Anda di halaman 1dari 15

Latar Belakang

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan
kesehatan yang bermutu.Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Mutu
pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan
pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat,
serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan
kode etik profesi farmasi.Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang
beredar di rumah sakit tersebut.Tujuan pelayanan farmasi ialah melangsungkan pelayanan farmasi yang
optimal baik dalamkeadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat,sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia.(Kepmenkes, 2004). Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluan rumah sakit itu sendiri yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan
dan pendistribusian serta pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan/sediaan
farmasi di rumah sakit (Siregar, 2004). Perencanaan kebutuhan obat merupakan salah satu tahapan yang
sangat penting dalam pengelolaan obat.Perencanaan kebutuhan obat bertujuan untuk menetapkan jenis
dan jumlah perbekalan sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses untuk merumuskan sasaran dan menentukan
langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Febriawati,
2013). Sedangkan menurut Siagian (2014), perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan
penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Menurut Azwar (2010), ada beberapa pengertian perencanaan
dan dipandang cukup penting olehnya adalah yang dikemukakan oleh:

a. Maloch dan Deacon, mengemukakan bahwa perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan
yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan yang dilaksanakan menurut urutannya guna
mencapai tujuan yang telah ditetapakan.

b. Ansoff dan Brendenburg, mengemukakan bahwa perencanaan adalah prosesmenetapkan pengarahan


yang resmi dan menetapkan berbagai hambatan yang diperkirakan ada dalam menjalankan suatu
program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi.

c. Drucker, perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang meliputi pengambilan
keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan
perkiraan dengan menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan, mengorganisir secara
sistematik segala upaya yang dipandang perlu melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan,
serta mengukur keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan hasil yang
dicapai terhadap target yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang
telah disusun seara teratur dan baik.

Tujuan Perencanaan

Adapun tujuan perencanaan menurut Azwar (2010), antara lain :


a. Membantu para pelaksana dalam melaksanakan program dengan perencanaan yang baik maka setiap
pelaksana akan memahami rencana tersebut dan akan merangsang para pelaksana untuk dapat
melakukan beban tugas masingmasing dengan sebaik-baiknya.

b. Membantu para pelaksana untuk membuat perencanaan pada masa depan,jadi hasil yang diperoleh
dari suatu pekerjaan perencanaan pada saat ini dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk menyusun
rencana kerja pada masa depan dan demikian seterusnya.

Ciri-ciri Perencanaan Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan sebagai
berikut:

1. Bagian dari sistem administrasi Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan
pekerjaan perencanaan sebagai dari sistem administrasi secara keseluruhan.Sesungguhnya, perencanaan
pada dasarnya merupakan salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting.Pekerjaan administrasi
yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.

2. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan Suatu perencanaan yang baik adalah yang
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.Perencanaan yang dilakukan hanya sekali
bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Menurut Mary Arnold ada hubungan yang berkelanjutan antara
perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting
unuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan.Demikian
seterusnya sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.

3. Berorientasi pada masa depan Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa
depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan, akan
mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang.

4. Mampu menyelesaikan masalah Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan
berbagai masalah atau tantangan yang dihadapi.Penyelesaian masalah atau tantangan yang dimaksudkan
disini tentu harus disesuaikan dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaikan masalah atau tantangan
tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan perencanaan yang akan
dilakukan.

5. Mempunyai tujuan Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang dicantumkan
secara jelas.Tujuan yang dimaksudkan di sini biasanya dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum
yang berisikan uraiansecara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.

Perencanaan Kebutuhan Obat

2.4.1 Definisi Perencanaan Kebutuhan Obat

Perencanaan obat adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan menentukan jumlah obat dalam rangka
pengadaan (Depkes, 1990). Adapun tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah untuk mendapatkan:

a) Jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan

b) Menghindari terjadinya kekosongan obat

c) Menghindari penggunaan obat secara rasional


d) Meningkatkan efisiensi penggunaan obat (Febriawati, 2013).

Berdasarkan Permenkes RI Nomor: 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit, bahwa pedoman perencanaan dalam perencanaan obat adalah sebagai berikut:

1) Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit,
Ketentuan setempat yang berlaku

2) Data catatan medik

3) Anggaran yang tersedia

4) Penetapan prioritas

5) Siklus penyakit

6) Sisa persediaan

7) Data pemakaian periode yang lalu

Berdasarkan Kepmenkes Nomor: 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat


Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, bahwa manfaat perencanaan obat
meliputi:

7. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.

8. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan. 9. Kesamaan persepsi antara pemakai obat
dan penyedia anggaran. 10. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat. 11. Koordinasi anatara penyedia
anggaran dan pemakai obat. 12. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal. 2.4.2 Proses
Dalam Perencanaan Obat Menurut Kepmenkes RI (2008), tahapan perencanaan obat adalah sebagai
berikut: 2.4.2.1 Tahap Pemilihan Obat Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-
benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat yang tepat,
sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang meliputi:

a) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik
dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.

b) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.
Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih
berdasarkan Drug of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

c) Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang lebih baik.

d) Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai efek yang lebih baik
dibandingkan obat tunggal.

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat adalah, sebagai berikut: a) obat yang dipilih sesuai
dengan standar mutu yang terjamin. b) dosis obat sesuai dengan kebutuhan terapi. c) obat mudah
disimpan. d) obat mudah didistribusikan. e) obat mudah didapatkan/diperoleh. f) biaya pengadaan dapat
terjangkau. g) dampak administrasi mudah diatasi. Sebelum melakukan perencanaan obat perlu
diperhatikan kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu:

a) Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit

b) Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah
c) Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal

d) Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun bioavailabilitasnya e)
Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik

f) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa maka pilihan diberikan
kepada obat yang: Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah, sifat farmakokinetiknya
diketahui paling banyak menguntungkan, stabilitas yang paling baik dan paling mudah diperoleh.

g) Harga terjangkau h) Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.

Pada tahap seleksi obat, untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan :(a)
kontra indikasi, (b) peringatan dan perhatian, (c) efek samping dan (d) stabilitas.

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu


pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang
pasti dalam
meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan
Kefarmasian bertujuan untuk
mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan
masalah terkait
obat
3
. Praktik penggunaan obat yang
tidak aman
dan kesalahan penggunaan obat
adalah penyebab
utama cedera dan bahaya yang
dapat dihindari
dalam sistem pelayanan kesehatan di
seluruh dunia.
Oleh karena itu, rumah sakit
diminta untuk
mematuhi peraturan perundang-
undangan serta
membuat sistem pelayanan
kefarmasian dan
penggunaan obat yang lebih aman
yang senantiasa
berupaya menurunkan kesalahan
pemberian obat
5
.
Upaya yang dilakukan Departemen
Kesehatan
adalah melalui kegiatan akreditasi
rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swasta,
yang tujuan
akhirnya adalah menjaga mutu
pelayanan. Dalam
buku Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit telah
disusun standar pelayanan yang
salah satunya
adalah Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan
Obat (PKPO)
4
. Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat merupakan bagian
penting dalam
pelayanan pasien sehingga
organisasinya harus
efektif dan efisien, serta bukan
hanya tanggung
jawab apoteker, tetapi juga
profesional pemberi
asuhan dan staf klinis pemberi asuhan
lainnya
6
.
Dengan ditetapkannya standar
Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat di
rumah sakit,
tidak berarti semua permasalahan
terkait pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat-
obatan di rumah
sakit menjadi mudah dan selesai
9
. Hingga saat ini
kenyataannya sebagian besar
instalasi farmasi
rumah sakit di Indonesia belum
melakukan kegiatan
pelayanan farmasi seperti yang
diharapkan,
mengingat kendala-kendala yang ada
antara lain
kemampuan tenaga farmasi,
terbatasnya
pengetahuan manajemen rumah sakit
dan fungsi
rumah sakit, kebijakan manajemen
rumah sakit,
terbatasnya pengetahuan pihak pihak
terkait
tentang pelayanan farmasi rumah
sakit
8
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu
pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada
pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi
dengan maksud mencapai hasil yang
pasti dalam
meningkatkan mutu kehidupan
pasien. Pelayanan
Kefarmasian bertujuan untuk
mengidentifikasi,
mencegah, dan menyelesaikan
masalah terkait
obat
3
. Praktik penggunaan obat yang
tidak aman
dan kesalahan penggunaan obat
adalah penyebab
utama cedera dan bahaya yang
dapat dihindari
dalam sistem pelayanan kesehatan di
seluruh dunia.
Oleh karena itu, rumah sakit
diminta untuk
mematuhi peraturan perundang-
undangan serta
membuat sistem pelayanan
kefarmasian dan
penggunaan obat yang lebih aman
yang senantiasa
berupaya menurunkan kesalahan
pemberian obat
5
.
Upaya yang dilakukan Departemen
Kesehatan
adalah melalui kegiatan akreditasi
rumah sakit baik
milik pemerintah maupun swasta,
yang tujuan
akhirnya adalah menjaga mutu
pelayanan. Dalam
buku Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit telah
disusun standar pelayanan yang
salah satunya
adalah Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan
Obat (PKPO)
4
. Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat merupakan bagian
penting dalam
pelayanan pasien sehingga
organisasinya harus
efektif dan efisien, serta bukan
hanya tanggung
jawab apoteker, tetapi juga
profesional pemberi
asuhan dan staf klinis pemberi asuhan
lainnya
6
.
Dengan ditetapkannya standar
Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat di
rumah sakit,
tidak berarti semua permasalahan
terkait pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat-
obatan di rumah
sakit menjadi mudah dan selesai
9
. Hingga saat ini
kenyataannya sebagian besar
instalasi farmasi
rumah sakit di Indonesia belum
melakukan kegiatan
pelayanan farmasi seperti yang
diharapkan,
mengingat kendala-kendala yang ada
antara lain
kemampuan tenaga farmasi,
terbatasnya
pengetahuan manajemen rumah sakit
dan fungsi
rumah sakit, kebijakan manajemen
rumah sakit,
terbatasnya pengetahuan pihak pihak
terkait
tentang pelayanan farmasi rumah
sakit
8
Pemantauan atau evaluasi

Selain itu, karena biaya yang besar dikeluarkan oleh rumah sakit pada pengelolaan obat
terutama pada tahap perencanaan, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan suatu kondisi yang diharapkan
dengan kondisi yang diamati.
Evaluasi perencanaan obat bertujuan untuk mengendalikan pengadaan obat-obatan.
Cara evaluasi yang dapat dilakukan dalam penelitian melalui beberapa indikator
perencanaan obat yaitu indikator ketepatan perencanaan, persentase dana, persentase
penyimpangan perencanaan dan dilakukan analisis dengan metode analisis ABC-VEN.
Menurut Peterson (2011), metode analisis ABC merupakan metode pembuatan kelompok
atau penggolongan berdasarkan perangkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah dan
dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut Kelompok A (nilai investasi tinggi), B
(nilai investasi sedang), dan C (nilai investasi rendah). Untuk mengetahui biaya
pemakaian obat dilakukan dengan menghitung jumlah dan biaya pemakaian obat di
Rumah Sakit Tahun 2018.
Metode ABC-VEN memiliki keunggulan dibanding metode lainnya yaitu metode
ABC-VEN dapat mengetahui pola konsumsi untuk semua jenis obat beserta dananya,
dapat mengetahui jenis obat yang memerlukan pengawasan lebih karena nilai
investasinya yang tinggi dan mengelompokkan sesuai nilai investasinya, dapat
mementukan prioritas pembelian obat beserta dengan harga penjualan obat. Mengapa
perlu dilakukan evaluasi karena evaluasi adalah cara yang dapat dipakai untuk
mengetahui sejauh mana kebenaran perencanaan itu sendiri dan masalah yang dialami
agar dapat diperbaiki atau dilakukan lebih efektif sesuai standar yang ditentukan.
Peneliti memilih evaluasi tahap perencanaan, karena perencanaan itu penting
dalam sebuah pengelolaan obat. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Land dan Tan
(2009) bahwa perencanaan adalah dasar yang fundamental dalam sebuah pengelolaan
obat.
Selanjutnya Land dan Tan menegaskan bahwa menurut pemahaman dalam dunia
ekonomi, kesuksesan, kesejahteraan atau kebahagiaan hanya dapat dicapai kalau
memiliki perencanaan yang tepat dan baik.
Perencanaan obat yang efektif di rumah sakit sangat penting karena jika
tidak demikian akan merugikan rumah sakit, baik dalam pelayanan maupun secara
ekonomi. Oleh karena itu, perencanaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus
dilakukan secara optimal untuk dapat memberikan manfaat terhadap pelayanan
kesehatan. Dengan demikian, perlu dilakukan evaluasi untuk menilai perencaanaan
obat mana yang harus diprioritaskan dalam pengadaan dan meningkatkan efisiensi
penggunaan dana terutama pada obat-obatan berdasarkan dampaknya pada
kesehatan.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1674/131000210.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

https://repository.usd.ac.id/37500/2/158114027_full.pdf

Anda mungkin juga menyukai