Anda di halaman 1dari 15

NAMA : OKTARIA DARMA PUTRI

NPM : 2020207209176
KELAS : SUKADANA
PRODI : PROFESI NERS
STASE : KEPERAWATAN JIWA (MINGGU 2)

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS (KECEMASAN)


LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS (KECEMASAN)

1. Definisi :
•      Ansietas adalah perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang disertai
dengan gejala fisiologis (Tomb, 2004).
•      Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas
(RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of personality),
perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2002).
•      Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman. Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap sesuatu yang berbahaya, sementara ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian
tersebut
Klasifikasi ansietas adalah :
a. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal penting dan mengesampingkan yang
lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.
c. Ansietas berat
Ansietas ini sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan perhatian pada hal kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu berfikir berat
lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan.
d. Panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Lahan persepsi sudah terganggu sehingga
individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/tuntutan.

2. Faktor Predisposisi :
a. Biologis
1)      Latar belakang genetik :
a.Riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobia
sosial dan depresi mayor
b.Sensitivitas laktat
c.Kembar monozigot 5 x > dizigot
d.                  Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat, hipotiroid
2)      Status nutrisi :
a.BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
3)      Kondisi kesehatan secara umum : memiliki riwayat penyakit fisik
a.Riwayat penyakit kanker (semua jenis kanker)
b.Riwayat gangguan pada paru-paru : (seperti ada pada penyakit paru obstruksif kronik, oedema paru,
sumbatan jalan nafas, asma, embolus)
c.Riwayat gangguan jantung (Penyakit jantung bawaan atau demam rhematik, riwayat serangan jantung,
dan hipertensi, kondisi arteriosclerosis)
d.                  Riwayat penyakit endokrin (Hipertiroid, hipoglikemi, hipotiroid, premenstrual sindrom,
menopause)
e.Riwayat penyakit neurologis (Epilepsi, Huntington’s disease, Multiple Sclerosis, Organic Brain
Syndrome)
f.Riwayat penyakit gastrointestinal : Gastritis, Ulkus Peptik, CH
g.Riwayat penyakit integumen : Herpes, Varisela, Eskoriasis
h.Riwayat penyakit muskuloskletal : Fraktur dengan Amputasi,
i.  Riwayat penyakit reproduksi : Impoten, Frigid, Infertil,
j.  Riwayat penyakit kelamin : Gonorhoe, Sipilis
k.Riwayat penyakit imunologi : HIV/AIDS, Sindrom Steven Johnson
4)      Riwayat penggunaan zat
a.Intoksikasi : obat antikolinergik, aspirin, kafein, kokain, halusinogen termasuk phenchiclidine, steroid
dan simpatomimetik
5)      Riwayat putus zat : alkohol, narkotik, sedatif-hipnotik
6)      Sensitivitas biologi :
a.Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal.
b.Sistem neurokimia: GABA (Gama Amino Butiric Acid) defisiensi relatif atau ketidakseimbangan GABA,
Norepinephrin: terlalu aktif atau kurang aktif di bagian otak yang berkaitan dengan ansietas, Serotonin:
kekurangan atau ketidakseimbangan
7)      Paparan terhadap racun
b. Psikologis
1)      Intelegensia
Retardasi mental ringan IQ 50-70
Retardasi mental sedang IQ 35-50
Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan
Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi
2)      Kemampuan verbal
Adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
- buta - tuli
Adanya kerusakan area motorik bicara :
- pelo - gagap
Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :
- perbedaan budaya - lokasi tempat tinggal yang terisolasi
Proses pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara : ICU, NGT, ETT,
trakeostomi
3)      Kepribadian
ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif
kompulsif/ kepribadian pencemas
4)      Pengalaman masa lalu
Pengalaman yang tidak menyenangkan :
- di keluarga : masa kecil yang kacau, berpisah dengan orang tua
pada usia awal/ dini, proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua
- di tempat kerja : mutasi, PHK, pensiun, turun jabatan, konflik di tempat kerja
- di sekolah : tinggal kelas, tidak lulus, sering pindah sekolah
- di masyarakat
Riwayat pasca trauma yang buruk (pengalaman berperang, perkosaan, kecelakaan yang serius,
deprivasi atau penyiksaan yang buruk)
5)      Konsep diri
a) Gambaran diri:
- tidak menyukai tubuhnya
- merasa tidak sempurna
- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki
b) Identitas diri
- kerancuan identitas
c) Peran
- konflik peran
- peran ganda
- ketidak mampuan menjalankan peran
- tuntutan peran tidak sesuai usia
d) Ideal diri
- ideal diri tidak realistis
- ideal diri terlalu rendah
- ambisius
e) Harga diri
- harga diri rendah situasional
8). Motivasi
- motivasi rendah
9) Pertahanan psikologis
- self kontrol (kadang tidak mampu menahan diri terhadap dorongan yang kurang positif)
- menurut pandangan Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen
kepribadian, id dan super ego
c. Sosial Budaya
1)      Usia : remaja, dewasa awal
2)      Gender : wanita : pria = 2 : 1
3)      Pendidikan : kurang/ rendah
4)      Pendapatan : kurang/ rendah
5)      Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, tidak mandiri dalam ekonomi, beban kerja yang terlalu
tinggi
6)      Status sosial : belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
7)      Latar belakang budaya : budaya yang individualis, nilai budaya yang bertentangan dengan nilai
kesehatan dan nilai dirinya
8)      Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
9)      Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome
10)  Pengalaman sosial : adanya perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang yang dicintai, lingkungan sosial
yang rawan bencana, kriminalitas, kadang tidak mampu berhubungan secara intim dengan lawan jenis
11)  Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial
12)  Keluarga : proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua
3. Faktor Presipitasi
a. Nature
Faktor-faktor biologis;
1)      Status nutrisi : BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
2)      Kondisi kesehatan secara umum : memiliki sakit fisik (kehilangan salah satu bgn tubuh, kehilangan
fungsi tubuh)
3)      Sensitivitas biologi :
secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal
sistem neurokimia : GABA (Gama Amino Butiric Acid), norepinephrIn, serotonin
4)      Paparan terhadap racun
Faktor-faktor psikologis
1)      Intelegensia
Retardasi mental ringan IQ 50-70
Retardasi mental sedang IQ 35-50
Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan
Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi
2)      Kemampuan verbal
adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
-buta -tuli
adanya kerusakan area motorik bicara :
-pelo - gagap
adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :
perbedaan budaya,
lokasi tempat tinggal yang terisolasi
proses pengobatan : ICU, NGT, ETT, Trakeostomi
3)      Moral
Konflik dengan norma atau peraturan di masyarakat, tempat kerja
Pelanggaran norma dan nilai di masyarakat
Terlibat masalah hukum
4)      Kepribadian :
ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif
kompulsif/ kepribadian pencemas
5)      Pengalaman yang tidak menyenangkan :
(korban perkosaan, kehilangan pekerjaan/ pensiun, kehilangan
sesuatu/ orang yang dicintai, saksi kejadian traumatis, ketegangan
peran, kekerasan, penculikan, perampokan, kehamilan di luar nikah,
perselingkuhan)
6)      Konsep diri
Gambaran diri:
- tidak menyukai tubuhnya
- merasa tidak sempurna
- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki
Identitas diri
- kerancuan identitas
Peran
- konflik peran
- peran ganda
- ketidak mampuan menjalankan peran
- tuntutan peran tidak sesuai usia
Ideal diri
- ideal diri tidak realistis
- ideal diri terlalu rendah
- ambisius
Harga diri
- harga diri rendah situasional
7) Motivasi
- motivasi rendah
8). Pertahanan psikologis
- self kontrol
Faktor sosial budaya
1) Usia : remaja, dewasa awal
2)      Gender : wanita : pria = 2 : 1
3)      Pendidikan : kurang/ rendah
4)      Pendapatan : kurang/ rendah
5)      Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, beban kerja yang terlalu tinggi
6)      Status sosial : menengah ke bawah
7)      Latar belakang budaya : budaya yang individualis
8)      Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama
9)      dan keyakinannya
10)  Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome
11)  Pengalaman sosial : berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang
yang dicintai, lingkungan sosial yang rawan kriminalitas, bencana
alam, peperangan/ konflik, kecelakaan)
12)  Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial, gagal membentuk keluarga baru, belum menikah
b. Origin
Internal:
1) Persepsi Individu yang buruk tentang dirinya dan orang lain
Eksternal
1) Kurang dukungan kelompok/ peer group
2) Kurang dukungan keluarga
2) Kurang dukungan masyarakat
c. Timing
1)      Stres terjadi dalam waktu dekat
2)      Stres terjadi dalam waktu yang cukup lama
3)      Stres terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus
d. Number
1)      Sumber stres lebih dari satu (semua stressor yang ada selama usia tumbang)
2)      Stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat

4. Penilaian stressor
a. Kognitif
1)            Kerusakan perhatian
2)            Kurang konsentrasi
3)            Pelupa
4)            Kesalahan dalam menilai
5)            Preokupasi
6)            Bloking
7)            Penurunan lapangan pandang
8)            Berkurangnya kreativitas
9)            Produktivitas menurun
10)        Bingung
11)        Sangat waspadai
12)        Berkurangnya objektivitas
13)        Takut kehilangan kontrol
14)        Takut bayangan visual
15)        Takut akan terluka atau kematian
16)        Kesadaran diri meningkat
17)        Mimpi buruk
b. Afektif
1. Mudah terganggu
2. Tidak sabar
3. Gelisah
4. Tegang
5. Nervous
6. Takut
7. Alarm
8. Frustasi
9. Teror
10. Gugup
11.Gelisah
12. Merasa bersalah
16. Pemalu
17. Frustasi

c. Fisiologik
Cardiovaskuler
1.Palpitasi
2. Jantung berdebar
3. TD meningkat
4. Rasa mau pingsan
5. Pingsan
6. TD menurun
7. Denyut nadi menurun
Pernafasan
1. Nafas cepat
2. Nafas pendek
3. Tekanan pada dada
4. Nafas dangkal
5. Pembengkakan pada tenggorok
6. Sensasi tercekik
7. Terengah-engah
Neuromuskular
1.Refleks meningkat
2.Reaksi kejutan
3.Mata berkedip-kedip
4.Insomnia
5.Tremor
6.Rigiditas
7.Gelisah
8.Wajah tegang
Gastrointestinal
1. Kehilangan nafsu makan
2. Menolak makanan
3. Rasa tidak nyaman pada abdomen
4. Mual
5. Rasa terbakar di perut
6. Diare
7. Perut melilit
Traktus Urinarius
1. Tidak dapat menahan kencing
2. Sering berkemih
Reproduksi
1. Tidak datang bulan (amenore)
2. Darah haid berlebihan
3. Darah haid amat sedikit
4. Masa haid berkepanjangan
5. Masa haid amat pendek
6. Haid beberapa kali dalam sebulan
7. Menjadi dingin
8. Ejakulasi dini
Integumen
1. Wajah kemerahan
2. Berkeringat setempat (telapak tangan)
3. Gatal
4. Rasa panas dan dingin pada kulit
5. Wajah pucat
6. Berkeringat seluruh tubuh
d. Behavioral
1.Gelisah
2.Ketegangan fisik
3.Tremor
4. Gugup
5. Bicara cepat
6. Kurang koordinasi
7.Cenderung mendapat cedera
8. Menarik diri dari hubungan interpersonal
9. Menghalangi
10. Melarikan diri dari masalah
11. Menghindar
12. Hiperventilasi
e. Respon Sosial
1. Kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial
menurun
2. Kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan

5. Sumber Koping
a. Personal ability
1)      Kurang komunikatif
2)      Hubungan interpersonal yang kurang baik
3)      Kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu
4)      Mengalami gangguan fisik
5)      Perawatan diri yang kurang baik
6)      Tidak kreatif
b. Sosial Support
1)      Hubungan yang kurang baik antar : indiv, keluarga , kelp dan masyarakat
2)      Kurang terlibat dalam organisasi sosial/ kelompok sebaya
3)      Ada konflik nlai budaya
c. Material Assets
1)      Kurang memilki penghasilan secara individu.
2)      2. Sulit mendapat pelayanan kesehatan
3)      3. Tidak memiliki pekerjaan/ vokasi/ posisi
d. Positive beliefs
1)      Tidak mempunyai keyakinan dan nilai yang positif
2)      2. Kurang memiliki motivasi
3)      3. Kurang berorientasi kesehatan pada
4)      pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan )
6. Mekanisme koping
Konstruktif
Kecemasan dijadikan sebagai tanda dan peringatan. Individu menerimanya sebagai suatu pilihan untuk
pemecahan masalah. Seperti : negosiasi/ kompromi, meminta saran, perbandingan yang positif,
penggantian rewards
Destruktif
Menghindari kecemasan tanpa menyelesaikan masalah atau konflik tsb. Seperti denial, supresi atau
proyeksi, menyerang, menarik diri

INTERVENSI PADA KLIEN ANSIETAS

Intervensi Generalis
Individu
Tujuan :
1. Pasien mampu mengenal ansietas
2. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
3. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
Ansietas

Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :
a. mengucapkan salam terapeutik
b. berjabat tangan
c. menjelaskan tujuan interaksi
d. membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Bantu pasien mengenal ansietas
a. bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c. bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d. bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
a. pengalihan situasi

b. latihan relaksasi
1) Tarik nafas dalam
2) mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
c. teknik 5 jari
4. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul

Keluarga
Tujuan :
1. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
2. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
4. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas
5. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
Tindakan keperawatan
1. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
3. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas
4. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan teknik
relaksasi
5. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana
merujuk pasien
6. Terapi Aktivitas Kelompok

Intervensi Spesialis
1. Terapi individu : Deep Breathing, Relaksasi Progresif, Meditasi, Visualisasi,
Penghentian Pikiran
2. Terapi keluarga : Triangle Terapi, Terapi Komunikasi
3. Terapi kelompok : Logoterapi, Terapi Supportif
4. Terapi komunitas : Psikoedukasi
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN ANSIETAS

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. A (30 tahun), bekerja, dirawat di Rumah Sakit B untuk pertama kalinya dengan keluhan nyeri pada
perut kanan bagian bawah. Ny. A merasa gelisah, cemas, tidak bisa tidur karena baru pertama kalinya
dirawat di Rumah Sakit
2. Diagnosa Keperawatan : Ansietas
3. Tujuan :
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengenal ansietas
3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
4. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
ansietas
4. Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman
saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :
a. mengucapkan salam terapeutik
b. berjabat tangan
c. menjelaskan tujuan interaksi
d. membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Bantu pasien mengenal ansietas
a. bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
b. bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
c. bantu pasien mengenal penyebab ansietas
d. bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
a. pengalihan situasi
b. latihan relaksasi
1) Tarik nafas dalam
2) mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
c. teknik 5 jari
4. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul
B. Proses pelaksanaan tindakan
Orientasi :
”Selamat Pagi Mbak, perkenalkan nama saya Indrisari Christin, panggil saja saya Suster Indri, saya
perawat yang akan merawat mbak selama di rumah sakit ini, saya akan datang setiap hari dari jam 8 pagi
sampai jam 3 sore, Apa betul ini mbak LS ? Mbak lebih suka dipanggil siapa?”
”Tujuan saya merawat mbak untuk membantu mengatasi masalah yang mbak rasakan”
”Bagaimana perasaan Mbak L pagi ini?”
”O, jadi Mbak L semalam tidak bisa tidur?”
”Baiklah, mbak, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan yang Mbak
rasakan?”
’Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?”
”Kita berbincang-bincang disini saja ya mbak, di ruangan Mbak?”

Kerja
”Coba Mbak ceritakan apa yang mbak rasakan?”
”Oh, jadi Mbak merasa gelisah, cemas karena harus dirawat di RS?”
”Apakah sebelumnya Mbak pernah mengalami sakit sehingga perlu dirawat di RS?”
”Jadi Mbak baru pertama kali dirawat di RS ?”
“Selama ini, bila Mbak punya masalah yang mengganggu, apa yang Mbak lakukan?”
”Jadi kalau Mbak punya masalah, Mbak akan memikirkan terus masalah itu sehingga Mbak merasa
gelisah, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan?”
“Apakah sebelumnya Mbak pernah mengalami masalah yang Mbak anggap cukup berat?”
“Apakah Mbak mampu menyelesaikan masalah tersebut?”
“Wah, baik sekali, berarti dulu Mbak pernah mampu menyelesaikan masalah yang cukup berat, saya
yakin sekali Mbak sekarang juga akan mampu menyelesaikan kecemasan yang Mbak rasakan”
“Baiklah Mbak, bagaimana kalau sekarang kita coba latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini
merupakan salah satu cara yang cukup mampu untuk mengurangi kecemasan yang mbak rasakan.
Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, mbak perhatikan saya, lalu mbak bisa
mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya mbak.”
“Mbak silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, mbak tarik nafas dalam perlahan-lahan,
setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan
meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba mbak praktikkan. Wah bagus sekali, mbak sudah
mampu melakukannya. Mbak bisa melakukan latihan ini selama 5 sampai 10 kali sampai mbak merasa
relaks atau santai”

Terminasi
”Bagaimana perasaan mbak setelah kita ngobrol tentang masalah yang mbak rasakan dan latihan
relaksasi?”
”Bagus sekali, jam berapa mbak akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita masukkan dalam jadual
harian mbak. Jadi, setiap mbak merasa cemas, mbak bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa
melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat. Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang
bisa digunakan untuk mengatasi kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan latihan
mengerutkan dan mengendurkan otot, bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok pagi,
seperti biasa jam 10 pagi di ruangan ini? Selamat pagi, Mbak.”

DAFTAR PUSTAKA

Prabowo Eko. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika. Mustamir Pedak.
(2009). Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta: Himah Publishing House. Kholil Lur
Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purworkerto: Fajar Medika. AH.Yusuf (2015). Buku
Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Jagakarsa

Anda mungkin juga menyukai