Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional pusat


pengembangan kesehatan masyarakat juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Puskesmas mempunyai wewenang dan tangung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya
(Satrianegara, 2014).
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang
menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Permenkes, 2016).
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Puskesmas
suatu kecamatan terdapat lebih dari satu, maka tanggung jawab wilayah
kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah yaitu desa/kelurahan atau dusun/rukun warga (RW). Puskesmas
bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota
(Permenkes, 2016).
2.2 Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes, 2014).
Puskesmas menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan yang meliputi
pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan
masyarakat (public goods) (Permenkes, 2014). Pelayanan kesehatan yang

12
13

diberikan di puskesmas ialah pelayanan kesehatan yang meliputi


peningkatan kesehatan (promotif), upaya pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif) dan pemulihan kembali (rehabilitatif) (Permenkes,
2016).

2.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas dalam melaksanakan kebijakan kesehatan untuk


mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu dengan menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama di wilayah kerjanya (Permenkes, 2014). Puskesmas juga berfungsi
sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti
puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Disamping itu, puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di
wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan (Trihono, 2005).

2.4 Tujuan Puskesmas

Puskesmas memiliki tujuan untuk tercapainya kecamatan yang sehat


mencakup 4 indikator utama yaitu hubungan yang sehat, perilaku sehat,
cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan
penduduk (Permenkes, 2006).

2.5 Pelayanan Farmasi di Puskesmas

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan


tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,
14

mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi


kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi
pada pasien (patient oriented) dengan filososfi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care) (Permenkes, 2016).
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan sarana
prasarana. Pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) merupakan salah satu kegiatan pelayanan kefarmasian, yang
dimulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan
dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan
ketersediaan dan keterjangkauan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem
informasi manajemen dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
(Permenkes, 2016).
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan farmasi klinik meliputi pengkajian dan pelayanan resep,
pelayanan informasi obat, konseling, visite pasien (khusus puskesmas
rawat inap), monitoring efek samping obat, pemantauan terapi obat dan
evaluasi penggunaan obat (Permenkes, 2016).
2.6 Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian


di Puskesmas adalah Apoteker yang dibantu oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian (TTK) (Permenkes, 2006). Kompetensi Apoteker di
Puskesmas mampu memberikan dan menyediakan pelayanan kefarmasian
15

yang bermutu, mampu mengambil keputusan secara profesional, mampu


berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya
dengan menggunakan bahasa verbal, non verbal maupun bahasa lokal dan
selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur farmasi maupun informal
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (update). Tenaga
Teknis Kefarmasian hendaknya dapat membantu pekerjaan Apoteker dalan
melaksanakan pelayanan kefarmasian (Permenkes, 2006).
Sarana dan prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang
secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian puskesmas.
Sarana dan prasarana yang dimiliki puskesmas untuk meningkatkam
kualitas pelayanan kefarmasian, meliputi papan nama “Apotek” atau
“Kamar Obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien, ruang tunggu yang
nyaman bagi pasien, peralatan yang menunjang kefarmasian (timbangan
gram dan mg, mortir-stemfer, gelas ukur, corong, rak alat-alat), tersedia
tempat dan alat untuk memberikan informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien (memasang poster, brosur dan majalah kesehatan),
tersedianya sumber informasi serta literatur yang memadai untuk
Pelayanan Informasi Obat (PIO) seperti Informasi Seputar Obat (ISO),
tersedianya tempat juga alay untuk melakukan peracikan obat yang
memadai, tersedianya penyimpanan obat khusus (suppositoria, narkotika
dan psikotropika), tersedianya kartu stok obat untuk memantau keluar
masuknya obat dan tempat penyerahan obat yang nyaman dan aman bagi
pasien untuk melakukan PIO (Permenkes, 2006).
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan,
pengarsipan dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang
tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun
pengelolaan resep supaya mudah untuk dimonitor dan dievaluasi
(Permenkes, 2006).
16

Anda mungkin juga menyukai