Anda di halaman 1dari 6

2.

PROSEDUR PENILAIAN AMDAL

LINGKUP PENILAIAN

:ADMINISTRATIFSUBSTANTIFLINGKUP DAN PROSES PEMBAHASAN :AKADEMIK

BIROKRATIK

POLITIK

PUBLIK

LINGKUP

PENILAIAN TEKNIS :

KESESUAIAN DENGAN PEDOMAN UMUM ATAU TEKNISKESESUAIAN

DENGAN PER-UU-AN DI BIDANG TEKNIS SEKTORKESESUAIAN DAN KETEPATAN


PENGGUNAAN METODE VALIDITAS DATA

REDAKSIONAL; TATA BAHASA; TEKNIK PELAPORANKELAYAKAN DISAIN DAN


TEKNOLOGI PROSES

3. KEANGOTAAN KOMISI PENILAIAN AMDAL

Ketua Komisi

Ketua Komisi dijabat oleh Deputi untuk Komisi penilai AMDAL Pusat, Kepala
BAPEDALDA atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup
di tingkat propinsi untuk Komisi Penilai AMDAL Propinsi, Kepala BAPEDALDA atau
pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat
Kabupaten/Kota.

• Sekretaris Komisi

Sekretaris Komisi dijabat oleh seorang pejabat yang menangani AMDAL baik dari Pusat
maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota).

• Anggota Komisi

Anggota Komisi terdiri dari: wakil instansi/dinas teknis yang mewadahi kegiatan yang
dikaji, wakil daerah, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan
dengan rencana kegiatan yang dikaji, wakil masyarakat, wakil organisasi lingkungan,
dan anggota lain yang dianggap perlu.  
4. Beberapa Perbedaan FilosofisMendasar
PP 27/1999 dengan PP 27/2012
No PP 27 Tahun 1999 tentang
Amdal
PPNo. 27/2012 tentangIzin
Lingkungan
1. Durasi penilaian amdal sekitar180
hari kerja, dokumen Amdal terdiri
atas 5 dokumen
-Kemajuan Mendasarnya adalah Streamlining
Proses Amdal
Durasi penilaian amdal sekitar 125 hari kerja,
dokumen amdal terdiri atas 3 dokumen
2. Penilaian amdal oleh komisi penilai
amdal cenderung mereduksi makna
amdal sebagai kajian ilmiah
-Kemajuan Mendasarnya adalah
Mengembalikan Kaidah Amdal sebagai
Kajian Ilmiah
Dengan memperkuat peran dan kompetensi
tim teknis dalam penilaian amdal
3. Terdapat kesulitan terhadap upaya
penegakan hukum atas pelanggar
Amdal & UKL-UPL (Kajian
Lingkungan Hidup) mengingat amdal
& UKL-UPL adalah bukan keputusan
TUN
-Kemajuan Mendasarnya adalah Memberikan
Ruang Penegakan Hukum atas Pelanggar
Amdal-UK-UPL
Dengan skema izin lingkungan yang
merupakan keputusan TUN yang enforceable
dan memiliki konsekuensi hukum atas
pelanggarannya sesuai dengan yang diatur
dalam UU 32/2009
4. Terdapat ruang untuk
keterlibatan masyarakat
-Kemajuan Mendasarnya adalah
Memperkuat Akses Partisipasi
Masyarakat
Dengan terdapat 3 kali pengumuman
dalam tahap perencanaan suatu usaha
dan/atau kegiatan, maka ruang
masyarakat untuk memberikan saran,
tanggapan dan pendapat akan lebih
luas
5. Amdal dan UKL-UPL masih
dipandang sebagai instrumen
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang bersifat
“dibuat bagus, tidak dibuat tidak
apa-apa”
-Kemajuan Mendasarnya adalah
Mengubah Mindset Seluruh Pemangku
Kepentingan
Dengan terbitnya PP ini maka banyak
konsekuensi hukum yang dapat
diterapkan kepada pemerintah,
pemerintah daerah, dan pemrakarsa
apabila terlibat dalam pelanggaran
amdal & UKL-UPL

5. 1. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


Dipimpin oleh seorang menteri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Fungsinya membantu Presiden dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang
lingkungan hidup dan kehutanan. KLHK memiliki beberapa Direktorat Jenderal yang
mengurus bidang berbeda:
a) Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
b) Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
c) Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung
d) Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
e) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
f) Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya
g) Pengendalian Perubahan Iklim
h) Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
i) Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan
2. Badan Lingkungan Hidup (BLH)
Setiap daerah/provinsi memiliki BLH sendiri dan bertanggung jawab kepada kepala
daerah/provinsi masing-masing. Misalnya, BLH tingkat provinsi bertanggung jawab
kepada gubernur, sedangkan BLH tingkat kabupaten/kota bertanggung jawab pada
bupati/walikota. Fungsinya kurang lebih sama, yakni membantu kepala daerah dalam
penyelenggaraan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup di lingkup daerah
masing-masing secara otonomi.
3. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Bekerja sama dengan KLHK dalam pengawasan lingkungan hidup berskala nasional
dengan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan kekayaan alam
negara. Bertanggung jawab dalam pengembangan sumber energi baru dan terbarukan
untuk menjamin lingkungan yang bersih.
4. Badan Restorasi Gambut (BRG)
Dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 1/2016, lembaga non-struktural ini
bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh seorang kepala. Fungsi BRG
ialah untuk koordinasi dan fasilitasi restorasi lahan gambut di berbagai provinsi di
Indonesia: Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, dan Papua.
5. Badan Informasi Geospasial (BIG)
Geospasial adalah lokasi atau posisi objek yang berada di bawah, pada, atau di atas
permukaan bumi yang mengacu pada sistem koordinat nasional. Sebelumnya, BIG
bernama Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Dalam
menjalankan kegiatan survei dan pemetaan untuk menyediakan informasi geospasial,
BIG dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Presiden melalui
koordinasi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
6. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional
Fungsinya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan nasional di bidang tata ruang,
infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan,
penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan
penguasaan tanah, penanganan masalah agraria/pertanahan, serta pemanfaatan ruang
dan tanah.
7. Kementerian Dalam Negeri
Membuat peraturan dan menerapkan kebijakan pengelolaan barang milik/kekayaan
negara. Setelah itu, bertanggung jawab dalam pengawasan dan pelaksanaan peraturan
tersebut.
8. Kementerian Pertanian
Pertanian sangat erat hubungannya dengan lingkungan hidup. Maka dari itu,
pengelolaan barang milik/kekayaan negara menjadi tanggung jawab Kementan sebagai
pembantu Presiden pada skala nasional.
9. Kementerian PU
Bertanggung jawab dalam sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta
persampahan dan pembinaan jasa konstruksi. Tugasnya mencakup perumusan,
penetapan, serta pelaksanaan kebijakan.
10. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Menyusun rencana pembangunan nasional sebagai acuan penetapan program dan
kegiatan yang diadakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang berkaitan
dengan lingkungan. Semua kegiatan akan direncanakan dengan baik melalui analisis
investasi proyek pembangunan.
11. Kementerian Keuangan
Setiap program pembangunan, perlindungan, dan pelestarian lingkungan pasti butuh
dana. Nah, kementerian inilah yang mengatur dan bertanggung jawab atas perumusan
dan pelaksanaan anggaran belanja terkait program pelestarian lingkungan.
12. Dirjen Pajak
Sumber dana yang digunakan untuk perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup
bersumber dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, pengumpulan
dana dari rakyat merupakan tanggung jawab Dirjen Pajak. Maka dari itu, taatlah
membayar pajak demi pembangunan negara.
13. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Meski nggak secara langsung terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
kehutanan, KPK memiliki posisi sebagai penyeimbang yang mendukung percepatan
kawasan hutan melalui harmonisasi kebijakan, penegakan hukum, pemantauan
perizinan, dan segala hal yang berkaitan dengan perlindungan dan pelestarian
lingkungan. Segala bentuk penyelewengan dana akan diusut oleh KPK.
Bagaimana, kamu sudah punya gambaran yang lebih baik tentang TKHL di Indonesia?
Satu hal yang perlu dipahami, perlindungan dan pelestarian lingkungan bukan hanya
tanggung jawab pemerintah saja. Kamu sebagai anggota masyarakat juga wajib
berpartisipasi demi lingkungan hidup yang lestari. Caranya mudah, kamu bisa
mendukung, mengawasi, mengkritisi, dan melaporkan pelanggaran yang terjadi. Selain
itu, kamu juga bisa bergabung dengan organisasi sipil dan aktif mengkritisi kebijakan
pemerintah terkait sektor hutan dan lahan. Dengan begitu, setiap masalah lingkungan
yang krusial bisa diselesaikan dengan cepat berkat kerja sama dan komunikasi yang
baik antara masyarakat dan pemerintah.

 6.LOGIKA

7. n sanksi (hukuman) kepada perusak atau pencemar lingkungan yang dapat berupa
sanksi pidana (penjara dan denda), sanksi perdata (ganti kerugian dan atau tindakan
tertentu), dan atau sanksi administrasi (paksaan pemerintahan, uang paksa, dan
pencabutan izin).

8. HASIL KTT RIO DE JENAIRO

1. Deklarasi Rio

2. Konvensi Perubahan Iklim

3. Konvensi Keanekaragaman Hayati

4. Agenda 21 (Memuat 27 Prinsip)

5. Prinsip-prinsip Pengelolaan Hutan

9. 7 Prinsip Deklarasi Rio 1. Manusia di tengah keprihatinan untuk pembangunan


berkelanjutan. Mereka berhak untuk hidup sehat dan produktif selaras dengan alam. 2.
Negara-negara memiliki, sesuai dengan Piagam PBB dan prinsip-prinsip hukum
internasional, hak berdaulat untuk mengeksploitasi sumber daya mereka sendiri sesuai
dengan kebijakan mereka sendiri lingkungan dan pembangunan, dan tanggung jawab
untuk memastikan bahwa kegiatan di dalam yurisdiksinya atau kendalinya tidak
menyebabkan kerusakan lingkungan Negara lain atau kawasan di luar batas yurisdiksi
nasional. 3. Hak untuk pembangunan harus dipenuhi sehingga secara adil memenuhi
kebutuhan pembangunan dan lingkungan dari generasi sekarang dan mendatang. 4.
Hak untuk pembangunan harus dipenuhi sehingga secara adil memenuhi kebutuhan
pembangunan dan lingkungan dari generasi sekarang dan mendatang. 5. Semua
Negara dan semua orang harus bekerjasama dalam tugas penting dari pemberantasan
kemiskinan sebagai suatu kebutuhan yang sangat diperlukan untuk pembangunan
berkelanjutan, dalam rangka mengurangi kesenjangan dalam standar hidup dan lebih
memenuhi kebutuhan mayoritas masyarakat dunia.

Anda mungkin juga menyukai