Penelitian Tindakan Sekolah Pts 9 PDF Free
Penelitian Tindakan Sekolah Pts 9 PDF Free
(PTS)
KABUPATEN TASIKMALAYA
Disusun oleh:
SD NEGERI CEUNGCEUM
KECAMATAN LEUWISARI KABUPATEN TASIKMALAYA
2014
ABSTRAK
1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan perhatian
guru terhadap siswa dalam mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas cukup tinggi prosentasenya. Hal ini terbukti dengan
adanya bukti pekerjaan dalam bentuk ketatalaksanaan, kegairahan
dan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran, dan
terdokumentasi-kannya hasil prestasi belajar anak.
PENGANTAR
2
guru sarat dengan beban, tapi sangatlah membanggakan dan
mengharumkan, sebab di tangan guru awal kecerdasan dan
kesejahteraan bangsa dimulai.
Dalam penyusunan PTS ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, Alhamdulillah dapat diselesaikan. Untuk itu kepada
semua pihak penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga
amal baik semua pihak mendapat ridho dan imbalan yang berlipat
ganda dari Alloh Yang Maha Kuasa. Aamiin.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.....................................................................................................................i
PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................5
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................5
B. Rumusan dan Batasan Masalah............................................................................7
BAB II TINJAUAN TEORITIS..................................................................................8
A.Administrasi Pembelajaran..........................................................................8
B. Ruang Lingkup................................................................................................9
C. Jam Kerja............................................................................................................10
D. Uraian Tugas Guru.......................................................................................10
E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran................................................................12
F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran.........................................................18
BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN.................................33
A. Metode Penelitian...............................................................................................33
B. Populasi dan Sampel...........................................................................................33
C. Alat Pengumpul Data..................................................................................33
3
D. Prosedur Penelitian.............................................................................................34
BAB IV HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN..........................................36
A. Teknik Pengolahan Data.....................................................................................36
B. Pengolahan Data.................................................................................................36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................51
A. Kesimpulan.........................................................................................................51
B. Saran-saran..........................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................54
BAB I
PENDAHULUAN
4
menempati posisi sentral dalam mendorong individu dan
masyarakat untuk mencapai kemajuan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, unsur guru
memegang peranan penting sebagai pelaksana operasi digaris
terdepan. Guru dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar
mengajar perlu mengetahui dengan jelas, aktivitas apa yang
harus dilaksanakannya, agar proses belajar mengajar dalam
pelaksanaannya terarah dan tepat pada sasarannya.
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini
menuntut perlunya perbaikan sistem pembelajaran.
Atas dasar tuntutan mewujudkan masyarakat seperti itu
diperlukan upaya peningkatan mutu pendidikan yang harus
dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan
dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspek-aspek
moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,
keterampilan dan seni. Pengembangan aspek-aspek tersebut
bermuara pada peningkatan dan pengembangan kualitas
pembelajaran.
Didalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran,
kedudukan guru cukup memegang peranan penting, karena
tugas guru di sekolah bukan hanya membekali murid dengan
ilmu pengetahuan saja, tetapi guru harus pula memperhatikan
berbagai aspek lainnya, umpamanya kondisi emosional atau
kondisi psikis murid seperti yang dikemukakan oleh
Whiterington dalam bukunya “Educational Psychology- (Psikologi
Pendidikan)" yang diterjemahkan oleh M. Buchori (1982: 55-56)
bahwa:
"Perbedaan-perbedaan juga terdapat timbul sebagai
akibat faktor-faktor emosional dan kesalahan-kesalahan
pedagogis. Cara mengajar yang jelek dapat timbul sebagai
akibat dari ketaksanggupan untuk mengetahui kesukaran-
kesukaran yang dihadapi pengajar. Mengajar bukan
semata-mata menerangkan suatu pelajaran saja. Dalam
mengajar guru harus juga memperhatikan kondisi
emosional dan psikis pelajar. Sikapnya, cita-citanya,
semuanya ini terletak dalam daerah situasi pengajaran".
6
aspek dan kondisi yang ada pada diri anak. Walaupun dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar banyak sekali rintangan
dan halangan yang menghambat dalam pelaksanaannya,
seorang guru harus dapat menghindarkan semua hambatan dan
memusatkan perhatian hanya kepada anak beserta seluruh
latarbelakang pribadinya. Sebagaimana menurut pendapat
Slamet (1988 : 107) bahwa perhatian adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan
rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh anak sebagai
manipestasi dari pendidikan, itu semua tergantung pada
kemampuan guru itu sendiri. Maka dari itu guru memegang
peranan penting, karena sebagai mediator dalam pendidikan,
seperti dikemukakan oleh Moh. Surya:
"Guru sebagai perantara dalam usaha untuk memperoleli
perubahan tingkah laku siswa. Berhasil tidaknya suatu
proses belajar, akan banyak tergantung dari sampai
berapajauh guru telah mampu memainkan perhatian
tersebut"
Kompetensi profesional guru, selain dapat menguasai
seluruh metoda dan teknik mengajar, juga harus memperhatikan
unsur kedisiplinan yang masih banyak terabaikan, sebagaimana
pendapat Udi Turmudi sebagai berikut:
"Kenyataan sekarang banyak guru yang mengajar dalam
kelas asal mengajar saja biar anak memperhatikan atau
tidak, bukan persoalan, pokoknya bahan telah
disampaikan. Atau dilain pihak, guru menuliskan sejumlah
soal dalam papan tulis, anak disuruh mengerjakannya,
sedangkan guru entah kemana. ini jelas memperlihatkan
ketidakdisiplinan dari pihak guru sendiri, yang tidak
memungkinkan menumbuhkan disiplin pada diri
anak, karena guru memberikan contoh yang keliru".
7
kurang berkualitas. Penyebab secara umum menurut hasil survei
LPMP Pusat (Depdiknas, 2003).
1. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan
penyelenggaraan (guru) bukan untuk peserta didik.
2. Kuantitas, kualitas, pemerataan dan kesejahteraan
guru dan meratanya penempatan guru sangat lemah
untuk menjadi perhatian karena manajerial pendidikan
bernuansakan birokratis politis.
3. Pembelajaran yang diselenggarakan bersifat
pemindahan isi (content transmission). Pola
mengajar hanya menyampaikan pokok bahasan.
4. Kualitas pengajaran hanya diukur dari daya serap
kurikulum. Pembelajaran tidak diarahkan kepada
partisipatori total dari peserta didik.
5. Pembelajaran selalu mereduksi teks yang ada dengan
harapan tidak salah melangkah. Teks atau buku acuan
dianggap segalanya dalam meningkatkan hasil
pembelajaran.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.Administrasi Pembelajaran
Pengertian
1. Program
Pembahasan mengenai program tidak dapat
dilepaskan dengan aspek kebijakan. Menurut Dye (1992),
kebijakan atau yang dalam hal ini adalah kebijakan publik
secara prinsip dapat diartikan sebagai “Whatever
government choose to do or not to do“. Hal tersebut
diperkuat oleh Hogwood dan Gunn (1986) yang
menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat
tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-
hasil tertentu.
Sedangkan pengertian program itu sendiri, menurut
Jones (1984), program adalah cara yang disahkan untuk
mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut
menggambarkan bahwa program-program adalah
penjabaran dari langkah-langkah dalam mencapai tujuan
itu sendiri.
2. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi , kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
9
kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan
kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus berisikan
komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan
berikut:
1. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta
didik melalui suatu kegiatan pembelajaran
2. Kegiatan yang harus dilakukan untuk
menanamkan/membentuk kompetensi tersebut.
3. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa
kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok
dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai
dari pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan
kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem
penilaian.
3. RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi
dan dijabarkan dalam silabus. Maka ringkasnya RPP
adalah rencana operasional kegiatan pembelajaran setiap
atau beberapa KD dalam setiap tatap muka di kelas.
Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) Komptensi
Dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
RPP harus berupa kegiatan konkret setapak demi
setapak yang dilakukan oleh guru di kelas dalam
mendampingi peserta didik. Satu hal yang amat
penting dalam penyusunan RPP adalah bahwa kegiatan
pembelajaran harus diarahkan agar berfokus pada
peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai
pendamping, fasilitator. Artinya, ketika guru memilih
pendekatan, metode, materi, pengalaman belajar,
10
interaksi belajar mengajar harus memungkinkan
peserta didik berinteraksi dan aktif, sedang guru
memfasilitasi dan mendampinginya.
B. Ruang Lingkup
Kewajiban guru sesuai Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 35 ayat (1) mencakup
kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan
tugas tambahan. Pasal 35 ayat (2) Undang-undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa beban
kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan
sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
Dalam melaksanakan tugas pokok yang terkait langsung
dengan proses pembelajaran, guru hanya melaksanakan tugas
mengampu 1 (satu) jenis mata pelajaran saja, sesuai dengan
kewenangan yang tercantum dalam sertifikat pendidiknya.
Disamping itu, guru sebagai bagian dari manajemen
sekolah, akan terlibat langsung dalam kegiatan manajerial
tahunan sekolah, yang terdiri dari siklus kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Rincian kegiatan tersebut antara lain
penerimaan siswa baru, penyusunan kurikulum dan perangkat
lainnya, pelaksanaan pembelajaran termasuk tes/ulangan, Ujian
Nasional (UN), ujian sekolah, dan kegiatan lain. Tugas tiap guru
dalam siklus tahunan tersebut secara spesifik ditentukan oleh
manajemen sekolah tempat guru bekerja.
C. Jam Kerja
Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan
PNS dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam
kerja yang setara dengan beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5
(tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja (@ 60 menit) per minggu.
Dalam melaksanakan tugas, guru mengacu pada jadwal tahunan
atau kalender akademik dan jadwal pelajaran. Kegiatan tatap
muka dalam satu tahun dilakukan kurang lebih 38 minggu atau
11
19 minggu per semester. Kegiatan tatap muka guru dialokasikan
dalam jadwal pelajaran yang disusun secara mingguan.
D. Uraian Tugas Guru
1. Merencanakan Pembelajaran
Guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester,
sesuai dengan rencana kerja sekolah. Kegiatan penyusunan
RPP ini diperkirakan berlangsung selama 2 (dua) minggu atau
12 hari kerja. Kegiatan ini dapat diperhitungkan sebagai
kegiatan tatap muka.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan dimana terjadi
interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru, kegiatan
ini adalah kegiatan tatap muka yang sebenarnya. Guru
melaksanakan tatap muka atau pembelajaran dengan
tahapan kegiatan berikut.
a. Kegiatan awal tatap muka
• Kegiatan awal tatap muka antara lain mencakup
kegiatan pengecekan dan atau penyiapan fisik kelas,
bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat
administrasi.
• Kegiatan awal tatap muka dilakukan sebelum jadwal
pelajaran yang ditentukan, bisa sesaat sebelum jadwal
waktu atau beberapa waktu sebelumnya tergantung
masalah yang perlu disiapkan,
• Kegiatan awal tatap muka diperhitungan setara dengan
1 jam pelajaran.
b. Kegiatan tatap muka
• Dalam kegiatan tatap muka terjadi interaksi edukatif
antara peserta didik dengan guru dapat dilakukan
secara face to face atau menggunakan media lain
seperti video, modul mandiri, kegiatan
observasi/ekplorasi.
• Kegiatan tatap muka atau pelaksanaan pembelajaran
12
yang dimaksud dapat dilaksanakan antara lain di ruang
teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar
ruangan.
• Waktu pelaksanaan atau beban kegiatan pelaksanaan
pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi
waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum
sekolah.
c. Membuat resume proses tatap muka
• Resume merupakan catatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan tatap muka yang telah dilaksanakan. Catatan
tersebut dapat merupakan refleksi, rangkuman, dan
rencana tindak lanjut.
• Penyusunan resume dapat dilaksanakan di ruang guru
atau ruang lain yang disediakan di sekolah dan
dilaksanakan setelah kegiatan tatap muka.
• Kegiatan resume proses tatap muka diperhitungan setara
dengan 1 jam pelajaran.
3. Menilai Hasil Pembelajaran
Menilai hasil pembelajaran merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna untuk menilai peserta didik
maupun dalam pengambilan keputusan lainnya.
Pelaksanaan penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes dan non tes. Penilaian non tes dapat dibagi menjadi
pengamatan dan pengukuran sikap serta penilaian hasil karya
dalam bentuk tugas, proyek fisik, atau produk jasa.
a. Penilaian dengan tes.
• Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk
ujian akhir semester, tengah semester atau ulangan
harian, dilaksanakan sesuai kalender akademik atau
jadwal yang telah ditentukan.
• Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.
13
• Penilaian hasil test, dilakukan di luar jadwal
pelaksanaan test, dilakukan di ruang guru atau ruang
lain.
• Penilaian test tidak dihitung sebagai kegiatan tatap
muka karena waktu pelaksanaan tes dan penilaiannya
menggunakan waktu tatap muka.
b. Penilaian non tes berupa pengamatan dan pengukuran
sikap.
E. Perhatian Dalam Proses Pembelajaran
1. Pengertian Perhatian
14
Perhatian sebagai suatu aktivatas psikis dalam
menerima rangsangan melalui alat indra, baik indra perasa,
penglihatan, penciuman dan sebagainya. Penerimaan
rangsangan tersebut disertai dengan minat dan kemauan
individu yang menimbulkan tingkah laku.
15
Berkenaan dengan itu, Ema Zain (1973 : 136)
mengemukakan sebagai berikut:
16
mengadakan rapat, para anggotanya diharuskan mendengarkan
penjelasan pimpinan (perhatian disengaja), tetapi secara tiba-
tiba datang orang gila berteriak-teriak, semua anggota rapat
serempak melihat pada orang gila tersebut (perhatian spontan).
Perhatian karena kebiasaan, dipengaruhi oleh kebiasaan yang
dilakukan individu dalam memperhatikan sesuatu tergantung
pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Contoh, seorang
olahragawan akan menaruh perhatian pada sebidang lapangan
rumput, untuk bermain sepakbola, sedangkan peternak
cenderung akan tertarik untuk menggembala ternak.
b. Berdasarkan Luas Objeknya
Berdasarkan luas objeknya perhatian ada 3 (tiga) macam,
yaitu perhatian konsentratif, perhatian distributif dan perhatian
sembarang. Perhatian konsentratif merupakan suatu
perhatian yang terpusat pada suatu objek tertentu.
Contoh seorang anak sedang membaca sebuah buku di
perpustakaan, maka perhatiannya akan terpusat pada buku
yang sedang dibacanya. Sedangkan perhatian distributive
merupakan ketidakajegan seseorang sehingga tersebar
kepada berbagai hal yang dapat dilihat, diraba atau
didengarnya. Perhatian sembarang yaitu perhatian yang relatif
pendek dan tidak menetap kepada suatu objek.
c. Atas Dasar Intensitasnya
Perhatian yang dipengaruhi oleh besar kecilnya atau tinggi
rendahnya kesadaran individu yang menyertai aktivitas yang
sedang dilakukan. Setiap individu mempunyai intensitas
perhatian yang berbeda dalam menaruh perhatian terhadap
objek yang lama.
Dengan diketahuinya jenis jenis perhatian, individu dapat
meningkatkan perhatian agar tercapai tujuan yang
diharapkan. Namun dalam meningkatkan perhatian tersebut
banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik yang terdapat
di dalam maupun di luar diri individu itu sendiri.
17
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perhatian
seseorang, karena stimulus yang dapat diterima individu
bermacam-macam. Rangsangan tersebut mula-mula diterima
oleh alat indra yang kemudian diseleksi. Bila rangsangan yang
diterima sesuai dengan dirinya, maka rangsangan tersebut akan
disalurkan melalui saraf ke otak. Perhatian akan menyertai alat
indra dalam menerima rangsangan. Rangsangan tersebut tidak
mungkin sernuanya diterima oleh alat indra, karena alat indra
individu terbatas kemampuannya. Kemampuan individu dalam
memperhatikan berbagai objek dipengaruhi oleh berbagai faktor
sebagaimana dikemukakan Singgih D. Gunarsa (1983: 107)
bahwa:
"Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat
dibagi dalam dua golongan besar yaitu faktor luar dan faktor
dalam. Termasuk faktor luar adalah faktor-faktor yang
terdapat pada objek yang diamati yaiiu : intensitas atau
ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan. Sedangkan
yang termasuk faktor dalam adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri sebagai
pengamat, yaitu: motif, kesediaan dan harapan.
a. Faktor Luar
Yang dimaksud faktor luar adalah segala rangsangan yang
datangnya dari objek yang diamati, yang termasuk ke dalam
faktor luar antara lain:
1) Kuat lemah rangsangan (intensitas) dan ukuran
Objek yang diamati lebih diperhatikan bila menyimpang
dan kebiasaan (sangat besar, sangat tinggi, sangat
pendek dan sangat kecil) dari benda-benda lainnya.
2) Kontras
Sesuatu yang berbeda dengan yang ada disekelilingnya.
Misalnya sangat cantik diantara orang-orang yang jelek,
atau sangat serak diantara orang-orang yang merdu dan
18
sebagainya.
3) Pengulangan
Suatu objek yang gerakannya berulang dalam waktu
tertentu, akan menarik perhatian, namun kalau
berulangnya terus-menerus tak terbatas waktu, tak akan
menarik perhatian lagi. Contoh, suara petasan yang
berangkai, suara kentongan tanda bahaya dan lain-lain. Hal
ini semua akan menarik perhatian tapi apabila tukang
pandal besi memukul-mukul besi dan pagi sampai sore tak
menarik perhatian lagi.
4) Gerakan
Suatu benda yang bergerak-gerak akan menarik perhatian,
misalnya mainan yang bergerak-gerak diantara mainan-
mainan yang diam pada etalase toko.
b. Faktor Dalam
Yang dimaksud faktor dalam adalah berbagai hal yang
berhubungan dengan diri individu yang bersangkutan, yang
termasuk pada faktor ini antara lain:
1) Motif
Motif merupakan daya pendorong dalam diri individu untuk
melakukan kegiatan, tercapai tidaknya suatu tujuan banyak
ditentukan oleh besar kecilnya motif dari individu yang
bersangkutan, Rochman Natawidjaya (1978:46)
mengemukakan bahwa, "Motif, ialah setiap kondisi atau
keadaan seseorang atau sesuatu organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan
suatu atau serangkaian tingkah laku perbuatannya".
2) Kesediaan
Perhatian akan lebih terpusat bila adanya kesediaan dari
individu dalam menghadapi sesuatu objek. Contoh: suatu
instruksi akan lebih diperhatikan bila adanya kesediaan dari
orang yang diberi instruksi/perintah. Instruksi tak akan
diperhatikan bila yang diperintahnya sedang sibuk atau
sedang bingung.
3) Harapan
Sesuatu objek yang menjadi harapan akan lebih diperhatikan
19
dibanding dengan objek lain yang bukan harapannya. Maka
makin besar harapan terhadap sesuatu objek makin tinggi
pula intensitas perhatiannya. Contoh: seseorang yang
mengharapkan punya kekasih yang cantik, baik hati dan pakai
kerudung, tiba-tiba menemukan gadis seperti tersebut, maka
hal tersebut akan lebih diperhatikannya.
20
inisiatif dan kreatif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar,
karena gurulah yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi
kelas, terutama keadaan siswa dengan segala latar belakangnya.
Proses belajar mengajar merupakan komponen utama bahkan
bisa dikatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan inti
dari seluruh komponen pendidikan, walaupun guru bukan satu-
satunya sebagai sumber pendidikan. Seperti yang dikemukakan
oleh Nanang Fattah (2000:81) bahwa:
"Proses Belajar Mengajar (PBM) yang sesuai dengan
kebutuhan merupakan bentuk belajar yang menghadapkan
siswa dengan atau sejumlah sumber belajar secara
individual atau sekelompok, tidak hanya sebatas cara
konvensional seperti guru menjelaskan materi kepada siswa
dalam kelas. Proses belajar mengajar yang efektif adalah
suatu kondisi yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berfikir dan berbeda pendapat dengan guru,
sehingga terjadi interaktif”.
21
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suprayekti (2003: 4)
bahwa:
"Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan
perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses
perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya terjadi
karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan
agar terjadi perubahan prilaku ini disebut dengan proses belajar.
Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Perubahan-perubahan prilaku ini merupakan hasil belajar yang
mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik”.
F. Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran
1. Aktivitas Awal Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, seorang
guru perlu mempersiapkan seluruh perangkat yang diperlukan
dalam proses belajar mengajar yaitu berupa administrasi
pengajaran. Dimana makna administrasi pengajaran adalah
keseluruhan proses penyelenggaraan kegiatan di bidang
pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran
terlaksana secara berhasil guna dan berdaya guna.
Administrasi pengajaran berfungsi sebagai pedoman dalam
pengelolaan pengajaran agar terencana, terorganisir,
terlaksana dan, terawasi dengan baik. Administrasi
pengajaran berkaitan erat dengan proses belajar mengajar.
Berdasarkan pedoman penyusunan kalender pendidikan yang
diterbitkan oleh dinas pendidikan sebagai kegiatan awal
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar perlu
melakukan persiapan mengajar.
22
proses belajar mengajar.
3) Mempermudah guru dalam melaksanakan tugasnya.
4) Sebagai dasar untuk pengawasan dan penilaian
pelaksanaan pengajaran.
23
usaha mencapai target kompetensi yang terdapat dalam
kurikulum KTSP.
Pemberlakukan kurikulum KTSP merupakan salah satu
langkah strategis guna memantapkan pelaksanaan
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik, "mengembangkan kreativitas peserta didik, menciptakan
kondisi yang menyenangkan dan menyediakan pengalaman
yang beragam dengan belajar centered ini, beberapa model
pembelajaran telah dikembangkan disesuaikan dengan melalui
berbuat” (Depdiknas, 2003 : 3).
Peran guru sebagai transformator harus diubah menjadi
seorang fasilitator yaitu menciptakan kesempatan atau peluang
agar peserta didik dapat mengeksplorasi gagasan, mengajukan
pertanyaan dan lebih jauhnya dapat menyelesaikan masalah
yang dihadapi dengan arahan dan bimbingan aktif guru. Di
dalam kelas yang berpusat pada siswa (student centered) peran
guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep, atau
prinsip. Siswa membangun pengetahuan di dalam benaknya
sendiri. Guru membantu (mediator) proses ini agar informasi
bisa bermakna dan sangat relevan.
Untuk mewujudkan keterlaksanaan proses pembelajaran
yang bersifat student centered ini, beberapa model
pembelajaran telah dikembangkan disesuaikan dengan
karakteristik mata pelajaran tertentu dengan menggunakan
berbagai pendekatan dan metode serta dilandasi teori-teori
belajar, misalnya pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
yang harus diimplementasikan menurut kurikulum KTSP.
1) Makna Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual sebagai terjemahan dari
Contextual Teaching and Learning (CTL) mempunyai dua sisi
kepentingan yaitu sebagai pilosofis dan sebagai strategi.
Sebagai pilosofis merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
24
nyata siswa, baik fisik maupun mental. Dan sebagai strategi
memadukan teknik-teknik tertentu untuk memotivasi siswa
lebih akktif dan kreatif memadukan antara pengetahuan yang
dimilikinya dalam penerapan melalui pengamalan nyata
sehari-hari (Husen. S. KTSP: 9).
Dalam pembelajaran kontekstual peserta didik didorong
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan dan keterampilan peserta didik diperoleh dari
usaha peserta didik mengkonstruksi pengetahuan, dan
keterampilan baru ketika belajar. Perlu dipahami bahwa
pembelajaran kontekstual bukan berarti guru harus
mengkontekskan setiap materi ajar ke dalam situasi nyata
yang berupa fisik, tetapi dapat juga dengan masalah yang
disimulasikan, yang artinya dengan menarik segala imajinasi
yang dekat dengan alam pikiran peserta didik untuk dijadikan
bahan belajar (Sri Wardhani, 2002). Pembelajaran kontekstual
sebagai suatu konsepsi yang membantu guru
menghubungkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia
nyata yang berguna untuk memotivasi peserta didik dalam
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan dan
aplikasinya dalam kehidupan (Benchard. Dit_ PLP, KTSP).
Menurut pendapat Zahonk, 1995 (dalam Dit. PLP, 2003)
yang dikembangkan Husen (LPMP, KTSP : 10) ada lima elemen
yang perlu diperhatikan dalam praktik pembelajaran
kontekstual, yaitu:
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge)
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)
dengan cara mempelajari secara keseluruhan kemudian
memperhatikan detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
yaitu dengan cara menyusun:
a. Konsep sementara (hipotesis)
b. Melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan (validasi)
c. Merevisi konsep tersebut dan mengembangkannya.
4) Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut
25
(applying knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap
strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
26
peserta didik melalui pengalaman sebelumnya.
b. Menekankan kepada kemampuan minds on (berpikir) dan
hands on (keterampilan), perpaduan logika dan kinestika.
c. Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi
perubahan konseptual.
d. Mengakui bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
e. Mengutamakan terjadinya interaksi sosial.
(2)Bertanya (questioning)
27
lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul dan
sebagainya.
(5)Pemodelan (modeling)
Pemodelan akan lebih membantu dalam pembelajaran
kontekstual. Pada pendekatan kontekstual harus ada model
yang dapat ditiru, diadaptasi dan dimodifikasi. Dengan adanya
model untuk dicontoh biasanya konsep akan lebih mudah
dipahami atau bahkan bisa menimbulkan ide baru. Pemodelan
bisa dilakukan oleh guru atau dari peserta didik yang dipandang
mampu membantu memberi kejelasan kepada peserta didik
lainnya, misalnya siswa ditunjuk untuk mendemonstrasikan
menggunakan termometer dihadapan temannya. Siswa tersebut
adalah model. Siswa lain menggunakan model tersebut sebagai
standar kompetensi yang harus dicapai.
(6)Refleksi (reflection)
Refleksi adalah berpikir kembali tentang materi yang baru
dipelajari, merenungkan kembali aktivitas yang telah dilakukan,
atau mengevaluasi kembali bagaimana belajar yang telah
dilakukan. Refleksi berguna untuk evaluasi diri, koreksi,
perbaikan, atau peningkatan diri. Kegiatan refleksi dapat
direalisasikan dengan pertanyaan langsung tentang hal-hal yang
diperoleh peserta didik pada hari itu rangkuman), catatan atau
jurnal dibuku peserta didik untuk memperbaiki kegagalan, kesan
dan saran peserta didik mengenai pembelajaran hari itu
(learning how to learn) hasil karya dan sebagainya.
(7)Penilaian Otentik (authentic assessment)
Pada pelaksanaan pembelajaran kontekstual penilaian
harus memberikan gambaran perkembangan belajar peserta
didik secara komprehensif. Penilaian harus berkenaan dengan
seluruh aktivitas pembelajaran, meliputi proses dan produk hasil
pembelajaran, sehingga seluruh usaha peserta didik mendapat
penghargaan. Hakikat penilaian yang diwujudkan merupakan
penilaian atas usaha peserta didik yang berkenaan dengan
pembelajaran, bukan merupakan hukuman atau hadiah. Macam
28
penilaian otentik adalah membuat catatan harian melalui
observasi untuk menilai aktivitas dan motivasi peserta didik,
wawancara atau angket untuk menilai afektif, portopolio untuk
menilai seluruh hasil kerja peserta didik, tes untuk menilai
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi bahan ajar.
Kata kunci penilaian otentik adalah "Apakah peserta didik
belajar, bagaimana usahanya?", dan bukan melalui pertanyaan
"Apakah yang sudah dikuasai peserta didik?" (Husen, LPMP,
KTSP: 18).
Pendapat lain tentang stretegi pembelajaran kontekstual
yaitu menurut Center of Occupation Research and Development
(CORD) ada lima strategi berjenjang dalam pembelajaran
kontekstual, yang disingkat REACT yaitu:
(1)Realiting; yaitu belajar yang dikaitkan dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata.
(2)Experiencing; yaitu belajar ditekankan kepada penggalian
(eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan
(invention)
(3)Applying; yaitu belajar bilamana pengetahuan
dipresentasikan di dalam konteks pemanfaatannya.
(4)Cooperating; yaitu belajar melalui konteks komunikasi inter
personal, pemakaian bersama.
(5)Transferring; yaitu belajar melalui pemanfaatan pengetahuan
di dalam situasi atau konteks baru (Nurhadi, 2003 : 23).
29
mengutamakan keberhasilan dengan kebersamaan. Fase-fase
model Cooperative Learning (fase yang dikembangkan LPMP, KTSP)
No Fase-Fase Perilaku Guru
30
No Fase-Fase Perilaku Guru
31
No Fase-Fase Perilaku Guru
2 Mendemonstrasikan Mendemonstrasikan keterampilan
pengetahuan dan atau
keterampilan menyajikan informasi tahap demi
tahap
3 Membimbing Memberikan latihan secara terbimbing
latihan
4 Mengecek Mengecek kemampuan peserta
pemahaman didik dan
dan memberikan memberikan umpan balik
umpan
balik
5 Memberikan latihan Mempersiapkan latihan untuk peserta
dan penerapan didik
konsep dengan menerapkan konsep yang
dipelajari
pada kehidupan sehari-hari
(2) Jigsaw
Bagian esensial dari pendekatan ini adalah adanya pemberian
motivasi kepada siswa untuk selalu mengevaluasi proses
pembelajaran mereka. Ciri pembelajaran
tipe Jigsaw (LPMP, 2003) adalah:
a) Buatlah kelompok (4-6) siswa secara heterogen dengan sebutan
jigsaw/asal
32
b) Bentuk kelompok ahli dengan anggota terdiri dari wakil kelompok
jigsaw, kelompok ini disebut counterpart group (CG)
c) Berikan bahan belajar terdiri dari beberapa bagian
d) Tiap kelompok CG membahas bagian tertentu dengan berbeda
e) Tiap anggota CG mempelajari bahan belajar yang sama
f) Tiap kelompok CG kembali ke kelompok jigsaw/asal
g) Pelaksanaan tutorial per bagian dilaksanakan oleh anggota CG di
kelompok jigsaw/asal
h) Kuis individual terjadwal
i) Buatlah skor perkembangan tiap siswa
j) Umumkan hasil kuis
33
(5) Numbered Head Together (NHT)
Teknik ini mengembangkan ketergantungan positif antara siswa.
Mereka yang berkemampuan tinggi harus bersedia membantu,
meskipun mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan
yang diberikan dengan motivasi sebagai tanggung jawab untuk
meraih nama baik kelompok. Hal ini dilakukan untuk memotivasi
yang lemah agar tidak takut dalam belajar. Ciri NHT (LPMP,
2003):
a) Buatlah kelompok yang heterogen (4-5 orang)
b) Tiap kelompok diberi nomor
c) Berikan persoalan materi bahan ajar
d) Bekerja dalam kelompok untuk mencapai mupakat
e) Presentasikan hasil kerja kelompok
f) Kuis individual
g) Buat skor perkembangan individual
h) Umumkan hasil kuis
34
Teknik ini identik dengan investigasi kelompok. Orientasi pada
tugas pembelajaran yang kompleks, siswa berupaya
mempelajari bahan yang telah ditugaskan, setiap siswa
mempunyai tugas sesuai dengan topiknya. Teknik ini
memerlukan cara dan keterampilan nalar yang cukup tinggi,
termasuk menganalisis dan melakukan sintesis bahan pelajaran.
Adapun ciri pembelajaran ini (dikembangkan oleh LPMP, 2003)
adalah:
a) Memunculkan masalah
b) Diskusi kelas
c) Seleksi tim/ topik
d) Seleksi siswa yang berkemampuan sesuai bagian masalah
e) Seleksi topik dalam kelompok
f) Presentasi topik
g) Presentasi kelompok
h) Evaluasi oleh siswa dengan bimbingan
1) Melaksanakan Evaluasi
35
pemberian umpan balik, pemberian informasi kepada siswa
tentang tingkat keberhasilan belajarnya, juga untuk memberikan
laporan kepada orang tuanya.
Penilaian dapat dilakukan dengan cara tes dan non tes yang
mencakup aspek kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan
sikap. Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan berbagai
cara, bisa dilaksanakan sebelum proses belajar mengaiar, yang
disebut free test maksudnya untuk mengetahui sejauh mana
bahan lalu telah dikuasai siswa, bisa dilaksanakan saat proses
belajar mengajar sedang berlangsung atau penilaian proses
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan
dimana tes lisan memiliki kelebihan yaitu dapat menilai
kemampuan dan meningkatkan pengetahuan yang dimiliki siswa,
sikap serta kepribadiannya, karena berhadapan langsung, tes ini
juga menolong siswa yang mengalami kesulitan memahami soal,
karena bisa bertanya langsung. Sedangkan kelemahannya ialah
subjektivitasnya sangat tinggi, juga waktu yang diperlukan cukup
lama untuk dapat mengetes seluruh siswa. Selain tes lisan ada
juga melalui tes pembuatan, dan kunjungan rumah (observasi).
36
Kegiatan menganalisis hasil evaluasi yaitu berupa kegiatan
menganalisa butir soal, agar diperoleh soal yang bermutu. Soal
yang bermutu adalah soal yang dapat memberikan informasi
setepat-tepatnya sesuai dengan tujuan yang diharapkan sejak
penyusunan administrasi pembelajaran, diantaranya untuk
menentukan siswa mana yang sudah sesuai dengan tuntutan
kompetensi atau belum mencapai harapan yang tertera dalam
kompetensi. Bila sudah memperoleh standar kompetensi berarti
siswa tersebut sudah belajar tuntas, namun apabila siswa belum
mencapai standar kompetensi yang diujikan berarti siswa belum
belajar tuntas dan perlu diadakan perbaikan-perbaikan melalui
tindakan lanjutan yang berupa remidial.
Dengan cara menganalisa hasil evaluasi akan diketahui
butir-butir soal mana yang belum dikuasai siswa dan soal-soal
yang sudah dikuasai siswa dengan cara membandingkan soal-
soal yang dijawab oleh siswa dengan benar dan soal-soal yang
dijawab oleh siswa tapi masih salah. Bila standar yang dijawab
oleh siswa belum mencapai minimal 60% berarti guru harus
melaksanakan penjelasan ulang pada materi yang belum dikuasai
siswa. Namun apabila soal-soal yang dijawab oleh siswa telah
mencapai lebih dari 60% berarti pokok bahasan pada materi
pelajaran perlu dilanjutkan. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Safari (2003:84) "Soal yang bermutu adalah
soal yang dapat memberikan informasi setepat-tepatnya sesuai
dengan tujuannya diantaranya dapat menentukan siswa mana
yang sudah atau belum menguasai materi yang diajarkan".
37
"Dalam pelaksanaannya tidak semua siswa mencapai
ketuntasan dalam belajar, artinya ada siswa yang tidak
mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaan pembelajaran yang biasa dilaksanakan.
Untuk memberikan kesempatan agar siswa yang lambat
mencapai ketuntasan menguasai materi pelajaran ... ".
BAB III
METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah penelitian sangat perlu
menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan masalah
yang diteliti, agar masalah tersebut bisa akurat dalam
pemecahannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis
38
menggunakan metode penelitian deskriptif. Mengenai hal ini
Suryabrata (1983:19) mendefinisikan metode penelitian
deskriptif sebagai berikut: ".....penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bermaksud untuk membuat pecandraan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi sebagai berikut:
Penelitian deskriptif mengambil masalah atau
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual
sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Mengingat sifatnya yang demikian maka penelitian
deskriptif dalam pendidikan lebih berfungsi untuk
pemecah masalah praktis pendidikan sedikit sekali
fungsinya dalam pengembangan ilmu.
39
Wawancara ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan
2. Pemeriksaan Dokumen
Pemeriksaan dokumen merupakan alat yang lebih spesifik
pembuktian pekerjaan guru dalam masalah penelitian ini,
sehingga hasil penelitian lebih akurat akan kebenaran data
dalam menjawab tujuan penelitian.
3. Angket
Angket atau quesioner adalah seperangkat pertanyaan dan
pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Jenis angket
yang digunakan adalah angket tertutup.
D. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan Angket
a. Merumuskan spesifikasi data
b. Menuangkan ke dalam kisi-kisi penyusunan angket
c. Menyusun angket
d. Uji coba angket
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data
a. Penyerahan angket
Angket diserahkan kepada seluruh guru untuk diisi, dalam
waktu relatif singkat angket tersebut dikumpulkan lagi,
ditampung kembali untuk dilakukan pengolahan
selanjutnya.
b. Melakukan wawancara dengan guru-guru di kelas sambil
melihat dokumen yang ada dan dimiliki serta dibuat
olehnya setiap hari (waktu tertentu)
3. Pengolahan data
a. Memeriksa data, setelah angket terkumpul dari sampel sumber
data, maka angket diseleksi untuk diperiksa keabsahannya.
b. Tabulasi data, memberikan nilai pada tiap-tiap butir pernyataan
dalam angket sesuai dengan jawaban responden, kemudian
nilai yang masih mentah tersebut dibuat dalam bentuk tabel.
c. Penafsiran data, yaitu untuk menjelaskan data yang sudah
40
diperoleh berdasarkan prosentase dari alternatif jawaban.
F x100 = %
N
Keterangan :
F = Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden
100 = Bilangan tetap
% = Prosentase yang dicari
41
BAB IV
HASIL DAN PENGOLAHAN PENELITIAN
B. Pengolahan Data
1. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perlengkapan
administrasi apakah yang perlu dipersiapkan sebelum proses
belajar mengajar? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
No Alternatif Jawaban f %
a Alat peraga, jadwal pelajaran, materi 8 80
pelajaran, buku sumber, kurikulum, kalender
pendidikan dll
b Meja kursi siswa, ruang belajar, ruang kepala 1 10
sekolah
c Papan tulis, alat tulis, perlengkapan 1 10
laboratorium, ruang perpustakaan
Jumlah 10 100
42
belajar mengajar adalah alat peraga, jadwal pelajaran, materi
pengajaran, buku sumber, kurikulum, kalender pendidikan.
Tabel 2
No Alternatif Jawaban f %
a Menyusun program pengajaran,
memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji
4 40
materi, menentukan model pembelajaran, dan
menyusun lembar proses penilaian
Mengabsen siswa, menarik tabungan,
b 5 50
membersihkan kelas
c Membariskan, memeriksa kuku dan gigi siswa 1 10
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar 50% guru dalam
menyapkan perencanaan pengajaran sebelum proses belajar
mengajar dimulai adalah yaitu mengabsen siswa, menarik
tabungan, membersihkan kelas. Sebagian kecil (40%) menyusun
program pengajaran, memperhatikan jadwal pelajaran, mengkaji
materi, menentukan model pembelajaran, dan menyusun lembar
proses penilaian, dan paling kecil (10%) membariskan, memeriksa
kuku dan gigi siswa.
No Alternatif Jawaban f %
43
a Rekan guru-guru 7 70
b Dengan penjaga sekolah - -
c Dengan kepala sekolah 3 30
Jumlah 10 100
No Alternatif Jawaban f %
a Rekan guru-guru 3 30
b Kepala Sekolah 4 40
c Pengawas TK/SD 2 20
d Pemandu Mata Pelajaran di Gugus 1 10
Jumlah 10 100
44
5. Jawaban responden atas pertanyaan tentang apa yang perlu
disiapkan dalam menyiapkan perencanaan penilaian proses? Hasil
jawaban yang masuk sebagaimana pads tabel di bawah ini:
Tabel 5
No Alternatif Jawaban f %
a Lembar kerja siswa 2 20
b Lembar soal tes tertulis 1 10
c Lembar kebutuhan siswa 1 10
d Lembar pengamatan 5 20
e Lembar kumpulan pekerjaan siswa 1 10
Jumlah 10 100
No Alternatif Jawaban f %
a Mengatur siswa 3 30
b Mengelola kelas 1 10
c Mengabsen siswa 1 10
d Menarik tabungan 4 40
Jumlah 10 100
45
Sebagian besar (40%) pada awal pelaksanaan proses belajar
mengajar responden menarik uang tabungan, (30%) responden
mengatur siswa, yang melakukan pengabsenan, yang
mendahulukan mengelola kelas dan yang langsung melaksanakan
pembelajaran masing-masing (10%).
Tabel 7
No Alternatif Jawaban f %
b Langsung mengajar 3 30
Jumlah 10 100
46
pembelajaran? Hasil jawaban yang masuk sebagaimana pada tabel
di bawah ini :
Tabel 8
No Alternatif Jawaban f %
47
Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum belum
melaksanakan model pembelajaran kontekstual dalam
mengimplementasikan kurikulum KTSP.
10. Jawaban responden atas isi angket model pembelajaran
kontekstual yang dapat digunakan sehari-hari untuk semua mata
pelajaran. Hasil jawaban responden sebagaimana pada tabel di
bawah ini:
Tabel 10
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
48
Sebagian besar (80%) menggunakan teknik Jigsaw, sebagian
kecil (10%) dengan teknik Numbered head together dan teknik
Student Teams Achivernent Division.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru SDN Ceungceum
menggunakan teknik Jigsaw dalam mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif.
49
ke materi yang telah dikuasai siswa, sebagian (40%)
memberikan pelayanan kepada siswa yang berkebutuhan
khusus, sebagian kecil (10%) bertanya materi yang akan
disampaikan.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru-guru SDN
Ceungceum pada awal membuka proses belajar mengajar
melakukan tanya jawab yang mengarah ke materi yang dikuasai
siswa.
14. Jawaban responden atas isi pertanyaan tentang apa yang
ditampilkan saat proses belajar mengajar dimulai?. Hasil jawaban
responden sebagaimana pada label di bawah ini :
Tabel 14
No Alternatif Jawaban f %
Memperlihatkan buku sumber, alat peraga,
a 2 20
Lembar Kerja Siswa
Bersikap ramah tamah, jujur, adil, tidak
b 3 30
diskriminasi, humoris
Tenang, percaya diri, tidak cemas, memberi
c salam, disiplin, apresiasi, materi ringan dan 5 50
menarik
Jumlah 10 100
50
No Alternatif Jawaban f %
a Melayani siswa yang lambat 3 30
b Melayani semua siswa tanpa ada perbedaan 5 50
c Melayani siswa yang berkebutuhan khusus 2 20
Jumlah 10 100
Sebagian besar (50%) responden menyatakan bahwa sikap
yang diperlihatkan saat proses belajar mengajar melayani semua
siswa tanpa ada perbedaan, melayani siswa yang lambat (30%) dan
sebagian kecil (20%) melayani siswa yang berkebutuhan khusus .
Maka dapat disimpulkan bahwa perhatian guru-guru SDN
Ceungceum siswa saat proses belajar mengajar walaupun bervariasi
pendapat yang dilandasi argumen masing-masing, lebih dominan
melayani seluruh siswa tanpa ada perbedaan.
16. Jawaban responden atas pertanyaan secara teoritis dan pada
lajimnya kegiatan proses belajar mengajar dibagi ke dalam tiga
bagian. Hasil jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 16
No Alternatif Jawaban F %
Jumlah to 100
51
Label 17
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
52
Maka dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru SDN
Ceungceum pada awal proses belajar mengajar melakukan
penjelasan singkat tujuan pembelajaran, menata alat dan bahan
pelajaran.
19. Jawaban responden atas pertanyaan tentang perilaku dalam
kegiatan inti proses belajar mengajar. Hasil jawaban responden
sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 19
No Alternatif Jawaban f %
c Evaluasi tertulis 2 20
Jumlah 10 100
Tabel 20
No Alternatif Jawaban f %
a Menganalisis kemampuan siswa dalam belajar 3 30
b Mengadakan tanya jawab untuk penguatan 2 20
c Diskusi kelompok membuat rangkuman 5 50
Jumlah 10 100
53
Berdasarkan tabel di atas kegiatan yang dilakukan responden
pada akhir belajar mengajar sebagian besar (50%) melakukan
diskusi kelompok membuat rangkuman. Sebagian (30%)
menganalisis kemampuan siswa dalam belajar. Dan sebagian kecil
mengadakan tanya jawab sebagai penguatan (5%).
Tabel 21
No Alternatif Jawaban f %
a Memberikan pelayanan yang sama dengan 6 60
siswa lain
b Melaporkan kepada kepala sekolah dan orang 1 10
tuanya
c Membimbingnya sambil melanjutkan program 3 30
pengajaran
Jumlah 10 100
54
22. Jawaban responden atas pertanyaan tentang kegiatan yang
dilaksanakan setelah selesai proses belajar mengajar. Hasil
jawaban responden sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel 22
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
Tabel 23
No Alternatif Jawaban f %
55
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar responden (50%)
menyatakan bahwa manfaat melaksanakan evaluasi adalah untuk
mengukur kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar
rengajar. Sebagian kecil (30%) untuk mengetahui sejauhmana
materi telah diserap oleh siswa. Sebagian terkecil (20%) untuk
mengetahui tercapainya target nilai rata-rata siswa.
Tabel 24
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
56
No Alternatif Jawaban f %
Jumlah 10 100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
57
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang
telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
perhatianguru terhadap siswa dalam pelaksanaan proses
mengajar di SDN Ceungceum Kecamatan Leuwisari Kabupaten
Tasikmalaya sangatlah tinggi. Hal ini terbukti dari aktivitas guru
sejak sebelum proses pembelajaran dilaksanakan hingga setelah
selesai proses pembelajaran.
58
diraih oleh anak, maka guru berupaya melakukan penambahan
jam belajar atau remidial. Tuntasnya aktivitas guru bila secara
administrasi hasil pembelajaran anak telah didokumentasikan
secara baik.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis
mengajukan saran kepada berbagai pihak, diantaranya:
59
tersebut.
5. Agar permasalahan hasil pembelajaran ini cepat bisa
ditanggulangi segeralah mengusulkan kepada kepala sekolah
diadakan program diskusi mingguan, baik dilaksanakan di
sekolah ataupun secara bersama-sama dilakukan di tingkat
gugus. Dalam diskusi ini manfaatkanlah tenaga pendidikan
terlatih yang telah dan pernah mengikuti pelatihan di tingkat
kabupaten atau provinsi.
6. Guru perlu lebih banyak memahami dan mengembangkan
metode, teknik dan model pembelajaran agar peserta didik
merasa terangsang untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
60
PUSTAKA
61
Permasalahan Teori Pemecahannya, Bandung: LAIN Sunan
Gunung Djati.
62