Anda di halaman 1dari 14

JOB SHEET KMB

DEFINISI BALUT
 Pembalutan merupakan suatu tindakan yang dilakukan sebagai cara mengurangi resiko
kerusakan jaringan yang terjadi dan selanjutnya mencegah maut, mengurangi nyeri, serta
mencegah kecacatan dan infeksi (Susilowati, 2015).

TUJUAN PEMBALUTAN

 Tujuan pembalutan adalah untuk meminimalisir resiko terjadinya kerusakan jaringan


guna mencegah keparahan kondisi, mengurangi rasa sakit, serta mencegah kecacatan dan
infeksi (Susilowati, 2015).
 Tujuan dari pembalutan yaitu melindungi luka terbuka terkontaminasi, menghentikan
perdarahan, memperbaiki suhu tubuh, melekatkan sesuatu seperti obat dan bidai
(Risnanto dan Insani, 2014).

PRINSIP PEMBALUTAN

Menurut Isnani dan Risnanto (2014) adalah :

 Melakukan antiseptik atau pembersihan luka sebelum dilakukan pembalutan.

 Balutan yang digunakan merupakan balutan bersih.

 Balutan yang dilakukan menutup semua permukaan luka.

 Pembalutan yang diterapkan tidak boleh terlalu kencang maupun longgar.

 Simpul balutan dianjurkan pada posisi yang datar dan tidak boleh diatas luka.

 Segera kendorkan atau melepas balutan yang menimbulkan kebal, kesemutan, dan dingin
pada sekitar balutan.

 Memperhatikan bentuk tubuh yang akan dilakukan pembalutan, seperti bulat, siku, atau
datar.

JENIS PEMBALUTAN
JOB SHEET KMB

Macam pembalutan menurut Risnanto dan Insani (2014) adalah:


 Pembalut segitiga / mitella.
Menurut Susilowati (2015) pembalut mitella merupakan kain mori (tidak berkapur) putih
yang berbentuk segitiga dengan karakteristik tipis, lemas dan kuat. Menurut Davis dkk
(2016), pembalut segitiga merupakan kain yang memiliki tiga sudut sisi dengan lebar
alasnya sepanjang empat kaki dan dapat digunakan sebanyak 32 cara.
 Pembalut pita gulung / verband.
 Pembalut cepat / quick verband.
 Pembalut elastis / elastic verband.
Menurut Simmers (2009) perban elastis termasuk mudah untuk diterapkan dan mudah
menyesuaikan dengan bentuk tubuh yang cidera. Penggunaan perban elastis yang terlalu
ketat atau longgar dapat menghentikan atau membatasi sirkulasi darah, namun terkadang
perban elastis dapat digunakan dengan tujuan merangsang sirkulasi darah.

KOMPLIKASI PEMBALUTAN

Komplikasi Pembalutan
Menurut Lukman dan Ningsih (2013) yakni:
Pembalutan yang kurang tepat dapat menyebabkan komplikasi infeksi akibat terpaparnya dari
lingkungan luar. Bahaya kuat lemahnya balutan akan mempengaruhi pada dampak yang terjadi
seperti halnya pembalutan yang terlalu kuat akan menyebabkan kerusakan pada syaraf dan
pembuluh darah, sedangkan pembalutan yang terlalu kendur akan mengakibatkan perdarahan
pada vena yang berlebihan.

ALAT DAN BAHAN

NO ALAT DAN BAHAN ILUSTRASI GAMBAR


.
1. Mitela
o Bahan mitela terbuat dari kain
berbentuk segitiga sama kaki dengan
berbagai ukuran. Panjang kaki antara
50-100 cm.
o Pemabalutan ini dipergunakan pada
bagian kaki yang berbentuk bulat atau
untuk menggantung bagian tubuh
JOB SHEET KMB

yang cedera.
o Pembalutan ini bisa dipakai pada
cedera dikepala, bahu, dada, siku,
telapak tangan dan kaki, pinggul serta
untuk menggantung lengan.
2. Dasi
o Pembalut ini adalah mitela yang
dilipat-lipat dari satu sisi segitiga agar
menjadi beberapa lapis dan bentuk
seperti pita dengan kedua ujung-
ujungnya lancip dan lebarnya antara
5-10 cm.
o Pembalut ini bisa dipakai pada saat
membalut mata, dahi rahang, ketiak,
lengan, siku, paha, serta lutut betis,
dan kaki yang terkilir.
3. Pita / Gulungan / Perban Elastis
o Pembalut ini dapat dibuat dari kain
katun, kain kasa, bahan elastic. Bahan
yang paling sering adalah dari kasa
karena mudah menyerap air, darah,
dan tidak mudah bergeser (kendur).
o Macam-macam pembalut yang
digunakan adalah sebagai berikut:
 Lebar 2,5 cm : untuk jari-jari
 Lebar 5 cm : untuk leher dan
pergelangan tangan.
 Lebar 7,5 cm : untuk kepala,
lengan atas dan bawah, betis
dan kaki.
 Lebar 10 cm : untuk paha dan
sendi panggul.
 Lebar 15 cm : untuk dada,
perut, punggung.
4. Bahan untuk membersihkan luka:
 Plester
 Kassa steril
 Handscoon dalam bak instrument
 Betadin dan cairan desinfektan dalam kom
 Bengkok
JOB SHEET KMB

 Gunting plester Plester


 Korentang

Kassa steril

Handscoon

Bengkok / nierbekken

Gunting plester

Korentang
JOB SHEET KMB

PROSEDUR PELAKSANAAN

:
NO LANGKAH – LANGKAH ILUSTRASI GAMBAR
.
1. Melihat bagian tubuh mana yang akan dibalut

2. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian tubuh yang


akan dilakukan tindakan

3. Lepaskan pakaian yang menutupi tempat untuk


mengambil tindakan

4. Perhatikan tempat yang akan dibalut dengan


menjawab pertanyaan berikut:
a. Bagian dari tubuh mana
b. Apakah ada luka terbuka atau tidak
c. Bagaimana luas luka tersebut
d. Apakah perlu membatasi gerak tubuh
tertentu atau tidak
5. Memakai sarung tangan steril

6. Pilih jenis balutan yang akan dipergunakan atau


dikombinasi.
7. Sebelum dibalut, jika luka terbuka, perlu diberi
desinfektan.
JOB SHEET KMB

8. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan


hal berikut:
a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak
tubuh lainnya
b. Sesedikit mungkin membatasi gerak
tubuh yang lain
c. Tidak mengganggu peredaran darah
misalnya pada saat membalut berlapis-
lapis
9. 1. Cara melakukan pembalutan
Cara membalut dengan mitela
1) Salah satu mitela dilipat 3-4
cm sebanyak 1-3 kali.
2) Pertahankan sisi yang telah
terlipat terletak diluar bagian
yang akan dibalut, lalu ditarik
secukupnya dan kedua ujung
sisi diikat.
3) Salah satu ujung bebas
lainnya ditarik dan dapat
diikat pada lipatan, diikat pada
tempat lain, atau dapat
dibiarkan bebas. Hal ini
tergantung pada tempat dan
kepentingan.
Cara membalut dengan dasi
1) Pembalut mitela dilipat dari
salah satu sisi sehingga
berbentuk pita dengan
masing-masing ujung lancip.
2) Bebatkan pada tempat yang
akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikat.
3) Diusahakan agar balutan tidak
mudah kendur dengan cara
sebelum diikat arahnya saling
menarik.
4) Kedua ujungnya diikatkan
secukupnya.
Cara membalut dengan pita
4) Berdasarkan besar bagian
tubuh yang akan dibalut, maka
dipilih pembalut pita dengan
ukuran lebar yang sesuai.
5) Balutan pita yang biasanya
JOB SHEET KMB

terdiri atas beberapa lapis,


dimulai dari salah satu ujung
yang diletakkan dari
proksimal kedistal menutup
sepanjang bagian tubuh yang
akan dibalut, kemudian dari
distal ke proksimal dibebatkan
dengan arah bebatan saling
menyilang dan tumpang tindih
antara bebatan yangn satu
dengan bebatan berikutnya.
6) Kemudian ujung yang
didalam ditarik dan diikat
dengan ujung yang lain
JOB SHEET KMB

DEFINISI PEMBIDAIAN

 Pembidaian merupakan suatu alat imobilisasi eksternal yang bersifar kaku dan bidai ini
dipasang dengan menyesuaikan kontur tubuh namun tidak dianjurkan pada fraktur
terbuka (Asikin, Nasir, Podding, dkk, 2016).
 Bidai merupakan suatu alat yang digunakan dalam melakukan imobilisasi pada fraktur
(Insani dan Risnanto, 2014).

TUJUAN PEMBIDAIAN

 Tujuan Pembidaian yaitu sebagai sarana imobilisasi dan fiksasi eksternal yang berfungsi
mencegah terjadinya kecacatan, dan mengurangi rasa nyeri (Asikin, Nasir, Podding, dkk,
2016).
 Bidai digunakan betujuan sebagai proteksi luka guna meminimalisir keparahan pada luka,
mengurangi rasa sakit, dan sebagai penopang bagian badan yang terluka (Schneider,
2011)

INDIKASI PEMBIDAIAN

a) Adanya fraktur terbuka/tertutup


b) Adanya kecurigaan terhadap adanya fraktur
c) Dislokasi persendian
d) Multiple trauma

KONTRAINIKASI PEMBIDAIAN

 Pembidaian boleh dilaksanakan jika kondisi pernapasan dan sirkulasi klien sudah stabil
 Jika terdapat gangguan sirkulasi dan gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah
fraktur
JOB SHEET KMB

PRINSIP PEMBIDAIAN

Menurut AGD 119


a) Bahan pada bidai merupakan bahan yang tidak mudah patah dan tidak lentur.
b) Panjang bidai minimal mampu melewati dua sendi.
c) Pemasangan bidai tidak boleh dipasang diatas luka atau fraktur.

MACAM – MACAM PEMBIDAIAN

Tipe dasar dari pembidaian menurut Schottke (2016) meliputi:


 Rigid splints

Rigid splints diproduksi melalui perusahan material dan dapat digunakan pada sisi
samping, depan, atau belakang pada ekstremitas yang terkena cidera Schottke (2016).
Terdapat beberapa tipe yang termasuk dalam rigid splints yakni padded board splints
yang merupakan potongan kayu dengan ukuran 12” x 3” dengan sudut membuat dan
dilapisi ½” busa guna kenyamanan pasien dan lapisi dengan kain vinil supaya tahan lama
dan mudah dibersihkan (Alimed, 2017), molded plastic atau aluminum maleable (SAM)
splints, dan folded cardboard splints.
 Soft splints
JOB SHEET KMB

Merupakan bidai yang tergolong fleksibel dan mudah digunakan pada sekitar bagian
tubuh yang cidera. Adapun jenis soft splints yang termasuk didalamnya dalah vacuum
splints, air splints.
 Traction splints

Menurut Caroline (2007) bidai traksi dapat memberikan tarikan secara konstan pada
tulang yang patah. Tipe traksi yang biasa digunakan adalah sagar dan hare traction
splint.

KOMPLIKASI PEMBIDAIAN

Menurut Asikin dkk (2016) komplikasi potensial pada pembidaian yakni sindrom kompartemen
dimana terjadi akibat peningkatan tekanan jaringan dalam rongga yang terbatas sehingga
peredaran darah dan fungsi jaringan yang berada didalam rongga tertutup, luka tekan dimana
dapat terjadi anoksia jaringan dan ulkus yang memiliki lokasi rentan pada daerah tumit,
malleolus, punggung kaki, caput fibula, dan permukaan anterior patella, serta disuse syndrome.

ALAT DAN BAHAN

NO. ALAT DAN BAHAN ILUSTRASI GAMBAR


1. Bidai Kaku (Rigid Splint): Dapat dibuat dari bahan
apapun (kayu, logam, fiber glass)
JOB SHEET KMB

2. Bidai Lunak (Soft Splint): Air splints (PASG), bantal

3. Bidai Traksi (Traction Splint): Untuk fraktur


ekstremitas bawah

4. Balutan

PROSEDUR PELAKSANAAN

NO. LANGKAH – LANGKAH ILUSTRASI GAMBAR


1. Lihat bagian tubuh yang akan dibidai
JOB SHEET KMB

2. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan


dilakukan tindakan

3. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menutupi


tempat untuk mengambil tindakan.

4. Perhatikan tempat yang akan dibalut:


a. Bagian tubuh yang mana
b. Apakah ada bagian luka terbuka atau tidak
c. Bagaimana luas luka.
d. Apakah perlu membatasi gerak bagian
tertentu atau tidak

5. Lakukan balut bidai dengan melewati dua sendi


a. Patah lengan bawah
- Letakkan perlahan-lahan lengan bawah
tersebut ke dada hingga lengan
membentuk sudut 90 derajat dengan
lengan atas, sedang telapak tangan rata
di dada.
- Siapkan 2 pembalut ( bidai ) yang
dilengkapi dengan kain pengempuk,
satu untuk membelat bagian dalam,
sedang yang lain untuk membelat
bagian dalam, sedang yang lain untuk
membelat bagian luar.
- Usahakan pembelat merentang dari siku
sampai ke punggung jemari
- Aturlah gendongan tangan ke leher
sedemikian rupa sehingga ketinggian
ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari
siku.
JOB SHEET KMB

6. Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)

- Letakkan tangan perlahan-lahan ke


samping tubuh dalam posisi sealamiah
mungkin
- Letakkan lengan bawah di dada dengan
telapak tangan menempel perut
- Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah
berlapis bahan empuk di sebelah luar
lengan dan ikatlah dengan 2 carik kain
di atas dan dibawah bagian yang patah.
Buatlah gendongan ke leher, tempelkan
ke lengan atas yang patah ke tubuh
dengan handuk atau kain yang
melingkari dada dan belatan (bidai)

7. Patah tulang di paha

- Patah tulang di paha sangat berbahaya,


tanggulangi shok dulu dan segera
panggil dokter.
- Luruskan tungkai dan tarik ke posisi
normal.
- Siapkan 7 pembalut panjang dan leher
- Gunakan 2 pembelat untuk bagian luar
harut terentang dari ketiak sampai lutut,
sedangkan pembelat untuk bagian dalam
sepanjang dari pangkal paha sampai ke
lutut.

8. Hasil balut bidai:


 Harus cukup jumlahnya, dimulai dari
bagian bawah tempat yang patah
 Tidak kendor dan keras.
JOB SHEET KMB

Susilowati, Rini. 2015. Jurus Rahasia Menguasai P3K (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan). Jakarta: Lembar Langit Indonesia.

Risnanto dan Insani, Uswatun. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah: Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta: Deepublish.

Lukman dan Ningsih, N. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Asikin, M, dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai