RANCANGAN
TENTANG
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
1
2
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Bagian Kedua
BWP Bandar Dua
16
Pasal 2
(1) Wilayah perencanaan RDTR Kawasan Perkotaan
Bandar Dua disebut sebagai BWP Bandar Dua.
(2) Lingkup ruang BWP Bandar Dua berdasarkan aspek
administratif dan fungsional dengan luas kurang lebih
3.556,70 hektar, beserta ruang udara di atasnya dan
ruang di dalam bumi.
(3) Batas-batas Kecamatan Bandar Dua, meliputi:
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan
Kecamatan Ulim dan Kecamatan Jangka Buya
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan
Kecamatan Meurah Dua
c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan
Kecamatan Meureudu
d. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan
Kabupaten Bireun
(4) BWP Bandar Dua terdiri dari 45 gampong meliputi:
a. Gaharu;
b. Kumba;
c. Blang Mirou;
d. Beurasan;
e. Cot Keng;
f. Kueng Kiran;
g. Asan Kumbang;
h. Pulo Gapu;
i. Cot Geureufai;
j. Alue Sane;
k. Lhok Pusong;
l. Alue Keutapang;
m. Jeulang Barat;
n. Jeluang Mata Ie;
o. Jeulang Mesjid;
p. Meunasah Paku;
q. Meurandeh Alue;
r. Eudep Meulayu;
s. Paya Pisang Klat;
t. Alue Me;
u. Drien Tujoh;
v. Blang Kuta;
w. Seunong;
x. Pohroh;
y. Babah Krueng;
z. Uteun Bayu;
17
BAB II
25
Pasal 3
Tujuan Penataan BWP Bandar Dua adalah “Mewujudkan
BWP Bandar Dua sebagai kawasan pendidikan dan
perdagangan jasa dengan basis agropolitan yang
berkelanjutan memperhatikan lingkungan sekitar dan
kebencanaan”.
Bagian Kedua
Arahan Fungsi Sub BWP
Pasal 4
(1) Sub BWP A diarahkan untuk permukiman, RTH,
pertambangan, sarana olahraga, dan pemerintahan.
(2) Sub BWP B diarahkan untuk permukiman, sawah,
RTH, militer, sarana olahraga, sarana pendidikan,
sarana peribadatan, perdagangan dan jasa,
telekomunikasi, sarana kesehatan, dan pemerintahan.
(3) Sub BWP C diarahkan untuk permukiman, sawah,
RTH, sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan
pemerintahan.
(4) Sub BWP D diarahkan untuk permukiman, sawah,
RTH, perdagangan dan jasa, teleokomunikasi, sarana
olahraga, sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan
pemerintahan.
(5) Sub BWP E diarahkan untuk permukiman, sawah,
RTH, sarana kesehatan, sarana olahraga, sarana
pendidikan, sarana peribadatan, dan pemerintahan.
(6) Sub BWP F diarahkan untuk permukiman, sawah,
RTH, sarana olahraga, sarana pendidikan, sarana
peribadatan, dan pemerintahan.
(7) Sub BWP G diarahkan untuk permukiman, sawah,
RTH, sarana olahraga, sarana pendidikan, sarana
peribadatan, dan pemerintahan.
26
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Rencana struktur ruang terdiri atas:
a. Rencana Pusat Pelayanan;
b. Rencana Jaringan Transportasi; dan
c. Rencana Jaringan Prasarana.
Bagian Kedua
Rencana Pusat Pelayanan
Pasal 6
(1) Rencana Pusat Pelayanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 huruf a, meliputi:
a. Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan;
b. Sub Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan;
dan
c. Pusat Lingkungan.
(2) Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan
sebagaimana disebutkan pada ayat (1) huruf a terdapat
pada Blok B-05.
27
Bagian Ketiga
Rencana Jaringan Transportasi
Pasal 7
(1) Rencana Jaringan Transportasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf b, meliputi:
a. Rencana Jaringan Jalan;
b. Rencana Jaringan Jalan Lainnya; dan
c. Rencana Jalur Evakuasi Bencana.
(2) Rencana Jaringan Jalan sebagaimana disebutkan pada
ayat (1) huruf a, meliputi :
a. Pengembangan jaringan jalan arteri;
b. Pengembangan jaringan jalan kolektor;
c. Pengembangan jaringan jalan lokal; dan
d. Pengembangan jaringan jalan lingkungan.
(3) Rencana Jaringan Jalan Lainnya sebagaimana
disebutkan pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. Pembangunan Terminal Tipe C pada Blok B-05;
dan
b. Pembangunan stasiun kereta api pada Blok B-05.
(4) Rencana Jalur Evakuasi Bencana sebagaimana
disebutkan pada ayat (1) huruf c, meliputi :
a. Rencana Jalur Evakuasi Bencana Banjir;
b. Rencana Jalur Evakuasi Bencana Gempa Bumi;
dan
c. Rencana Jalur Evakuasi Bencana Gerakan Tanah.
28
Bagian Keempat
Rencana Jaringan Prasarana
Pasal 8
Rencana Jaringan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c, meliputi:
a. Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan;
b. Rencana Jaringan Telekomunikasi;
c. Rencana Jaringan Air Bersih;
d. Rencana Jaringan Drainase;
e. Rencana Pengelolaan Air Limbah; dan
f. Rencana Sistem Persampahan.
Paragraf 1
Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan
Pasal 9
(1) Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a, meliputi:
a. Rencana Jaringan Listrik; dan
b. Rencana Jaringan Minyak dan Gas Bumi.
(2) Rencana Jaringan Listrik sebagaimana disebutkan
pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Jaringan Distribusi Primer;
b. Jaringan Distribusi Sekunder; dan
c. Jaringan Distribusi Sekunder.
(3) Pengembangan jaringan distribusi primer sebagaimana
disebutkan pada ayat (2) huruf a, yaitu jaringan SUTT
dan jaringan SUTM di BWP Bandar Dua.
(4) Pengembangan jaringan distribusi sekunder dan tersier
sebagaimana disebutkan pada ayat (2) huruf b dan
huruf c adalah jaringan listrik yang menyalurkan atau
29
Paragraf 2
Rencana Jaringan Telekomunikasi
Pasal 10
(1) Rencana Jaringan telekomunikasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, meliputi:
a. Pengembangan Jaringan Telepon Sistem Kabel;
dan
b. Pengembangan Jaringan Telekomunikasi Seluler.
(2) Pengembangan Jaringan Telepon Sistem Kabel
sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 huruf a terdiri
atas:
a. Sistem jaringan telepon yang akan dikembangkan
memanfaatkan sentral telepon otomat (STO); dan
b. Kabel primer dan sekunder di arahkan dibawah
tanah.
(3) Pengembangan jaringan telekomunikasi Seluler,
diarahkan dengan sistem penggunaan menara
bersama, yaitu pendirian menara BTS pada Blok B-02,
2 buah pada Blok B-05, Blok B-06, Blok D-02, dan Blok
H-06.
(4) Peta rencana jaringan telekomunikasi tercantum dalam
Lampiran IV.D yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Qanun ini.
Paragraf 3
30
Pasal 11
(1) Pengembangan Jaringan Air Minum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf c, meliputi :
a. Pengembangan sistem jaringan perpipaan; dan
b. Pengembangan sistem jaringan non perpipaan.
(2) Pengembangan sistem jaringan perpipaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a meliputi:
a. Sambungan Rumah;
b. Kran Umum; dan
c. Hidran Umum.
(3) Pengembangan sistem jaringan non perpipaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b meliputi:
a. Pemanfaatan sumber air tanah dengan pembuatan
program pengolahan air bersih; dan
b. Sumber air baku berasal dari air permukaan, air
tanah dan air hujan.
(4) Pengembangan dan pembangunan utilitas air bersih di
BWP Bandar Dua ditujukan untuk keperluan:
a. Rumah Tangga (Kebutuhan Domestik) yaitu
kebutuhan rumah tangga untuk keperluan mandi,
masak, minum, mencuci dan lain-lain; dan
b. Kebutuhan non domestik, yaitu kebutuhan di luar
rumah tangga terutama untuk berbagai aktivitas,
seperti perkantoran, fasilitas-fasilitas umum,
keperluan pemadam kebakaran, dll.
(5) Peta rencana jaringan air bersih tercantum dalam
Lampiran IV.E yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Qanun ini.
Paragraf 4
Rencana Jaringan Drainase
Pasal 12
(1) Pengembangan Jaringan Drainase sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf d, meliputi:
a. Sistem jaringan drainase primer;
31
Paragraf 5
Rencana Pengelolaan Air Limbah
Pasal 13
(1) Pengembangan Jaringan Drainase sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf e, meliputi:
a. Pengadaan IPAL Komunal;
b. Perbaikan sistem sanitasi masyarakat; dan
c. Pengendalian limbah hasil kegiatan industri.
(2) Peta rencana pengelolaan air limbah tercantum dalam
Lampiran IV.G yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Qanun ini.
Paragraf 6
Rencana Sistem Persampahan
Pasal 14
Sistem jaringan persampahan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 huruf f terdiri atas:
a. Pembangunan tempat penampungan sementara
dengan konsep 3R (Reuse, Reduse, Recycle);
b. Pengembangan sistem pengelolaan pengangkutan
sampah berada di kawasan perkotaan;
32
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 15
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 16
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Zona Perlindungan Setempat, yaitu sempadan
sungai; dan
b. Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Paragraf 1
Zona Perlindungan Setempat
Pasal 17
33
Paragraf 2
Zona Ruang Terbuka Hijau
Pasal 18
(1) Zona Ruang Terbuka Hijau (RTH), sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 huruf b meliputi :
a. Taman Kota
b. Taman Kecamatan
c. Taman Kelurahan
d. Taman RW
e. Pemakaman
(2) Sub Zona Taman Kota (RTH-2) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a direncanakan terdapat di blok A-
01, A-02, B-01, F-05, F-06, H-03, H-04, I-06, I-07, J-01,
J-02, J-03, K-01, K-02.
(3) Sub Zona Taman Kecamatan (RTH-3) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan terdapat
di blok A-01, A-02, B-04, C-01, C-04, C-06, D-01, D-02,
D-05, E-02, E-06, F-01, F-02, H-01, H-03, H-06, I-05, I-
06.
(4) Sub Zona Taman Kelurahan (RTH-4) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan terdapat
di blok E-02, E-06, F-01, F-04.
(5) Sub Zona Taman RW (RTH-5) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d direncanakan terdapat di blok D-
05, E-02, F-05.
(6) Sub Zona Pemakaman (RTH-7) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e direncanakan terdapat di blok K-
07.
Bagian Ketiga
34
Kawasan Budidaya
Umum
Pasal 19
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf b, meliputi:
a. Zona Perumahan;
b. Zona Perdagangan dan Jasa;
c. Zona Perkantoran;
d. Zona Sarana Pelayanan Umum; dan
e. Zona Lainnya.
Paragraf 1
Zona Perumahan
Pasal 20
(1) Zona perumahan (R) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 huruf a meliputi:
a. Zona perumahan dengan kepadatan tinggi;
b. Zona perumahan dengan kepadatan sedang; dan
c. Zona Perumahan dengan Kepadatan rendah.
(2) Zona perumahan dengan kepadatan tinggi (R-2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
direncanakan terdapat di pada Blok B-03, B-06, B-07,
C-01, C-02, C-04, G-04, G-06, I-01, I-04, I-05, J-04.
(3) Zona perumahan dengan kepadatan sedang (R-3)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
direncanakan terdapat pada Blok A-01, A-02, B-01, B-
02, B-04, B-05, B-06, B-07, C-01, C-02, C-03, C-04, C-
05, C-06, D-01, D-02, D-03, D-04, D-05, D-06, D-07, E-
01, E-02, E-03, E-04, E-05, E-06, E-07, E-08, F-01, F-
02, F-03, F-04, F-05, F-06, G-03, G-05, H-03, H-04, H-
05, H-06, I-05, I-06, I-07, J-01, J-02, K-06.
(4) Zona perumahan dengan kepadatan rendah (R-4)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
direncanakan terdapat pada Blok C-05, E-02, F-02, F-
03, G-01, G-02, G-03, G-04, G-05, G-06, H-01, I-02, I-
35
03, I-04, I-05, I-06, J-03, J-04, K-01, K-02, K-03, K-04,
K-05, K-06, K-07.
Paragraf 2
Zona Perdagangan dan Jasa
Pasal 21
(1) Zona perdagangan dan jasa (K) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 huruf b meliputi:
a. Skala BWP; dan
b. Skala Sub BWP.
(2) Skala BWP (K-2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a direncanakan terdapat pada Blok B-05, B-06.
(3) Skala Sub BWP (K-3) sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b direncanakan terdapat pada Blok B-01, B-
02, B-03, B-05, B-06, D-02, D-04, D-06, D-07, H-01.
Paragraf 3
Zona Perkantoran
Pasal 22
Zona perkantoran (KT) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 huruf c direncanakan terdapat pada Blok A-01, B-01, B-
02, B-05, B-06, B-07, C-02, C-03, C-04, C-05, D-02, D-05, D-
07, E-02, E-04, E-05, E-08, F-04, F-05, G-01, G-03, G-05, G-
06, H-01, H-03, H-04, H-06, I-05, I-06, K-06.
Paragraf 4
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pasal 23
(1) Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf d meliputi:
a. Skala Kota;
b. Skala Kecamatan; dan
c. Skala Kelurahan.
36
Paragraf 5
Zona Lainnya
Pasal 24
(1) Zona Lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
huruf e meliputi:
a. Zona Pertanian;
b. Zona Ruang Terbuka Non Hijau;
c. Zona Pertahanan dan Keamanan; dan
d. Zona Campuran.
(2) Zona Pertanian (PL-1) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a direncanakan terdapat pada Blok A-01,
B-02, B-03, B-05, B-06, B-07, C-01, C-02, C-03, C-04,
C-05, C-06, D-01, D-02, D-03, D-04, D-06, D-07, E-01,
E-02, E-03, E-05, E-06, E-07, E-08, F-01, F-02, F-03,
F-04, F-05, F-06, G-01, G-02, G-03, G-04, G-05, G-06,
H-05, H-06, I-05, I-06, J-03, J-04, K-03, K-04, K-05, K-
06, K-07.
(3) Zona Ruang Terbuka Non Hijau (PL-3) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b direncanakan terdapat
pada Blok A-01, B-02, B-05, B-06, E-01, F-01, F-04, G-
06, I-01.
(4) Zona Pertahanan dan Keamanan (PL-7) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c direncanakan terdapat
pada Blok B-01, B-02.
37
Bagian Keempat
Kawasan Rawan Bencana
Umum
Pasal 25
(1) Kawasan Rawan Bencana BWP Bandar Dua meliputi:
a. Zona Pengembangan; dan
b. Zona Bersyarat.
(2) Zona Pengembangan (ZRB 1) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 2.558,54
Hektar.
(3) Zona Bersyarat (ZRB 2) sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 784,81
Hektar.
(4) Peta kawasan rawan bencana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Qanun ini.
BAB V
PENETAPAN SUB BWP
YANG DIPRIORITASKAN PENANGANANNYA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 26
(1) Setiap bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya merupakan upaya untuk mewujudkan
tujuan penataan ruang kawasan perkotaan Bandar
Dua.
(2) Rencana Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya bertujuan untuk mengembangkan,
melestarikan, melindungi, memperbaiki,
mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan,
38
Bagian Kedua
Sub BWP Prioritas
Pasal 27
(1) Bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya adalah sub BWP Bandar Dua yang
merupakan pusat utama Kawasan Perkotaan Bandar
Dua.
(2) Tema penanganan Sub BWP Bandar Dua, meliputi:
a. Kawasan Agropolitan; dan
b. Kawasan Pengembangan Pendidikan serta
Perdagangan dan Jasa.
(3) Kawasan agropolitan sebagaimana disebutkan pada
ayat (1) huruf a terdapat pada Blok F-03.
39
BAB VI
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
Pasal 28
(1) Ketentuan pemanfaatan ruang merupakan acuan
dalam mewujudkan rencana pola ruang, rencana
struktur ruang dan rencana Sub BWP yang
diprioritaskan sesuai dengan RDTR BWP Bandar Dua.
(2) Ketentuan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. Program perwujudan;
b. Lokasi;
c. Sumber pendanaan;
d. Instansi pelaksana; dan
e. Waktu dan tahapan pelaksanaan.
(3) Program perwujudan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a meliputi:
a. Program perwujudan rencana pola ruang;
b. Program perwujudan rencana struktur ruang; dan
c. Program perwujudan rencana sub BWP yang
diprioritaskan.
(4) Lokasi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b terdapat di blok dalam sub BWP.
40
BAB VII
PERATURAN ZONASI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 29
(1) Peraturan zonasi berfungsi sebagai:
a. perangkat operasional pengendalian pemanfaatan
ruang;
b. acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang
termasuk di dalamnya air right development dan
pemanfaatan ruang di bawah tanah;
41
Bagian Kedua
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Pasal 30
(1) Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat (2) huruf a
terdiri atas:
a. klasifikasi I, yaitu kegiatan dan penggunaan lahan
yang diperbolehkan/diizinkan;
b. klasifikasi T, yaitu kegiatan dan penggunaan lahan
yang bersyarat secara terbatas;
c. klasifikasi B, yaitu kegiatan dan penggunaan
lahan yang bersyarat tertentu; dan
d. klasifikasi X, yaitu kegiatan dan penggunaan lahan
yang tidak diperbolehkan.
(2) Klasifikasi I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a yaitu diizinkan secara langsung terkecuali ditentukan
lain oleh perundang-undangan yang berlaku.
(3) Klasifikasi T sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan
dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. pembatasan pengoperasian, baik dalam bentuk
pembatasan waktu beroperasinya suatu kegiatan
di dalam subzona maupun pembatasan jangka
waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan tertentu
yang diusulkan;
42
Bagian Ketiga
Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
Pasal 31
(1) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam pasal 29 pada ayat (2) huruf b
meliputi:
a. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona
lindung; dan
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang zona
budi daya.
(2) Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. KDB Maksimum;
b. KLB Maksimum; dan
c. KDH Minimal.
43
Bagian Keempat
Ketentuan Tata Bangunan
Pasal 32
Ketentuan tata bangunan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 29 pada ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. GSB minimal;
b. Sempadan samping;
c. Sempadan belakang;
d. Luas lantai; dan
e. jarak bebas antar bangunan minimal.
Bagian Kelima
Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimal
Pasal 33
Ketentuan prasarana dan sarana minimal sebagaimana
dimaksud dalam pasal 29 pada ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. Jaringan Jalan;
b. Perparkiran;
c. Jaringan Drainase;
d. Jaringan Air Bersih
e. Jaringan Air Limbah;
44
f. Jaringan Persampahan;
g. Jaringan Listrik; dan
h. Jaringan Telepon.
Bagian Keenam
Ketentuan Khusus
Pasal 34
Ketentuan khusus sebagaimana dimaksud pada pasal 29 ayat
(2) huruf e, berupa:
a. Konstruksi bangunan harus mengikuti standar
pembangunan rumah sesuai aturan teknis atau
peraturan daerah mengenai kawasan rawan bencana
banjir; dan
b. Kegiatan bangunan yang terdapat di sekitar sempadan
sungai KDH harus ditambahkan 10% dari yang
disebutkan.
Bagian Ketujuh
Standar Teknis
Pasal 35
Standar teknis sebagaimana dimaksud pada pasal 29 ayat
(3) huruf f, berupa:
a. standar kebutuhan sarana permukiman;
b. standar perencanaan jalan;
c. standar perencanaan terminal angkutan umum;
d. standar penyediaan ruang parkir;
e. standar kebutuhan dan tingkat pelayanan Air Minum;
f. standar perencanaan prasarana drainase;
g. standar perencanaan prasarana pengolahan air
limbah;
h. standar perencanaan prasarana pengolahan sampah;
i. standar penyediaan hidran dan sarana pemadam
kebakaran; dan
j. standar penyediaan prasarana menara
telekomunikasi.
Bagian Kedelapan
Ketentuan Pelaksanaan
45
Pasal 36
(1) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 ayat (2) huruf f terdiri atas
a. ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
b. ketentuan pemberian insensif dan disinsentif; dan
c. ketentuan untuk penggunaan lahan.
(2) Ketentuan variansi pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri atas:
a. izin untuk bebas dari aturan standar demi
menghilangkan kesulitan akibat kondisi fisik lahan;
b. kelonggaran berupa pengurangan ukuran dari yang
ditetapkan seperti perubahan koefisien dasar
bangunan atau ketinggian bangunan maksimal;
c. non conforming use adalah izin yang diberikan
untuk melanjutkan penggunaan lahan.
d. bangunan/struktur yang telah ada waktu
peraturan zonasi ditetapkan dan tidak sesuai
dengan peraturan zonasi;
e. interim development yang berupa izin pembangunan
yang diberikan untuk melaksanakan pembangunan
antara tahapan dari pembangunan secara
keseluruhan; dan
f. izin penggunaan lahan sementara yang diberikan
dalam jangka waktu tertentu sebelum pemanfaatan
ruang final direalisasikan.
(3) Ketentuan insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, merupakan aturan untuk mendorong
pembangunan yang memberikan manfaat yang besar
bagi masyarakat dan sejalan dengan rencana tata ruang
sehingga dapat pula mendorong partisipasi masyarakat
dan pengembang dalam pelaksanaan pembangunan.
(4) Ketentuan disensitif sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, merupakan aturan-aturan untuk
menghambat atau membatasi pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang atau pembangunan
yang menimbulkan dampak cukup besar untuk
masyarakat di sekitarnya.
(5) Ketentuan untuk penggunaan lahan yang sudah ada
dan tidak sesuai dengan peraturan zonasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf c, diberlakukan dengan
ketentuan:
46
BAB VIII
PERIZINAN
Pasal 37
(1) Perizinan merupakan salah satu alat pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk:
a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang, standar, dan kualitas
minimum yang ditetapkan;
b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang;
dan
c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat
luas.
(3) Dalam pemanfaatan ruang setiap orang dan/atau
badan wajib memiliki izin pemanfaatan ruang dan wajib
melaksanakan setiap ketentuan perizinan dalam
pelaksanaan pemanfaatan ruang.
(4) Izin pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diberikan kepada calon pengguna ruang yang
akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada
suatu zona berdasarkan RDTR dan Peraturan Zonasi.
(5) Izin pemanfaatan ruang merupakan izin yang
dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang
47
Pasal 38
(1) Izin pemanfaatan ruang, terdiri atas:
a. izin/rekomendasi prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah/keterangan
rencana
d. peruntukan tanah;
e. izin mendirikan bangunan;
f. izin lingkungan;
g. izin gangguan;
h. izin usaha;
i. izin layak huni; dan
j. izin lain berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
(2) Izin/rekomendasi prinsip sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a merupakan persetujuan pendahuluan
yang dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis
permohonan izin lokasi, bagi perusahaan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal
Asing (PMA), Surat Persetujuan Penanaman Modal
(SPPM) diperoleh dari Ketua Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM).
(3) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b merupakan persetujuan lokasi bagi pengembangan
aktifitas/ sarana dan prasarana yang menyatakan
kawasan yang dimohon pihak pelaksana pembangunan
atau pemohon sesuai untuk dimanfaatkan bagi aktifitas
dominan yang telah diperoleh Izin Prinsip.
(4) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan
dipakai sebagai dasar dalam melaksanakan perolehan
tanah melalui pengadaan tertentu dan dasar bagi
pengurusan hak atas tanah.
48
BAB IX
SANKSI
49
Bagian Kesatu
Arahan Sanksi
Pasal 39
(1) Pengenaan sanksi merupakan pengenaan sanksi
terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yang
bertujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan
tegaknya peraturan perundang-undangan bidang
penataan ruang.
(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. sanksi administratif; dan/atau
b. sanksi pidana.
(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a dilaksanakan oleh pemerintah
daerah.
(4) Pelanggaran penataan ruang yang dapat dikenai sanksi
adminstratif, meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan RTRW;
dan
b. pemanfaatan ruang tidak sesuai izin/rekomendasi
prinsip, izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan
tanah/keterangan rencana peruntukan tanah, izin
mendirikan bangunan, izin lingkungan dan izin lain
berdasarkan peraturan perundangundangan yang
diberikan oleh pejabat berwenang.
Pasal 40
(1) Setiap orang dan/atau badan dilarang melakukan
kegiatan pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan
ruang dari pejabat berwenang.
(2) Setiap orang dan/atau badan dilarang melakukan
kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar izin
pemanfaatan ruang dari pejabat berwenang.
(3) Setiap pejabat yang berwenang dilarang melaksanakan
pemberian izin yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang dan peraturan zonasi.
Bagian Kedua
Sanksi Administratif
Pasal 41
Sanksi administratif dapat berupa:
50
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. penolakan izin;
g. pembatalan izin;
h. pemulihan fungsi ruang; dan
i. denda administratif.
Pasal 42
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam pasal
41 huruf a dilakukan melalui penerbitan surat
peringatan tertulis dari pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
yang berisi:
a. peringatan tentang terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya;
b. peringatan untuk segera melakukan tindakan-
tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang; dan
c. batas waktu maksimum yang diberikan
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang.
(2) Surat peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan paling banyak 3 kali dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pelanggar mengabaikan peringatan pertama,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
kedua yang memuat penegasan terhadap hal-hal
sebagaimana dimuat dalam surat peringatan
pertama;
b. pelanggar mengabaikan peringatan kedua,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
ketiga yang memuat penegasan terhadap hal-hal
sebagaimana dimuat dalam surat peringatan
pertama dan kedua; dan
c. pelanggar mengabaikan peringatan pertama,
peringatan kedua, dan peringatan ketiga, pejabat
yang berwenang melakukan penerbitan surat
51
Pasal 43
(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 41 huruf b dilakukan melalui
penerbitan surat perintah penghentian kegiatan
sementara dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang yang
berisi:
a. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita
acara evaluasi;
b. peringatan kepada pelanggar untuk menghentikan
kegiatan sementara sampai dengan pelanggar
memenuhi kewajiban untuk mengambil tindakan-
tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang;
c. batas waktu maksimum yang diberikan kepada
pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri
melakukan penghentian sementara kegiatan dan
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
d. konsekuensi akan dilakukannya penghentian
kegiatan sementara secara paksa apabila
pelanggar mengabaikan surat perintah.
(2) Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian
kegiatan sementara, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban dengan menerbitkan surat
keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara
secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang.
(3) Pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi pengenaan kegiatan
pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban.
(4) Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi,
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
52
Pasal 44
Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana
dimaksud dalam pasal 41 huruf c dilakukan melalui
langkah-langkah, sebagai berikut:
a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian
sementara pelayanan umum dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang, yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang beserta bentuk pelanggarannya
yang dirisalahkan dari berita acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk mengambil
tindakantindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang;
3. batas waktu maksimum yang diberikan kepada
pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri melakukan
penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
4. konsekuensi akan dilakukannya penghentian
sementara pelayanan umum apabila pelanggar
mengabaikan surat pemberitahuan.
b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan
yang disampaikan, pejabat yang berwenang melakukan
penertiban dengan menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan
umum kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-
jenis pelayanan umum yang akan diputus;
c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan
penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi pengenaan kegiatan
pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan
tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
53
Pasal 45
Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 41
huruf d dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. penerbitan surat pemberitahuan penutupan lokasi dari
pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita
acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk dengan
kesadarannya sendiri menghentikan kegiatan dan
menutup lokasi pemanfaatan ruang yang
melanggar rencana tata ruang dan/atau ketentuan
teknis pemanfaatan ruang sampai dengan
pelanggar memenuhi kewajiban untuk mengambil
tindakan-tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang;
3. batas waktu maksimum yang diberikan kepada
pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
54
Pasal 46
Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 41
huruf e dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. penerbitan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan
izin dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban
pelanggaran pemanfaatan ruang, yang berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita
acara evaluasi;
2. peringatan kepada pelanggar untuk dengan
kesadarannya sendiri mengambil tindakan-
tindakan yang diperlukan dalam rangka
penyesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana
tata ruang dan/atau ketentuan teknis
pemanfaatan ruang;
3. batas waktu maksimum yang diberikan kepada
pelanggar untuk dengan kesadaran sendiri
melakukan penyesuaian pemanfaatan ruang; dan
4. konsekuensi akan dilakukannya pencabutan izin
apabila pelanggar mengabaikan surat peringatan.
55
Pasal 47
Penolakan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 huruf
f diberlakukan pada permohonan izin pemanfaatan ruang
yang baru pada lokasi yang pernah diterbitkan izin
pemanfaatan ruang tetapi izin tersebut dilanggar dan
dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. penolakan izin dilakukan setelah melalui tahap evaluasi
terhadap kesesuaian izin yang telah terbit pada lokasi
tersebut dengan kondisi yang ada di lapangan, dan
dinilai tidak memenuhi ketentuan rencana tata ruang
dan/atau izin pemanfaatan ruang yang berlaku; dan
b. setelah dilakukan evaluasi, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban dengan memberitahukan
kepada pemohon izin perihal penolakan izin yang
diajukan, dengan memuat hal-hal dasar penolakan izin
dan hal-hal yang harus dilakukan apabila pemohon
akan mengajukan izin baru kembali.
Pasal 48
Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 41
huruf g dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. penerbitan lembar evaluasi yang berisikan perbedaan
antara pemanfaatan ruang menurut dokumen
56
Pasal 49
Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal
41 huruf h dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:
a. ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-
bagian yang harus dipulihkan fungsinya berikut cara
pemulihannya;
b. penerbitan surat pemberitahuan perintah pemulihan
fungsi ruang dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang yang
berisi:
1. pemberitahuan tentang terjadinya pelanggaran
pemanfaatan ruang beserta bentuk
pelanggarannya yang dirisalahkan dari berita
acara evaluasi;
57
Pasal 50
Ketentuan lebih lanjut mengenai denda administratif
sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 huruf i akan diatur
lebih lanjut melalui Peraturan Bupati dengan mengacu
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 51
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana
detail tata ruang yang telah ditetapkan dapat dikenakan
sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XI
PERAN MASYARAKAT DAN KELEMBAGAAN
Bagian Kesatu
58
Peran Masyarakat
Pasal 52
(1) Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan
pada tahap:
a. proses perencanaan tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.
(2) Ketentuan mengenai peran masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang penataan
ruang.
(3) Peran masyarakat di bidang penataan ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
disampaikan secara lisan dan/atau tertulis.
(4) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dapat disampaikan kepada Bupati.
(5) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
juga dapat disampaikan melalui unit kerja terkait yang
ditunjuk oleh Bupati.
Bagian Kedua
Hak Masyarakat
Pasal 53
Dalam kegiatan penataan ruang, masyarakat berhak untuk:
a. mendapatkan informasi dan akses informasi tentang
pemanfaatan ruang melalui media komunikasi;
b. menerima sosialisasi rencana tata ruang yang telah
ditetapkan;
c. melaksanakan pemanfaatan ruang sesuai peruntukan
yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang;
d. memberikan tanggapan dan masukan kepada
pemerintah kabupaten mengenai pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang;
f. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
timbul akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan
yang sesuai dengan rencana tata ruang; dan
59
Bagian Ketiga
Kewajiban Masyarakat
Pasal 52
Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat memiliki
kewajiban:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan
ruang dari pejabat yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses pada zona yang oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai
milik umum.
Pasal 53
(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan
ruang dilaksanakan dengan mematuhi dan
menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-
aturan penataan ruang yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang
dipraktekkan masyarakat secara turun-temurun dapat
diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor
daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi,
dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin
pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang.
Bagian Keempat
Bentuk Peran Masyarakat
Pasal 54
(1) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang
yaitu:
a. kerjasama dengan pemerintah daerah dan/atau
sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan
ruang;
60
Bagian Kelima
Kelembagaan
Pasal 55
(1) Pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang
dilakukan secara terpadu dan komprehensif melalui
suatu koordinasi dan kerjasama antara pemerintah
daerah dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
pemanfaatan ruang dan pelaksanaan kegiatan
pembangunan.
(2) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan
penataan ruang, dibentuk Tim Koordinasi Penataan
Ruang Daerah (TKPRD) Kabupaten Pidie Jaya dan Tim
Pertimbangan Teknis Terkait dalam Keputusan Bupati.
61
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 56
(1) RDTR BWP Bandar Dua sebagaimana dimaksud
dilengkapi dengan lampiran terdiri atas buku Rencana
Detail Tata Ruang BWP Bandar Dua Tahun 2019-2039
dan album peta skala 1 : 5.000.
(2) Buku RDTR BWP Bandar Dua dan album peta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Qanun ini.
(3) RDTR BWP Bandar Dua dapat ditinjau kembali setiap 5
(lima) tahun.
(4) RDTR dapat ditinjau kembali kurang dari 5 (lima) tahun
apabila :
a. terjadi perubahan kebijakan kabupaten dan strategi
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang BWP;
dan/atau
b. terjadi dinamika internal BWP yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang secara mendasar, seperti: bencana
alam skala besar atau pemekaran wilayah yang
ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 57
(1) Pada saat mulai berlakunya Qanun ini, maka semua
rencana rinci dibawah RDTR yang sudah ada sepanjang
62
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 58
Qanun ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan
pengundangan Qanun ini, dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Pidie Jaya.
Ditetapkan di Meureudu
pada tanggal 2020 M
1442 H
AIYUB ABBAS
63
Diundangkan di Meureudu
pada tanggal 2020 M
1442 H
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PIDIE JAYA,
64
LAMPIRAN I.B
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
65
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA PEMBAGIAN SUB BWP DAN BLOK BWP BANDAR DUA 2039
LAMPIRAN II
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
66
NOMOR... TAHUN 2020
PETA RENCANA POLA RUANG TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
2039
LAMPIRAN III
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA KAWASAN RAWAN BENCANA 2039
67
LAMPIRAN IV.A
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA RENCANA PUSAT PELAYANAN 2039
68
LAMPIRAN IV.B
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
PETA RENCANA JARINGAN TRANSPORTASI RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
2039
69
LAMPIRAN IV.C
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
PETA RENCANA JARINGAN ENERGI/KELISTRIKAN RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
2039
70
LAMPIRAN IV.D
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA 71
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI 2039
LAMPIRAN IV.E
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA 72
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
PETA RENCANA JARINGAN AIR BERSIH RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
2039
LAMPIRAN IV.F
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA 73
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA RENCANA JARINGAN DRAINASE 2039
LAMPIRAN IV.G
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
NOMOR... TAHUN 2020
74
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA RENCANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH 2039
LAMPIRAN V.A
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA
75
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA WILAYAH SUB BWP PRIORITAS (SUB BWP B) 2039
LAMPIRAN V.B
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA 76
NOMOR... TAHUN 2020
TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
PETA WILAYAH SUB BWP PRIORITAS (SUB BWP F) 2039
LAMPIRAN VI
QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA 77
NOMOR... TAHUN 2020
TABEL PROGRAM PEMANFAATAN RUANG TENTANG
RENCANA DETAIL TATA RUANG BWP BANDAR DUA TAHUN 2019-
2039
Jangka Waktu Pelaksanaan
Program Sumber Instansi
No. Aspek Pengembangan Lokasi
Pengembangan Pembiayaan Pelaksana
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
(2020-2025) (2026-2030) (2031-2035) (2036-2040)
Struktur Ruang
1 Jaringan Transportasi Peningkatan Seluruh APBD Kab, Dinas
lebar dan mutu Sub APBD Prov Perhubungan,
jalan arteri BWP Dinas PU,
primer, arteri Bina Marga
sekunder,
kolektor primer,
kolektor
sekunder, lokal
dan lingkungan
Pengembangan B-05 APBD Prov Dinas
terminal tipe C Perhubungan,
Dinas PU
Pengembangan B-05 APBD Prov Dinas
stasiun kereta Perhubungan,
api Dinas PU
Pengembangan B-05, APBD Kab Dinas
trotoar pada C-01, Perhubungan,
jalan utama D-07, Dinas PU,
pusat kegiatan E-06, Bina Marga
dan H-
02
78
4 Zona Sarana Pelayanan Umum Peningkatan Seluruh APBD Kab Dinas PU,
kualitas sarana Sub Pemda
pelayanan umum BWP
Pengembangan Seluruh APBD Kab Dinas PU,
sarana pelayanan Sub Pemda, Dinas
Pendidikan BWP Pendidikan
Pengembangan Seluruh APBD Kab Dinas PU,
sarana pelayanan Sub Pemda, Dinas
kesehatan BWP Kesehatan
berupa
puskesmas
pembantu, balai
pengobatan,
posyandu
Pengembangan Seluruh APBD Kab Dinas PU,
lapangan Sub Pemda
olahraga BWP
87
6 Zona Kawasan Rawan Bencana Pemeliharaan Seluruh APBD Kab Dinas PU,
dan sub Bina Marga,
pembangunan BWP Bappeda,
jalan untuk jalur BPBD
evakuasi
93
94
Kode
Zona Zona KDB KLB KDH
Zona lindung
Sempadan Sungai SS 5% - 95%
Taman Kota RTH2 10% 0,1 80%
Taman Kecamatan RTH3 10% 0,1 80%
Taman Kelurahan (Desa) RTH4 10% 0,1 80%
Taman RW (Dusun) RTH5 10% 0,1 80%
Pemakaman RTH7 30% 0,3 60%
Zona Budidaya
Perumahan Kepadatan Tinggi R2 70% 1,4 20%
Perumahan Kepadatan Sedang R3 70% 1,4 20%
Perumahan Kepadatan Rendah R4 50% 1,0 40%
Perdagangan dan Jasa Skala K2 80% 1,6 10%
BWP
Perdagangan dan Jasa Skala K3 80% 1,6 10%
Sub BWP
Perkantoran KT 60% 1,2 30%
SPU Skala Regional SPU1 60% 1,2 30%
SPU Skala Kecamatan SPU2 60% 1,2 30%
SPU Skala Kelurahan (Desa) SPU3 60% 0,6 30%
SPU Skala RW SPU4 60% 0,6 30%
Pertanian PL1 10% 0,1 80%
Ruang Terbuka Non Hijau PL3 80% - 20%
Pertahanan dan Keamanan PL7 60% 1,2 30%
Campuran C1 60% 1,2 30%
102