Anda di halaman 1dari 18

DASAR HUKUM

JAMINAN KESEHATAN
Nama kelompok :
1. Nadiah Kamilah
2. Patimatul jahroh
3. Amelinda dia nirwana
4. Cindy
DEFINISI
Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap
penyelenggara atau tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang
perorangan atau badan hukum.

Jaminan kesehatan (JKN) adalah program jaminan sosial yang


diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.
PRINSIP ASURANSI SOSIAL

1. kegotong-royongan
antara yang kaya dan
miskin, yang sehat
dan sakit, yang tua
2.
dan muda, dan yang
berisiko tinggi dan
kepesertaan
rendah yang bersifat
wajib dan
3. iuran
tidak selektif
berdasarkan
persentase
upah/penghasilan

4. bersifat
nirlaba.
Dasar-Dasar Hukum Jaminan Kesehatan
Dalam Jaminan Kesehatan terdapat Dasar Hukum yang dibuat dari tahun 2004 hingga yang terbaru 2020.

1. Dasar Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Sosial Kesehatan.
2. Dasar Hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
3. Dasar Hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerimaan Bantuan
Iuran Jaminan Kesehatan.
4. Dasar Hukum Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.
5. Dasar Hukum Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Undang-
Undang (UU) Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) mengamanatkan
kesetaraan manfaat bagi semua peserta BPJS Kesehatan.
A. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Jaminan
Sosial Kesehatan.
 
Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional(SJSN) bagi seluruh rakyat Indonesia dengan payung
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang Nomor 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) ini berpikiran bahwa setiap orang berhak atas
jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya
menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan Makmur.
Disahkan oleh : Presiden Megawati Soekarnoputri
Tempat : di Jakarta
Tanggal : 19 Oktober 2004 Program-program jaminan sosial tersebut
Mengatur penyelengaraan : jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, diselenggarakan oleh beberapa Badan
jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh Penyelenggara Jaminan Badan
penduduk melalui iuran wajib pekerja. Penyelenggara Jaminan Sosial Sosial.
dalam Undang-Undang ini adalah
transformasi dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yang sekarang telah berjalan
dan dimungkinkan membentuk badan
penyelenggara baru sesuai dengan dinamika
perkembangan jaminan sosial.
Pertimbangan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional adalah:

 bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju
terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur;

 bahwa untuk memberikan jaminan sosial yang menyeluruh, negara


mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia;

 bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan


huruf b, perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional;
B. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya


TUJUAN pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar
hidup yang layak bagi setiap peserta dan atau anggota
keluarganya.

 Pembentukan (BPJS) diatur dalam : UU No. 24 Tahun 2011


 UU ini disahkan pada : 25 November 2011
 Bertempat : di Jakarta
 Disahkan oleh Presiden ke-6 RI : Susilo Bambang Yudhoyono.
 Kantor pusat berada di Ibu kota Indonesia
Prinsip BPJS
• BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip:
• Kegotongroyongan
• Nirlaba
• Keterbukaan
• Kehati-hatian
• Akuntabilitas
• Portabilitas
• Kepesertaan bersifat wajib
• Dana amanat
• Hasil pengelolaan
• Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-
besar kepentingan peserta.
Berikut ini penjelasan masing-masing prinsip tersebut:
• Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya
Jaminan Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan
tingkat gaji, upah atau penghasilannya.
• Prinsip nirlaba adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
• Prinsip keterbukaan adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
• Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman dan tertib.
• Prinsip akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
• Prinsip portabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meski peserta berpindah
pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI.
• Prinsip kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi
Peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.
• Prinsip dana amanat adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari
peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan Peserta Jaminan Sosial.
JENIS BPJS

Menurut Pasal 5 UU No 24 Tahun 2011, pemerintah


membentuk dua jenis BPJS yaitu:

 BPJS Kesehatan
 BPJS Ketenagakerjaan

Berikut ini penjelasan mengenai masing-masing jenis BPJS


sesuai UU tersebut:
1. BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program
jaminan kesehatan.
2. BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan
program sebagai berikut:
Wewenang BPJS

Berdasarkan Pasal 11 UU No. 24 Tahun 2011, dalam melaksanakan tugasnya, BPJS berwenang untuk:
1. Menagih pembayaran iuran.
2. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan
mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana dan hasil yang memadai.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi
kewajibannya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional.
4. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang
mengacu pada standar tarif yang ditetapkan pemerintah.
5. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan.
6. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.
7. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar
iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
Organisasi BPJS
Organisasi BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Dewan Pengawas berjumlah 7 orang dengan
5 tahun masa jabatan. Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan dan pelaksanaan tugas
BPJS. Direksi terdiri dari 5 orang dengan masa jabatan 5 tahun. Direksi berfungsi melaksanakan
penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin peserta untuk mendapatkan manfaat
sesuai haknya.

Tarif BPJS
Berdasarkan Pasal 11 UU No. 24 Tahun 2011, pemerintah menetapkan standar
tarif iuran BPJS setelah mendapatkan masukan dari BPJS bersama dengan asosiasi
fasilitas kesehatan baik tingkat nasional maupun tingkat daerah. Besaran tarif di
suatu wilayah (regional) tertentu dapat berbeda dengan wilayah lain sesuai tingkat
kemahalan harga setempat sehingga diperoleh pembayaran fasilitas kesehatan
yang efektif efisien.
C. Dasar Hukum Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101
Tahun 2012 tentang Penerimaan Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan.

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Bantuan


Iuran adalah Iuran program Jaminan Kesehatan bagi Fakir Miskin dan
Orang Tidak Mampu yang dibayar oleh Pemerintah.
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI
Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai
peserta program jaminan kesehatan.

Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi
tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak
bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.
Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan
dasar yang layak namun tidak mampu membayar Iuran bagi dirinya dan
keluarganya.
DSJN / dewan
jaminan social nasional
DJSN merupakan lembaga pemerintahan tambahan, yang saat ini oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara disebut sebagai lembaga non
struktural (LNS).
Dewan Jaminan Sosial Nasional DJSN adalah dewan yang berfungsi untuk
membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan sinkronisasi
penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional.

DJSN merupakan pengawas eksternal BPJS, yang melakukan monitoring dan


evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial. Kewenangan DJSN
melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) bertujuan untuk menjaga keberlangsungan penyelenggaraan
program JKN dan kesinambungan SJSN. 
D. Dasar Hukum Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia,
yang telah membayar iuran. Manfaatnya adalah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau anggota
keluarganya.
Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.
E. Dasar Hukum Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Undang-Undang (UU) Nomor 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Perpres 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan memiliki tujuan untuk menjaga kualitas dan kesinambungan program Jaminan
Kesehatan, kebijakan pendanaan Jaminan Kesehatan termasuk kebijakan Iuran perlu disinergikan
dengan kebijakan Keuangan Negara secara proporsional dan berkeadilan.
Serta meperhatikan pertimbangan dan Putusan MA Nomor 7 P/HUM/2020. Perpres 64 Tahun 2020
tentang Perubahan Kedua Atas Perpres 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan ditetapkan
Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 Mei 2020 di Jakarta.
Perpres 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan diundangkan Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 6 Mei 2020 di Jakarta.
Lanjutan…
• Perubahan Iuran bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan. Dimana Perubahan ini
membantu masyarakat ekonomi golongan menengah kebawah, tarif yang
disetorkan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) oleh masyarakat
tetap, Jadi dilakukan relaksasi dan keringanan yang dibayarkan oleh
masyarakat telah dimasukkan dalam anggaran 2020 yang sudah dianggarkan.
• hal ini sebagai dukungan pemerintah untuk membantu golongan Kelas 3
Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Selain itu, dukungan tersebut dilakukan untuk membantu kelangsungan
pelayanan oleh BPJS menjadi lebih baik dan sustainable menuju ke depan.
Bantuan pemerintah dalam bentuk keikutsertaan dalam membiayai iuran PBI
dan PBPU Kelas 3 merupakan pengamalan azas gotong royong yang terdapat
dalam landasan hukum JKN dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004.

Anda mungkin juga menyukai