Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERUBAHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL-KULTURAL
YANG LAZIM TERJADI PADA PROSES MENUA”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2

Alsanti (18010002)
Faizah Ingriyani (18010008)
Farmasi Ningsih (18010009)
Irma (18010011)
Kriska Aprilia Perori (18010012)
Moh. Yahya (17010014)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN


STIKES HUSADA MANDIRI POSO
TAHUN AJARAN 2021/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat  Tuhan Yang Maha Esa,


atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami pun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan
pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, saya terbuka menerima kritik, masukan, dan saran dari
pembaca guna penyempurnaan makalah ini.

Poso, 22 September
2021

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan.........................................................................................................2

D. Sistematika Penulisan................................................................................2

BAB II TINJAUN PUSTAKA....................................................................................3

A. Pengertian Lansia.......................................................................................3

B. Pengertian Penuaan...................................................................................3

C. Perubahan Fisik.........................................................................................3

D. Perubahan Psikologi..................................................................................5

E. Perubahan Sosial........................................................................................6

F. Perubahan Spiritual...................................................................................7

G. Perubahan Kultural...................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................8

A. Aplikasi dalam keperawatan / Jurnal terkait.............................................8

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................10

A. Kesimpulan...............................................................................................10

B. Saran..........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam
Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan bahwa pelaksanaan
pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan
kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut
usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Peningkatan angka harapan hidup (AHH) di Indonesia merupakan salah satu
indikator keberhasila bangunan di Indonesia. AHH tahun 2014 pada penduduk
perempuan adalah 72,6 tahun dan laki-laki adalah 68,7 tahun. Kondisi ini akan
meningkatkan jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total
penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi
18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36
juta jiwa. Usia lanjut akan menimbulkan masalah kesehatan karena terjadi
kemunduran fungsi tubuh apabila tidak dilakukan upaya pelayanan kesehatan
dengan baik.

1
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Lansia?
2. Jelaskan Pengetian Penuaan?
3. Jelaskan Perubahan Fisik, Psikologi, Sosial, Spiritual dan Kultural?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Lansia
2. Untuk mengetahui Pengerian Penuaan
3. Untuk mengetahui Perubahan Fisik
4. Untuk mengetahui Perubahan Psikologi
5. Untuk mengetahui Perubahan Sosial
6. Untuk mengetahui Perubahan Spiritual
7. Untuk mengetahui Perubahan Kultural

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini, disusun sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan : Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka : Bab ini berisi materi lansia, penuaan / menua dan
perubahan bio-psiko-sosial-spiritual-kultural yang lazim terjadi pada proses
menua.
BAB III Pembahasan : Bab ini memuat literatur atau jurnal terkait perubahan
bio-psiko-sosial-spiritual-kultural yang lazim terjadi pada proses menua.
BAB IV Penutup : Bab ini berisi kesimpulan yang menjadi ringkasan dari poin
- poin yang penting dan terkandung dalam isi makalah dan juga saran yang
mencakup tentang permintaan atau masukan dari penulis kepada pembaca.
Daftar Pustaka : Berisi daftar yang menunjukkan kumpulan sumber informasi
penting dari teori-teori yang digunakan.

2
BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
Lansia adalah seseorang yang telah berusia >60 tahun dan
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari (Ratnawati, 2017).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).

B. Pengertian Penuaan
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk
tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada
manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang
jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan
regeneratif pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah dan Lilik M, 2011, 2011)

C. Perubahan Fisik
1. Sistem Indra
Sistem pendengaran, Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama

3
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2. Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen
dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung
utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami
perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago
pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan
sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya
kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga
akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
4. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan

4
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
6. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran
darah.
7. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
8. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

D. Perubahan Psikologi
1. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat,
gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2. Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut
dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

5
3. Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
4. Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5. Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6. Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

E. Perubahan Sosial
Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan
sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia.
Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan
kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu
sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama
yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan.
Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah

6
menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya
seperti anak kecil.
Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang
memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak,
cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara
(care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi lansia yang tidak
punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya
pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal,
apalagi hidup sendiri di perantauan, seringkali menjadi terlantar.

F. Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupan yang terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-hari.
Perkembangan spriritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi
kenyataan, berperan aktif dan tujuan keberadaannya dalam kehidupan.

G. Perubahan Kultural
Ahli antropologi menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh
pada budaya yang dianut oleh seseorang. Hal ini juga dipercaya bahwa kaum tua
tidak dapat mengabaikan social budaya mereka.
Budaya adalah ettitute, perasaan, nilai, dan kepercayaan yang terdapat pada
suatu daerah atau yang dianaut oleh sekelompok lansia yang merupakan
kelompok minoritas yang memiliki kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak
lahir akan tetap dipertahankan sampai tua. Bahkan mempengaruhi orang-orang
disekitarnya untuk mengikuti budaya tersebut sehingga tercipta kelestarian
budaya.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Aplikasi dalam keperawatan / Jurnal terkait

1. Afrizal (2018) dalam Jurnal “Permasalahan Yang Dialami Lansia Dalam


Menyesuaikan Diri Terhadap Penguasaan Tugas-Tugas Perkembangannya”

Hasil : Dari hasil penelitian dapat di ketahui bahwa, kekuatan fisik dan kesehatan
merupakan masalah utama yang sering dihadapi lansia, karena kebutuhan
keluarga masih besar sedangkan tenaga semakin berkurang sehingga apa yang
dihasilkan nantinya kurang maksimal, memasuki masa pensiun tidak banyak
timbul permasalahan yang berhubungan dengan ekonomi keluarga dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, masalah kematian pasangan hidup merupakan
permasalahan yang sangat berat dirasakan oleh para lansia karena mereka sering
dihinggapi rasa kesepian dan terjadi perubahan peran diantara mereka, dalam
membentuk hubungan dengan orang-orang seusia tidak terlalu mengalami
hambatan, karena lansia biasanya sering mengikuti pengajian ataupun arisan,
permasalahan yang berhubungan dengan peran sosial yang lebih luas tidak terlalu
mengalami banyak masalah, sebab lansia masih di terima oleh segenap
masyarakat.

2. Mei Fitriani (2016) dalam jurnal “Problem Psikospiritual Lansia dan Solusinya
dengan Bimbingan Penyuluhan Islam”

Hasil : ketika psikospiritual mengalami masalah atau problem maka


kebutuhan dasar spiritual dan dimensi pada tubuhnya tidak terpenuhi, atau
kesejahteraan tidak tercapai. Dengan demikian kondisi lansia yang menghadapi
problem psikospiritual haruslah diberikan upaya penanganannya baik
berupa bimbingan dan penyuluhan maupun upaya-upaya lainnya, guna
tercapainya kebutuhan tersebut.

8
3. Dianita Sugiyo & Rahmita Caesaria (2014) dalam jurnal “Umur dan Perubahan
Kondisi Fisiologis Terhadap Kemandirian Lansia”

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan responden berusia 60-74 tahun sebanyak


61,4% dan 75-90 tahun sebanyak 38,6%, Hasil dari korelasi Rho Spearman adalah
hubungan antara usia dan tingkat kemandirian lansia yang signifikan nilai (p) =
0,001 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,479.
Responden dengan nyeri sendi ringan (25,0%), nyeri sendi sedang (52,3%) dan
nyeri sendi berat (22,7%) Hasil dari korelasi Rho Spearman adalah hubungan
antara nyeri sendi dengan tingkat kemandirian lansia yang signifikan nilai (p) =
0,019 (p < 0,05) dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,351.
Responden dengan fungsi pendengaran ringan-sedang sebanyak 15,9%, dan
normal sebanyak 38,6%. Hasil dari Korelasi Rho Spearman adalah hubungan
antara fungsi pendengaran dengan derajat kemandirian lansia nilai signifikansi (p)
= 0,080 (p>0,05) dan nilai koefisien korelasinya (r) = 0,267. Tingkat kemandirian
responden tergolong mandiri penuh (tipe A) 54,5%, mandiri sebagian (tipe B, C,
D, E, F) sebesar 27,3%, dan ketergantungan (tipe G dan lainnya) sebanyak 18,2%.

4. Latue, I. R., Widodo, D., & Widiani, E. (2017) dalam jurnal “Hubungan
Dukungan Sosial Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti
Werdha Malang Raya”

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan sosial


keluarga dalam kategori baik yaitu 22 orang (73,3%) dan kategori lansia sebagian
besar yang tidak depresi 15 orang (50%). Dari pengujian statistik diperoleh hasil
ada hubungan yang kuat antara dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi
pada lansia dengan nilai p = 0,05 dan r = 0,757. Penelitian selanjutnya disarankan
untuk menambah besar sampel, memperhatikan faktor psikis yang dapat
mempengaruhi tingkat emosional dari lansia dan penelitian selain didaerah panti,
mungkin bisa kepada lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga.

9
10
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
(Nugroho, 2006) Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan.
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,
tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual
(Azizah dan Lilik M, 2011)
1. Perubahan bio/fisik yang terjadi pada proses menua, yaitu :
 Sistem indra
 Sistem integument
 Sistem musculoskeletal
 Sistem respirasi
 Pencernaan dan metabolism
 Sistem perkemihan
 Sistem saraf
 Sistem reproduksi
2. Perubahan psikososial yang terjadi pada proses menua, yaitu :
 Kesepian
 Duka cita
 Depresi
 Gangguan cemas
 Parafrenia
 Sindroma diagnoses

11
3. Perubahan sosial yang terjadi pada proses menua, yaitu : Menolak untuk
berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku
regresi seperti mudah menangis, mengurung diri
4. Perubahan spiritual yang terjadi pada proses menua, yaitu ditandai dengan
semakin matangnya kehidupan keagamaan lansia.
5. Perubahan kultural yang terjadi pada proses menua, yaitu pengaruh pada nilai
budaya dipercaya oleh lansia untuk tidak di ubah dan diabaikan.

B. Saran
Sebagai perawat harus mampus memahami konsep menua, proses menua dan
perubahan bio-psiko-sosial-spiritual-kultural. Karena itu merupan hal yang sangat
penting apa bila perawat akan melakuakan kegiatan komunitas pada lansia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, A. (2018). Permasalahan Yang Dialami Lansia Dalam Menyesuaikan Diri


Terhadap Penguasaan Tugas-Tugas Perkembangannya. Islamic Counseling:
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam, 2(2), 91-106.
Azizah, & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta
: Graha
Fitriani, M. (2017). Problem Psikospiritual Lansia dan Solusinya dengan
Bimbingan Penyuluhan Islam (Studi Kasus Balai Pelayanan Sosial Cepiring
Kendal). Jurnal Ilmu Dakwah, 36(1), 70-95.
Ilmu Kemenkes RI (2014).S ituasi dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI. Jakarta
Latue, I. R., Widodo, D., & Widiani, E. (2017). Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Werdha
Malang Raya. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 2(1).
Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sarif La Ode (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC,
NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha
Medika
Sugiyo, D. (2014). Umur dan Perubahan Kondisi Fisiologis Terhadap
Kemandirian Lansia. IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices), 1(1),
21-27.
Tantut Susanto. (2013). Keperawatan Gerontik. Digital Repository. Universitas
Jember.

13

Anda mungkin juga menyukai