Anda di halaman 1dari 5

Cerpen Singkat dan Menarik: Aku

Memang Cantik

Perkenalkan, namaku Cantik. Orang tua menamakanku begitu karena


mereka menginginkanku menjadi anak yang cantik. Dan mujur, aku
memang tumbuh menjadi wanita yang cantik.

Aku memang cantik. Semua orang yang mengenalku mengakui hal itu.
Wajahku oval dengan hidung mancung dan mata yang indah. Bibirku
merah segar meski tanpa pemoles. Kulitku putih halus dan akan nampak
kemerah-merahan jika panas matahari menyengat.

Baca juga: Contoh Syair Cinta, Sajak Cinta Terbaik untuk Kekasih
“Laksana buah ranum yang setiap lelaki ingin memetiknya,” kata Om Naryo,
salah satu fansku.

Rambutku hitam bergelombang. Tubuhku sintal dengan dada membusung.


Badanku akan terlihat gemulai jika aku berjalan.

“Bak gitar atau biola yang setip lelaki ingin memainkannya,” ujar Om Doni,
fansku yang lain.

Aku memang cantik. Semua orang pasti mengakuinya. Jika ada yang tidak
setuju dengan pendapat itu, maka orang itu biasanya iri dengan
kecantikanku. Para lelaki hidung belang sangat memujaku. Mereka selalu
memimpikanku untuk mereka miliki. Mereka selalu mendekati dan
berharap dapat menikmati tubuhku, membelai kulit putihku, dan
merasakan segarnya bibir merahku.

Tetapi, banyak sekali wanita yang membenciku. Mereka tidak suka jika para
suami atau ayah mereka mendekatiku.

***

Suatu hari di rumah Pak Nata.


“Pantas saja beberapa hari ini nggak pulang. Rupanya ngebooking
perempuan jalang itu lagi,” teriak bu Ria, istri pak Nata.

“Sabar, Bu, sabar. Mana ada aku pergi main perempuan? Aku kan mencari
uang untuk kamu. Nih…,” jawab pak Nata tenang. Disodorkannya beberapa
lembar uang lima puluh ribuan pada istrinya. Masih dengan cemberut, bu
Ria menerima uang itu.

“Ya, sudah. Mandi dulu sana. Air hangatnya sudah siap,” suara bu Ria
melunak. Ia tak lagi sewot seperti sebelumnya.

“Untung tak ketahuan,” batin pak Nata sambil mengusap dada. Diingatnya
lagi tadi malam saat ia menyalipkan beberapa lembar ratusan ribu pada
belahan dada si Cantik.

***
Aku memang cantik. Aku tak bosan mengatakan hal itu karena aku
memang cantik. Banyak lelaki bertekuk lutut karena kecantikanku. Tetapi,
sebenarnya modalku bukan hanya kecantikan wajah. Ada rahasia-rahasia
lain yang kumiliki untuk membuat kaum Adam tak berdaya.

Ingin tahu rahasianya? Ssst…. ini antara kita saja. Orang lain tak usah tahu.
Pertama, aku selalu bertutur kata halus dan lembut agar meraih simpati
semua orang terutama para pria. Malahan, terkadang aku pun mengenakan
kerudung gaul dan baju panjang. Bukan untuk menutupi aurat, melainkan
untuk menutupi profesiku sebenarnya.

Kedua, aku selalu memperlakukan lelaki sesuai dengan yang mereka


inginkan. Aku tahu pasti dimana letak kelemahan mereka dan aku pun
punya cara agar mereka bisa berpaling dari para istrinya.

Dan yang ketiga, Ssst…ini yang paling rahasia, sebenarnya aku


menggunakan sedikit pelet, susuk, dan jampi-jampi dari Mbah Dukun
kepercayaanku supaya profesiku ini laku keras.

***

Di rumah Pak Ryan


“Prang…”

Suara piring pecah membuka suasana pagi. Wajah pria itu terlihat merah
dan membesi. Piring yang barusan di lemparnya pecah berkeping-keping.

“Aku tak suka setiap kali kamu menuduhku berbuat serong,” teriaknya. Bu
Noni, isterinya, terdiam dengan linangan air mata di pipi. Piring pecah dan
sedikit tamparan dari sang suami cukup membuatnya ketakutan setengah
mati.

“Tapi… aku melihat sendiri kamu pergi dengan perempuan itu,” Ujar bu
Noni, di sela isak tangis.

“Dengar! Aku pergi dengannya hanya untuk urusan bisnis. Kamu dengar?
Hanya untuk urusan bisnis. Tak lebih dari itu. Dasar perempuan tak tahu
diuntung!” ujarnya garang. Dibantingnya pintu dan kemudian ia pun pergi.
Bayangan si Cantik menari-nari di pelupuk matanya. Ingin sekali hatinya
untuk segera memeluk boneka itu.

***

Aku memang cantik. Aku tak takut dengan ketuaan yang menggerogoti
karena aku telah memakai susuk dari Mbah dukun. Aku pun tak takut
dengan kemarahan suamiku jika ia tahu keberadaanku dengan lelaki lain.
Malahan, ia sangat mendukung profesiku karena ia tak perlu capek-capek
cari uang. Anak-anakku pun, yang juga sama cantiknya sepertiku,
mendukung pekerjaanku.

Dan pada mereka, yang aku sendiri tak tahu lelaki mana yang menjadi
bapak mereka, ku ajarkan bagaimana caranya menekuni bidang ini. Siapa
tahu mereka tertarik dengan apa yang kulakukan. Karena mereka pun tahu
bahwa profesi ini sangat menjanjikan, hi…hi…hi..
Mungkin ada sebagian yang heran kenapa keluargaku begitu kompak.
Jawabannya adalah karena aku selalu menggunakan mantra penakluk dari
mbah dukun kesayanganku. Selain itu, mungkin karena nasibku yang selalu
mujur bahwa aku memiliki wajah cantik dan juga keluarga yang sangat
mendukung.

***

Di penghujung malam yang dingin


Bu Dina masih bersimpuh pada sajadahnya. Mulutnya komat-kamit dengan
kedua angan terangkat. Butiran air mata membasahi kelopak dan bulu-bulu
matanya.

“Ya Allah. Sadarkanlah suamiku dari apa yang selama ini diperbuatnya.
Yang dia lakukan telah lebih dari sekedar menyakiti hamba sebagai istrinya,
tetapi juga telah keluar dari jalan-Mu, yaitu selalu berzina dengan
perempuan jalang.

Kehidupan kami pun menjadi hancur setelah ia sering pergi pada


perempuan itu. Hati ini terasa sangat sakit dan hamba yakin bahwa banyak
wanita-wanita lain yang merasa sakit karena perselingkuhan suaminya.
Karena itu, sadarkanlah mereka, suami hamba dan juga perempuan itu. Jika
tidak, maka hamba serahkan semuanya pada-Mu, yang Maha Mengetahui
dan Menguasai,”

***

Kukatakan sekali lagi, aku memang cantik. Aku tak bosan dan tak akan
pernah bosan mengatakan kalimat itu, seperti halnya om Diki yang tak
pernah bosan merayuku untuk menjadikanku isteri kesekiannya. Tapi aku
tak mau sedikit pun untuk menjadi isteri dari para penggemarku.

Yang kuinginkan dari mereka hanyalah uang, tak lebih dari itu. Masih
kuingat kata-kata rayuan Om beristeri tujuh beranak sembilan ini.

“Kamu begitu hebat. Permainanmu lincah dan menggemaskan. Akan


kuberikan semua yang kamu minta jika kamu bersedia menjadi istriku,”
ujarnya.

Tapi segala rayuan yang ia lontarkan bahwa aku cantik, bahwa aku hebat
tak akan mempan bagiku. Aku tak perlu rayuan itu, aku tak butuh
kegombalan itu. Aku sudah merasa cukup puas jika berhasil membuat para
pria bertekuk lutut, dan para wanita merasa sakit hati dan mengecamku.
Ada kepuasan tersendiri jika aku melakukan hal itu.

Dan selain itu, tentu karena uang. Jika uang tersedia, maka si cantik dengan
segala kehebatannya menjadi milikmu. Tak percaya?

Anda mungkin juga menyukai