Anda di halaman 1dari 62

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

(PTS)

UPAYA MENINGKATAN AKTIVITAS GURU

DALAM MEWUJUDKAN PEMBELAJARAN BERKUALITAS

DI SDN CEUNGCEUM KECAMATAN LEUWISARI

KABUPATEN TASIKMALAYA

Disusun oleh:

TITIN RUSIATIN, S.Pd.SD


NIP.195908311979122006

SD NEGERI CEUNGCEUM
KECAMATAN LEUWISARI KABUPATEN TASIKMALAYA
2014
ABSTRAK

TITIN RUSIATIN, S.Pd.SD (2014) “Upaya Meningkatkan


Aktivitas Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas
Di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten
Tasikmalaya”.
Proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari
proses pendidikan, dimana pendidikan merupakan sarana yang
strategis bagi meningkatnya kualitas kehidupan manusia. Proses
pembelajaran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pendidikan yang secara umum menempati posisi sentral dalam
mendorong individu dan masyarakat untuk mencapai kemajuan
dalam berbagai aspek kehidupan.
Aktivitas adalah merupakan bentuk kegiatan perilaku dan
nalar yang disadari dalam mewujudkan suatu kehendak, kegiatan
ini sebagai penopang tercapainya bentuk pekerjaan dan sangat
mempengaruhi akan warna pekerjaan.

Perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran dalam


diri individu yang menyertai kegiatan yang sedang dilakukan atau
diartikan pula suatu proses pemusatan energi psikis terhadap objek
tertentu. Perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang
dari lingkungannya. Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh
anak sebagai manipestasi dari pendidikan, ini semua tergantung
pada kemampuan guru itu sendiri.

Guru memegang peranan penting sebagai pelaksana


operasional pembelajaran. Guru dalam pelaksanaan kegiatan
proses belajar mengajar perlu mengetahui dengan jelas, aktivitas
apa yang harus dilaksanakannya, agar proses belajar mengajar
dalam pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya. Guru
sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleh perubahan
tingkah laku siswa. Berhasil tidaknya suatu proses belajar, akan
banyak tergantung dari sampai berapa jauh guru telah mampu
memainkan peranan tersebut.

Tulisan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang


aktivitas dan perhatian guru terhadap siswa dalam mewujudkan
pembelajaran yang berkualitas. Dan secara khususnya ingin
mengetahui sejauhmana kegiatan guru dalam mempersiapkan diri
untuk terlaksananya pembelajaran yang berkualitas, dalam arti
pembelajaran yang mampu mendongkrak hasil prestasi siswa
dalam belajar.

Populasi penelitian seluruh guru yang ada di SDN


Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya. Adapun
sampel yang diambil yaitu semua guru yang ada di sekolah tersebut
sejumlah 13 orang. Pengumpulan data menggunakan angket yang
diisi oleh responden dan hasil wawancara dengan semua guru
tersebut.

1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan perhatian
guru terhadap siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas cukup tinggi prosentasenya. Hal ini terbukti dengan
adanya bukti pekerjaan dalam bentuk ketatalaksanaan, kegairahan
dan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran, dan
terdokumentasi-kannya hasil prestasi belajar anak.

PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Illahi Robbi


atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Penelitian Tindakan Sekolah yang berjudul “Upaya Meningkatkan
Aktivitas Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran Berkualitas
Di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisasri Kabupaten
Tasikmalaya”.
Selain dari itu terkandung harapan semoga hasil penelitian ini
bisa bermanfaat dan sebagai bahan kajian dalam menentukan
kebijakan tercapainya program peningkatan mutu pendidikan
dilingkungan SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten
Tasikmalaya.
Penyusunan PTS ini termotivasi oleh adanya tugas dan fungsi
penulis membina tenaga pendidikan lainnya terutama rekan guru
dalam peningkatan mutu pembelajaran yang bisa berimplikasi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan di SDN Ceungceum
Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
Kurikulum sebagai salah satu substansi pendidikan perlu
dicermati oleh pelaku pendidikan di daerah, baik dalam
pengembangan perangkat pelaksanaan yang mutlak merupakan
pijakan dalam proses pembelajaran, maupun implementasi
perangkat tersebut oleh guru di sekolah. Guru atau sekolah
mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk merancang dan
menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pembelajaran, seperti
hal apa yang akan diajarkan, mengelola pengalaman belajar,
menentukan cara mengajar, bagaimana anak belajar, dan menilai
keberhasilan dalam proses dan hasil pembelajaran. Core bisnis
pendidikan bermuara pada pembelajaran.
Guru merupakan sosok strategis sebagai ujung tombak yang
paling depan dalam ketercapaian peningkatan mutu pendidikan
sebab ditangan gurulah proses pembelajaran berlangsung. Tugas

2
guru sarat dengan beban, tapi sangatlah membanggakan dan
mengharumkan, sebab di tangan guru awal kecerdasan dan
kesejahteraan bangsa dimulai.
Dalam penyusunan PTS ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah dapat diselesaikan. Untuk itu kepada
semua pihak penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga
amal baik semua pihak mendapat ridho dan imbalan yang berlipat
ganda dari Alloh Yang Maha Kuasa. Aamiin.

DAFTAR ISI
Halaman

ABSTRAK.....................................................................................................................i
PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................5
B. Rumusan dan Batasan Masalah............................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS..................................................................................8
A.Administrasi Pembelajaran..........................................................................8
B. Ruang Lingkup................................................................................................9
C. Jam Kerja............................................................................................................10
D. Uraian Tugas Guru.......................................................................................10
E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran................................................................12
F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran.........................................................18
BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN.................................33
A. Metode Penelitian...............................................................................................33
B. Populasi dan Sampel...........................................................................................33
C. Alat Pengumpul Data..................................................................................33

3
D. Prosedur Penelitian.............................................................................................34
BAB IV HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN..........................................36
A. Teknik Pengolahan Data.....................................................................................36
B. Pengolahan Data.................................................................................................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................51
A. Kesimpulan.........................................................................................................51
B. Saran-saran..........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................54

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
menunjukkan bahwa kita sebagai abdi negara dan bangsa
berkewajiban untuk mencerdaskan bangsa. Hal ini bisa tercapai
hanya melalui pendidikan yang berkualitas. Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan amat
penting sebagai wahana dalam ikhtiar membangun manusia
berkualitas. Usaha tersebut harus ditandai dengan meningkatnya
proses belajar dan mengajar untuk mewujudkan kecerdasan,
pengetahuan dan keterampilan yang dilandasi nilai-nilai luhur
kehidupan yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari secara
konsisten.
Proses beiajar mengajar merupakan salah satu bagian dari
proses pendidikan, dimana pendidikan merupakan sarana yang
strategis bagi meningkatnya kualitas kehidupan manusia, yang
bisa dilihat dari derajat kesejahteraan, menurunnya kemiskinan
dan kebodohan serta terbukanya berbagai pilihan dan
kesempatan dalam mengembangkan diri di masa yang akan
datang. Dengah demikian proses belajar mengajar secara umum

4
menempati posisi sentral dalam mendorong individu dan
masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, unsur guru
memegang peranan penting sebagai pelaksana operasi digaris
terdepan. Guru dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar perlu mengetahui dengan jelas, aktivitas apa yang
harus dilaksanakannya, agar proses belajar mengajar dalam
pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini
menuntut perlunya perbaikan sistem pembelajaran.
Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti itu
diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus
dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan
dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek
moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,
keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut
bermuara pada peningkatan dan pengembangan kualitas
pembelajaran.
Didalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran,
kedudukan guru cukup memegang peranan penting, karena
tugas guru di sekolah bukan hanya membekali murid dengan
ilmu pengetahuan saja, tetapi guru harus pula memperhatikan
berbagai aspek lainnya, umpamanya kondisi emosional atau
kondisi psikis murid seperti yang dikemukakan oleh
Whiterington dalam bukunya “Educational Psychology- (Psikologi
Pendidikan)" yang diterjemahkan oleh M. Buchori (1982: 55-56)
bahwa:
"Perbedaan-perbedaan juga terdapat timbul sebagai
akibat faktor-faktor emosional dan kesalahan-kesalahan
pedagogis. Cara mengajar yang jelek dapat timbul sebagai
akibat dari ketaksanggupan untuk mengetahui kesukaran-
kesukaran yang dihadapi pengajar. Mengajar bukan
semata-mata menerangkan suatu pelajaran saja. Dalam
mengajar guru harus juga memperhatikan kondisi
emosional dan psikis pelajar. Sikapnya, cita-citanya,
semuanya ini terletak dalam daerah situasi pengajaran".

Dan uraian di atas tergambarlah bahwa tugas guru


demikian luasnya, tidak hanya memberikan materi pelajaran
semata-mata, tetapi dengan tugasnya harus mengetahui segala

6
aspek dan kondisi yang ada pada diri anak. Walaupun dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar banyak sekali rintangan
dan halangan yang menghambat dalam pelaksanaannya,
seorang guru harus dapat menghindarkan semua hambatan dan
memusatkan perhatian hanya kepada anak beserta seluruh
latarbelakang pribadinya. Sebagaimana menurut pendapat
Slamet (1988 : 107) bahwa perhatian adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan
rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh anak sebagai
manipestasi dari pendidikan, itu semua tergantung pada
kemampuan guru itu sendiri. Maka dari itu guru memegang
peranan penting, karena sebagai mediator dalam pendidikan,
seperti dikemukakan oleh Moh. Surya:
"Guru sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleli
perubahan tingkah laku siswa. Berhasil tidaknya suatu
proses belajar, akan banyak tergantung dari sampai
berapajauh guru telah mampu memainkan perhatian
tersebut"
Kompetensi profesional guru, selain dapat menguasai
seluruh metoda dan teknik mengajar, juga harus memperhatikan
unsur kedisiplinan yang masih banyak terabaikan, sebagaimana
pendapat Udi Turmudi sebagai berikut:
"Kenyataan sekarang banyak guru yang mengajar dalam
kelas asal mengajar saja biar anak memperhatikan atau
tidak, bukan persoalan, pokoknya bahan telah
disampaikan. Atau dilain pihak, guru menuliskan sejumlah
soal dalam papan tulis, anak disuruh mengerjakannya,
sedangkan guru entah kemana. ini jelas memperlihatkan
ketidakdisiplinan dari pihak guru sendiri, yang tidak
memungkinkan menumbuhkan disiplin pada diri
anak, karena guru memberikan contoh yang keliru".

Secara keseluruhan dari uraian di atas merupakan


gambaran bahwa peranan guru amat penting dalam
memperhatikan peserta didik selama pelaksanaan
pembelajaran, apalagi dari beberapa pendapat di atas
kondisi guru dalam pembelajaran saat ini memungkinkan

7
kurang berkualitas. Penyebab secara umum menurut hasil survei
LPMP Pusat (Depdiknas, 2003).
1. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan
penyelenggaraan (guru) bukan untuk peserta didik.
2. Kuantitas, kualitas, pemerataan dan kesejahteraan
guru dan meratanya penempatan guru sangat lemah
untuk menjadi perhatian karena manajerial pendidikan
bernuansakan birokratis politis.
3. Pembelajaran yang diselenggarakan bersifat
pemindahan isi (content transmission). Pola
mengajar hanya menyampaikan pokok bahasan.
4. Kualitas pengajaran hanya diukur dari daya serap
kurikulum. Pembelajaran tidak diarahkan kepada
partisipatori total dari peserta didik.
5. Pembelajaran selalu mereduksi teks yang ada dengan
harapan tidak salah melangkah. Teks atau buku acuan
dianggap segalanya dalam meningkatkan hasil
pembelajaran.

B. Rumusan dan Batasan Masalah


Dan permasalahan penelitian tersebut, maka penulis
akan batasi kepada masalah penelitian secara khusus dalam
tataran ruang lingkup peranan dan perhatian guru dalam
pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas yang meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Apakah aktivitas guru dalam pembuatan administrasi proses
belajar mengajar dapat mewujudkan pembelajaran?
2. Apakah aktivitas guru dalam persiapan awal proses belajar
mengajar berkualitas?
3. Apakah guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
berkualitas?
4. Apakah aktivitas guru pada akhir proses belajar mengajar
berkualitas?
5. Apakah aktivitas guru setelah melaksanakan evaluasi
berkualitas?

8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.Administrasi Pembelajaran
Pengertian
1. Program
Pembahasan mengenai program tidak dapat
dilepaskan dengan aspek kebijakan. Menurut Dye (1992),
kebijakan atau yang dalam hal ini adalah kebijakan publik
secara prinsip dapat diartikan sebagai “Whatever
government choose to do or not to do“. Hal tersebut
diperkuat oleh Hogwood dan Gunn (1986) yang
menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat
tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-
hasil tertentu.
Sedangkan pengertian program itu sendiri, menurut
Jones (1984), program adalah cara yang disahkan untuk
mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut
menggambarkan bahwa program-program adalah
penjabaran dari langkah-langkah dalam mencapai tujuan
itu sendiri.
2. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

9
kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan
kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan
komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan
berikut:
1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta
didik melalui suatu kegiatan pembelajaran
2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk
menanamkan/membentuk kompetensi tersebut.
3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa
kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok
dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai
dari pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan
kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian.
3. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Maka ringkasnya RPP
adalah rencana operasional kegiatan pembelajaran setiap
atau beberapa KD dalam setiap tatap muka di kelas.
Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) Komptensi
Dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
RPP harus berupa kegiatan konkret setapak demi
setapak yang dilakukan oleh guru di kelas dalam
mendampingi peserta didik. Satu hal yang amat
penting dalam penyusunan RPP adalah bahwa kegiatan
pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada
peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai
pendamping, fasilitator. Artinya, ketika guru memilih
pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar,

10
interaksi belajar mengajar harus memungkinkan
peserta didik berinteraksi dan aktif, sedang guru
memfasilitasi dan mendampinginya.
B. Ruang Lingkup
Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup
kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan
tugas tambahan. Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban
kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung
dengan proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas
mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan
kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya.
Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen
sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial
tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain
penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat
lainnya, pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian
Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru
dalam siklus tahunan tersebut secara spesifik ditentukan oleh
manajemen sekolah tempat guru bekerja.
C. Jam Kerja
Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan
PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam
kerja yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5
(tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) per minggu.
Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan
atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap
muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau

11
19 minggu per semester. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan
dalam jadwal pelajaran yang disusun secara mingguan.
D. Uraian Tugas Guru
1. Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester,
sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan
RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) minggu atau
12 hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai
kegiatan tatap muka.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi
interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan
ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru
melaksanakan tatap muka atau pembelajaran dengan
tahapan kegiatan berikut.
a. Kegiatan awal tatap muka
• Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup
kegiatan pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas,
bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat
administrasi.
• Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal
pelajaran yang ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal
waktu atau beberapa waktu sebelumnya tergantung
masalah yang perlu disiapkan,
• Kegiatan awal tatap muka diperhitungan setara dengan
1 jam pelajaran.
b. Kegiatan tatap muka
• Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif
antara peserta didik dengan guru dapat dilakukan
secara face to face atau menggunakan media lain
seperti video, modul mandiri, kegiatan
observasi/ekplorasi.
• Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran

12
yang dimaksud dapat dilaksanakan antara lain di ruang
teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar
ruangan.
• Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan
pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi
waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum
sekolah.
c. Membuat resume proses tatap muka
• Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan. Catatan
tersebut dapat merupakan refleksi, rangkuman, dan
rencana tindak lanjut.
• Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru
atau ruang lain yang disediakan di sekolah dan
dilaksanakan setelah kegiatan tatap muka.
• Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara
dengan 1 jam pelajaran.
3. Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik
maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes dan non tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi
pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya
dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.
a. Penilaian dengan tes.
• Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk
ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan
harian, dilaksanakan sesuai kalender akademik atau
jadwal yang telah ditentukan.
• Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.

13
• Penilaian hasil test, dilakukan di luar jadwal
pelaksanaan test, dilakukan di ruang guru atau ruang
lain.
• Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap
muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya
menggunakan waktu tatap muka.
b. Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran
sikap.
E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran
1. Pengertian Perhatian

Perhatian merupakan suatu gejala psikologis. Dalam


kehidupan sehari-hari istilah perhatian sering digunakan
tetapi tidak selalu dalam arti yang sama. Hal ini tergantung
pada ruang lingkup penggunaannya. Dalam lapangan
psikologi para ahli mengemukakan pendapat yang
bermacam ragam. Hal tersebut tergantung pada
pandangan dan keyakinan masing-masing. Walaupun
terdapat perbedaan, secara umum menunjukkan adanya
kesamaan pendapat yaitu adanya aktivitas yang disadari
dalam kegiatan yang sedang dilakukan dan terarah kepada
satu tujuan, seperti halnya dikemukakan oleh Kartini
Kartono (1984:59) berikut: "...mengkonsentrasikan diri,
mengarahkan aktivitas psikhis pada suatu titik objek".

Ada hal yang penting dalam rumusan perhatian, yaitu


aktivitas psikhis yang terkonsentrasi dan tertuju pada suatu
objek. Dalam hal ini energi psikis dipusatkan pada suatu
objek. Segala aktivitas akan tertuju kepada suatu objek
sehingga objek lain diabaikan, seperti dikemukakan
Djasman Adimiharja (1982:54), bahwa: Perhatian
merupakan tingkah laku aktif, suatu proses yang
beradaptasi dengan lingkungan. Kita dikatakan
menunjukkan perhatian bila aktivitas alat indra difokuskan
pada beberapa perangsa tertentu.

14
Perhatian sebagai suatu aktivatas psikis dalam
menerima rangsangan melalui alat indra, baik indra perasa,
penglihatan, penciuman dan sebagainya. Penerimaan
rangsangan tersebut disertai dengan minat dan kemauan
individu yang menimbulkan tingkah laku.

Dalam proses kegiatan yang sedang berlangsung akan


lebih efektif, bila disertai dengan perhatian yang tinggi.
Dikemukakan oleh Kartini Kartono (1984: 143) bahwa "...
minat dan perhatian yang terarah serta terbimbing, orang
jadi selalu sibuk dan aktif berbuat sehingga muncul rasa
berarti dan bahagia".

Perhatian merupakan sesuatu yang penting dalam


proses penyeleksian bermacam-macam rangsangan yang
diterima indra sesuai dengan minat dalam dirinya.
Manifestasi perhatian tak dapat diamati secara langsung,
tetapi ditafsirkan melalui tingkah laku yang tampak. Seperti
dikemukakan oleh Bimo Walgito (1985 : 53) bahwa
"Pemusatan dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan
pads st!atu atau sekumpulan objek".

Perhatian juga merupakan proses mental terhadap


stimulus, yang dapat memberikan pengaruh terhadap
individu dalam memberikan respon terhadap suatu objek
yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan
Jalaludin Rachmat (1986:65) bahwa "Perhatian adalah
proses mental ketika stimulus lainnya melemah".

Selanjutnya Gojali (1967: 116) menyatakan bahwa


"Perhatian adalah keaktifan yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju pada suatu objek atau sekumpulan
objek".

Faktor psikis turut menyusun proses perhatian seseorang,


dan perlu dipahami syarat-syarat perhatiannya.

15
Berkenaan dengan itu, Ema Zain (1973 : 136)
mengemukakan sebagai berikut:

Syarat-syarat perhatian adalah:

a) Inhibisi atau penghambatan yaitu perangsang yang


tak ada sangkut-pautnya dengan objek perhatian
harus dihambat.
b) Apersepsi menghubungkan suatu objek yang baru
dengan isi jiwa yang telah ada.
c) Adaptasi yaitu penyesuaian diri dengan objek.
d) Kemauan terhadap suatu objek.
e) Perasaan-perasaan yang ditimbulkan oleh objek.
f) Luas perhatian tidak terlalu banyak.
g) Harus dijaga kekuatannya jangan terjadi
kegoncangan atau disebut siliasi.

Berdasarkan batasan dan pengertian yang telah


diungkapkan, dapat disimpulkan bahwa perhatian merupakan
banyak sedikitnya kesadaran dan pemusatan energi psikis yang
menyertai suatu aktivitas yang sedang berlangsung. Pada umumnya
perhatian tertuju pada suatu objek.
Timbulnya perhatian bermacam cara tergantung kepada
kesiapan individu. Untuk mengetahui cara timbulnya perhatian
perlu memahami dulu jenis-jenisnya, dimana jenis perhatian ada 3
macam, yaitu berdasarkan timbulnya, berdasarkan luas
objeknya, dan berdasarkan intensitasnya.
Pada umumnya timbul perhatian pada individu tidak lama
tergantung pada individu itu sendiri, tergantung situasi dan kondisi,
dan tergantung kemauan dan kemampuannya, sebagaimana
dikemukakan oleh Kaswan (1984:23) pada intinya perhatian dapat
dibedakan berdasarkan timbulnya, luas objeknya dan intensitasnya.
a. Berdasarkan Cara Timbulnya
Pada hakikatnya tiap individu dalam menerima berbagai
rangsangan muncul perhatian. Ada yang timbul secara spontan,
disengaja, dan karena kebiasaan. Perhatian spontan timbulnya
secara langsung tanpa paksaan atau keharusan, hal tersebut
semata-mata karena menyenangi dan keingintahuan atau
paksaan. Contoh, pada suatu saat sekumpulan pejabat sedang

16
mengadakan rapat, para anggotanya diharuskan mendengarkan
penjelasan pimpinan (perhatian disengaja), tetapi secara tiba-
tiba datang orang gila berteriak-teriak, semua anggota rapat
serempak melihat pada orang gila tersebut (perhatian spontan).
Perhatian karena kebiasaan, dipengaruhi oleh kebiasaan yang
dilakukan individu dalam memperhatikan sesuatu tergantung
pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Contoh, seorang
olahragawan akan menaruh perhatian pada sebidang lapangan
rumput, untuk bermain sepakbola, sedangkan peternak
cenderung akan tertarik untuk menggembala ternak.
b. Berdasarkan Luas Objeknya
Berdasarkan luas objeknya perhatian ada 3 (tiga) macam,
yaitu perhatian konsentratif, perhatian distributif dan perhatian
sembarang. Perhatian konsentratif merupakan suatu
perhatian yang terpusat pada suatu objek tertentu.
Contoh seorang anak sedang membaca sebuah buku di
perpustakaan, maka perhatiannya akan terpusat pada buku
yang sedang dibacanya. Sedangkan perhatian distributive
merupakan ketidakajegan seseorang sehingga tersebar
kepada berbagai hal yang dapat dilihat, diraba atau
didengarnya. Perhatian sembarang yaitu perhatian yang relatif
pendek dan tidak menetap kepada suatu objek.
c. Atas Dasar Intensitasnya
Perhatian yang dipengaruhi oleh besar kecilnya atau tinggi
rendahnya kesadaran individu yang menyertai aktivitas yang
sedang dilakukan. Setiap individu mempunyai intensitas
perhatian yang berbeda dalam menaruh perhatian terhadap
objek yang lama.
Dengan diketahuinya jenis jenis perhatian, individu dapat
meningkatkan perhatian agar tercapai tujuan yang
diharapkan. Namun dalam meningkatkan perhatian tersebut
banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang terdapat
di dalam maupun di luar diri individu itu sendiri.

17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perhatian
seseorang, karena stimulus yang dapat diterima individu
bermacam-macam. Rangsangan tersebut mula-mula diterima
oleh alat indra yang kemudian diseleksi. Bila rangsangan yang
diterima sesuai dengan dirinya, maka rangsangan tersebut akan
disalurkan melalui saraf ke otak. Perhatian akan menyertai alat
indra dalam menerima rangsangan. Rangsangan tersebut tidak
mungkin sernuanya diterima oleh alat indra, karena alat indra
individu terbatas kemampuannya. Kemampuan individu dalam
memperhatikan berbagai objek dipengaruhi oleh berbagai faktor
sebagaimana dikemukakan Singgih D. Gunarsa (1983: 107)
bahwa:
"Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dibagi dalam dua golongan besar yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Termasuk faktor luar adalah faktor-faktor yang
terdapat pada objek yang diamati yaiiu : intensitas atau
ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan. Sedangkan
yang termasuk faktor dalam adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri sebagai
pengamat, yaitu: motif, kesediaan dan harapan.

Sebagaimana yang dikemukakan di atas, jadi faktor-faktor yang


mempengaruhi perhatian individu adalah faktor luar dan faktor
dalam:

a. Faktor Luar
Yang dimaksud faktor luar adalah segala rangsangan yang
datangnya dari objek yang diamati, yang termasuk ke dalam
faktor luar antara lain:
1) Kuat lemah rangsangan (intensitas) dan ukuran
Objek yang diamati lebih diperhatikan bila menyimpang
dan kebiasaan (sangat besar, sangat tinggi, sangat
pendek dan sangat kecil) dari benda-benda lainnya.
2) Kontras
Sesuatu yang berbeda dengan yang ada disekelilingnya.
Misalnya sangat cantik diantara orang-orang yang jelek,
atau sangat serak diantara orang-orang yang merdu dan

18
sebagainya.
3) Pengulangan
Suatu objek yang gerakannya berulang dalam waktu
tertentu, akan menarik perhatian, namun kalau
berulangnya terus-menerus tak terbatas waktu, tak akan
menarik perhatian lagi. Contoh, suara petasan yang
berangkai, suara kentongan tanda bahaya dan lain-lain. Hal
ini semua akan menarik perhatian tapi apabila tukang
pandal besi memukul-mukul besi dan pagi sampai sore tak
menarik perhatian lagi.
4) Gerakan
Suatu benda yang bergerak-gerak akan menarik perhatian,
misalnya mainan yang bergerak-gerak diantara mainan-
mainan yang diam pada etalase toko.
b. Faktor Dalam
Yang dimaksud faktor dalam adalah berbagai hal yang
berhubungan dengan diri individu yang bersangkutan, yang
termasuk pada faktor ini antara lain:
1) Motif
Motif merupakan daya pendorong dalam diri individu untuk
melakukan kegiatan, tercapai tidaknya suatu tujuan banyak
ditentukan oleh besar kecilnya motif dari individu yang
bersangkutan, Rochman Natawidjaya (1978:46)
mengemukakan bahwa, "Motif, ialah setiap kondisi atau
keadaan seseorang atau sesuatu organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan
suatu atau serangkaian tingkah laku perbuatannya".
2) Kesediaan
Perhatian akan lebih terpusat bila adanya kesediaan dari
individu dalam menghadapi sesuatu objek. Contoh: suatu
instruksi akan lebih diperhatikan bila adanya kesediaan dari
orang yang diberi instruksi/perintah. Instruksi tak akan
diperhatikan bila yang diperintahnya sedang sibuk atau
sedang bingung.

3) Harapan
Sesuatu objek yang menjadi harapan akan lebih diperhatikan

19
dibanding dengan objek lain yang bukan harapannya. Maka
makin besar harapan terhadap sesuatu objek makin tinggi
pula intensitas perhatiannya. Contoh: seseorang yang
mengharapkan punya kekasih yang cantik, baik hati dan pakai
kerudung, tiba-tiba menemukan gadis seperti tersebut, maka
hal tersebut akan lebih diperhatikannya.

4) Gangguan terhadap perhatian


Yang dimaksud dengan gangguan terhadap perhatian yaitu
adanya perangsang lain yang mengganggu terhadap
perhatian individu, pada waktu individu tersebut sedang
memperhatikan sesuatu objek. Misalnya: guru-guru sedang
memperhatikan ceramah kepala sekolah, tiba-tiba
perhatiannya terganggu oleh suara gemuruh kelas yang
ambruk. Supaya perhatian tetap terpusat kepada suatu objek,
maka gangguan yang merintangi perhatian harus diatasi.
Adapun usaha untuk mengatasi gangguan perhatian seperti
dikemukakan oleh F. Patty (Kaswan, 1982: 96) sebagai berikut:
Beberapa cara untuk mengatasi gangguan perhatian ini:
1) memperkuat motivasi
2) memperkuat usaha dalam menjalankan tugas
3) membiasakan diri dalam membantu in attention terhadap
gangguan perhatian

Dengan memperhatikan pendapat di atas menunjukkan


bahwa gangguan terhadap perhatian dapat diatasi, diantaranya
dengan memperkuat motivasi, memberikan pengertian dan
sebagainya. Untuk meningkatkan perhatian guru terhadap
pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas harus diberikan
motivasi melalui rapat-rapat, penataran-penataran, memberikan
tanggung jawab/ pengakuan dan meningkatkan kesejahteraannya.
2. Peranan dan Fungsi Perhatian dalam Proses
Pembelajaran
Peranan guru sangat besar dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar, karena guru sebagai penanggung jawab utama
pada proses belajar mengajar di kelas. Guru merupakan sentral
serta sumber kegiatan belajar mengajar. Guru harus penuh

20
inisiatif dan kreatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar,
karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi
kelas, terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya.
Proses belajar mengajar merupakan komponen utama bahkan
bisa dikatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan inti
dari seluruh komponen pendidikan, walaupun guru bukan satu-
satunya sebagai sumber pendidikan. Seperti yang dikemukakan
oleh Nanang Fattah (2000:81) bahwa:
"Proses Belajar Mengajar (PBM) yang sesuai dengan
kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan
siswa dengan atau sejumlah sumber belajar secara
individual atau sekelompok, tidak hanya sebatas cara
konvensional seperti guru menjelaskan materi kepada siswa
dalam kelas. Proses belajar mengajar yang efektif adalah
suatu kondisi yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berfikir dan berbeda pendapat dengan guru,
sehingga terjadi interaktif”.

Karena sangat kompleksnya tanggung jawab guru dan


semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga
guru selain dapat menguasai kelas dan sebagai figur yang digugu
dan ditiru juga harus lebih cepat menangkap berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan namun tetap jadi guru sebagai
pendidiklah yang menjadi dominan.
Sejak digulirkannya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah),
pelaksanaan proses belajar mengajar tak lagi bersifat sentralistik,
tetapi diserahkan ke daerah sesuai dengan kebutuhan dengan
istilah kebersamaan dalam tujuan dan keseragaman dalam
penyajian, dengan pengertian cara melaksanakan proses belajar
mengajar disesuaikan dengan kebutuhan daerah namun harus
tetap mengacu kepada standar kurikulum sekolah.
Kecepatan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
menurut para ahli belum bisa menggantikan posisi guru, karena
guru sebagai kunci dalam pelaksanaan interaksi proses belajar
mengajar yang fungsi utamanya dalam proses belajar mengajar
yaitu adanya perubahan tingkah laku pada diri anak.

21
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprayekti (2003: 4)
bahwa:
"Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan
perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses
perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya terjadi
karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan
agar terjadi perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar.
Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Perubahan-perubahan prilaku ini merupakan hasil belajar yang
mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.
F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
1. Aktivitas Awal Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, seorang
guru perlu mempersiapkan seluruh perangkat yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar yaitu berupa administrasi
pengajaran. Dimana makna administrasi pengajaran adalah
keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang
pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran
terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna.
Administrasi pengajaran berfungsi sebagai pedoman dalam
pengelolaan pengajaran agar terencana, terorganisir,
terlaksana dan, terawasi dengan baik. Administrasi
pengajaran berkaitan erat dengan proses belajar mengajar.
Berdasarkan pedoman penyusunan kalender pendidikan yang
diterbitkan oleh dinas pendidikan sebagai kegiatan awal
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar perlu
melakukan persiapan mengajar.

Persiapan mengajar mencakup semua kegiatan yang


dilakukan dalam mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan sebelum melaksanakan proses belajar mengajar,
bertujuan untuk:

1) Menjabarkan kegiatan dan bahan yang akan disajikan guru


dalam tahap pelaksanaan pengajaran.
2) Memberikan arah tugas yang harus ditempuh dalam

22
proses belajar mengajar.
3) Mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya.
4) Sebagai dasar untuk pengawasan dan penilaian
pelaksanaan pengajaran.

Pada kurikulum KTSP yang dimaksud dengan persiapan


mengajar adalah seperangkat rencana dan pelaksanaan
pembelajaran beserta penilaiannya, dijabarkan ke dalam
bentuk silabus yang didalamnya terdiri dan komponen
komponen yang saling berkaitan, adapun komponen silabus
terdiri dari:
1) Kompetensi dasar adalah target kompetensi yang harus
dicapai, hal tersebut sudah tertera dalam kurikulum KTSP.
2) Hasil belajar adalah keadaan kemampuan siswa setelah
memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar
dalam satu kompetensi.
3) Indikator adalah kompetensi dasar yang lebih terarah dan
spesifik.
4) Pengalaman belajar adalah pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan langkah-langkah yang lebih terinci yang
dilakukan oleh anak itu sendiri.
5) Alokasi waktu yang merupakan penjatahan beberapa
waktu yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
materi tersebut.
6) Sarana dan prasarana sebagai pendukung terlaksananya
dengan baik pembelajaran tersebut.
7) Penilaian yang merupakan alat ukur ketercapaian dan
keberhasilan pembelajaran tersebut.

Jadi apabila seorang guru akan mengajar tanpa


menjabarkan kurikulum ke dalam program pengajaran yang
direalisasikan ke dalam silabus, sangat sulit untuk menyajikan
materi pelajaran.
2. Aktivitas Keterlaksanaan Pembelajaran Berkualitas
Setelah administrasi pengajaran disiapkan hasil
penjabaran dan kurikulum berupa program pengajaran yang
direalisasikan ke dalam bentuk silabus, langkah berikutnya
adalah menyajikan kedalam proses belajar mengajar yang
didalamnya terjadi interaksi antara guru dengan murid dalam

23
usaha mencapai target kompetensi yang terdapat dalam
kurikulum KTSP.
Pemberlakukan kurikulum KTSP merupakan salah satu
langkah strategis guna memantapkan pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik, "mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan
kondisi yang menyenangkan dan menyediakan pengalaman
yang beragam dengan belajar centered ini, beberapa model
pembelajaran telah dikembangkan disesuaikan dengan melalui
berbuat” (Depdiknas, 2003 : 3).
Peran guru sebagai transformator harus diubah menjadi
seorang fasilitator yaitu menciptakan kesempatan atau peluang
agar peserta didik dapat mengeksplorasi gagasan, mengajukan
pertanyaan dan lebih jauhnya dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan arahan dan bimbingan aktif guru. Di
dalam kelas yang berpusat pada siswa (student centered) peran
guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau
prinsip. Siswa membangun pengetahuan di dalam benaknya
sendiri. Guru membantu (mediator) proses ini agar informasi
bisa bermakna dan sangat relevan.
Untuk mewujudkan keterlaksanaan proses pembelajaran
yang bersifat student centered ini, beberapa model
pembelajaran telah dikembangkan disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran tertentu dengan menggunakan
berbagai pendekatan dan metode serta dilandasi teori-teori
belajar, misalnya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
yang harus diimplementasikan menurut kurikulum KTSP.
1) Makna Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebagai terjemahan dari
Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai dua sisi
kepentingan yaitu sebagai pilosofis dan sebagai strategi.
Sebagai pilosofis merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

24
nyata siswa, baik fisik maupun mental. Dan sebagai strategi
memadukan teknik-teknik tertentu untuk memotivasi siswa
lebih akktif dan kreatif memadukan antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam penerapan melalui pengamalan nyata
sehari-hari (Husen. S. KTSP: 9).
Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik didorong
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh dari
usaha peserta didik mengkonstruksi pengetahuan, dan
keterampilan baru ketika belajar. Perlu dipahami bahwa
pembelajaran kontekstual bukan berarti guru harus
mengkontekskan setiap materi ajar ke dalam situasi nyata
yang berupa fisik, tetapi dapat juga dengan masalah yang
disimulasikan, yang artinya dengan menarik segala imajinasi
yang dekat dengan alam pikiran peserta didik untuk dijadikan
bahan belajar (Sri Wardhani, 2002). Pembelajaran kontekstual
sebagai suatu konsepsi yang membantu guru
menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dalam kehidupan (Benchard. Dit_ PLP, KTSP).
Menurut pendapat Zahonk, 1995 (dalam Dit. PLP, 2003)
yang dikembangkan Husen (LPMP, KTSP : 10) ada lima elemen
yang perlu diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual, yaitu:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge)
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)
dengan cara mempelajari secara keseluruhan kemudian
memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
yaitu dengan cara menyusun:
a. Konsep sementara (hipotesis)
b. Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan (validasi)
c. Merevisi konsep tersebut dan mengembangkannya.
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut

25
(applying knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap
strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

2) Strategi Pembelajaran Konsekstual


Pembelajaran yang dilaksanakan dengan strategi kontekstual
(CTL) menurut Slamet Mulyana (LPMP Bahasa, KTSP: 14) memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang otentik,
artinya pembelajaran diarahkan agar peserta didik memiliki
keterampilan memecahkan masalah dalam konteks nyata
atau pembelajaran diupayakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting).
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada peserta didik (learning by doing)
3) Pembelajaran dilakukan melalui kerja kelompok, berdiskusi
saling mengoreksi (learning in a group)
4) Kebersamaan, kerjasama saling memahami (learning to know
each other deepy)
5) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan produktif
(learning to ask, to inquiry, to work together).
6) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara menyenangkan
(learning as an enjoy ancivity).

Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama


dalam setiap pelaksansan pembelajarannya, yaitu konstruktivisme
(contctructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry),
masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian otentik
(authentic assessment).
(1)Konstruktivisme (constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosopis)
pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun
oleh peserta didik sedikit demi sedikit, tahap demi tahap
kemudian hasilnya diperluas dengan konteks terbatas tidak
sekoyong-konyong, bahkan prosesnya kadangkala tidak terlalu
mulus dan selalu mendapat halangan dan rintangan.
Dalam konstruktivisme seorang guru harus memperhatikan
hal-hal (LPMP, KTSP) sebagai berikut :
a. Mengakui adanya konsepsi awal pengetahuan yang dimiliki

26
peserta didik melalui pengalaman sebelumnya.
b. Menekankan kepada kemampuan minds on (berpikir) dan
hands on (keterampilan), perpaduan logika dan kinestika.
c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi
perubahan konseptual.
d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
e. Mengutamakan terjadinya interaksi sosial.
(2)Bertanya (questioning)

Bertanya merupakan induk dari strategi pembelajaran


kontekstual yang kadang kala bisa disebut awal dan jantung dari
pengetahuan sehingga merupakan aspek terpenting dan
pembelajaran. Seorang bertanya bisa karena ingin tahu,
menguji, menginformasi, mengapersepsi, mengarahkan dan
menggiring, mengaktifkan skemata, menghakimi,
mengklarifikasi, memfokuskan, dan bisa menghindari
kesalahpahaman. Pengetahuan dapat dibangun mulai dari
bertanya.
(3)Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran agar retensinya kuat, daya ingatnya lama, bahkan
akan menunculkan kepuasan tersendiri bagi peserta didik
dibandingkan hanya melalui pewarisan. Dengan
menemukan kemampuan berpikir mandiri (kognitif tingkat
tinggi, kritis, kreatif, inovatif dan improvisasi) akan terlatih
sehingga kondisi selanjutnya akan terbiasa. Inquiri mempunyai
siklus observasi, bertanya, menduga, kolekting dan konsklusi
(Husen, KTSP:15)
(4)Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
belajar diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain,
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru,
atau peserta didik dengan lingkungan sekitarnya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran kontekstual guru disarankan untuk
membentuk kelompok belajar agar terjadi interaksi dalam hal
yang pandai membantu yang lemah, yang tahu memberi tahu
yang belum tahu, yang cepat mendorong temannya yang

27
lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul dan
sebagainya.
(5)Pemodelan (modeling)
Pemodelan akan lebih membantu dalam pembelajaran
kontekstual. Pada pendekatan kontekstual harus ada model
yang dapat ditiru, diadaptasi dan dimodifikasi. Dengan adanya
model untuk dicontoh biasanya konsep akan lebih mudah
dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan
bisa dilakukan oleh guru atau dari peserta didik yang dipandang
mampu membantu memberi kejelasan kepada peserta didik
lainnya, misalnya siswa ditunjuk untuk mendemonstrasikan
menggunakan termometer dihadapan temannya. Siswa tersebut
adalah model. Siswa lain menggunakan model tersebut sebagai
standar kompetensi yang harus dicapai.
(6)Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru
dipelajari, merenungkan kembali aktivitas yang telah dilakukan,
atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah
dilakukan. Refleksi berguna untuk evaluasi diri, koreksi,
perbaikan, atau peningkatan diri. Kegiatan refleksi dapat
direalisasikan dengan pertanyaan langsung tentang hal-hal yang
diperoleh peserta didik pada hari itu rangkuman), catatan atau
jurnal dibuku peserta didik untuk memperbaiki kegagalan, kesan
dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu
(learning how to learn) hasil karya dan sebagainya.
(7)Penilaian Otentik (authentic assessment)
Pada pelaksanaan pembelajaran kontekstual penilaian
harus memberikan gambaran perkembangan belajar peserta
didik secara komprehensif. Penilaian harus berkenaan dengan
seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan produk hasil
pembelajaran, sehingga seluruh usaha peserta didik mendapat
penghargaan. Hakikat penilaian yang diwujudkan merupakan
penilaian atas usaha peserta didik yang berkenaan dengan
pembelajaran, bukan merupakan hukuman atau hadiah. Macam

28
penilaian otentik adalah membuat catatan harian melalui
observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi peserta didik,
wawancara atau angket untuk menilai afektif, portopolio untuk
menilai seluruh hasil kerja peserta didik, tes untuk menilai
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi bahan ajar.
Kata kunci penilaian otentik adalah "Apakah peserta didik
belajar, bagaimana usahanya?", dan bukan melalui pertanyaan
"Apakah yang sudah dikuasai peserta didik?" (Husen, LPMP,
KTSP: 18).
Pendapat lain tentang stretegi pembelajaran kontekstual
yaitu menurut Center of Occupation Research and Development
(CORD) ada lima strategi berjenjang dalam pembelajaran
kontekstual, yang disingkat REACT yaitu:
(1)Realiting; yaitu belajar yang dikaitkan dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata.
(2)Experiencing; yaitu belajar ditekankan kepada penggalian
(eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan
(invention)
(3)Applying; yaitu belajar bilamana pengetahuan
dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.
(4)Cooperating; yaitu belajar melalui konteks komunikasi inter
personal, pemakaian bersama.
(5)Transferring; yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan
di dalam situasi atau konteks baru (Nurhadi, 2003 : 23).

3) Model Pembelajaran Kontekstual

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran kontekstual yaitu


berpusat pada anak, aktif, kreatif, memecahkan masalah,
mempraktikan dan sebagainya, maka alternatif model
pembelajaran berbasis kontekstual adalah sebagai berikut :
a. Model Cooperative Learning (CL)
Struktur tujuan kooperatif dapat terjadi hanya jika siswa lain
dengan siapa mereka bekerja sama dapat mencapai tujuan. Tiap-
tiap individu ikut andil menyumbangkan pencapaian tujuan. Siswa
yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika
siswa lain juga mencapai tujuan. Model cooperative ini

29
mengutamakan keberhasilan dengan kebersamaan. Fase-fase
model Cooperative Learning (fase yang dikembangkan LPMP, KTSP)
No Fase-Fase Perilaku Guru

1 Menyampaikan Menyampaikan semua tujuan


tujuan dan yang ingin dicapai
memotivasi siswa
2 Menyajikan Menyajikan informasi dengan
informasi demonstrasi
atau lewat bacaan
3 Pengorganisasian Penjelasan bentuk kelompok,
kelas / membantu
pengelompokan dalam transisi kerja secara efisien
belajar
4 Membimbing Membimbing kelompok belajar saat
kelompok bekerja
bekerja dan belajar menyelesaikan tugas
5 Evaluasi Mengevaluasi hasil kinerja
siswa atau
kelompok untuk mempresentasikan
hasil
6 Penghargaan Menghargai hasil upaya/belajar
individu atau
kelompok
b. Model Problem Baseed Instruction (PBI)
Salah satu indikasi adanya transfer belajar adalah kemampuan
menggunakan informasi dan keterampilan untuk memecahkan
masalah-masalah yang kadangkala setiap hari dihadapi. Intisari
model pembelajaran ini mengarah kepada melatih anak untuk
berkemampuan memecahkan masalah.
Fase-fase model Problem Bassed Instructiolni (PBI) Fase yang
dikembangkan oleh LPMP, KTSP).
No Fase-Fase Perilaku Guru

1 Orientasi Menjelaskan kompetensi dasar,


terhadap memotivasi siswa
Masalah
agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah

2 Pengorganisasia Membantu mendefinisikan,


n/ mengorganisasikan
pengelompokka
n tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah

3 Membimbing Mendorong aktivitas untuk

30
No Fase-Fase Perilaku Guru

penyelidikan mengumpulkan Informasi sesuai


masalah, melaksanakan eksperimen/uji
datauntuk mendapatkan penjelasan
pemecahan masalah

4 Mengembangka Membantu dalam


n merencankan, menyiapkan
produk seperti laporan,video, model
menyajikan dan membantu dalam pembagian
produk tugas
5 Menganalisis Membantu dalam melakukan refleksi
dan dan evaluasi terhadap proses
mengevaluasi penyelidikan

c. Model Pembelajaran Langsung (direct instruction)


Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus
untuk menunjang proses belajar peserta didik berkenaan dengan
pengetahuan prosedural dan deklaratif yang tersetruktur dengan
baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah
(konstruktivisme).
Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah
tetapi metode ceramah dan resitasi (mengecek pemahaman
dengan tanya jawab) berhubungan erat dengan model
pembelajaran langsung (Husen,KTSP:36). Pembelajaran langsung
memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci
terutama dalam analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat
pada guru, tetapi harus menjamin keterlibatan peserta didik
melalui kerja mental dalam menangani informasi baru yang
diterimanya. Jadi lingkungan belajar harus diciptakan agar
berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.
Fase dan peran guru dalam pembelajaran langsung (Fase
yang dikembangkan LPMP, KTSP)
No Fase-Fase Perilaku Guru
1 Penyampaian Menyampaikan kompetensi dasar,
tujuan informasi
latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar

31
No Fase-Fase Perilaku Guru
2 Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan keterampilan
pengetahuan dan atau
keterampilan menyajikan informasi tahap demi
tahap
3 Membimbing Memberikan latihan secara terbimbing
latihan
4 Mengecek Mengecek kemampuan peserta
pemahaman didik dan
dan memberikan memberikan umpan balik
umpan
balik
5 Memberikan latihan Mempersiapkan latihan untuk peserta
dan penerapan didik
konsep dengan menerapkan konsep yang
dipelajari
pada kehidupan sehari-hari

4) Teknik Pembelajaran Kontekstual


Dalam pelaksanaan model pembelajaran, guru dapat
memilih teknik yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Beberapa teknik yang dapat digunakan antara lain:
(1) Student Team Achievement Divisions (STAD, Slavin, 1980)
Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya kerjasama
anggota kelompok. Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari
temannya serta "mengajar" temannya.
a) Buatlah kelompok (3-5) orang secara heterogen.
b) Diskusikan bersama bahan belajar dalam kelompok
c) Bahan belajar tiap kelompok bisa berbeda.
d) Tiap anggota kelompok saling membantu (tutorial, sharing)
e) Presentasi hasil kerja kelompok.
f) Kuis individual terjadwal.
g) Buat skor perkembangan/kemajuan belajar tiap siswa.
h) Umumnya rekor tim dan individual.

(2) Jigsaw
Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya pemberian
motivasi kepada siswa untuk selalu mengevaluasi proses
pembelajaran mereka. Ciri pembelajaran
tipe Jigsaw (LPMP, 2003) adalah:
a) Buatlah kelompok (4-6) siswa secara heterogen dengan sebutan
jigsaw/asal

32
b) Bentuk kelompok ahli dengan anggota terdiri dari wakil kelompok
jigsaw, kelompok ini disebut counterpart group (CG)
c) Berikan bahan belajar terdiri dari beberapa bagian
d) Tiap kelompok CG membahas bagian tertentu dengan berbeda
e) Tiap anggota CG mempelajari bahan belajar yang sama
f) Tiap kelompok CG kembali ke kelompok jigsaw/asal
g) Pelaksanaan tutorial per bagian dilaksanakan oleh anggota CG di
kelompok jigsaw/asal
h) Kuis individual terjadwal
i) Buatlah skor perkembangan tiap siswa
j) Umumkan hasil kuis

(3) Investigasi kelompok


Tipe ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas serta
berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada
kreatif positif para siswa. Model ini mempunyai empat
karakteristik (LPMP, 2003):
Pertama; kelas harus dibagi kelompok yang heterogen.
Kedua; kelompok tersebut dihadapkan kepada materi
pembahasan yang kompleksitasnya tinggi, dengan harapan
mengembangkan meningkatnya daya keingintahuan (kuriositas)
dan saling ketergantungan positif diantara mereka.

Ketiga; di dalam kelompoknya mereka terlibat komunikasi aktif


untuk meningkatkan keterampilan belajar. Komunikasi positif
diharapkan terjadi dalam perencanaan, investigasi, pelaksanaan
investigasi, analisa dan sintesis hasil investigasi untuk
pembuatan laporan, serta evaluasi proses dan hasil.

Keempat; guru bertindak sebagai sumber belajar dan pimpinan


tak langsung, memberikan arahan dan klarifikasi bila diperlukan,
dan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif.

(4) Think pair Share (TPS)


Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain
dari teknik ini adalah adanya optimalisasi partisipasi siswa. Ciri
pembelajaran dengan tipe ini (LPMP, 2003):
a) Sajikan materi secara klasikal
b) Berikan problem (pendalaman, perluasan, aplikasi)
c) Bahas secara berpasangan (think-pairs)
d) Presentasikan hasil kelompok (share)
e) Buat skor perkembangan individual
f) Umumkan hasil kuis

33
(5) Numbered Head Together (NHT)
Teknik ini mengembangkan ketergantungan positif antara siswa.
Mereka yang berkemampuan tinggi harus bersedia membantu,
meskipun mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan
yang diberikan dengan motivasi sebagai tanggung jawab untuk
meraih nama baik kelompok. Hal ini dilakukan untuk memotivasi
yang lemah agar tidak takut dalam belajar. Ciri NHT (LPMP,
2003):
a) Buatlah kelompok yang heterogen (4-5 orang)
b) Tiap kelompok diberi nomor
c) Berikan persoalan materi bahan ajar
d) Bekerja dalam kelompok untuk mencapai mupakat
e) Presentasikan hasil kerja kelompok
f) Kuis individual
g) Buat skor perkembangan individual
h) Umumkan hasil kuis

(6) Teams Games Tournamen (TGT)

Teknik ini merupakan teknik pembelajaran yang menekankan


kepada pola turnamen sehiagga anak dibawa untuk
berkompetensi, kegiatannya seperti STAD di atas, tetapi yang
membedakan kompetisi dengan cara membandingkan antar
kemampuan anggota tim/kelompok (De Varies cs, 78).
(7) Circle of Learning (Learning together ; Jhonson and Jhonson)
Yang dianggap istimewa dalam tipe ini adalah adanya
ketergantungan dalam arti positif. Dalam kegiatannya masing-
masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusi dan mendengarkan pemikiran dan
pendapat anggota yang lainnya. Adapun ciri pembelajarannya
(LPMP, 2003):
a) Kelompok heterogen (5-6 anggota)
b) Giliran berbicara semua anggota kelompok
c) Mendengarkan dan memberi kontribusi
d) Mengajukan pertanyaan
e) Presentasi dan kesimpulan rangkuman

(8) Co-op co-op

34
Teknik ini identik dengan investigasi kelompok. Orientasi pada
tugas pembelajaran yang kompleks, siswa berupaya
mempelajari bahan yang telah ditugaskan, setiap siswa
mempunyai tugas sesuai dengan topiknya. Teknik ini
memerlukan cara dan keterampilan nalar yang cukup tinggi,
termasuk menganalisis dan melakukan sintesis bahan pelajaran.
Adapun ciri pembelajaran ini (dikembangkan oleh LPMP, 2003)
adalah:
a) Memunculkan masalah
b) Diskusi kelas
c) Seleksi tim/ topik
d) Seleksi siswa yang berkemampuan sesuai bagian masalah
e) Seleksi topik dalam kelompok
f) Presentasi topik
g) Presentasi kelompok
h) Evaluasi oleh siswa dengan bimbingan

Saat pelaksanaan proses belajar mengajar guru benar-benar


melibatkan siswa
secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi, ikut serta
memecahkan berbagai masalah. Dengan kepiawaian guru dalam
menyajikan materi pelajaran tidak terasa bahwa siswa sedang
benar-benar mengidentifikasikan dirinya dengan guru, karena bagi
siswa SD saat itu guru sebagai sosok yang dianggap benar segala-
galanya dan tidak pernah melakukan kesalahan, bahkan tidak
jarang figur guru dapat mengalahkan figur orang tuanya sendiri.
3. Aktivitas Akhir Pembelajaran
Selanjutnya langkah-langkah yang perlu ditempuh setelah
proses belajar mengajar selesai, guru harus melakukan evaluasi,
analisis hasil evaluasi dan melakukan tindak lanjut hasil evaluasi.

1) Melaksanakan Evaluasi

Kegiatan akhir dari proses belajar diantaranya adalah


melaksanakan evaluasi untuk memperoleh, menganalisis dan
menafsirkan data tentang proses hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, untuk menjadi
bahan informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan,

35
pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa
tentang tingkat keberhasilan belajarnya, juga untuk memberikan
laporan kepada orang tuanya.

Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes dan non tes yang
mencakup aspek kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan berbagai
cara, bisa dilaksanakan sebelum proses belajar mengaiar, yang
disebut free test maksudnya untuk mengetahui sejauh mana
bahan lalu telah dikuasai siswa, bisa dilaksanakan saat proses
belajar mengajar sedang berlangsung atau penilaian proses
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan
dimana tes lisan memiliki kelebihan yaitu dapat menilai
kemampuan dan meningkatkan pengetahuan yang dimiliki siswa,
sikap serta kepribadiannya, karena berhadapan langsung, tes ini
juga menolong siswa yang mengalami kesulitan memahami soal,
karena bisa bertanya langsung. Sedangkan kelemahannya ialah
subjektivitasnya sangat tinggi, juga waktu yang diperlukan cukup
lama untuk dapat mengetes seluruh siswa. Selain tes lisan ada
juga melalui tes pembuatan, dan kunjungan rumah (observasi).

Tes perbuatan merupakan tes yang pelaksanaannva


dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan yang dilakukan
sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan, sampai hasil
akhir yang dicapai. Untuk penilaian ini umumnya diperlukan
sebuah format pengamatan yang bentuknya dibuat sedemikian
rupa sehingga guru dapat menuliskan nilai pada tempat yang
sudah disediakan.

Teknik penilaian observasi dilakukan guru untuk mendapat


informasi tentang siswa dengan cara mengamati tingkah laku dan
kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Dalam
kegiatan observasi perlu dipersiapkan format pengamatan
diantaranya berisi prilaku-prilaku, batas waktu pengamatan.

2) Analisis Hasil Evaluasi

36
Kegiatan menganalisis hasil evaluasi yaitu berupa kegiatan
menganalisa butir soal, agar diperoleh soal yang bermutu. Soal
yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi
setepat-tepatnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan sejak
penyusunan administrasi pembelajaran, diantaranya untuk
menentukan siswa mana yang sudah sesuai dengan tuntutan
kompetensi atau belum mencapai harapan yang tertera dalam
kompetensi. Bila sudah memperoleh standar kompetensi berarti
siswa tersebut sudah belajar tuntas, namun apabila siswa belum
mencapai standar kompetensi yang diujikan berarti siswa belum
belajar tuntas dan perlu diadakan perbaikan-perbaikan melalui
tindakan lanjutan yang berupa remidial.
Dengan cara menganalisa hasil evaluasi akan diketahui
butir-butir soal mana yang belum dikuasai siswa dan soal-soal
yang sudah dikuasai siswa dengan cara membandingkan soal-
soal yang dijawab oleh siswa dengan benar dan soal-soal yang
dijawab oleh siswa tapi masih salah. Bila standar yang dijawab
oleh siswa belum mencapai minimal 60% berarti guru harus
melaksanakan penjelasan ulang pada materi yang belum dikuasai
siswa. Namun apabila soal-soal yang dijawab oleh siswa telah
mencapai lebih dari 60% berarti pokok bahasan pada materi
pelajaran perlu dilanjutkan. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Safari (2003:84) "Soal yang bermutu adalah
soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai
dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan siswa mana
yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan".

3) Melaksanakan Remidial Hasil Pelajaran

Bagi siswa yang lambat belum mencapai ketuntasan


dalam belajar masih diberikan kesempatan untuk menguasai
materi pelajaran maka diadakan pembelajaran remidial sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Made Alit Mariana (2003 : 6)
sebagai berikut:

37
"Dalam pelaksanaannya tidak semua siswa mencapai
ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak
mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang lambat
mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran ... ".

Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar peranan guru

harus memahami pribadi serta potensi yang dimiliki siswa secara

tepat, kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi siswa yang

sebenaraya, siswa harus diberi kesempatan untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya, guru diharapkan bisa

merancang ketuntasan belajar yang harus dicapai siswa, seperti

dikemukakan oleh MA Mariana (2003 : 6) yaitu:

a) Penentuan ketuntasan pokok bahasan materi pelajaran yang


harus dituntaskan oleh siswa.
b) Merencanakan ketuntasan yaitu dengan cara memenggal
berupa bagianbagian pokok bahasan yang harus dicapai siswa
yang berurutan.
c) Pembelajaran untuk ketuntasan yaitu guru merancang hal-hal
yang akan dipelajari siswa sebagai acuan dalam belajar
tuntas, cara siswa mempelajarinya agar tuntas.
d) Penentuan peringkat pencapaian siswa, yaitu melaksanakan
evaluasi terhadap pencapaian siswa, terutama pencapaian
secara individual. Siswa dibuat peringkatnya berdasarkan
pada hal-hal yang telah dipelajarinya atau dikuasainya
sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.

BAB III
METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN

A.Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah penelitian sangat perlu
menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan masalah
yang diteliti, agar masalah tersebut bisa akurat dalam
pemecahannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis

38
menggunakan metode penelitian deskriptif. Mengenai hal ini
Suryabrata (1983:19) mendefinisikan metode penelitian
deskriptif sebagai berikut: ".....penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi sebagai berikut:
Penelitian deskriptif mengambil masalah atau
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual
sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Mengingat sifatnya yang demikian maka penelitian
deskriptif dalam pendidikan lebih berfungsi untuk
pemecah masalah praktis pendidikan sedikit sekali
fungsinya dalam pengembangan ilmu.

Mengacu pada penjelasan di atas, dengan metode


deskriptif ini penulis berusaha menggambarkan atau melukiskan
situasi-situasi atau kejadian pada masa sekarang dan penulis
berusaha memperoleh informasi secara lengkap tentang
masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-
langkah yang tepat. Langkah-langkah ini tidak terbatas pada
proses penyimpulan data saja, tetapi meliputi analisis,
interpretasi dan kesimpulan dari data yang diperoleh. Sehingga
penelitian ini dapat menjelaskan atau menggambarkan masalah
yang diteliti.
B.Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel merupakan sumber yang sangat
penting untuk penulisan karya ilmiah. Populasi dan sampel
merupakan sumber data dalam penelitian. Sehubungan
populasinya hanya 13 (tigabelas) orang maka agar akurat
penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
Dalam hal ini adalah guru SDN Ceungceum UPTD Pendidikan TK,
SD dan PLS Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.
C. Alat Pengumpul Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini


menggunakan alat sebagai berikut:
1. Wawancara

39
Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan

yang dapat berguna dan menunjang tujuan penelitian.

2. Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan alat yang lebih spesifik
pembuktian pekerjaan guru dalam masalah penelitian ini,
sehingga hasil penelitian lebih akurat akan kebenaran data
dalam menjawab tujuan penelitian.
3. Angket
Angket atau quesioner adalah seperangkat pertanyaan dan
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Jenis angket
yang digunakan adalah angket tertutup.
D. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Angket
a. Merumuskan spesifikasi data
b. Menuangkan ke dalam kisi-kisi penyusunan angket
c. Menyusun angket
d. Uji coba angket
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
a. Penyerahan angket
Angket diserahkan kepada seluruh guru untuk diisi, dalam
waktu relatif singkat angket tersebut dikumpulkan lagi,
ditampung kembali untuk dilakukan pengolahan
selanjutnya.
b. Melakukan wawancara dengan guru-guru di kelas sambil
melihat dokumen yang ada dan dimiliki serta dibuat
olehnya setiap hari (waktu tertentu)
3. Pengolahan data
a. Memeriksa data, setelah angket terkumpul dari sampel sumber
data, maka angket diseleksi untuk diperiksa keabsahannya.
b. Tabulasi data, memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan
dalam angket sesuai dengan jawaban responden, kemudian
nilai yang masih mentah tersebut dibuat dalam bentuk tabel.
c. Penafsiran data, yaitu untuk menjelaskan data yang sudah

40
diperoleh berdasarkan prosentase dari alternatif jawaban.

Adapun rumus yang digunakan untuk menafsirkan data

adalah sebagai berikut:

F x100 = %
N
Keterangan :
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden
100 = Bilangan tetap
% = Prosentase yang dicari

41
BAB IV
HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN

A. Teknik Pengolahan Data


Teknik perhitungan data dimaksudkan untuk mengolah data
yang diperoleh sehingga dapat memberikan arti yang diharapkan
yaitu dapat menggambarkan tentang aktivitas yang berupa
perhatian guru terhadap siswa dalam proses belajar mengajar di
SDN Ceungceum UPTD Pendidikan TK, SD dan PLS Kecamatan
Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya.

B. Pengolahan Data
1. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perlengkapan
administrasi apakah yang perlu dipersiapkan sebelum proses
belajar mengajar? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
No Alternatif Jawaban f %
a Alat peraga, jadwal pelajaran, materi 8 80
pelajaran, buku sumber, kurikulum, kalender
pendidikan dll
b Meja kursi siswa, ruang belajar, ruang kepala 1 10
sekolah
c Papan tulis, alat tulis, perlengkapan 1 10
laboratorium, ruang perpustakaan
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar yaitu mencapai


80% bahwa mengajar adalah alat peraga, jadwal pelajaran,
materi pengajaran, buku sumber, kurikulum, kalender pendidikan.
Sebagian kecil (10%) pendapat responden yaitu meja kursi siswa,
ruang belajar, ruang kepala sekolah, dan ada pula (10%)
responden menentukan papan tulis, alat tulis, perlengkapan
laboratorium, ruang perpustakaan sebagai kelengkapan
administrasi belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar administrasi
pengajaran yang perlu dipersiapkan oleh guru sebelum proses

42
belajar mengajar adalah alat peraga, jadwal pelajaran, materi
pengajaran, buku sumber, kurikulum, kalender pendidikan.

2. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan apa yang


dilakukan dalam menyiapkan perencanaan pengajaran sebelum
proses belajar mengajar dimulai? Hasil jawaban yang masuk
sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

No Alternatif Jawaban f %
a Menyusun program pengajaran,
memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji
4 40
materi, menentukan model pembelajaran, dan
menyusun lembar proses penilaian
Mengabsen siswa, menarik tabungan,
b 5 50
membersihkan kelas
c Membariskan, memeriksa kuku dan gigi siswa 1 10
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar 50% guru dalam
menyapkan perencanaan pengajaran sebelum proses belajar
mengajar dimulai adalah yaitu mengabsen siswa, menarik
tabungan, membersihkan kelas. Sebagian kecil (40%) menyusun
program pengajaran, memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji
materi, menentukan model pembelajaran, dan menyusun lembar
proses penilaian, dan paling kecil (10%) membariskan, memeriksa
kuku dan gigi siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden


dalam menyiapkan rencana pengajaran adalah mengutamakan
mengabsen siswa, menarik tabungan, membersihkan kelas.

3. Jawaban responden atas pertanyaan tentang dengan siapa


berkonsultasi dalam mempersiapkan perlengkapan dan
perencanaan pengajaran? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana
pada tabel di bawah ini:
Tabel 3

No Alternatif Jawaban f %

43
a Rekan guru-guru 7 70
b Dengan penjaga sekolah - -
c Dengan kepala sekolah 3 30
Jumlah 10 100

Sebagian besar guru mempersiapkan perlengkapan dan


perencanaan pengajaran berkonsultasi dengan rekan guru dan
sebagian kecil dengan kepala sekolah dan tak ada seorangpun yang
berkonsultasi dengan penjaga.
Maka dapat disimpulkan bahwa responden dalam
mempersiapkan perlengkapan dan perencanaan pengajaran 70%
berkonsultasi dengan rekan guru-guru. Dan hanya 30% yang
berkonsultasi dengan kepala sekolah. Hal ini menunjukan guru
masih kurang berani melakukan konsultasi dengan atasan.
4. Jawaban responden atas pertanyaan tentang dalam pembuatan
silabus/model pembelajaran, siapa yang menjadi teman
bekerjasama (berkonsultasi) ? Hasil jawaban yang masuk
sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 4

No Alternatif Jawaban f %
a Rekan guru-guru 3 30
b Kepala Sekolah 4 40
c Pengawas TK/SD 2 20
d Pemandu Mata Pelajaran di Gugus 1 10
Jumlah 10 100

Sebagian besar (40%) responden dalam membuat model


pembelajaran/ silabus selalu berkonsultasi dengan kepala sekolah,
sebagian (30%) dengan teman guru-guru, yang berkonsultasi
dengan Pengawas TK/SD hanya (20%) dan yang memanfaatkan
pemandu mata pelajaran di gugus sekitar (10%).
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru masih kurang
memanfaatkan pemandu mata pelajaran dalam membuat
silabus/model pembelajaran, hal ini terlihat dari analisa tabel di
atas.

44
5. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang perlu
disiapkan dalam menyiapkan perencanaan penilaian proses? Hasil
jawaban yang masuk sebagaimana pads tabel di bawah ini:
Tabel 5
No Alternatif Jawaban f %
a Lembar kerja siswa 2 20
b Lembar soal tes tertulis 1 10
c Lembar kebutuhan siswa 1 10
d Lembar pengamatan 5 20
e Lembar kumpulan pekerjaan siswa 1 10
Jumlah 10 100

Secara umum (50%) dalam menyiapkan perencanaan


penilaian proses menyiapkan lembar pengamatan, responden yang
menyiapkan lembar kerja siswa hanya (20%), yang menyiapkan
lembar kebutuhan siswa (10%) juga untuk masing-masing lembar
soal tes dan lembar kumpulan pekerjaan siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru dalam
menyiapkan alat untuk penilaian proses lebih berminat untuk
mempersiapkan lembar pengamatan, bahkan bisa dikatakan masih
kurang minat untuk membuat lembar kerja siswa.
7.Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang dilakukan
dalam persiapan awal pelaksanaan proses belajar mengajar ? Hasil
jawaban yang masuk sebagaimana pads tabel di bawah ini:
Tabel 6

No Alternatif Jawaban f %

a Mengatur siswa 3 30

b Mengelola kelas 1 10

c Mengabsen siswa 1 10

d Menarik tabungan 4 40

e Langsung pelaksanaan proses belajar 1 10


mengajar

Jumlah 10 100

45
Sebagian besar (40%) pada awal pelaksanaan proses belajar
mengajar responden menarik uang tabungan, (30%) responden
mengatur siswa, yang melakukan pengabsenan, yang
mendahulukan mengelola kelas dan yang langsung melaksanakan
pembelajaran masing-masing (10%).

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya kegiatan guru pada


awal pelaksanaan proses belajar mengajar adalah menarik
tabungan dari siswa.

7. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang dilakukan


pada awal pelaksanaan proses belajar mengajar? Hasil jawaban
yang masuk sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel 7

No Alternatif Jawaban f %

a Mengecek kehadiran, mencatat dan 5 50


mengumpulkan informasi data siswa

b Langsung mengajar 3 30

c Memilih materi pelajaran yang akan 2 20


disampaikan

Jumlah 10 100

Sebagian kecil (20%) responden pada awal pelaksanaan


proses belajar mengajar melakukan kegiatan memilih materi yang
akan disampaikan, sebagian besar (50%) mengecek kehadiran,
mencatat dan mengumpulkan informasi data siswa, dan yang
langsung melakukan pembelajaran hanya (30%) dari responden.
Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya guru-guru SDN
Ceungceum pada awal pelaksanaan proses belajar mengajar
mengecek kehadiran, mencatat dan mengumpulkan informasi data
siswa.
8. Jawaban responden atas pertanyaan tentang pendekatan
pembelajaran yang disiapkan sejak awal penyusunan perangkat

46
pembelajaran? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana pada tabel
di bawah ini :
Tabel 8

No Alternatif Jawaban f %

a Melalui pendekatan konvensional 8 80


b Melalui pendekatan kontekstual 1 10
c Melalui pendekatan kolaborasi konvensional
2 20
dan kontekstual
Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) responden saat persiapan penyusunan


perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional,
sebagian kecil (20%) dengan kolaborasi antara konvensional dan
kontekstual, sebagian kecil (10%) menggunakan teknik kontekstual.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN Ceungceum
sejak awal menyusun persiapan pembelajaran menggunakan
pendekatan konvensional (cara lama belum berorientasi kepada
kebutuhan anak).

9. Jawaban responden atas isi angket mengenai implementasi


kurikulum KTSP dengan model pembelajaran kontekstual.Hasil
jawaban responden sebagaimana pada tabel di bawah ini :
Tabel 9
No Alternatif Jawaban f %
a Belum memahami 7 70
b Memahami tapi belum melaksanakan 1 10
Memahami dan sedang diupayakan
c 2 20
dilaksanakan
Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) responden belum memahami tentang


model pembelajaran kontekstual, sebagian kecil (20%) responden
yang telah memahami dan berupaya melaksanakan model
pembelajaran kontekstual, dan responden yang memahami tapi
belum melaksanakan (10%).

47
Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum belum
melaksanakan model pembelajaran kontekstual dalam
mengimplementasikan kurikulum KTSP.
10. Jawaban responden atas isi angket model pembelajaran
kontekstual yang dapat digunakan sehari-hari untuk semua mata
pelajaran. Hasil jawaban responden sebagaimana pada tabel di
bawah ini:
Tabel 10
No Alternatif Jawaban f %

a Model pembelajaran koperatif 2 120

b Model pembelajaran berbasis masalah 1 10

c Model pembelajaran langsung 7 70

Jumlah 10 100

Sebagian besar (70%) menggunakan model pembelajaran


langsung, sebagian kecil (20%) menggunakan model pembelajaran
kooperatif, dan sebagian terkecil (10%) menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.

Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum yang


menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dapat
digunakan sehari-hari adalah model langsung.

11. Jawaban responden atas isi pertanyaan angket mengenai teknik


pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif yang dapat
dilakukan di kelas. Hasil jawaban responden sebagaimana pads
tabel di bawah ini:
Tabel 11

No Alternatif Jawaban f %

a Melalui teknik Student teams achievement 1 10


division

b Melalui teknik Jigsaw 8 80

c Melalui Numbered head together 1 10

Jumlah 10 100

48
Sebagian besar (80%) menggunakan teknik Jigsaw, sebagian
kecil (10%) dengan teknik Numbered head together dan teknik
Student Teams Achivernent Division.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum
menggunakan teknik Jigsaw dalam mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif.

12. Jawaban responden atas isi angket yang membedakan


keunggulan model pendekatan pembelajaran kontekstual
dibandingkan dengan konvensional. Hasil jawaban responden
sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 12
No Alternatif Jawaban f %
a Kegiatan pembelajaran terpusat pada siswa 7 70
b Guru berfungsi hanya sebagai fasilitator 2 20
c Adanya pembagian kelompok 1 10
Jumlah 10 100
Sebagian besar (70%) menentukan bahwa model kontekstual
lebih unggul dalam kegiatan pembelajaran berpusat pada anak,
sebagian (20%) menentukan pada sisi guru sebagai fasilitator, dan
terkecil (10%) adanya pembagian kelompok.
Maka dapat disimpulkan secara umum bahwa guru SDN
Ceungceum memahami keunggulan model pembelajaran
kontekstual dalam hal aktivitas pembelajaran terpusat pads siswa.
13. Jawaban responden atas isi pertanyaan angket tentang apa
yang dilakukan pada saat membuka proses belajar mengajar?
Hasil jawaban responden sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 13
No Alternatif Jawaban f %
Tanya jawab mengarah ke materi yang telah
a 5 50
dikuasai siswa
b Bertanya materi yang akan disampaikan 1 10
Memberikan pelayanan kepada siswa yang
c 4 40
berkebutuhan khusus
Jumlah 10 100

Sebagian besar (50%) responden saat mulai membuka


proses belajar mengajar melakukan tanya jawab yang mengarah

49
ke materi yang telah dikuasai siswa, sebagian (40%)
memberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan
khusus, sebagian kecil (10%) bertanya materi yang akan
disampaikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN
Ceungceum pada awal membuka proses belajar mengajar
melakukan tanya jawab yang mengarah ke materi yang dikuasai
siswa.
14. Jawaban responden atas isi pertanyaan tentang apa yang
ditampilkan saat proses belajar mengajar dimulai?. Hasil jawaban
responden sebagaimana pada label di bawah ini :
Tabel 14

No Alternatif Jawaban f %
Memperlihatkan buku sumber, alat peraga,
a 2 20
Lembar Kerja Siswa
Bersikap ramah tamah, jujur, adil, tidak
b 3 30
diskriminasi, humoris
Tenang, percaya diri, tidak cemas, memberi
c salam, disiplin, apresiasi, materi ringan dan 5 50
menarik
Jumlah 10 100

Sebagian besar (50%) responden saat proses belajar mengajar


dimulai memperlihatkan sikap tenang, percaya diri, tidak cemas,
member salam, disiplin, apresiasi, materi ringan dan menarik.
Sebagian (30%) bersikap ramah tamah, jujur, adil, tidak
diskriminasi, humoris. Sebagian kecil (20%) memperlihatkan buku
sumber, alat peraga, Lembar Kerja Siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN Ceungceum
dalam awal proses belajar mengajar memperlihatkan sikap tenang,
percaya diri, tidak cemas, member salam, disiplin, apresiasi, materi
ringan dan menarik.
15. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang harus
dilakukan terhadap siswa saat proses belajar mengajar
berlangsung?. Hasil jawaban responden sebagaimana pada tabel di
bawah ini :
Tabel 15

50
No Alternatif Jawaban f %
a Melayani siswa yang lambat 3 30
b Melayani semua siswa tanpa ada perbedaan 5 50
c Melayani siswa yang berkebutuhan khusus 2 20
Jumlah 10 100
Sebagian besar (50%) responden menyatakan bahwa sikap
yang diperlihatkan saat proses belajar mengajar melayani semua
siswa tanpa ada perbedaan, melayani siswa yang lambat (30%) dan
sebagian kecil (20%) melayani siswa yang berkebutuhan khusus .
Maka dapat disimpulkan bahwa perhatian guru-guru SDN
Ceungceum siswa saat proses belajar mengajar walaupun bervariasi
pendapat yang dilandasi argumen masing-masing, lebih dominan
melayani seluruh siswa tanpa ada perbedaan.
16. Jawaban responden atas pertanyaan secara teoritis dan pada
lajimnya kegiatan proses belajar mengajar dibagi ke dalam tiga
bagian. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 16

No Alternatif Jawaban F %

a Membaca, menulis, berhitung 3 30

b Materi, metoda, dan evaluasi 3 30

c Kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir 4 40

Jumlah to 100

Berdasarkan tabel di atas bagian utama yang dilakukan


responden saat proses belajar mengajar berlangsung, yaitu
sebagian besar (40%) responden menyatakan yaitu kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sebagian lagi masing-masing
(30%) menyatakan bagian materi, metoda dan evaluasi dan
melakukan kegiatan membaca, menulis dan berhitung.
Maka dapat disimpulkan bahwa bagian utama saat proses
belajar mengajar yang dilakukan guru SDN Ceungceum yaitu
melaksanakan kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
17. Jawaban responden atas pertanyaan, apa yang dilakukan
terhadap siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Hasil
jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

51
Label 17

No Alternatif Jawaban f %

a Mengkaji data presentasi siswa 2 20

b Wawancara dengan tiap siswa 4 40


Memahami tiap pribadi siswa sesuai dengan
c potensi yang dimilikinya 4 40

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas ada dua indikator yang masing-


masing (40%) perhatian responden terhadap siswa sesuai dengan
potensi yang dimilikinya dan melakukan wawancara dengan tiap
siswa. Sebagian kecil (20%) melakukan pengkajian data prestasi
siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN
Ceungceum saat mulai proses belajar mengajar yaitu memahami
tiap pribadi siswa sesuai dengan potensi yang dimilikinya,
melakukan wawancara dengan tiap siswa.
18. Jawaban responden atas pertanyaan apa yang dilakukan
terhadap siswa saat awal proses belajar mengajar. Hasil jawaban
responden sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 18

No Alternatif Jawaban f %

a Penjelasan singkat tujuan pembelajaran, 4 40


menata alat dan bahan pelajaran

b Menulis, membaca, diskusi 3 30

c Bertanya materi pelajaran terdahulu 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar (40%) pada awal


proses belajar mengajar melakukan penjelasan singkat tujuan
pembelajaran, menata alat dan bahan pelajaran, sebagian (30%)
melakukan lebih awal menulis, membaca dan diskusi. Dan paling
kecil hanya (20%) mengadakan bertanya materi pelajaran
terdahulu.

52
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SDN
Ceungceum pada awal proses belajar mengajar melakukan
penjelasan singkat tujuan pembelajaran, menata alat dan bahan
pelajaran.
19. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perilaku dalam
kegiatan inti proses belajar mengajar. Hasil jawaban responden
sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 19
No Alternatif Jawaban f %

a Merinci kehadiran siswa sambil menilai proses 3 30

b Penjelasan, melakukan demonstrasi dan siswa 5 50


melakukan percobaan, diskusi dan presentasi
hasil

c Evaluasi tertulis 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden yaitu


kegiatan inti dalam proses belajar mengajar (50%) melakukan
penjelasan demonstrasi yang dilakukan guru, siswa melakukan
percobaan, diskusi dan presentasi. Sebagian kecil melakukan
merinci kehadiran siswa sambil penilaian proses (30%), dan
melakukan evaluasi tertulis hanya (20%).
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN
Ceungceum pada kegiatan inti proses belajar mengajar melakukan
demonstrasi, percobaan oleh siswa, dan diskusi serta presentasi
oleh siswa.

20. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan diakhir


pembelajaran. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah
ini:

Tabel 20
No Alternatif Jawaban f %
a Menganalisis kemampuan siswa dalam belajar 3 30
b Mengadakan tanya jawab untuk penguatan 2 20
c Diskusi kelompok membuat rangkuman 5 50
Jumlah 10 100

53
Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden
pada akhir belajar mengajar sebagian besar (50%) melakukan
diskusi kelompok membuat rangkuman. Sebagian (30%)
menganalisis kemampuan siswa dalam belajar. Dan sebagian kecil
mengadakan tanya jawab sebagai penguatan (5%).

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya yang dilakukan guru


SDN Ceungceum pada kegiatan akhir proses pembelajaran
menyuruh anak
melakukan diskusi kelompok untuk merangkum materi yang telah
diajarkan.

21. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang


dilakukan terhadap siswa yang lambat belajar. Hasil jawaban
responden sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 21
No Alternatif Jawaban f %
a Memberikan pelayanan yang sama dengan 6 60
siswa lain
b Melaporkan kepada kepala sekolah dan orang 1 10
tuanya
c Membimbingnya sambil melanjutkan program 3 30
pengajaran
Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden


terhadap siswa yang lambat belajar sebagian besar (60%)
memberikan pelayanan yang sama dengan siswa lain. Sebagian
kecil (30%) membimbingnya sambil melanjutkan program
pengajaran. Dan sebagian kecil (10%) melaporkan kepada kepala
sekolah dan orang tuanya.

Maka dapat disimpulkan bahwa umumnya yang dilakukan


guru SDN Ceungceum terhadap siswa yang lambat belajar yaitu
memberikan pelayanan yang sama dengan siswa lainnya.

54
22. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang
dilaksanakan setelah selesai proses belajar mengajar. Hasil
jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 22

No Alternatif Jawaban f %

a Melaksanakan evaluasi baik lisan maupun 8 80


tulisan
b Menginformasikan kelemahan-kelemahan - -
siswa
c Menganalisis kemampuan siswa 2 20

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden


setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan sebagian
besar (80%) melaksanakan evaluasi, sebagian kecil (20%)
menganalisa kemampuan siswa, dan tidak ada yang
menginformasikan kelemahan-kelemahan siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar yang


dilakukan guru SDN Ceungceum setelah proses belajar mengajar
selesai yaitu melaksanakan evaluasi baik lisan maupun tulisan.

23. Jawaban responden atas pertanyaan angket mengenal maksud


kegiatan melaksanakan evaluasi diakhiri pembelajaran. Hasil
jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 23

No Alternatif Jawaban f %

a Untuk mengetahui sejauh mana materi telah 5 50


diserap siswa
b Untuk mengetahui pencapaian target nilai 3 30
rata-rata siswa
c Untuk mengukur kemampuan guru dalam 2 20
melaksanakan proses belajar mengajar
Jumlah 10 100

55
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (50%)
menyatakan bahwa manfaat melaksanakan evaluasi adalah untuk
mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar
rengajar. Sebagian kecil (30%) untuk mengetahui sejauhmana
materi telah diserap oleh siswa. Sebagian terkecil (20%) untuk
mengetahui tercapainya target nilai rata-rata siswa.

Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN


Ceungceum manfaat dilaksanakan evaluasi tertulis adalah untuk
mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar.

24. Jawaban responden atas pertanyaan angket tentang


manfaat diadakan
penilaian proses. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di
bawah ini:

Tabel 24

No Alternatif Jawaban f %

Mengamati perilaku siswa, kegiatannya,


a 8 80
kesulitannya

b Memperjelas tugas siswa 1 10

c Memberi penghargaan terhadap siswa 1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas kegiatan responden menyatakan


bahwa manfaat dilaksanakan penilaian proses sebagian besar (80%)
adalah untuk mengamati perilaku siswa dan (10%) untuk memberi
penghargaan bagi siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru SDN
Ceungceum menyatakan bahwa manfaat dilaksanakan penilaian
proses adalah untuk mengamati perilaku siswa, kegiatannya,
kesulitan dalam mengikuti pembelajaran.
25. Jawaban responden atas pertanyaan angket tentang manfaat
diadakan remidial. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di
bawah ini:
Tabel 25

56
No Alternatif Jawaban f %

Memberi kesempatan kepada siswa


a 1 10
memperbaiki nilai

Perbaikan dalam mengajar, pemantapan


b 8 80
materi yang belum dikuasai siswa

c Perbaikan pencapaian nilai rata-rata siswa 1 10

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (80%)


menyatakan manfaat dilaksanakannya remidial pengajaran adalah
untuk perbaikan dalam mengajar, pemantapan materi yang belum
dikuasai siswa. Sebagian masing-masing (10%) memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki nilai dan untuk
perbaikan rata-rata siswa.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SDN
Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya
menyatakan bahwa manfaat dilaksanakan remidial pengajaran adalah
untuk perbaikan dalam mengajar, pemantapan materi-materi yang
belum dikuasai siswa.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

57
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang
telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
perhatianguru terhadap siswa dalam pelaksanaan proses
mengajar di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten
Tasikmalaya sangatlah tinggi. Hal ini terbukti dari aktivitas guru
sejak sebelum proses pembelajaran dilaksanakan hingga setelah
selesai proses pembelajaran.

Aktivitas guru sebelum proses pembelajaran dilakukan


antara lain dengan diawali penyusunan program pembelajaran
dalam bentuk menyusun jadwal pembelajaran, mengkaji
kurikulum sebagai pedoman kompetensi apa yang harus dimiliki
oleh anak, menjabarkan kurikulum ke dalam program semester,
persiapan harian (silabus), program evaluasi, dan penyusunan
soal untuk evaluasi.

Aktivitas guru sewaktu berlangsungnya proses


pembelajaran melalui interaksi belajar mengajar, menjalin
hubungan timbal balik antara anak dengan orang tua sebab guru
di sekolah berfungsi sebagai pengganti orang tua. Guru berupaya
memfasilitasi kebutuhan anak dalam belajar rnelalui pendekatan
pembelajaran kontekstual. Proses pembelajaran berlangsung
melalui kegiatan awal pengkondisian siswa, kegiatan inti
merupakan aktivitas tertinggi yang dilakukan oleh anak sebagai
subjek pembelajaran, dan diakhiri kegiatan ini guru beraktivitas
mengadakan evaluasi guna melihat keberhasilan pembelajaran
tersebut. Untuk lebih bergairah dan meningkatnya basil
pembelajaran guru berupaya dengan berbagai model
pembelajaran. Model pendekatan pembelajaran konvensional
masih tetap menjadi dominan digunakan guru, dan sekali-sekali
dikolaborasikan dengan model kontekstual.

Aktivitas guru setelah proses pembelajaran berakhir


melakukan analisis hasil evaluasi, bila hasilnya kurang
memuaskan dalam arti standar minimal pencapaian belum bisa

58
diraih oleh anak, maka guru berupaya melakukan penambahan
jam belajar atau remidial. Tuntasnya aktivitas guru bila secara
administrasi hasil pembelajaran anak telah didokumentasikan
secara baik.

B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis
mengajukan saran kepada berbagai pihak, diantaranya:

1. Kepada seluruh guru agar rutinitas penyusunan


ketatalaksanaan pembelajaran lebih ditingkatkan, agar benar-
benar dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Orientasi penyusunan perangkat pembelajaran ini harus
menggambarkan kunkulum secara realitas, disamping secara
idealitas.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran upayakan penggunaan alat
peraga yang menarik siswa, sebab anak akan lebih senang
belajar bila sesuai dengan keinginannya. Model pembelajaran
kontekstual agar segera dilaksanakan sebab pola
pengajarannya terarah dan sangat dekat dengan kehidupan
anak itu serdiri. Potensi yang dimiliki anak dikembangkan
melalui pengalaman anak itu sendiri dalam kehidupannya.
3. Sehubungan adanya bantuan operasional guru segera
mengajukan anggaran kebutuhan pembelajaran kepada
kepala sekolah. Oleh karena membenahi perangkat dan
penunjang pembelajaran sangat penting agar mutu
pembelajaran bisa meningkatkan kualitas dan prestasi belajar
anak. Sebagai contoh dalam pelaksanaan ulangan harian soal
dicetak/ di-tik melalui komputer dan dicopy, agar tiap anak
bisa langsung membaca lembar soal dan secara langsung
bisa menjawab dengan baik dalam lembar jawabannya.
4. Hasil analisis evaluasi segera ditindaklanjuti secara
terprogram. Tuntutan kurikulum KTSP dalam setiap
kompetensi dasar minimal 75% anak harus belajar tuntas. Hal
ini bisa dilakukan melalui tambahan belajar/remidial secara
terprogram berdasarkan pencapaian kompetensi dasar

59
tersebut.
5. Agar permasalahan hasil pembelajaran ini cepat bisa
ditanggulangi segeralah mengusulkan kepada kepala sekolah
diadakan program diskusi mingguan, baik dilaksanakan di
sekolah ataupun secara bersama-sama dilakukan di tingkat
gugus. Dalam diskusi ini manfaatkanlah tenaga pendidikan
terlatih yang telah dan pernah mengikuti pelatihan di tingkat
kabupaten atau provinsi.
6. Guru perlu lebih banyak memahami dan mengembangkan
metode, teknik dan model pembelajaran agar peserta didik
merasa terangsang untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

60
PUSTAKA

Achar (1998). Pembelajaran Kooperatif sebagai Salah Satu Strategi


Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi (1990). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik, Jakarta Rineka Putra.
Dahlan (1990). Model-model Pembelajaran. Penerbit Ponegoro
Bandung.

Depdiknas, (KTSP). Kerangka Dasar Kurikulum Berbasis


Kompetensi/Kurikulum KTSP; Ditjen Dikdasmen.

------------(2000). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah;


Ditjen Dikdasmen.

-------------(1996). Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah


Dasar; Ditjen Dikdasmen.

-------------(2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and


Learning), Direktorat LPL Depdiknas.

-------------(2004). Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi;


Model-model Pembeiajaran Materratika, Direktorat PLF
Depdiknas.

Dinas Pendidikan Jabar (KTSP). Pengantar Model Pembelajaran,


Bandung: BPTP.

H.D. Sujana. S. (2001). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif,


Bandung Falah Production.
Karli Hilda, Margaretha, (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi 2, Bandung : Bina Media Informasi.

K. Davies, Ivor (1993). Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Pers


Nurhadi dkk, (KTSP). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya
dalam KBK, Malang : UNM.

Sri Wardhani, Dra.M.Pd., Strategi Pembelajaran Matemaiika yang


Kontekstual / Realistik dan Penerapannya dalam
Pembelajaran Matematika di Sekolah PPPG Matematika,
Yogyakarta: 2002.

------------(2004). Pedoman Pembelajaran Bahasa Indonesia secara


Kontekstual untuk Guru SD, Direktorat Dikdasmen : LPMP
Jawa Barat.

-----------(2004). Pedoman Pembelajaran Sains secara Kontekstual


untuk Guru SD. Direktorat Jendral Dikdasmen : LPMP Jawa
Barat.

Supardi. A. dan Wahyudin, (1990). Metodologi Riset Pengungkapan

61
Permasalahan Teori Pemecahannya, Bandung: LAIN Sunan
Gunung Djati.

62

Anda mungkin juga menyukai