterampilanya dalam memecahkan
upaya memotivasi mahasiswa dalam suatu masalah.
mengerjakan soal-soal. Suatu soal yang Indikator pemecahan masalah
dianggap sebagai masalah adalah soal menurut Polya (dalam Hamiyah &
yang memerlukan keaslian berpikir tanpa Jauhar, 2014:121) yaitu :
1. Memahami Masalah. Mahasiswa
adanya contoh penyelesaian sebelumnya.
memahami masalah dengan
c. Pemecahan Masalah menganlisa data yang diketahui dan
Kemampuan pemecahan data yang belum diketahui serta
masalah sebagai usaha untuk siswa mencoba menghubungkan dari
meningkatkan menerjemahkan setiap data yang ada.
matematika yang meliputi: kemampuan

74
Jurnal Derivat Volume 5 No. 1 Juli 2018 (ISSN: 2407 - 3792)
Halaman 69 – 81
2. Merencanakan Penyelesain. Setelah kemampuan berpikir generik
mahasiswa memahami masalah mahasiswa teknik informatika
dengan benar, selanjutnya mereka UDINUS pada matakuliah logika
harus mampu menyusun rencana matematika.
penyelesaian masalah dengan
mencoba beberapa teorema atau 3. METODE PENELITIAN
rumus yang bisa digunakan. Jenis penelitianini merupakan
3. Menyelesaikan masalah sesuai penelitian tindakan kelas (Classroom
rencana. Jika rencana penyelesaian Action Research) yang meliputi
suatu masalah telah dibuat, perencanaan, tindakan, observasi, dan
selanjutnya dilakukan penyelesaian refleksi yang selanjutnya tahap-tahap
masalah sesuai dengan rencana yang tersebut dirangkai dalam suatu siklus
dianggap paling tepat. kegiatan. Penelitian ini terdiri atas dua
4. Melakukan pengecekan kembali siklus dan tiap siklus terdiri dari empat
terhadap semua langkah yang telah kali pertemuan (3 kali proses
dikerjakan. pembelajaran dan 1 kali tes evaluasi)
Langkah-langkah pemecahan serta tiap pertemuan dilaksanakan selama
masalah menurut Solso dalam Wena 3 jam pelajaran.
(2008: 56) yakni: 1) Identifikasi Penelitian ini dilaksanakan di
permasalahan; 2) Representasi Universitas Muhammadiyah Makassar
permasalahan; 3) Perencanaan dengan subjek penelitian yaitu
pemecahan; 4) Menerapkan/ mahasiswa kelas IV.a Jurusan
mengimplementasikan perencanaan; 5) Pendidikan Matematika sebanyak 33
Menilai perencanaan, dan 6) Menilai orang yang terdiri atas 10 mahasiswa
hasil pemecahan. laki-laki dan 23 mahasiswa perempuan.
Teknik pengumpulan data dalam
d. Penelitian Terdahulu penelitian ini yaitu diambil melalui
Terdapat beberapa hasil instrument berupa tes tertulis, lembar
penelitian terdahulu yang dapat dijadijan observasi yang terdiri atas lembar
bukti empiris dalam penelitian ini observasi proses pembelajaran dan
diantaraya : (1) Sakur & Hutapea, (2014) keaktifan mahasiswa, serta angket respon
dengan hasil penelitian bahwa penerapan mahasiswa.
penerapan pembelajaran CPS dapat Teknik analisis data yang
meningkatkan KPMM mahasiswa dan dipergunakan dalam penelitian ini
kualitas pembelajaran pada mata kuliah meliputi teknik analisis deskriptif
MSM mahasiswa PGMIPA-U kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik
Pendidikan Matematika FKIP UR pada kualitatif digunakan untuk
meteri pokok Trigometri.; (2) Ningsih, mendeskripsikan keterlaksanaan rencana
(2016) dengan hasil penelitian bahwa tindakan, menggambarkan hambatan-
bahwa pembelajaran dengan model hambatan yang muncul dalam
creative problem solving dapat pelaksanaan pembelajaran dan
meningkatkan kemampuan pemecahan mendeskripsikan aktivitas atau partisipasi
masalah mahasiswa Program Studi siswa dalam kegiatan pembelajaran serta
Pendidikan Matematika Universitas kemampuan pemecahan masalah
PGRI Yogyakarta pada mata kuliah Teori mahasiswa sesuai dengan hasil
Bilangan. Hasil penelitian lain dilakukan pengamatan. Sedangkan teknik
oleh Sidiq, dkk. (2015) dengan hasil kuantitatif digunakan untuk
penelitian bahwa ada perbedaan mendeskripsikan tentang efektivitas dari
pengaruh antara model pembelajaran pembelajaran yang meliputi hasil belajar
creative problem solving (CPS) dan kemampuan pemecahan masalah
berbantuan media komputer, dan matematika.
model ceramah/diskusi yang selama
ini di pakai dosen terhadap peningkatkan

75
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Sri Satriani, Wahyuddin
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan
Persentase Skor Kemampuan Pemecahan
Hasil penelitian yang diperoleh
Masalah
dibagi dalam dua bagian yaitu hasil
analisis deskriptif kuantitatif yang terdiri Katego Siklus Siklus
atas hasil tes kemampuan pemecahan Skor
ri I (%) II (%)
masalah, pada siklusi I dan siklus II. Sangat
3,03 18,18
a. Hasil Penelitian baik
Baik 9,09 57,58
1) Analisis Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah Cukup 39,39 24,24
Setelah penerapan pembelajaran Kurang 33,33 0
creative problem solving (CPS) pada Kurang
15,5 0
siklus I maupun siklus II yang dievaluasi sekali
dengan tes kemampuan pemecahan Jumlah% 100 100
masalah matematika yang berbentuk Dari Tabel 2 menunjukkan
essay, maka diperoleh hasil tes bahwa terjadi peningkatan kemampuan
kemampuan pemacahan masalah yang pemecahan masalah matematika dari
dituangkan pada Tabel 4.1 berikut. siklus I ke siklus II pada masing-masing
Tabel. 1. Hasil Tes Kemampuan kategori dengan rincian yaitu kategori
Pemecahan Masalah sangat baik meningkat dari 3,03%
Siklusi Siklus II menjadi 18,18%, kategiri baik meningkat
Statistik
I dari 9,09% menjadi 57,58%, kategori
Jumlah Mahasiswa 33 33 sedang menurun dari 39,39% menjadi
Skor Ideal 100 100 24,24%, dan pada siklus II sudah tidak
Skor Maksimum 90,00 95,00 ada lagi yang berada pada kategori
Skor Minimum 40,00 65,00 kurang atau kurang selaki.
Rentang Skor 50,00 30,00 Apabila hasil kemampuan
Skor Rata-Rata 63,03 77,72 pemecahan masalah masiswa pada siklus
Standar Deviasi 10,96 8,205 I dan siklus II dianalisis, maka persentase
ketuntasan belajar dapat dilihat pada
Dari Tabel 1 menunjukkan Tabel 3 berikut.
bahwa terjadi peningkatan kemampuan
Tabel 3. Deskripsi Ketuntasan Belajar
pemecahan masalah matematika dari
pada siklus I dan siklus II.
siklus I ke Siklus II setelah diterapkan
pembelajaran creative problem solving Persent Kateg Frekue Persent
(CPS) dengan rincian yaitu rata-rata ase skor ori nsi ase (%)
kemampuan pemecahan masalah 0% - Tidak
21,21 100
meningkat dari 63,03 menjadi 77,72, skor 59% tuntas
maksimum meningkat dari 90 menjadi 60% -
Tuntas 78,79 0
95, skor minimum meningkat dari 40 100%
menjadi 65, rentang skor menurun dari Jumlah % 100 100
50 menjadi 30, dan standar deviasi Dari Tabel 3 menunjukkan
menurun dari 10,96 menjadi 8,20. bahwa persentase ketuntasan kelas
Setelah skor mahaasiswa sebesar 78,79% mahasiswa berada
dikelompokkan dalam lima kategori dalam kategori pada silkus I meningkat
maka diperoleh distribusi frekuensi skor menjadi tuntang 100% pada siklus II. Ini
dan persentase skor seperti yang berarti terdapat 24,24% mahasiswa yang
ditunjukkan pada Tabel 2 berikut. mengalami peningkatan ketuntasan dari
siklus I ke siklus II.

76
Jurnal Derivat Volume 5 No. 1 Juli 2018 (ISSN: 2407 - 3792)
Halaman 69 – 81
2) Hasil Analisis Keterlaksanaan 3) Analisis Hasil Observasi Keaktifan
Pembelajaran Mahasiswa
Hasil analisis keterlaksanaan Hasil analisis observasi keaktifan
pembelajaran di uraikan pada tabel 4. mahasiswa dalam pembelajaran di
berikut. uraikan pada tabel 5. berikut.
Tabel 4 Analisis Keterlaksanaan
Pembelajaran Tabel 5. Analisis Keaktifan Mahasiswa
No Aspek Penilaian Siklus Siklus dalam Pembelajaran
I II Kategori Kategori
Aspek
1. Tahap Awal No Siklus Siklus
Penilaian
a Kemampuan I% II%
membuka a Kesiapan
pelajaran dan 2,90 3,50 menerima 90,91 96,97
memberi apersepsi materi
kepada mehasiswa b Pengklarifikasia
87,88 90,91
b Kemampuan n masalah
memotivasi 3,10 3,70 a Pengungkapan
33,33 57,58
mahasiswa gagasan
2. Tahap Inti b Evaluasi dan
57,58 75,76
a Penguasaan Materi seleksi gagasan
3,00 3,80 c Implementasi
Pembelajaran
b Implementasi Pemecahan 69,70 96,97
Langkah-langkah masalah
3,20 4,20 d Mengajukan
Pembelajaran 36,36 57,58
(Skenario) pertanyaan
c Penggunaan Media e Menjawab
3,30 4,30 54,55 78,79
Pembelajaran pertanyaan
d Klarifikasi f Melakukan
3,00 4,50 percobaan dan 57,58 81,82
masalah
e Pengungkapan riset
3,20 4,20 g Membuat
gagasan
f Evaluasi dan ringkasan dan 75,76 96,97
3,00 3,80 simpulan
seleksi
g Implementasi 3,40 3,70 Rata-Rata 62,62 81,48
h Evaluasi 3,30 4,40 Berdasarkan hasil observasi
3. Penutup keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran,
a Kemampuan maka diperoleh peningkatan keaktifan
3,50 4,00
Menutup Pelajaran
mahasiswa dalam pelaksanaan
Rata-Rata 3,17 4,01
pembelajaran dari siklus I ke siklus II
Berdasarkan hasil observasi yaitu keaktifan mahasiswa pada siklus I
keterlaksanaan pembelajaran berada pada kategori aktif dengan nilai
berdasarkan, maka diperoleh informasi rata-rata 62,62 meningkat pada siklus II
bahwa terjadi peningkatan efektivitas menjadi 81,48 yang berada pada kategori
pelaksanaan pembelajaran dari siklus I ke sangat aktif.
siklus II yaitu pelaksanaan pembelajaran
pada siklus I berada pada kategori baik 4) Analisis Respon Mahasiswa
dengan nilai rata-rata 3,17 meningkat Hasil analisis respon mahasiswa
pada siklus II menjadi 40,01 yang berada dalam pembelajaran di uraikan pada tabel
pada kategori sangat baik. 6 berikut.

77
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Sri Satriani, Wahyuddin
Tabel 6. Analisis Respon Mahasiswa mahasiswa, dan respon mahasiswa yang
dalam Pembelajaran positif yang diuaraikan sebagai berikut.
No Aspek Penilaian Nilai Kemampuan pemecahan masalah
Kategori matematika mahasiswa setelah diretapkan
a Saya merasa mudah pembelajaran creative problem solving
menerima pelajaran (CPS) meningkat dari 63,03 (kategori
Matematika dengan 4,2 cukup) pada siklus I menjadi 77,72
Pembelajaran creative
(kategori baik) pada siklus II. Peningkatan
problem solving (CPS).
b Saya merasa penerapan
hasil belajar mahasiswa yang diukur
Pembelajaran creative melalui kemampuan pemecahan masalah
problem solving (CPS) 4,3 setelah diterapkan pembelajaran creative
dapat meningkatkan problem solving (CPS) terjadi karena
motivasi belajar. model pembelajaran creative problem
c Saya merasa senang solving merupakan model pembelajaran
mengikuti pembelajaran yang dilakukan melalui proses kegiatan
Matematika Pembelajaran 4,1 untuk memahami atau memecahkan
creative problem solving permasalahan dengan meningkatkan
(CPS) kreativitas mahasiswa di mana proses
d Saya lebih leluasa
pembelajaran tersebut dilakukan
menyampaikan gagasan
dengan pembelajaran
pemusatan pada pengajaran dan
Matematika Pembelajaran
3,9 keterampilan pemecahan masalah, yang
creative problem solving diikuti dengan penguatan keterampilan.
(CPS) Selain itu, pembelajaran creative problem
c Saya merasa lebih leluasa solving juga digunakan untuk
berdiskusi dengan merangsang siswa dalam berfikir karena
pembelajaran Matematika 3,8 dimulai dari pencarian masalah sampai
Pembelajaran creative kepada penarikan kesimpulan disamping
problem solving (CPS) itu, model pembelajaran ini juga akan
f Saya merasa lebih memiliki melibatkan banyak kegiatan dengan
kedekatan dengan dosen
bimbingan dari para pengajar. Lebih
dengan pembelajaran
Matematika Pembelajaran
3,9 lanjut, aspek rasa social dari kelompok,
creative problem solving pertukaran intelektualnya, dan maksud
(CPS) dari subyek yang berkaitan dengannya
Rata-Rata 4,03 dapat bertindak sebagai sumber-sumber
penting maksud tersebut bagi usaha para
Berdasarkan hasil analisis respon mahasiswa untuk belajar.
siswa dalam pembelajaran diperoleh Hasil penelitian ini sejalan dengan
informasi bahwa respon mahasiswa pendapat (Wiederhold dalam Suyitno,
berada pada kategori sangat positif 2004:37;) yang menjelaskan bahwa model
dengan nilai rata-rata 4,03. pembelajaran problem solving merupakan
model pembelajaran yang mampu
b. Pembahasan
meningkatkan kemampuan siswa dalam
Setelah menganalisis hasil
berpikir tinggi. Hal tersebut terjadi karena
penelitian, maka dapat diketahui bahwa
model pembelajaran problem solving
penerapan model pembelajaran creative
memberikan kesempatan seluas-luasnya
problem solving (CPS) efektif diterapkan
kepada siswa untuk memecahkan masalah
dalam meningkatkan kemampuan
matematika dengan strateginya sendiri.
pemecahan masalah mahasiswa. Hal
Salah satu pengembangan dari model
tersebut dapat dilihat dari indikator
pembelajaran ini adalah metode
kefektifan pembelejaran yaitu
pembelajaran CPS. Lebih lanjut, Abu,
peningkatan hasil belajar, keterlasanaan
1997 menambahkan bahwa model
pembelajaran yang baik, keaktifan
pembelajaran creative problem solving

78
Jurnal Derivat Volume 5 No. 1 Juli 2018 (ISSN: 2407 - 3792)
Halaman 69 – 81
dapat membuat peserta didik menjadi KPMM mahasiswa dan kualitas
lebih menghayati kehidupan sehari-hari; pembelajaran pada mata kuliah MSM
dapat melatih dan membiasakan para mahasiswa PGMIPA-U Pendidikan
peserta didik untuk menghadapi dan Matematika FKIP UR pada meteri pokok
memecahkan masalah secara terampil; Trigometri.; (2) Ningsih, (2016) dengan
dapat mengembangkan kemampuan hasil penelitian bahwa bahwa
berpikir peserta didik secara kreatif; pembelajaran dengan model creative
peserta didik sudah mulai dilatih untuk problem solving dapat meningkatkan
memecahkan masalahnya,dan dapat kemampuan pemecahan masalah
diterapkan secara langsung yaitu untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan
memecahkan masalah. Matematika Universitas PGRI
Indikator lain yang menunjukkan Yogyakarta pada mata kuliah Teori
keefektifan pembelajaran creative Bilangan. Hasil penelitian lain dilakukan
problem solving (CPS) yaitu persentase oleh Sidiq, dkk. (2015) dengan hasil
ketuntasan kelas sebesar 78,79% penelitian bahwa ada perbedaan
mahasiswa berada dalam kategori pada pengaruh antara model pembelajaran
silkus I meningkat menjadi tuntang 100% creative problem solving (CPS)
pada siklus II. Ini berarti terdapat 24,24% berbantuan media komputer, dan
mahasiswa yang mengalami peningkatan model ceramah/diskusi yang selama
ketuntasan dari siklus I ke siklus II. ini di pakai dosen terhadap peningkatkan
Selanjutnya efektivitas pelaksanaan kemampuan berpikir generik
pembelajaran dari siklus I ke siklus II mahasiswa teknik informatika
yaitu pelaksanaan pembelajaran pada UDINUS pada matakuliah logika
siklus I berada pada kategori baik dengan matematika.
nilai rata-rata 3,17 meningkat pada siklus
II menjadi 40,01 yang berada pada 5. SIMPULAN
kategori sangat baik. Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian dan
keaktifan mahasiswa pada siklus I berada pembahasan yang telah dikaitkan dengan
pada kategori aktif dengan nilai rata-rata teori dan bukti empris, maka dalam
62,62 meningkat pada siklus II menjadi penelitian ini dapat ditarik simpulan
81,48 yang berada pada kategori sangat sebagai berikut.
aktif, dan respon siswa dalam 1. Implementasi model pembelajaran
pembelajaran diperoleh informasi bahwa creative problem solving (CPS) dapat
respon siswa berada pada kategori sangat meningkatkan kemampuan
positif dengan nilai rata-rata 4,03. pemecahan masalah mahasiswa kelas
Hasil penelitian ini juga sejalan IV.a Jurusan Pendidikan Matematika
dengan hasil penelitian Elindra, 2014 Univesitas Muhammadiyah Makassar
yang menyimpulkan bahwa terdapat yang dilihat dari nilai peningkatan
pengaruh yang erat antara model creative kemampuan pemecahan pada siklus I
problem solving terhadap kemampuan sebesra 63,03 (kategori cukup)
berfikir kreatif matematika mahasiswa menjadi 77,72 (kategori tinggi) pada
STKIP Tapanuli Selatan dengan nilai siklus II dengan skor maksimum
thitung > t tabel atau 9,628 > 1,67 pada meningkat dari 90 menjadi 95, skor
taraf signifikan 95 %, berarti terdapat minimum meningkat dari 40 menjadi
pengaruh yang signifikan antara model 65, rentang skor menurun dari 50
creative problem solving terhadap menjadi 30, dan standar deviasi
kemampuan berfikir kreatif matematika menurun dari 10,96 menjadi 8,20.
mahasiswa STKIP Tapanuli Selatan. Penerapan model pembelajaran
Penelitian lain yang selajan creative problem solving (CPS) juga
dengan hasil pennelitian ini adalah Sakur efektif diterapkan dengan indikator
& Hutapea, (2014) dengan hasil yaitu pelaksanaan pembelajaran pada
penelitian bahwa penerapan penerapan siklus I berada pada kategori baik
pembelajaran CPS dapat meningkatkan dengan nilai rata-rata 3,17 meningkat

79
Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa
Sri Satriani, Wahyuddin
pada siklus II menjadi 40,01 yang Dalam tahap ini, masing-masing
berada pada kategori sangat baik; kelompok mengajukan draf kepada
keaktifan mahasiswa dalam dosen tentang proyek yang akan
pelaksanaan pembelajaran siklus I dipecahkan permasalahannya.
berada pada kategori aktif dengan b. Pengungkapan gagasan dengan
nilai rata-rata 62,62 meningkat pada memberi kesempatan kepada
siklus II menjadi 81,48 yang berada hahasiswa menggali dan
pada kategori sangat aktif; dan respon mengungkapkan pendapat
mahasiswa berada pada kategori sebanmyak-banyaknya berkaitan
sangat positif dengan nilai rata-rata dengan strategi pemecahan
4,03. masalah yang dihadapi dalam
2. Implementasi Model Pembelajaran proyek tersebut.
Creative Problem Solving (CPS) c. Evaluasi dan seleksi berbagai
dapat dilakukan dengan tahapan yaitu gagasan tentang strategi
Tahap awal dilakukan dengan pemecahan masalah, sehingga
memberi apersepsi dan penguatan pada akhirnya diperoleh suatu
serta kesiapan mahasiswa dalam strategi yang optimal dan tepat.
mengikuti pembelajaran, kemudian d. Implementasi yaitu mahasiswa
mengulas kembali materi sebelumnya bersama kelompoknya
yang dijadikan prasayarat materi, dan memutuskan tentang strategi
memotivasi kepada mahasiswa pemecahan masalah dalam
tentang pentingnya pembelajaran yang proyeknya dan melaksanakan
akan dilaksanakan. Tahap inti strategi yang dipilih dalam
dilakukan dengan membentuk memecahkan permasalahan sesuai
kelompok kecil untuk melakukan dengan draf kerja yang telah
small discussion yang terdiri atas 4-5 diajukan. Setelah pekerjaan selesai
mahasiswa dan bersifat permanen. siswa bersama kelompoknya
Tiap kelompok mendapat modul dan mempresentasikan hasil kerjanya
lembaran kerja yang berisi materi di depan kelas dengan
pembelajaran dan permasalahan untuk menggunakan media sesuai dengan
dibahas bersama dalam kelompoknya. kreatifitasnya untuk
Secara berkelompok mahasiswa menyampaikan gagasannya dan
memecahkan permasalahan yang mendapatkan saran dan kritik dari
terdapat dalam lembaran kerja sesuai pihak lain sehingga diperoleh
dengan petunjuk yang tersedia di solusi yang optimal berkaitan
dalamnya. Mahasiswa mendapat dengan pemecahan masalah.
bimbingan dan arahan dari dosen Kemudian dosen bersama
dalam memecahkan masalah. Peranan mahasiswa menyimpulkan materi
dosen dalam hal ini adalah pembelajaran ke arah matematika
menciptakan situasi yang dapat formal.
memudahkan munculnya pertanyaan Tahap penutup. Sebagai
dan mengarahkan kegiatan pemantapan materi, secara individual
brainstorming dalam rangka mahasiswa mengerjakan quiz yang
menjawab pertanyaan atas dasar
ditampilkan dengan media pembelajaran
interest siswa. Penekanan dalam
pendampingan siswa dalam dan dosen memberikan poin bagi
menyelesaikan permasalahan adalah mahasiswa yang mampu memecahkan
sebagai berikut: permasalahan sebagai upaya memotivasi
a. Klarifikasi permasalahan yang ada mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal.
dalam proyek/kelopok sehingga Suatu soal yang dianggap sebagai
mahasiswa mengetahui solusi yang masalah adalah soal yang memerlukan
diharapkan dari proyek tersebut.

80
Jurnal Derivat Volume 5 No. 1 Juli 2018 (ISSN: 2407 - 3792)
Halaman 69 – 81
keaslian berpikir tanpa adanya contoh Creative Problem Solving (CPS)
penyelesaian sebelumnya. Pada Mata Kuliah Teori Bilangan.
Repositori Universitas PGRI.
6. REFERENSI Diakses di
Agustinus, Sroyer. 2013. Penalaran http://repository.upy.ac.id/1045/.
Kuantitatif (Quantitaive Pepkin K.L. 2004. Creative
Reasoning) dalam Pemecahan Problem Solving In Math.
Masalah Matematika. Prosiding Tersedia di:
Seminar Nasional Matematika http://www.uh.edu/hti/cu/2004/v02/0
dan Pendidikan Matematika. UNY. 4.htm.
ISBN : 978-979-16353-9-4. Rusman. 2010. Model-model
Ansjar, M. dan Sembiring (2000). Pembelajaran, Bandung: Mulia
Hakikat Pembelajaran MIPA Mandiri Press.
dan Kiat Pembelajaran Sakur & Hutapea, N.M. 2014. Penerapan
Matematika di Perguruan Tinggi. Pembelajaran Creative Problem
Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Solving untuk Meningkatkan
Pendidikan Nasional. Kemampuan Pemecahan Masalah
Cahyono, A. 2009. Pengembangan Matematis Mahasiswa S1
Model Creative Problem Solving PGMIPAUnggulan. Jurnal
(CPS) Berbasis Teknologi dalam Pendidikan (Journal of Education) ,
Pembelajaran Matematika di Vol 5, No 1 2014, ISSN : 2086-
SMA. Makalah pada Seminar 4779. Diakses di
Nasional Matematika. UNS: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/J
Semarang. P/article/view/2126.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Sidik, M. Dkk. 2015. Model
dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Pembelajaran Creative Problem
Rineka Cipta. Solving CPS Berbantuan Media
Hamiyah, Nur dan Muhamad Komputer Untuk
Jauhar. 2014. Strategi Belajar MenumbuhkembangkanKemampuan
Mengajar di Kelas. Jakarta: Berpikir Generik Mahasiswa Teknik
Prestasi Pustakaraya. Informatika Pada Matakuliah Logika
Karen L, Pepkins. 2004. Creative Matematika, Artikel Hasil Penelitian
Problem Solving in Math. Download LPPM UDINUS. Diakses di
dari http://lppm.dinus.ac.id/index.php/res
www.rppsekolahdasar.blogspot.com. earch/view.
Kerami, Djati. 2014. Pemrograman Sudjana, Nana. 2010. Dasar - Dasar
Linear. Jakarta: Universitas Proses Belajar Mengajar.
Terbuka. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Mayadiana, D. 2005. Pembelajaran Supriyadi, Dedi .2003. Pendidikan,
dengan Pendekatan diskursus untuk Pelatihan dan Perjuangannya
Mengembangkan Kemampuan Sejak Zaman Kolinial hingga era
Berpikir Kritis Matematika Reformasi. Jakarta: Depdiknas.
Mahasiswa Calon Guru Sekolah Winataputra, dkk. 2008. Materi dan
Dasar. Tesis PPs UPI: tidak Pembelajaran Matemtaika SD.
diterbitkan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Muslich, M. 2007. KTSP Pembelajaran Wena, M. 2008. Strategi pembelajaran
Berbasis Kompetensi dan Inovatif kontemporer. Jakarta: Bumi
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Aksara.
Ningsih, S.C. 2016. Upaya
Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Mahasiswa
Pendidikan Matematika UPY
Melalui Model Pembelajaran

81

Anda mungkin juga menyukai