Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEDERA KEPALA”

Disusun Oleh :

IRMA

NIM. 18010011

Dosen Pembimbing :

Raden Bagus Edi Santoso, M.Kep., Ns.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

HUSADA MANDIRI POSO

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pasien dengan Cedera Kepala” tepat pada
waktunya.

Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi
mahasiswa untuk mengetahui materi ini lebih dalam dan mampu menjelaskan tentang hal
tersebut serta dalam memenuhi tugas.

Disamping itu saya pun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini


masih jauh dari kata sempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, saya
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat
selesai dengan baik dan oleh karenanya, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi
lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Akhir kata dengan selesainya makalah ini, saya harapkan makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya.

Poso, 17 Juni 2021

Penulis

IRMA

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................4

BAB II KONSEP TEORI

A. Definisi....................................................................................................................5

B. Etiologi....................................................................................................................5

C. Klasifikasi................................................................................................................6

D. Glasgow Coma Seale (GCS)...................................................................................6

E. Manifestasi Klinik...................................................................................................7

G. Komplikasi..............................................................................................................8

H. Penatalaksanaan......................................................................................................9

I. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................10

J. Pencegahan............................................................................................................11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.............................................................................................................12

B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................13

C. Intervensi Keperawatan.........................................................................................13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................17

B. Saran......................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma kepala atau cedera kepala merupakan kasus yang sangat sering terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari. Cedera kepala bisa terjadi pada semua orang tanpa kecuali,
misalnya terjatuh dari tempat tidur, terpeleset, terjatuh dari pohon maupun tepukul oleh
temannya ketika bertengkar. Cedera kepala yang sering terjadi pada orang dewasa karena
kecelakaan lalu lintas. Terjatuh dari sepeda motor, tabrakan, kepala terbentur bagian dari
mobil karena mobil yang dinaiki menabarak atau terjungkal dan lain sebagainya
Karena seringnya terjadi trauma kepala pada orang yang mengendarai sepeda motor
ketika kecelakaan, maka akhirnya diwajibkan siapa saja yang mengendarai sepeda untuk
menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Namun masih banyak yang menggunakan
helm hanya sekedar sebagai syarat untuk mentaati peraturan lalu lintas yaitu dengan
memakai helm yang kurang memenuhi syarat maupun tali helm yang tidak terikat ketika
dipakai sehingga ketika terjadi kecelakaan lalu lintas masih terjadi cedera kepala yang
berat.
Pada umumnya kematian pada trauma kepala terjadi setelah segera setelah injury
dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok.
Kematian yang terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh  kondisi klien
yang memburuk secara progresif  akibat  perdarahan internal. Pencatatan segera tentang
status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan
kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury
disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh.
Faktor-faktor  yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya
intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, menghilangnya
gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal,
hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi cedera kepala?
2. Apa saja etiologi cedera kepala?

4
3. Apa saja klasifikasi cedara kepala?
4. Bagaimana GCS cedera kepala?
5. Apa saja manifestasi klinis cedera kepala?
6. Bagaimana patofisiologi cedera kepala?
7. Apa saja komplikasi cedera kepala?
8. Bagaimana penatalaksanaan cedera kepala?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik cedera kepala?
10. Apa saja pencegahan cedera kepala?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan cedera kepala?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari cedera kepala
2. Untuk mengetahui etiologi dari cedera kepala
3. Untuk mengetahui klasifikasi cedera kepala
4. Untuk mengetahui GCS cedera kepala
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari cedera kepala
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari cedera kepala
7. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari cedera kepala
8. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari cedera kepala
9. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik cedera kepala
10. Untuk mengetahui pencegahan cedera kepala
11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan cedera kepala
12. Untuk mengkaji pasien gangguan sistem pernafasan dengan cedera kepala
13. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan cedera kepala
14. Untuk menentukan tujuan dan rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernafasan cedera kepala

5
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
Cedera kepala adalah cedera yang meliputi trauma kulit kepala, tengkorak dan otak.
Cedera kepala paling sering dan penyakit neurologik yang serius diantara
penyakit  neurologik dan merupakan proporsi epidemic sebagai hasil kecelakaan jalan
raya (Smeltzer & Bare 2010).
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin, 2018).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Rita juliani, 2010).
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang
tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak
langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2013).
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2012), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

B. Etiologi
Menurut Tarwoto (2010), penyebab dari Cedera Kepala adalah :
1. Kecelakaan lalu lintas.
2. Terjatuh
3. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.
4. Olah raga
5. Benturan langsung pada kepala.
6. Kecelakaan industri.

6
C. Klasifikasi
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka  dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Cedera kepala ringan ( CKR ) Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tetapi ada yang menyebut kurang dari 2 jam, jika
ada penyerta seperti fraktur tengkorak , kontusio atau temotom (sekitar 55% ).
2. Cedera kepala kepala sedang ( CKS ) jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran atau
amnesia antara 30 menit -24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi
ringan ( bingung ).
3. Cedera kepala berat ( CKB )  jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam,
juga meliputi contusio cerebral, laserasi atau adanya hematoina atau edema.

Selain itu ada istilah-istilah lain untuk jenis cedera kepala sebagai berikut
1. Cedera kepala terbuka kulit mengalami laserasi sampai pada merusak tulang
tengkorak.
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan gagar otak ringan dengan disertai edema
cerebra.

D. Glasgow Coma Seale (GCS)


Memberikan 3 bidang fungsi neurologik, memberikan gambaran pada tingkat
responsif pasien dan dapat digunakan dalam pencarian yang luas pada saat mengevaluasi
status neurologik pasien yang mengalami cedera kepala. Evaluasi ini hanya terbatas pada
mengevaluasi motorik pasien, verbal dan respon membuka mata.

Skala GCS :
Membuka Mata Spontan 4
Dengan perintah 3
Dengan Nyeri 2
Tidak berespon 1

Motorik Dengan Perintah 6


Melokalisasi nyeri 5
Menarik area yang nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2

7
Tidak berespon 1

Verbal Berorientasi 5
Bicara membingungkan 4
Kata-kata tidak tepat 3
Suara tidak dapat dimengerti 2
Tidak ada respons 1

E. Manifestasi Klinik
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
2. Iritabel
3. Pucat
4. Mual dan muntah
5. Pusing kepala
6. Terdapat hematoma
7. Kecemasan
8. Sukar untuk dibangunkan
9. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung
(rhinorrohea) dan telinga (otorrhea) bila fraktur tulang temporal.
10. Peningkatan TD, penurunan frekuensi nadi, peningkatan pernafasan.

F. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan
kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg
%, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.

8
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat
akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr.
jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala meyebabkan
perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan
vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan
gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi .
Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar.

G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien cedera kepala menurut Eka J. Wahjoepramono
(2005) antara lain :
1. Cedera Otak Sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
Hipoksia dapat terjadi akibat adanya trauma di daerah dada yang terjadinya
bersamaan dengan cedera kepala. Adanya obstruksi saluran nafas, atelektasis,
aspirasi, pneumotoraks, atau gangguan gerak pernafasan dapat berdampak pasien
mengalami kesulitan bernafas dan pada akhirnya mengalami hipoksia.
2. Edema Serebral
Edema adalah tertimbunnya cairan yang berlebihan di dalam jaringan. Edema
serebral akan menyebabkan bertambah besarnya massa jaringan otak di dalam
rongga tulang tengkorak yang merupakan ruang tertutup. Kondisi ini akan
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intrakranial yang selanjutnya juga
berakibat penurunan perfusi jaringan otak.
3. Peningkatan Tekanan Intra Kranial
Tekanan intrakranial dapat meningkat karena beberapa sebab, yaitu pada
perdarahan selaput otak (misalnya hematoma epidural dan subdural). Pada
perdarahan dalam jaringan otak (misalnya laserasi dan hematoma serebri), dan
dapat pula akibat terjadinya kelainan parenkim otak yaitu berupa edema serebri.
4.  Herniasi Jaringan Otak
Adanya penambahan volume dalam ruang tengkorak (misalnya karena adanya
hematoma) akan menyebabkan semakin meningkatnya tekanan intrakranial.

9
Sampai batas tertentu kenaikan ini akan dapat ditoleransi. Namun bila tekanan
semakin tinggi akhirnya tidak dapat diltoleransi lagi dan terjadilah komplikasi
berupa pergeseran dari struktur otak tertentu kearah celah-celah yang ada.
5. Infeksi
Cedera kepala yang disertai dengan robeknya lapisan kulit akan memiliki
resiko terjadinya infeksi, sebagaimana pelukaan di daerah tubuh lainnya. Infeksi
yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya Meningitis, Ensefalitis, Empyema
subdural, Osteomilietis tulang tengkorak, bahkan abses otak.
6. Hidrosefalus
Hidrosefalus merupakan salah satu komplikasi cedera kepala yang cukup
sering terjadi, khususnya bila cedera kepala cukup berat.

H. Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui sub kutan membuat luka mudah
dibersihkan dan diobati. Daerah luka diirigasi untuk mengeluarkan benda asing dan
miminimalkan masuknya infeksi sebelum laserasi ditutup.

Pedoman Resusitasi Dan Penilaian Awal

1. Menilai jalan nafas : bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan; lepaskan gigi
palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgn memasang collar
cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir. Jika cedera orofasial mengganggu
jalan nafas,maka pasien harus diintubasi.
2. Menilai pernafasan ; tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jika tidak beri
O2 melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki dan atasi cedera dada
berat spt pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks. Pasang oksimeter nadi untuk
menjaga saturasi O2minimum 95%. Jika jalan nafas pasien tidak terlindung  bahkan
terancan/memperoleh O2 yg adekuat ( Pa O2 >95% dan Pa CO2<40% mmHg serta
saturasi O2 >95%) atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh
ahli anestesi
3. Menilai sirkulasi ; otak yg rusak tdk mentolerir hipotensi. Hentikan semua perdarahan
dengan menekan arterinya. Perhatikan adanya cedera intra abdomen/dada.Ukur dan
catat frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.Pasang  jalur intravena

10
yg besar.Berikan larutan koloid sedangkan larutan kristaloid menimbulkan
eksaserbasi edema.
4. Obati kejang ; Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati
mula-mula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dan dpt diulangi 2x
jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin 15mg/kgBB
5. Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB
6. Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher,lakukan foto tulang belakang
servikal ( proyeksi A-P,lateral dan odontoid ),kolar servikal baru dilepas setelah
dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-C7 normal
7. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat :
Pasang infus dengan larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau RL cairan isotonis lebih
efektif mengganti volume intravaskular daripada cairan hipotonis dan larutan ini tidak
menambah edema cerebro, Lakukan pemeriksaan ; Ht,periksa darah perifer
lengkap,trombosit, kimia darah, Lakukan CT scan
8. Pasien dgn CKR, CKS, CKB harusn dievaluasi adanya :
a. Hematoma epidural
b. Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel
c. Kontusio dan perdarahan jaringan otak
d. Edema cerebri
e. Pergeseran garis tengah
f. Fraktur kranium
9. Pada pasien yg koma ( skor GCS <8) atau pasien dgn tanda-tanda herniasi lakukan :
a. Elevasi kepala 30
b. Hiperventilasi
c. Berikan manitol 20% 1gr/kgBB intravena dlm 20-30 menit.Dosis ulangan dapat
diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar ¼ dosis semula setiap 6 jam sampai
maksimal 48 jam I
d.  Pasang kateter Foley
e. Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi opoerasi (hematom epidural
besar,hematom sub dural,cedera kepala terbuka,fraktur impresi >1 diplo)

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas darah.

11
2. CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak.
3. MRI : digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
4. Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi cerebral, seperti perubahan
jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
5. X-Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan, edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak.
6. CSF, Lumbal Punksi : dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
7. ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
8. Kadar Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial. (Musliha, 2010).

J. Pencegahan
1. Jatuh merupakan penyebab utama cedera kepala, terutama pada anak-anak dan
lansia. Meminimalisir kejadian jatuh dapat dilakukan dengan cara memastikan lantai
tidak licin, menggunakan alat bantu jalan, dan melakukan pengawasan pada saat
anak atau lansia berada di kamar mandi atau berjalan di tangga.
2. Menggunakan helm, baik pada saat mengendarai sepeda atau sepeda motor, maupun
saat melakukan aktivitas yang berisiko seperti mengendarai skateboard atau olahraga
ski.
3. Mengendarai mobil dengan aman, yaitu dengan mengenakan sabuk pengaman dan
menghindari aktivitas lain seperti menggunakan handphone pada saat sedang
mengemudi. Jangan mengemudikan mobil atau kendaraan apapun dalam keadaan
tidak sadar penuh, baik karena pengaruh alkohol maupun obat-obatan.

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data dasar pengkajian pasien tergantung tipe,lokasi dan keparahan cedera dan
mungkin di persulit oleh cedera tambahan pada organ vital
a. Aktifitas dan istirahat
Gejala : Merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan

Tanda : Perubahan kesadaran, letargi

                     Hemiparese

                     Ataksia cara berjalan tidak tegap

                     Masalah dalam keseimbangan

                     Cedera / trauma ortopedi

b. Sirkulasi
 Perubahan tekanan darah atau normal
 Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang
diselingi bradikardia disritmia
c. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian

Tanda : Cemas,mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi

d. Eliminasi
Inkontensia kandung kemih/usus mengalami ganguan fungsi

e. Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera

Tanda : Muntah,gangguan menelan

f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,

13
sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran

Tanda : Perubahan dalam penglihatan seperti ketajamannya, diplopia,

kehilangan sebagain lapang pandang, gangguan pengecapan dan

penciuman

g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya
lama

Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada ransangan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b.d gangguan neurologis (mis., trauma kepala).
2. Kekurangan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi Kekurangan volume
cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
3. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
4. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d gejala terkait penyakit
5. Gangguan eliminasi urine b.d penyebab multipel
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
  

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana keperawatan
No
keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan NOC NIC
pola napas b.d Tujuan: Manajemen jalan napas
gangguan
Setelah dilakukan tindakan 1.    O : Observasi TTV
neurologis (mis.,
keperawatan selama 2x24
trauma kepala) 2.    O : Monitar aliran oksigen
diharapkan pola napas kembali
efektif 3.    N : Buka jalan napas dengan
tekhnik chin lift atau jaw thrust
Dengan KH:
4.    N : Posisikan pasien untuk
1.   Kedalaman inspirasi dalam

14
kisaran normal (RR : 16-24 memaksimalkan ventilasi
x/menit)
5.    N : Masukkan alat
2.   Kepatenan jalan napas dalam nasoparyngeal airway atau
kisaran normal, klien tidak oropharyngeal airway
merasa tercekik, tidak ada suara
6.    E : Informasikan pada pasien
nafas abnormal
dan keluarga tentang teknik
3.   Frekuensi dan irama relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan dalam keadaan nafas
normal
7.    C : Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi obat dan
pemberian oksigen
2 Kekurangan Tujuan: Manajemen cairan
volume cairan
Setelah dilakukan tindakan 1.   O : Obsersavi TTV
b.d gangguan
keperawatan selama 1x24 jam
mekanisme 2.   O : Monitor status hidrasi (mis.,
diharapkan kekurangan volume
regulasi membrane mukosa lembab
cairan teratasi.
denyut nadi adekuat, dan tekanan
Dengan KH: darah ortostatik)

1.   Mempertahankan urine output 3.   N : Berikan cairan IV


sesuai dengan usia dan BB
4.   N : Pertahankan catatan intake
2.   Tidak ada tanda-tanda dan output yang akurat
dehidrasi, elastisitas turgor kulit
5.   E : Dorong pasien dan keluarga
baik, membran mukosa lembab,
untuk menambah intake oral
tidak rasa haus yang berlebihan
misalnya minum
3.   TTV dalam batas normal
6.   C : Kolaborasi pemberian cairan
IV
3 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan jantung
jantung b.d keperawatan selama ….
1.    O : Monitor EKG, adakah
perubahan diharapkan penurunan curah
perubahan segmen ST
frekuensi jantung teratasi
2.    O : Monitor TTV

15
jantung Dengan KH: 3.    N : Atur periode latihan dan
istirahat untuk menghindari
1.      Tekanan darah sistol dan
kelelahan
diastol dalam kisaran normal
(110/70-120/80 mmHg) 4.    N : Evaluasi adanya nyeri dada

2.      Denyut nadi perifer dalam 5.    O : Anjurkan untuk menurunkan


kisaran normal (60-100 x/menit) stress

3.      Denyut jantung apikal dalam 6.    C : Kolaborasi untuk


kisaran normal (16-24 x/menit) menyediakan terapi antiaritmia
sesuai kebijakan unit (mis., obat
4.      Tidak ada penurunan
antiaritmia, kardioversi, atau
kesadaran
defibrilasi)
4 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
nyaman nyeri keperawatan selama ….
1.    O : Lakukan pengkajian nyeri
b.d gejala terkait Diharapkan rasa nyaman
secara komprehensif
penyakit kembali
2.    N : Tingkatkan istirahat
Dengan KH:
3.    N : Kontrol lingkungan yang
1.    Mengontrol nyeri (mengetahui
dapat mempengaruhi nyeri seperti
penyebab nyeri, mengetahui cara
suhu ruangan, pencahayaan, dan
mengurangi nyeri)
kebisingan
2.   Rasa nyaman tidak terganggu
4.    E : Ajarkan tentang teknik non
3.   Mengontrol gejala nyeri farmakologi

5.    C : Kolaborasi dengan dokter


pemberian analgetik
5 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Irigasi kandung kemih
eliminasi urine keperawatan selama ….
1.   O : Lakukan penilaian kemih
b.d penyebab diharapkan gangguan eliminasi
yang komprehensif
multipel urine teratasi
2.   N : Siapkan peralatan irigasi
Dengan KH:
yang steril, dan pertahankan
1.      Jumlah urin tidak terganggu tekhnik steril setiap kali tindakan

16
2.      Warna urin tidak terganggu 3.   N : Bersihkan sambungan kateter
atau ujung Y dengan kapas
3.      Tidak ada darah dalam urin
alcohol
4.      Intake cairan dalam rentang
4.   N : Catat jumlah cairan yang
normal
digunakan, karakteristik cairan,
jumlah cairan yang keluar

5.   E : Ajarkan pasien atau


keluarga  untuk mencatat urin

6.   C : Kolaborasi dengan dokter


dengan penberian obat
6 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas
aktivitas b.d keperawatan selama ….
1.   O : Monitor respon fisik, emosi,
ketidakseimbang diharapkan intoleransi aktivitas
social dan spiritual
an antara suplai teratasi
dan kebutuhan 2.   N : Bantu klien untuk
Dengan KH:
oksigen mengidentifikasi aktivitas yang
1.  Berpartisipasi dalam aktivitas mampu dilakukan
fisik tanpa disertai peningkatan
3.   E : Bantu pasien dan keluarga
ttv
untuk mengidentifikasi
2.  Hemoglobin, hematocrit, kekurangan dalam beraktivitas
glukosa darah, serum elektrolit
4.   C : Kolaborasi dengan Tenaga
darah tidak terganggu
Rehabilitasi Medik dalam
3.  Mampu melakukan aktivitas merencanakan program terapi
sehari-hari secara mendiri yang tepat

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Muttaqin, 2018)
Menurut Brain Injury Assosiation of America (2012), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Penyebabnya adalah karena adannya benturan yang terjadi di otak yang disebebkan
oleh Berbagai hal, diantarannya adalah kecelakaan, yang merupakan penyebeb terbesar
adannya trauma kepala.
Klasifikasi cedera kepala terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Cedera kepala ringan ( CKR )
2. Cedera kepala kepala sedang ( CKS )
3. Cedera kepala berat ( CKB )

Komplikasi yang terjadi pada pasien cedera kepala menurut Eka J. Wahjoepramono
(2005) antara lain yaitu cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi, edema
serebral, peningkatan Tekanan Intra Kranial, herniasi jaringan otak, Infeksi dan
hidrosefalus.

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan lagi proses asuhan
keperawatan gawat darurat baik secara teoritis maupun secara klinik agar proses asuhan
keperawatan dapat berjalan secara optimal. Teman-teman juga dapat lebih memahami
tentang masalah cedera kepala dan asuhan keperawatan dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, (2010), Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius FK-UI,
Jakarta

Doenges, Marilynn E. et al. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perwatan Pasien, Edisi 3. (Alih bahasa oleh : I Made
Kariasa, dkk). Jakarta : EGC.

Iskandar. (2014). Memahami Aspek-aspek Penting Dalam Pengelolaan Penderita Cedera


Kepala. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Kuncara, H.Y, dkk, (2012), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
EGC, Jakarta

Smeltzer, Suzanna C. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart.
(Alih bahasa Agung Waluyo), Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suriadi. (2010). Manajemen Luka. Pontianak : STIKEP Muhammadiyah.

19

Anda mungkin juga menyukai