Anda di halaman 1dari 4

Anak Yang Tidak Diakui

Aku pergi dengan berlinang air mata, kakiku terus melangkah tanpa arah tujuan. Dadaku
sesak, air mataku jatuh diiringi derasnya hujan. Aku tak menyangka ibuku rela mengusirku demi
membuat kakakku bahagia. Dari kecil sampai aku berumur 18 tahun, aku seakan dijadikan
pembantu yang harus melayani majikanku, aku selalu berpikir kenapa aku selalu diperlakukan
seperti ini, padahal aku adalah anak kandungnya sendiri. Aku menyebrang jalan dengan hati-hati,
namun siapa sangka ada truk yang menuju ke arahku. Dan pada saat itu, tubuhku serasa lemas
dan dilumuri banyak sekali darah. Akan tetapi aku tidak sengaja melihat ada orang yang
menghampiriku dan menangis. Samar-samar kulihat wajahnya dan ternyata dia adalah Om dan
tanteku. Merekalah yang sangat sayang padaku, kasih sayang yang mereka berikan kepadaku
melebihi kasih sayang seorang ibu dan ayah. Merekalah yang menjadi tujuan untuk aku tetap
hidup di dunia ini. Setelah itu semuanya nampak gelap, aku pun dilarikan ke rumah sakit
terdekat. Tiga hari aku tidak sadarkan diri, dan selama itu pun tanteku selalu berada di
sampingku. Aku lemah sekarang, berbaring di ranjang bagaikan bantal yang selalu menemaniku
tidur selama ini.

Pada malam harinya, aku bermimpi, dan ada orang yang sangat tampan dan cantik yang
mendatangiku, dia bilang kalau aku harus ikut dengannya. Namun, aku menolak dan berlari
sekencang mungkin agar mereka tidak mengejarku. Alhasil mereka tetap bisa menangkapku.
Aku menangis sesegukan, mereka kasihan padaku dan memberikan kesempatan agar aku bisa
hidup dan bahagia bersama dengan keluargaku. Jariku bergerak menandakan kesadaranku sudah
hampir pulih. Aku terbatuk-batuk, tanteku sangat panik dan dengan cepat dia memanggil dokter
untuk memeriksaku. Dokter pun datang dengan ditemani seorang suster yang sangat mirip
dengan cewek yang kuimpikan tadi. Sorot matanya menandakan kalau dia mengenalku sejak
lama, namun aku berusaha menetralkan pikiranku agar tanteku tidak mengetahuinya. Setelah
dokter dan suster itu pergi, tanteku menghampiriku dan memberikanku minum. Tanteku
menangis, sambil mengatakan kalau aku harus sabar menghadapi segala ujian ini karena tuhan
tidak akan memberikan ujian yang berat kepada umatnya. Aku pun tersenyum dan berusaha
meraih tangan tanteku. Dengan sigap tanteku menjulurkan tangannya. Dan di sanalah aku
bercerita tentang apa yang aku alami selama ini. Untuk sekian kalinya tanteku menangis dan
menelpon om ku agar om ku menyiapkan sebuah tempat yang sangat jauh agar tidak ada orang
yang tau akan keberadaanku termasuk orang tuaku sendiri.

1 tahun setelah kecelakaanku berlalu, aku sekarang tinggal bersama om dan tanteku di
sebuah negara yang kehidupannya sangat berbeda dengan kehidupan di negaraku dulu. Aku
sangat senang tinggal bersama tanteku, hari-hariku seakan diselimuti dengan kebahagiaan. Dan
aku sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Tanteku mempunyai anak laki-laki yang bernama
Bryan, dia yang selalu memberikan motivasi dan semangat yang luar biasa kepadaku. Hingga
pada akhirnya aku bisa mendirikan sebuah perusahaan yang aku rintis dengan usahaku sendiri
dan dibantu dengan om dan tanteku. Merekalah yang membuatku semangat untuk merintis
usahaku ini. Selang beberapa tahun kemudian aku pun bisa membuka cabang di banyak negara
termasuk Indonesia. Akan tetapi, salah satu cabang perusahaan yang ku miliki mengalami
masalah. Ada orang yang menggelapkan uang kantor dengan total uang yang jika dihitung
hampir setengah uang saham dia gelapkan. Aku tidak tahu dia menggunakan uang itu untuk apa,
tapi yang jelas aku sendiri yang akan menyelidikinya. Namun, aku belum siap untuk kembali ke
negara itu. Setelah pertimbangan yang lumayan membuatku pusing, dan akupun diceramahi oleh
kak Bryan. Dia mengatakan bahwa, “aku harus bisa melewati itu semua. Karena orang yang
masih terikat dengan masa lalunya, berarti dia itu orang yang tidak memiliki tujuan hidup tapi
kamu itu memilikinya. Aku yakin kamu bisa melewati rintangan itu, jangan pernah menyimpan
dendam karena itu akan merusak tubuhmu sendiri.” Seketika semangatku berkobar-kobar dan
aku langsung merapikan pakaianku dan kumasukkan ke dalam koper. Tidak hanya itu, aku juga
dibuatkan salad yang sangat enak oleh tanteku. Setelah semuanya siap aku, om, tante, dan kak
Bryan pergi ke bandara untuk mengantarkanku dan untuk terakhir kalinya aku memeluk mereka
semua. Tanteku menangis dan berpesan agar aku berhati-hati di sana.

Dua jam perjalanan membuatku letih, aku langsung bergegas ke rumah yang sudah kubeli
dulu. Tidak sengaja aku bertemu dengan perempuan yang mirip dengan ibuku, dia sepertinya
sangat terburu-buru. Namun, aku tidak memperdulikan itu. Satpam yang sudah menjaga rumah
itu selama bertahun-tahun menyapa dan membuka gerbang. Seolah dia tau majikannya sudah
datang. Setelah sampai di sana aku disambut oleh pembantuku yang bernama bi Inah dan
seorang cowok yang tidak kuketahui. Alisku seketika mengernyit, bi Inah langsung menjelaskan
dan mengatakan bahwa orang yang ada di sampingnya ini adalah anaknya yang selalu
menemaninya dan membantunya untuk menjaga rumahku ini. Setelah lama ku berdiri, bi Inah
langsung menunjukkan di mana tempat tidur yang sudah dia rapikan. Dan aku langsung menuju
ke ranjang dan menjatuhkan tubuhku, selang beberapa menit aku langsung tertidur pulas.
Tidurku pun terusik karena ada seseorang yang mengetuk pintu dan menyuruhku untuk turun
karena bi Inah sudah menyiapkan makanan untukku. Aku langsung menuju ke kamar mandi
untuk mencuci muka dan setelah itu, aku turun ke bawah untuk makan malam. Setelah aku
sampai di sana ku lihat cowo itu sedang bermain gitar di sofa dan bi Inah yang menyiapkan meja
makan. Aku pun berjalan ke sana dan mengajak bi Inah dan anakknya untuk makan bersama.
Namun, bi Inah menolak karena dia merasa kalau aku dan dia itu berbeda, akan tetapi setelah aku
meyakini mereka, mereka pun mau makan bersama ku.

Keesokan harinya, aku pergi ke kantor untuk menyelidiki siapa yang menggelapkan uang
perusahaan selama ini. Namun, aku menyamar menjadi cleaning service agar mereka tidak dapat
mengenaliku. Sesampainya aku di kantor, aku tidak sengaja menabrak seseorang dan ternyata
orang itu adalah kakakku sendiri. Kakakku langsung terkejut dan tertawa sinis. Dia berkata,
“setelah beberapa tahun kamu pergi, aku kira kamu sudah menjadi orang sukses sekarang,
ternyata dugaanku salah. Aku akan memberitahu ayah dan ibuku nanti bahwa aku bertemu
dengan kamu, anakmu yang tidak berguna ini!” Emosiku langsung meledak namun aku tetap
bisa menahannya, dan aku juga ikut tertawa, dan mengatakan bahwa aku tidak sepertimu yang
selalu berlindung dibalik kata orang tua. Aku langsung pergi dan menuju ke dalam kantor. Aku
tidak sengaja bertemu dengan ibu dan ayahku di sana. Dalam hatiku yang paling dalam aku
masih tidak bisa menerima perbuatan yang mereka lakukan selama ini. Aku tidak menghiraukan
mereka dan bergegas menuju ke tempat pergantian baju kantor. Dari sanalah aku memulai
persandiwaraanku. Namun, tidak disangka aku pun diperlakukan tidak baik oleh orang tuaku di
sana, terutama kakakku. Dia selalu menghinaku, aku menangis namun, tidak ada orang pun yang
tau kalau aku sering menangis di rooptop kantor. Setelah 1 bulan aku menyelidiki kasus ini, dan
akhirnya aku menemukan siapa pelakunya. Ternyata pelakunya tidak lain adalah orang tuaku
sendiri. Aku tersenyum sinis dan aku bergumam di dalam hatiku, “Tamatlah riwayatmu
sekarang”.

Hari ini adalah hari yang kutunggu-tunggu. Di mana hari ini adalah hari terakhir orang-
orang yang menyiksa dan membuatku sedih selama ini. Tidak hanya itu hari ini om, tante, kak
Bryan, bi Inah, dan anaknya bi Inah datang ke kantorku. Semua orang kantor terkejut karena kak
Bryan selaku tangan kananku di kantor datang. Mereka tunduk dan takut karena atasannya
datang. Jarang-jarang kak Bryan datang ke kantor kecuali di kantor ada masalah. Setelah mereka
menerka-nerka, kak Bryan pun angkat suara. Dia mengatakan bahwa kantor ini bukan kantor
miliknya, namun kantor ini dipercayakan untuk dia jaga. Tidak hanya pegawai kantor saja yang
terkejut, namun ayah, ibu, dan kakakku juga terkejut dan mereka sangat takut. Banyak orang
yang penasaran siapa sebenarnya pemilik dari kantor ini. Setelah menunggu waktu yang pas kak
Bryan pun mengatakan bahwa aku yang memiliki kantor ini. Orang tuaku, dan juga pegawai-
pegawai masih tidak percaya. “Dan aku pun menunjukkan wajah asliku, serta bukti-bukti
lainnya. Tidak hanya itu pengumuman yang akan aku sampaikan tapi ada hal yang sangat
penting yang akan membuat kalian semuanya terkejut. Ada tiga orang yang berani-beraninya
menggelapkan uang kantor dan hampir membuat kantor ini bangkrut, dan ketiga orang itu adalah
ayah, ibu dan kakakku sendiri. Yang selama ini membuat hidupku menderita.” Semua orang pun
tidak percaya, namun setelah aku menunjukkan bukti serta foto yang kudapatkan selama 1 bulan
ini, akhirnya mereka pun percaya. Ayah, ibu, dan kakakku dibawa ke kantor polisi agar mereka
sadar dan bisa menerima hukuman untuk menebus perbuatannya selama ini. Mereka pun
menyesal dan meminta maaf kepadaku. Dengan hati yang tidak sepenuhnya bisa menerima
kenyataan, aku pun tetap memafaatkan mereka. Dan pada akhirnya aku bahagia dengan apa yang
aku miliki sekarang ini. Aku berharap semoga di luar sana tidak ada orang yang bernasib
sepertiku, karena aku tidak mau mereka mengalami hal yang sama. Hal yang membuat hatiku
hancur berkeping-keping.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai