2. Gelombang Kedua
Masuknya inteletual Timur Tengah dan Parsi dengan membawa agama islam dan tradisi
literasi. Datangnya agama islam tidak menyisihkan agama hindu dan budha yang telah
datang sebelumnya. Intelektual timur tengah dan parsi memperkenalkan aksara arab.
Namun, terdapat Bahasa Melayu yang menjadi Bahasa ilmu pengetahuan, diplomasi, dan
sastra. Maka dari itu dalam hubungan diplomatik antara masyarakat nusantara dengan
masyarakat timur tengah menjadikan Bahasa arab dan melayu sebagai Bahasa yang
penting. Penyebaran Bahasa melayu juga semakin meluas ke seluruh wilayah Nusantara
bersamaan dengan penyebaran agama islam.
3. Gelombang Ketiga
Masuknya bangsa Eropa dengan membawa modernisme dan penindasan. Berawal dari
bangsa portugis yang datang ke Indonesie dan diikuti oleh bangsa-bangsa Eropa lainnya
untuk mencari rempah-rempah.
Dalam konteks penggunaan Bahasa di Indonesia, sempat terjadi tarik-menarik
antara penggunaan bahasa melayu dan bahasa belanda sejak tahun 1600-an. Namun
gerakan pembelandaan yang dilakukan oleh Belanda lewat pelajaran bahasa Belanda
selalu gagal, karena :
1. Politik pengajaran setengah hati
2. Sekolah bukan untuk masyarakat pribu,o
3. Ada resistensi kalangan intelektua; tradisional
4. Bahasa melayu sudah terlanjur dikenal luas
Akibatnya, Bahasa melayu selalu menjadi pemenang dalam tarik-menarik penggunaan
Bahasa ini.
Maka Bahasa melayu adalah sebuah mukjizat karena mampu melahirkan sumpah
pemuda. Karena tanpa sumpah pemuda, tidak mungkin bangsa Indonesia akan lahir
sebagai NKRI. Dilihat dari perkembangannya, Bahasa Indonesia yang berakar dari
Bahasa Melayu sebenarnya tidak hegemoni tetapi terbuka pada Bahasa daerah maupun
Bahasa asing yang menjadikan Bahasa indonesia sebagai bahasa yang kaya. Mukjizat
Bahasa Melayu tersebut dapat dilihat dari :
1. Bahasa melayu diangkat menjadi Bahasa Indonesia
2. Semua delegasi dari berbagai latar belakang etnik, tidak ada yang menolak pemilihan
itu
3. Sebagai Bahasa yang bary, Bahasa Indonesia tampil sebagai Bahasa “asing” yang
secara sosiologis sudah sejak lama dikenal luas.
4. Ada kelegowoan menerima Bahasa Indonesia oleh kaum terpelajar dan masyarakat
non-Melayu.
5. Kata “Indonesia” tiba-tiba menjadi “keramat” dan muncul dalam berbagai kegiatan
resmi.
6. Bahasa Indonesia menjadi alat persatuan.
Oleh karena itu, sebagai calon pemimpin bangsa kita harus mengembangkan
Bahasa Indonesia dengan cara yang kreatif. Seperti dengan menerapkan “NKRI HARGA
HIDUP”, yaitu NKRI yang harus kita hidupi dengan kreatifitas.