Anda di halaman 1dari 27

Bahan atau Kain yang Digunakan Membuat Setelan piama

Setelan piama dapat dibuat dari berbagai jenis bahan. Terdapat beragam jenis kain untuk
bahan piama yang cocok untuk masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah tropis. Jenis
kain yang akan digunakan sebaiknya disesuaikan dengan desain atau keinginan pelanggan
dan jenis piama yang akan dibuat. Beberapa contoh jenis kain yang dapat digunakan untuk
membuat setelan piama antara lain:
a. Kain Katun
Kain katun terbuat dari serat kapas dan merupakan kain
yang nyaman sebagai bahan jilbab. Kain ini berdaya
serap keringat sangat baik. Beberapa macam jenis kain
katun yang paling baik dijadikan bahan jilbab sehari-hari
antara lain katun Paris, katun Jepang, katun ima, katun
linen, katun twill, katun toyobo, dan lain-lain.
b. Kain Rayon

Kain rayon adalah kain yang terbuat dari polimer organik, sehingga
termasuk dalam serat semi sintetis. Kain rayon bertekstur lembut
dan licin serta memiliki daya serap yang tinggi sehingga proses
pewarnaannya sangat mudah. Karena itulah kain rayon memiliki
varian warna yang beragam dan harganya cenderung terjangkau.
c. Kain Kaus atau cotton combed

Kain kaus merupakan bahan kain yang terbuat dari serat kapas yang
halus dan lembut, sehingga nyaman saat dipakai. Permukaan kain
kaus memiliki pori-pori dan seratnya memiliki ciri khas yang
berbeda dengan bahan lainnya, seperti lebih rata dan rapi dalam
proses rajutannya. Kain ini mudah melar dan bersifat jatuh ketika
dikenakan sehingga dapat mengikuti bentuk tubuh. Meskipun tebal,
kain kaus nyaman dan cocok digunakan sebagai bahan membuat
piama.
Untuk pembelajaran membuat setelan piama ini menggunakan kain katun putih untuk baju atasan
piama dengan ukuran lebar 115 cm dan panjang 2 meter. Sedangkan untuk celana piama
menggunakan kain katun motif garis dengan ukuran lebar 115 cm dan panjang 2 meter. Sehingga
total kain yang dibutuhkan untuk membuat piama adalah 4 meter.
Alat dan Bahan untuk Memotong Bahan Setelan piama

Sebelum mulai memotong bahan untuk membuat setelan piama, perlu diperhatikan tempat untuk
memotong serta alat dan bahan yang akan digunakan. Untuk memotong bahan suatu busana
dilakukan di atas tempat yang datar seperti di atas meja potong atau dilakukan di atas lantai agar
hasil pemotongan rapi dan sesuai dengan pola. Agar tidak terjadi kecelakaan ketika mengerjakan
proses pemotongan, maka digunakan alat yang tepat dan sikap kerja yang benar seperti teliti dan
fokus pada pekerjaan.

Alat dan bahan yang disiapkan untuk memotong bahan / kain untuk membuat setelan piama yaitu:
➢ Gunting kain
Gunting kain berfungsi untuk memotong kain bahan busana.
Gunting kain harus tajam agar hasil potongan kain rapi, agar tetap
tajam, asah gunting secara teratur dan hindari menjatuhkan
gunting karena akan mengurangi kualitas ketajaman.

➢ Kapur Jahit
Berfungsi untuk memberi tanda pada kain saat proses
penandaan pola pada kain sebelum kain dipotong
sesuai dengan pola yang sudah jadi.
➢ Jarum pentul
Jarum pentul merupakan salah satu jarum yang digunakan
untuk perlengkapan menjahit. Pada proses menjahit, jarum
pentul berperan menyematkan kertas pola ke bahan kain dan
menandai bagian-bagian busana yang perlu diperbaiki.

➢ Meteran
➢ Kain atau bahan yang akan digunakan sesuai desain atau

keinginan pelanggan

➢ Kain keras

Kain keras adalah kain yang digunakan untuk pengeras atau untuk melapisi
bagian-bagian tertentu sehingga membantu membentuk siluet pakaian.
Jenis kain keras ini ada yang mempunyai lem atau perekat untuk
membentuk kain menjadi keras dan sedikit kaku.
➢ Pola kaus piama
Pola kaus piama yang digunakan adalah pola yang sudah dibuat berdasarkan ukuran
pelanggan atau ukuran standar sesuai dengan desain yang dikehendaki pelanggan.
Sebelumnya, periksalah kelengkapan bagian-bagian pola yaitu:
Menempatkan Pola pada Bahan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menata pola di atas kain agar diperoleh efisiensi
pemakaian bahan, di antaranya adalah:

❖ Perhatikan motif kain yang akan dipotong. Untuk jenis kain polos dan kain yang memiliki motif
bersifat kecil dan menyebar (polkadot kecil, bunga-bunga kecil), bersifat abstrak, motif kotak-kotak
teratur, motif bergaris peletakan pola dapat dengan berbalik arah.

Apabila kain yang akan dipotong memiliki motif atau gambar yang besar, maka usahakan agar motif
utama berada di bagian depan secara utuh. Untuk bagian belakang, motif besar disamakan atau
disambungkan antara potongan kain bagian belakang kanan dan kiri. Teknik peletakan kain ini
berlaku untuk baju dan celana piama.
❖ Tempelkan pola-pola yang besar terlebih dahulu, baru kemudian pola-pola yang lebih
kecil.

❖ Letakkan pola sesuai dengan arah serat kain yang benar

❖ Atur pola dengan teliti, perhatikan mana yang harus diletakkan pada lipatan kain, pada
tepi kain, dan sebagainya.

❖ Perhatikan tambahan kampuh dan kelim yang diperlukan untuk tiap bagian pola.
Langkah-langkah Memotong Bahan Setelan piama
1. Memotong bahan badan atas bagian depan
❖ Menyiapkan bahan yang akan dipotong.
❖ Menyiapkan pola badan atas bagian depan yang sudah dibuat.
❖ Menempelkan pola pada bahan dengan posisi tengah muka pada tepi kain, kemudian
menyematkan jarum pentul agar pola dan bahan tidak bergeser saat ditandai dan
dipotong.
❖ Memberikan kampuh atau kelebihan jahitan di sekitar pola menggunakan kapur jahit
atau pensil kapur. Kampuh adalah kelebihan ukuran tepi pola untuk menempatkan
jahitan. Ketentuan kampuhnya adalah:
• Kampuh bawah 2 cm
• Kampuh sisi badan 2 cm
• Kampuh kerung lengan 1 cm
• Kampuh bahu 1,5 cm

❖ Catatan: untuk bagian tengah muka atau bagian kancing tidak perlu diberi tambahan
kampuh karena sudah terbentuk pada proses pembuatan pola.
❖ Memotong bahan sesuai dengan penanda garis yang sudah dibuat, kemudian melepas
jarum pentul dan mengambil pola dari atas bahan.

2. Memotong bahan badan atas bagian belakang

❖ Menyiapkan bahan yang akan dipotong, kemudian melipat bahan menjadi dua.
❖ Menyiapkan pola badan atas bagian belakang yang sudah dibuat.
❖ Menempelkan pola pada bahan dengan posisi tengah belakang terletak pada lipatan
kain. Kemudian, menyematkan jarum pentul agar pola dan bahan tidak bergeser saat
ditandai dan dipotong.
❖ Memberikan kampuh atau kelebihan jahitan di sekitar pola menggunakan kapur jahit
atau pensil kapur dengan ketentuan:
• Kampuh bawah 2 cm
• Kampuh sisi badan 2 cm
• Kampuh kerung lengan 1 cm
• Kampuh bahu 1,5 cm
• Kampuh kerung leher 1 cm
❖ Memotong bahan sesuai dengan penanda garis yang sudah dibuat.
3. Memotong bahan lengan piama
❖ Menyiapkan dua lembar kain atau bahan yang akan dipotong.
❖ Menyiapkan pola lengan yang sudah dibuat.
❖ Menempelkan pola lengan pada bahan. Kemudian, menyematkan jarum pentul agar
pola dan bahan tidak bergeser saat ditandai dan dipotong.

❖ Memberikan kampuh atau kelebihan jahitan di sekitar pola menggunakan kapur jahit
atau pensil kapur dengan ketentuan:
• Kampuh kerung lengan 1 cm
• Kampuh sisi lengan 2 cm
❖ Memotong bahan sesuai dengan penanda garis yang sudah dibuat.
4. Memotong bahan kerah piama
❖ Menyiapkan kain keras yang akan dipotong.
❖ Menyiapkan pola daun kerah dan kaki kerah yang sudah dibuat.
❖ Menempelkan pola kaki kerah dan pola daun kerah pada kain keras dan menyematkan
jarum pentul agar pola dan kain keras tidak bergeser saat ditandai dan dipotong.

❖ Menandai kain keras dengan kapur jahit atau pensil kapur sesuai dengan pola daun
kerah dan kaki kerah. Catatan: untuk kerah tidak perlu diberi tambahan kampuh.
❖ Memotong kain keras sesuai dengan penanda garis yang sudah dibuat.
5. Memotong bahan celana piama
Badan depan celana piama
❖ Menyiapkan bahan celana yang akan dipotong kemudian dilipat menjadi dua.
❖ Menyiapkan pola celana yang sudah dibuat.

❖ Menempelkan pola pada bahan dengan posisi panjang celana sejajar dengan motif garis
bahan. Kemudian, menyematkan jarum pentul agar pola dan bahan tidak bergeser saat
ditandai dan dipotong.
❖ Memberikan kampuh atau kelebihan jahitan di sekitar pola menggunakan kapur jahit
atau pensil kapur dengan ketentuan:
• Kampuh sisi luar 1 cm
• Kampuh pinggang 1 cm
• Kampuh pesak 1 cm
• Kampuh sisi dalam 1 cm

❖ Catatan: untuk bagian bawah celana tidak perlu diberi tambahan kampuh karena sudah
terbentuk pada proses pembuatan pola.
❖ Memotong bahan sesuai dengan penanda garis yang sudah dibuat.
Badan belakang celana piama
❖ Menyiapkan bahan celana yang akan dipotong sebanyak 2 lembar.
❖ Menyiapkan pola celana yang sudah dibuat.
❖ Menempelkan pola pada bahan dengan posisi panjang celana sejajar dengan motif garis
bahan. Kemudian, menyematkan jarum pentul agar pola dan bahan tidak bergeser saat
ditandai dan dipotong.
❖ Memberikan kampuh atau kelebihan jahitan di sekitar pola menggunakan kapur jahit
atau pensil kapur dengan ketentuan:
• Kampuh sisi luar 1 cm
• Kampuh pinggang 1 cm
• Kampuh pesak 1 cm
• Kampuh sisi dalam 1 cm
❖ Catatan: untuk bagian bawah celana tidak perlu diberi tambahan kampuh karena sudah
terbentuk pada proses pembuatan pola.
❖ Memotong bahan sesuai dengan penanda garis yang sudah dibuat.
6. Memotong bahan ban pinggang
❖ Menyiapkan bahan ban pinggang yang akan dipotong dengan panjang 110 cm dan lebar
12 cm.
❖ Untuk bahan ban pinggang sebaiknya dilebihkan dari pola untuk memudahkan proses
menjahit.

7. Memotong saku piama


❖ Menyiapkan bahan saku piama yang akan dipotong.
❖ Menyiapkan pola saku yang sudah dibuat.
❖ Menempelkan pola pada bahan kemudian menyematkan jarum pentul agar pola dan
bahan tidak bergeser saat dipotong.
❖ Menandai bahan menggunakan kapur jahit. Untuk saku tidak perlu diberi tambahan
kampuh karena pola saku sudah termasuk kampuh.
❖ Memotong bahan untuk saku sesuai dengan polanya.

Setelah keseluruhan bagian setelan piama yang akan dijahit terpotong, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan:

1. Memeriksa kelengkapan hasil potongan berupa:


a) Potongan baju piama atau badan atas:
• Badan depan kanan dan kiri
• Badan belakang
• Lengan kanan dan kiri
• Kerah piama (daun kerah dan kaki kerah)
a) Potongan celana piama atau badan bawah:
• Badan depan celana
• Badan belakang celana
• Ban pinggang
a) Potongan saku piama
2. Melipat atau menggulung hasil potongan menjadi satu lalu ikat dan memberi keterangan atau
informasi mengenai bahan tersebut seperti model dan ukuran busana yang akan dibuat, nama
pelanggan, dan informasi lain yang penting untuk proses penjahitan.
3. Menyimpan pola busana setelah digunakan secara lengkap pada tempat yang bersih dan aman.

Anda mungkin juga menyukai