Adanya eksistensi hukum adat ini masih berlaku sampai saat ini bahkan
semenjak pasca tsunami, masyarakat wilayah pesisir makin peduli dan berusaha
untuk menjaga lingkungan mereka lebih baik lagi. Sistem pengelolaan lingkungan
semacam ini sangat bagus dan terbukti cukup berhasil, dikarenakan dasar dari
sistem hukum adat laut ini adalah kesadaran dan kepedulian yang mendalam dari
masyarakat atas lingkungan sekitar mereka yang telah memberikan banyak
keuntungan dan manfaat demi keberlangsungan hidup mereka.
Tugas II
Lembaga ini memang sudah ada sejak lama, dalam catatan sejarah adat
laot disebutkan sudah ada sejak abad ke-14 (sejak 400 tahun yang lalu), masa
Sultan Iskandar Muda. Pada masa itu, panglima laot memiliki 2 tugas yaitu
memobilisasi peperangan dalam rangka melawan penjajahan dan memungut cukai
(pajak) dari kapal-kapal yang singgah pada tiap-tiap pelabuhan di Aceh. Namun,
ini sama sekali tidak terkait dengan mengawasi nelayan seperti yang banyak
disampaikan oleh para sarjana. Menurut sejarah, pelabuhan-pelabuhan di Aceh
1
Syamsuddin dan Cut Adek, Adat Maulaot (Adat Menangkap Ikan DiLaut), Banda Aceh:
CV. Boebon jaya, 2010, hlm. 44.
2
T. Mohd Djuned, Kedudukan Panglima Loat dalam Hukum Positif di Indonesia,
Makalah Duek Pakat Panglima Laot se-Aceh, Sabang, 19-20 Maret, 2001, hlm. 3.
3
M. Adli Abdullah, dkk, Kearifan Lokal di Laut Aceh, (Syiah Kuala University Press:
Banda Aceh, 2010), hlm. 29-30
adalah tempat bertemunya beberapa kehidupan masyarakat Aceh di bidang
ekonomi, politik, agama, dan budaya.4
Fungsi Panglima Laot yaitu Sebagai ketua adat bagi masyarakat nelayan,
Sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat nelayan dan sebagai mitra
Pemerintah dalam menyukseskan program pembangunan perikanan dan kelautan.
Sebagai Panglima Laot dalam melaksanakan tugas dan fungsinya harus berperan
sebagaimana mestinya. Menurut Poerwadarminta54 Peran adalah sesuatu yang
menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya
hal atau peristiwa. Jadi, peran lebih banyak menunjuk pada pelaksanaan atau
seseorang yang tengah mengerjakan kegiatan atau serangkaian prilaku yang
dianggap harus dilakukan oleh orang yang sedang menduduki posisi tersebut.
Dapat diklarifikasi bahwa peran Panglima Laot dalam menegakkan hukum adat
laot dan juga menyelesaikan sengketa dan pelanggaran bagi masyarakat nelayan.
Hukum adat laot di Aceh merupakan hukum adat yang berlaku dalam
masyarakat nelayan di wilayah adat masing-masing. Nelayan atau pengusaha
perikanan laut di daerah melakukan usaha penangkapan ikan pada wilayah hukum
adat yang berlaku di daerah tersebut. Hukum Adat Laot telah ada sejak 400 tahun
yang lalu yaitu pada massa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). 6
Sejak saat itu hukum adat laot ditegakkan oleh pemangku adat yang dinamakan
Panglima Laot. Hukom adat laot merupakan hukum-hukum adat yang
diberlakukan oleh masyarakat nelayan Aceh untuk menjaga ketertiban dalam
penangkapan ikan dan kehidupan masyarakat nelayan di pantai. Hukum adat laot
5
http://www.mongabay.co.id/2015/11/04/beginilah-hukum-adat-laut-di-aceh/, diakses
pada 4 September 2017, pukul 21.20 WIB.
6
Adli Abdullah ddk, Selama Kearifan Adalah Kekayaan; Eksistensi Panglima Laot di
Aceh, (Cet. 1, Panglima Laot Aceh, Banda Aceh), 2006, hlm. 7.
mengatur mengenai 2 hal, yaitu tata acara penangkapan ikan/meupayang di laut
dan cara penyelesaian bila terjadi sengketa antar nelayan laut.
Pada saat ini banyak sekali laut, udara dan hutan semakin tercemar oleh
limbah yang diciptakan oleh manusia sendiri. Tidak hanya itu, pengelolaan
sumber daya alam yang banyak dilakukan oleh pihak-pihak tertentu meninggalkan
sisa-sisa yang berdampak langsung kepada kehidupan masyarakat. Termasuk
Aceh di provinsi yang terletak paling ujung Indonesia ini marak terjadi
penebangkan hutan yang tak terkendali. Banyak yang menyebutkan bahwa yang
bermain di hutan tidak hanya masyarakat, tetapi juga lembaga seperti Polri dan
TNI ikut ambil andil dalam pengelolaan hutan. Di lain sisi kehidupan Aceh,
7
Sulaiman, Tesis, Model Alternatif Pengelolaan Perikanan Berbasis Hukom Adat laot di
Kabupaten Aceh Jaya Menuju Keberlanjutan Lingkungan yang Berorientasi Kesejahteraan
Masyarakat, 2010, hlm. 27.
8
42 M. Adli Abdullah dkk, Aceh (Kebudayaan Tepi Laut dan Pembangunan), (Banda
Aceh: Pushal-KP, 2014) hlm.
potensi lautnya menyimpan sejuta rahasia dan keindahan yang belum terungkap,
tetapi sangat disayangkan bila potensi itu semua hanya digunakan untuk
kepentingan sepihak saja. Sama halnya dengan hutan, laut juga rawan akan
tangan-tangan manusia yang tidak pernah puas.