Anda di halaman 1dari 7

POLITIK UANG (PENYUAPAN UANG) DALAM PELAKSANAAN

PILKADA DI PIDIE JAYA

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
politik uang adalah suatu upaya memengaruhi orang lain (masyarakat) dengan
menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada proses politik dan
kekuasaan serta tindakan membagi-bagikan uang, baik milik pribadi atau partai untuk
mempengaruhi suara pemilih, money politic ( politik uang ) dapat diartikan sebagai upaya
mempengaruhi perilaku orang lain dengan menggunakan imbalan tertentu. Ada yang
mengartikan politik uang sebagai tindakan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan
Ditengah ketat dan tingginya persaingan untuk mendulang suara sebanyak-banyaknya dalam
pilkada, uang dijadikan sebagai instrumen alat tukar dengan suara masyarakat, Di tengah
keadaan seperti ini, yang menjadi pertanyaan kemudian ialah mengapa uang selalu menjadi
pilihan untuk dilakukan oleh calon dalam rangka memperoleh suara terbanyak , Selain itu apakah
uang yang telah diberikan oleh calon berdampak pada adanya ikatan transaksi komersial
dimanaseorang pemilih berkewajiban untuk memberikan suaranya karena telah di beli oleh calon
tersebut, padahal suara bukanlah barang yang dapat dipertukarkan atau diperjual-belikan.1

Dilain pihak, keberadaan politik uang secara yuridis formal bertentang dengan aturan
hukum yang ada. Seperti yang tertuang dalam UndangUndang No. 8 Tahun 2012 mengenai
Pemilu Anggota Legislatif Pasal 86 ayat 1 menegaskan: setiap calon anggota legislatif dilarang
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada peserta pemilu dalam hal ini
konstituen. Pelaksanaan proses pemilihan kepala daerah yang baik memerlukan adanya
komitmen dari semua pihak yang terkait dalam proses pemilihan seperti halnya penyelenggara
pilkada (Komisi Pemilihan Kepala Daerah, Panitia Pengawas Pilkada), calon atau pasangan
calon yang mencalonkan diri, tim sukses pasangan calon, lembaga-lembaga pengamat atau
organisasi pemantau pilkada, dan juga dari masyarakat sendiri. Adanya proses pemilihan kepala
daerah yang baik serta luberjurdil (langsung, umum, bebas, jujur, dan adil) diharapkan akan
menghasilkan pemimpin-pemimpin baik di level pusat maupun daerah yang memiliki legistimasi
yang tinggi dan kuat untuk menjalankan roda pemerintahan

1
http:/digilib.unila.ac.id/33046/14/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf , dikutip pada senin,17 desember 2018
pukul 16.39
pemilihan umun adalah salah satu cara yang demokratis utuk memperoleh pemerintahan
yang legitimatif melalui pemilu yang di selenggarakan dengan asas langsung, umum, bebas dan
rahasia serta jujul dan adil, secara tidak langsung rakyat dapat melakukan sirkulasi pergantian
pemerintahan dengan jalan damai tanpa merusak tatanan dan aturan main yang telah disepakati
bersama. Pemilukada atau disebut pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu
untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dalam NKRI oleh
penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan UU NO.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 56 jo pasal 119 dan PP
NO.6/2005 tentang tata cara pemilihan,pengesahan,pengangkatan dan pemberhentian kepala
daerah dan wakil kepala daerah2.

Badan pengawasan pemilu (Bawaslu) menemukan ada sekitar 600 dugaan politik uang
yang terjadi pada pilkada serentak 2017 lalu. Begitu maraknya praktik politik uang dalam
pilkada 2017 memperlihatkan bahwa tidak sedikit calon kepala daerah mencari suara dengan
jalan cepat memberikan atau menjanjikan uang ataupun materi lain kepada masyarakat, dengan
syarat mereka harus mengikuti permintaan dan instruksi dari pemberi uang ini sama saja disebut
dengan penyuapan didalam pilkada. Penyuapan adalah tindakan memberikan uang, barang atau
bentuk lain dari pembalasan dari pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk
mengubah sikap penerima atas kepentingan atau minat si pemberi, walaupun sikap tersebut
berlawanan dengan penerima.

Sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 187 A ayat (1) UURI Nomor 10
tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU Nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan
pemerintah pengganti UU Nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota
menjadi undang-undang jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana sebagaimana yang didakwakan.
Bagi pemerintah indonesia penyuapan ini semakin marak di indonesia,sogok-menyogok yang
dilakukan oleh oknum-oknum yang melakukan kecurangan dan melanggar peraturan yang telah
ditetapkan, ini sangat merugikan dan menghancurkan negara indonesia ini dengan cara
mengancam, memaksa orang untuk memilih calon tersebut, sangat merisaukan
masyarakat,bangsa dan negara. Tidak fair jika ini terus-terusan terjadi, sangat tidak adil bagi
calon-calon gubernur dan wakil gubernur lainnya.

2
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/viewFile/4824/4373 , dikutip pada hari senin,17 desember 2018 pada
pukul 17.08
B. Rumusan Masalah

1. Hakim kurang memperhatikan fakta-fakta didalam persidangan

2. Hakim kurang bijak didalam memutuskan perkara sehingga memutuskan putusan


dengan masa percobaan selama 2 tahun

C. Rumusan tujuan

1. untuk menganalisis fakta-fakta yang ada di dalam persidangan

2. untuk menganalisis putusan perkara tersebut

D. Landasan Teori
Penyuapan atau suap adalah memberi sesuatu baik uang maupun barang kepada
seseorang agar melakukan sesuatu bagi si pemberi suap yang bertentangan dengan
kewajiban, baik pemerintahan itu dilaksanakan ataupun tidak dilaksanakan. Suap ialah
sebuah tindakan yang mengakibatkan kerugian dipihak lain atau dengan kata lain adalah
upaya untuk mendapatkan sesuatu dengan membayar sejumlah uang, sehingga dalam hal
ini ada penyimpangan-penyimpangan yang mengakibatkan adanya pihak yang dirugikan.
Penyuapan terjadi akibat ketidak percayaan dan keengganan terhadap dekomrasi yang
bisa melahirkan kehidupan publik yang lebih sehat, penyuapan juga terjadi akibat
prasangka negatif bahwa segala jalan bisa ditempuh dengan uang asalkan tujuan
terca3pai.
Terdapat bebrapa unsur suap yaitu adanya penyuap tindakan penyuapan dapat
dilakukan siapa saja mulai aparat pemerintah, pegawai sipil, maupun pegawai swasta.
Sebuah tindakan dikategorikan penyuapan jika seseorang memberikan sesuatu atau janji
kepada pihak dengan maksud untuk melakukan sesuatu yang berkaitan dengan
jabatannya, kedua adanya penerima suap yaitu setiap orang yang menerima atau janji
dengan maksud untuk melakukan sesuatu bagi sipemberi suap yang bertentangan dengan
kewajiban, baik permintaan itu dilaksanakan ataupun tidak dilaksanakan, atau
menyukseskan perkaranya dengan mengalahkan perkaranya sesuai dengan yang
diinginkan atau memberikan peluang kepadanya atau menyingkirkan musuhnya adalah
penerima suap. Baik yang memberi ataupun yang menerima suap, sama-sama
mendapatkan hukuman karena dengan melakukan suap tersebut kedua belah pihak telah
merugikan orang lain. Tindak pidana suap sebagaimana dirumuskan dalam pasal 2 ayat 3

3
https://id.m.wikipedia.org/wiki/penyuapan, dikutip pada hari senin,17 desember 2018 pada pukul 20.22
tersebut menggunakan rumusan formil artinya yang diancam pidana adalah perbuatan
bukan akibatnya. Pesuap aktif dan pesuap pasif sama-sama diancam dengan pidana
penghubung atau perantara dari keduanya, yaitu orang yang membantu penjara dan
denda.
Adanya dalam proses terjadinya tindak suap, Baik secara langsung maupun tidak
lansung. Misalkan seperti calo ia menjadi mediator untuk mendapatkan pekerjaan, namun
harus membayar imbalan agar dalam mendapatkan pekerjaan tersebut, yang keempat
barang atau jasa yang digunakan untuk pemberian suap yang dimaksud adalah harta atau
uang jasa yang diberikan sebagai sarana untuk perundang-undangan yang mengatur
pilkada adalah minimnya alasan menggugat hasil pilkada.kecurangan yang berpotensi
memperoleh sesuatu yang diinginkan.
Dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pilkada juga mengatur
larangan politik uang, hal ini terlihat dalam ketentuan pasal 17 ayat 2. Salah satu
kekurangan atau kelemahan dari peraturan dari peraturan perundang-undangan yang
mengatur pilkada adalah minimnya alasan menggugat hasil pilkada kecurangan yang
berpotensi mempengaruhi hasil adalah suap
Didalam mengadili terdakwa hakim kurang cermat, tidak memperhatikan fakta-
fakta didalam persidangan. Sehingga memutuskan perkara tersebut tidak usah dijalani
kecuali jika dikemudian hari ada putusan hakim yang menentukan lain disebabkan karena
terpidana melakukan suatu tindak pidana sebelum masa percobaan selama 2 tahun.
Sedangkan terdakwa secara sah terbukti bersalah melakukan tindak pidana pemilukada,
dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum memberikan uang sebagai
imbalan kepada warga negara indonesia secara langsung untuk mempengaruhi pemilih
agar memilih calon tertentu.

E. Keaslian Penelitian
1. Skripsi tentang upaya 4penanggulangan politik uang (money politik) pada tahap
persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak diprovinsi lampung.

Penulis penelitian ini berbentuk skripsi yang ditulis oleh muhammad TETUKO
NADIGO PUTRA AT. Seorang mahasiswa bagian hukum pidana fakultas hukum
universitas lampung bandar lampung. Adapun permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini mengenai penanggulangan politik uang (money politic) pada tahap
persiapan dan pelaksanaan pilkada serentak di provinsi lampung. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan, upaya penanggulangan poltik uang pada tahap persiapan dan
pelaksanaan pilkada serentak diprovinsi lampung yaitu dengan upaya pre-emtif dimana
KPU provinsi, bawaslu dan polda lampung melakukan himbauan agar tidak melakukan
politik uang. Dan dalam upaya represif polda lampung bersama dengan sentragakkumdu
melakukan penindakan langsung apabila adanya laporan dan betul adanya kegiatan
politik uang (money politic).
4
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/viewFile/4824/4373 , dikutip pada hari senin , 17 desember 2018 pada pukul 21.20
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu wilayah
penelitian ini dilakukan diwilayah lampung, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
diwilayah aceh, tepatnya dipidie jaya.5

2. Skripsi tentang pengaruh money politic terhadap partisipasi masyarakat pada pilkada
2015 di kabupaten bulukumba ( studi kasus desa barugae kec.bulukumpa ).
Penulis penelitian ini berbentuk skripsi yang ditulis oleh ANDI AKBAR.
Seorang mahasiswa program studi ilmu politik fakultas ushuluddin, filsafat dan ilmu
politik universitas islam negara (UIN) Alauddin makassar. Adapun permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini mengenai pengaruh money politics terhadap
partisipasi masyarakat pada pilkada 2015 dikabupaten bulukumba (studi kasus desa
barugae kec.bulukumpa).Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pengaruh
money politic terhadap partisipasi masyarakat pada pilkada 2015 dikabupaten
bulukumba yaitu pengaruh money politic memang memberikan pengaruh yang
signitifkan dimana mayoritas masyarakat barugae yang menerima money politic turut
berpartisipasi dalam pilkada walaupun dalam pemberian uang maupun barang kepada
pemilih tidak menjamin dalam menentukan pilihan masyarakat dalam memberikan
suara kepada pemberi hal tersebut karena hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperi
pemilihan ganda yang mendapat uang lebih dari 1 kandidat. Yang kedua faktor-
faktor yang melatarbelakangi masyarakat barugae dalam melakukan money politic
pada pilkada 2015 yaitu karena masalah ekonomi, kebiasaan ketika pemilu,
pendidikan politik yang rendah, kepercayaan terhadap pemerintah dan kesepakatan
kerja yang dijalin antara pemilih sehingga masyarakat cenderung terbuka dan
menerima kegiatan money politic yang dilakukan oleh calon kandidat dan menerima
segala macam bentuk pemberian.6

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum yang akan digunakan adalah jenis penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif berfokus pada hukum positif berupa
peraturan perundang-undangan.

2. Sumber Data
Data yang diperoleh hukum normatif data berupa data sekunder, terdiri dari:
a. Bahan hukum primer :

5
http:/digilib.unila.ac.id/33046/14/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.
6
https;//repositori.uin-alauddin.ac.id/4813/1/AKBAR.pdf , dikutip pada hari selasa, 18 desember 2018, pada pukul 13.05
Data yang diperoleh penulis adalah bahan hukum primer yaitu berupa
perundang-undangan yang tata urutannya sesuai dengan tata cara pembentukan
peraturan perundang-undangan.
- Undang- undang No.8 tahun 2012 mengenai pemilu anggota legislatif pasal
86 ayat 1.
- Undang- undang No.10 tahun 2016, tentang pilkada mengatur sanksi pidana
bagi pihak manapun yang menjalankan praktik politik uang,pasal 187 poin A-
D.7
-

- Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP)


- PKPU NO.1 tahun 2017
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan- bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami
bahan hukum primer.
- Doktrin
- Hasil pemikiran akademisi
- Karya- karya ilmiah para sarjana
- Jurnal yang penulis bahas dalam penulisan hukum ini
- Narasumber
- Observasi
c. Bahan hukum tersier
Bahan- bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan bahan sekunder. Didalam penelitian ini yang menjadi
bahan hukum tersier adalah karya ilmiah, kamus, ensiklopedi legal, dan hasil
penelitian yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam
8
skripsi ini

3. Metode pengumpulan data


Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan
mempelajari buku-buku kepustakaan dokumen-dokumen, makalah, atau internet
dan dapat secara langsung dari objek penelitian, yaitu dari para responden.

7
http:/digilib.unila.ac.id/33046/14/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.
8
https;//repositori.uin-alauddin.ac.id/4813/1/AKBAR.pdf , dikutip pada hari selasa, 18 desember 2018, pada pukul 14.07
4. Analisa data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif deskritif
yaitu analisis yang diwujudkan dalam bentuk penjabaran atau uraian secara
terperinci yang akan menggambarkan dan memaparkan kenyataan- kenyataan
yang diperoleh dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai