Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Manajemen kelas

“Pendekatan Manajemen kelas ”

Oleh kelompok 5

Latifah Hanum Siregar (19129033)

Mardiyya Rossi Utami (1912

Murni ati (1912

19 BKT 08

DOSEN PENGAMPU :

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang Pendekatan-Pendekatan
Dalam Manajemen Kelas.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua
itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ilmiah ini memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bukittinggi t, 22 sept 202

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan dalam Manajemen Kelas.......................................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................ 21

B. Saran.......................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 22

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah
pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar siswa
rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Melalui pendekatan-
pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru
dalam mengelola kelas.

Seperti yang telah diketahui ada banyak kendala saat seorang guru sedang mengelola kelas, baik
masalah individu maupun kelompok, untuk menghadapi masalah tersebut perlu adanya ketepatan
tindakan pengelolaan kelas. Ketepatan tindakan pengelolaan kelas, dapat dilakukan apabila cara kerja
guru dalam pengelola kelas didasari kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas. Oleh karena itu,
seorang guru hendaknya memahami dan mempunyai berbagai pendekatan pengelolaan kelas serta
memahami kondisi psikologis para siswa yang dihadapinya.

B. Rumusan Masalah

1 Apa-apa saja Pendekatan dalam Manajemen Kelas?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Apa-apa saja Pendekatan dalam Manajemen Kelas


PEMBAHASAN

A. Pendekatan-Pendekatan Dalam Manajemen Kelas

Manajemen kelas tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik
adalah faktor utama yang dilakukan guru untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara
berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di
antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.[2] Berikut ini ada beberapa pendekatan
dalam mengelola kelas:

1. Pendekatan Otoriter atau Kekuasaan

Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan
memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak
untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang
merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

a. Perintah dan Larangan

Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan
kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun
jangkauannya hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga
kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara
tepat.

b.Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah,
mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan
pendekatan penguasaan dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut
dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi,
dan kurang bijaksana.

c. Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman
dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-
kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa
siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-
ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter
kurang manusiawi

Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang dapat
diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu:
a. Menetapkan dan menegakkan peraturan

Kegiatan yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan


kepada siswa tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian,
maksud peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku siswa.

b. Memberi perintah, pengarahan, dan pesan

Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku siswa agar dapat melakukan sesuai yang
diinginkan guru.

c. Menggunakan teguran ramah

Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa yang berperilaku tidak sesuai dan yang
melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun
nonverbal dengan maksud untuk memberitahukan bukan menuduh.

d. Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati

Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Tujuannya
adalah untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.

e. Menggunakan pemisahan dan pengucilan

Strategi guru dalam merespon terhadap perilaku menyimpang siswa yang tingkat penyimpangannya
cukup berat.

Kelebihan dari pendekatan ini adalah terciptanya suatu disiplin tinggi dalam bentuk peraturan atau
norma-norma yang harus ditaati sehingga terciptanya suatu ketertiban di kelas. Kelemahannya adalah
pendekatan ini kurang efektif. guru yang menganut pendekatan ini umumnya menganggap apa yang ia
katakan adalah mutlak benar. Guru dianggap yang paling tahu. siswa kurang diberi kesempatan untuk
mengemukakan dan mengembangkan ide atau buah pikirannya. Contohnya: Seorang guru langsung
mengusir anak didiknya yang berbicara di kelas tanpa mempertimbangkan alasan yang diberikan anak
didiknya tersebut. Guru menganggap anak didiknya tersebut tidak disiplin.

2. Pendekatan Intimidasi atau Ancaman

Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses
pengendalian perilaku peserta didik. Berbeda dengan pendekatan otoriter yang menekankan perilaku
guru yang manusiawi, pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru yang mengintimidasi.
Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaan, ancaman,
menyalahkan.

Peranan guru adalah memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru. Pendekatan
intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Teguran keras adalah
perintah verbal yang keras yang diberikan pada situasi tertentu dengan maksud untuk segera
menghentikan perilaku siswa yang penyimpangannya berat. Misal, guru memergoki dua peserta didik
berkelahi.kemudian guru bertindak “berhenti” dengan harapan setelah mendengar suara guru kedua
peserta didik itu akan berhenti berkelahi. Kehadiran guru membuat mereka takut, takut karena mereka
membayangkan akan memperoleh hukuman yang sangat berat. Dengan demikian, pendekatan
intimidasi hanya baik untuk menghentikan perbuatan yang salah berat dengan segera. Apabila
perbuatan salah itu selesai atau berhenti maka tindakan intimidasi tidak akan seproduktif strategi lain.

Kendatipun pendekatan intimidasi telah dipakai secara luas dan ada manfaatnya, terdapat kecaman
terhadap pendekatan ini. Penggunaan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara
sementara dan hanya menangani gejala-gejala masalahnya, bukan masalahnya itu sendiri. Kelemahan
lain yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya
hubungan antara guru dan peserta didik.[5]

3. Pendekatan Permisif atau Kebebasan

Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas
untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan
kebebasan siswa. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga
berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh. Pendekatan permisif
adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari
pendekatan ini adalah: apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik
bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah meningkatkan kebebasan
peserta didik, sebab dengan itu akan membantu pertumbuhannya secara wajar. Campur tangan guru
hendaknya seminimal mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta
didik secara penuh..

Banyak pendapat yang mengatakan bahwa pendekatan permisif dalam bentuknya yang murni tidak
produktif diterapkan dalam situasi atau lingkungan sekolah dan kelas. Namun disarankan agar guru
memberikan kesempatan kepada para peserta didik melakukan urusan sendiri apabila hal itu berguna.
Urusan itu seperti para peserta didik memperoleh kesempatan secara psikologis, memilkul risiko yang
aman, mengatur kegiatan sekolah sesuai cakupannya, mengembangkan kemampuan memimpin diri
sendiri, disiplin sendiri, dan tanggung jawab sendiri. Dengan demikian, guru harus dapat menemukan
cara untuk memberikan kebebasan sebesar mungkin kepada peserta didik di satu sisi, di sisi lain tetap
dapat mengendalikan kebebasan itu dengan penuh tanggung jawab.

Kelebihan Pendekatan ini cukup efektif untuk dilaksanakan karena tingkah laku positif anak didik dapat
terkembangkan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Kelemahannya yaitu
siswa menjadi bergantung kepada guru dalam mengembangkan sikap baiknya. Siswa tersebut akan
teransang bertingkah baik bila ada sebuah pujian dari guru dan sebagainya. Contohnya: Guru
memberikan pujian dan hadiah kepada anak yang bertingkah laku baik dan memberikan sanksi kepada
anak yang bertingkah laku buruk dengan tujuan anak tersebut tidak mengulangi perbuatannya itu lagi.
4. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok.
Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-
kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus
dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat
mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.

Menurut Schmuk (dalam Y. Padmono, 2011) untuk mengelola kelas diperlukan adanya:

a Pengharapan; jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk, sangat mungkin
mereka akan berkelakuan buruk, sebaliknya jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan
baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan baik.

b. Kepemimpinan; guru memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin di kelas yang menjadi
tanggung jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika kepemimpinan dapat dijalankan oleh guru dan
siswa. Guru meningkatkan mutu interaksi dan produktifitas kelompok dengan melatih siswa
mengembangkan kemampuan kepemimpinan.

c. Daya tarik; mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas efektif adalah
pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara perorangan di antara anggota
kelompok.

d.Norma-norma; norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan petunjuk yang


membantu anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan orang lain. Guru hendaknya tidak
mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab norma bentukan guru cenderung memaksa siswa
untuk menaatinya, sehingga ketaatan pada norma tersebut hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan
pihak lain.

e. Komunikasi; guru perlu mengembangkan kecakapan murid dalam berkomunikasi tertentu,


mengoreksi kata-kata, dan memberi umpan balik.

f. Kesatuan; kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar anggotanya termasuk guru sangat tertarik
pada kelompok sebagai satu kesatuan. Guru dapat menciptakan kelompok kelas yang bersatu dengan
membuat diskusi tentang penghargaan, dengan penyebaran kepemimpinan, mengembangkan
persahabatan kelompok, dan sering menggunakan arus komunikasi dua arah.

5. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan iklim sosio-emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologi penyuluhan klinikal,
dan karena itu memberikan arti yang sangat penting pada hubungan antar pribadi. Pendekatan ini
dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif (dan pengajaran yang efektif) sangat
tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Guru adalah penentu utama atas
hubungan antar dan iklim kelas. Oleh karena itu, tugas pokok guru dalam manajemen kelas adalah
membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio-emosional yang positif
pula. Glasser mengemukakan delapan langkah untuk membantu peserta didik mengubah perilakunya
berikut ini:

a. Secara pribadi melibatkan diri dengan siswa; menerima siswa tetapi bukan kepada perilakunya
yang menyimpang; menunjukkan kesediaan membantu siswa memecahkan masalah.

b. Perilaku siswa; menangani masalah tetapi tidak menilai atau menghakimi siswa.

c. Membantu siswa membuat penilaian atau pendapat tentang perilakunya yang menjadi masalah itu.
Pusatkan perhatian kepada apa yang dilakukan oleh siswa yang menimbulkan masalah dan yang
meyebabkan kegagalannya.

d. Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik; jika perlu berikan alternatif-alternatif;
bantulah siswa membuat keputusan sendiri berdasarkan penilaiannya atas alternatif-alternatif yang ada
untuk mengembangkan perasaan tanggung jawab sendiri.

e. Membimbing siswa mengikatkan diri dengan rencana yang telah dibuatnya.

f. Mendorong siswa sewaktu melaksanakan rencananya dan memelihara keterikatannya dengan


rencana tersebut; yakinkan siswa bahwa guru mengetahui kemajuan-kemajuan yang dibuatnya.

g. Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila siswa gagal meneruskan keterikatannya; bantulah ia
memahami bahwa ia sendirilah yang bertanggung jawab atas perilakunya; ingatkan siswa akan perlunya
rencana yang lebih baik; menerima pernyataan maaf berarti tidak memusingkan masalah siswa.

h. Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang
tetapi jangan menghukumnya; bantulah siswa mencoba lagi menyusun rencana yang lebih baik dan
mengikatkan diri dengan rencana tersebut.

Sementara itu Dreikurs dalam kaitan dengan pendekatan sosio-emosional mengemukakan gagasan-
gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif. Dua diantaranya ialah:
1) penekanan pada kelas yang demokratis dimana siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam
proses maupun dalam langkah maju, 2) pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis atas
perilaku siswa.[8]

6. Pendekatan Intruksional

Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.

Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar
mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya
masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:
a Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris
dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas

b.Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas
oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.

c Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.

d.Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang


diinginkan guru.

e. Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat
yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan
keresahan.

f. Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru
untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-
benar memerlukannya.

g. Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam
menghadapi perubahan-perubahan situasi.[9]

7. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan
apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau
situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan
oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam
pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga mengabaikan
kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian materi.
[10]

8 Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas prinsip-prinsip psikologi behavioral. Prinsip
pokoknya ialah bahwa semua tingkah laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak
disukai. Para penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa yang bertingkah laku menyimpang
melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:

a. Siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau

b. Siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.

Pendekatan pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:


a. Ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan
umur dan dalam segala keadaan.

b.Proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang
berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan
keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia,
yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.

Manajemen atau pengelolaan kelas dilakukan sebagai upaya untuk mengubah tingkah laku siswa dalam
kelas dari yang kurang baik menjadi baik. Oleh sebab itu, kita harus mampu melakukan pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku agar tujuan manajemen kelas dapat tercapai dengan baik.

Agar pendekatan ini dapat berjalan dengan efektif, sebaiknya kita perlu mencatat beberapa kegiatan
yang dapat mengakibatkan kacaunya suasana dalam kelas, sekaligus mencatat hal-hal yang membuat
siswa dapat menjaga suasana kelas tetap kondusif. Misalnya, selama ini kita terbiasa memberikan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab bersama sehingga suasana menjadi gaduh. Jika kebiasaan
tersebut dapat mengurangi kedisiplinan siswa, maka kita sebaiknya perlu mengganti kebiasaan tersebut
dengan hal lain yang dapat mengembalikan kedisiplinan mereka.

Di samping itu, kita juga perlu merangsang siswa agar dapat bertingkah laku positif di dalam kelas
dengan cara memberi pujian atau ucapan terima kasih selama mereka bisa menjaga sikap disiplin dalam
kelas. Kebiasaan ini tentu akan menimbulkan perasaan senang dalam diri siswa, sehingga mereka akan
terus terpacu untuk menjaga sikap-sikapnya.

9. Pendekatan Pengajaran

Manajemen kelas dengan pendekatan pengajaran, sesuai dengan sebutan dilakukan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Peranan guru sangat dominan di sini sebagai aktor utama di dalam
kelas. Pendekatan memanajemen kelas dengan pendekatan pengajaran dimaksudkan agar muncul
peran guru secara efektif untuk melakukan pencegahan dan atau penghentian perilaku siswa yang
kurang menguntungkan atau bahkan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pendekatan pengajaran
mensyaratkan perencanaan pengajaran yang baik oleh seorang guru. Selanjutnya, rencana pengajaran
yang telah dibuat itu diimplementasikan sebaik-baiknya di dalam kelas sehingga kelas yang
bersangkutan dapat terkelola dengan baik untuk sebesar-besar manfaat untuk efektivitas pembelajaran
siswa. Jadi, peranan guru dalam kaitannya dengan pendekatan pengajaran adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pengajaran yang baik.

10. Pendekatan Elektis/Pluralistik

Pendekatan elektis adalah suatu pendekatan pengelolaan atau manajemen kelas yang lebih
menekankan pada potensialitas, kreativitas, dabn inisiatif wali kelas atau guru kelas dalam memilih
berbagai pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan sebelumnya berdasarkan situasi yang
dihadapinya. Penggunaan pendekatan-pendekatan di atas itu dalam suatu situasi mungkin cukup
dipergunakan salah satunya saja. Akan tetapi pada Situasi yang lain mungkin harus dilakukan kombinasi
dari dua atau tiga pendekatan di atas tersebut sekaligus. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan
pluralistic karena dalam pendekatan manajemen kelas ini guru berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi
memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan
secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar
berjalan secara efektif dan efisien.

11. Pendekatan Teknologi Informasi

Pembelajaran tidak hanya terpaku pada kegiatan yang lebih dari hanya berbicara dan transfer
pengetahuan. Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi sekolah mencari bentuk baru
dalam proses pembelajaran anak. Pembelajaran yang dimaksud adalah perkembangan teknologi dimasa
kini dan mendatang, murid butuh untuk persiapan dirinya terutama kaitanya dengan perkembangan
proyek yang harus dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Hal ini tentunya mendorong
para guru untuk lebih bertindak sebagai coaching dari pada upaya sekedar telling dan spending ilmu
pengetahuan.

Pemanfaatan teknologi informasi adalah basis dalam pengembangan pembelajaran di dalam kelas, baik
dalam pengaturan kelas dengan alat teknologi tersebut (praktek), maupun kelas yang di sett dengan alat
tekologi yang memungkinkan anak dapat mempelajari apa yang diinginkannya dengan bantuan alat
teknologi tersebut. Teknologi memberikan dan menuntut hal-hal berikut :

a. Menuntut guru melakukan pekerjaan dan alat yang lebih rumit

b.Mengarah kepada peran guru sebagai pelatih dari pada sebagai penyalur pengetahuan

c. Menyediakan kesempatan kepada guru untuk mempelajari isi pembelajaran kembali dan
menggunakan metode yang tepat berdasarkan kurikulum yang ada

d. Dapat memberikan dorongan kepada murid untuk bekerja lebih keras dan lebih berhati-hati dalam
belajar

e. Membangun budaya nilai dan mutu pekerjaan dalam sekolah secara signifikan.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Pendekatan dengan penerapan sejumlah larangan dan anjuran cocok bagi penanggulangan masalah
kelas yang bersifat insidental kurang mengarah pada pemecahan masalah yang bersifat jangka panjang.
Dalam penerapan pendekatan ini akan muncul bentuk-bentuk: penghukuman atau pengancaman,
penguasaan atau penekaran, pengalihan atau pemasabodohan. Oleh karena itu, dalam penerapan
pendekatan ini guru perlu memperhitungkan dampak psikologisnya siswa agar penggunaan pendekatan
ini tetap memberikan manfaat positif bagi siswa. Ada bebrbagai macam pendekatan-pendekatan dalam
pengelolaan kelass seperti, pendekatan otoriter, intimidasi, permisif, kerja kelompok, sosio-emosional,
intruksional dan masih ada berbagai pendekatan yang lain. Pendekatan-pendekatan ini dapat dilakukan
agar proses pembelajaran di dalam suatu kelas dapat berjalan dengan baik, efektif dan juga efisien.

B. Saran
Penulis menyadari makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna.Akan tetapi bukan berarti
makalah ini tidak berguna. Besar harapan yang terpendam dalam hati semoga makalah ini dapat
memberikan sumbangsih pada suatu saat terhadap makalah tema yang sama. Dan dapat menjadi
referensi bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Kemudian mari kita banyak
mempelajari semaksimal mungkin dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Ekosiswoyo, Rasdi dan Maman Rachman. 2002. Manajemen Kelas. Semarang : IKIP Semarang Press

Nursalim A.R, 2011. Manajemen Kelas. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Racman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi

Salman, Rusydi. 2011. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Jakarta : Diva Press

Anda mungkin juga menyukai