Anda di halaman 1dari 13

BAB I

TINJAUAN KASUS
1.1 Identitas Pasien

DATA UMUM
No MR 491xxx
Nama Pasien By. Ny. D
Agama Islam
Jenis Kelamin Laki-laki
Umur 0 Th (31-01-2018)
Ruangan Perinatologi
Diagnosis BBLR
Mulai perawatan 31 Januari 2018
Akhir perawatan 6 Februari 2018
DPJP Dr. Y, Sp.A

1.2 Riwayat Penyakit


1.2.1 Keluhan Utama
- Bayi dengan berat lahir rendah

- Ibu leukositosis

- Warna air ketuban ibu hijau kental  anak beresiko infeksi

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


- NBBLR (Neonatus Bayi Berat lahir Rendah)

- Resiko Infeksi

- Resiko gangguan termoregulasi

- Mual dan muntah tidak ada

- Demam tidak ada

- Warna kulit kemerahan

1.2.3 Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak Ada

1.3 Data Penunjang

1
1.3.1 Data Pemeriksaan Fisik
- Berat badan : 1900 g

- Panjang : 45 cm

- Suhu : 35,5 (◦C)

1.3.2 Data Tanda Vital

Tanggal
Data Klinik
31/1 1/2 2/2 3/2 4/2 5/2 6/2
Suhu (◦C) 36,7 37,5 36,9 37,4 36,2 37,3 37,1
Nadi (x/menit) 140 136 142 122 152 129 134
Nafas (x/menit) 45 53 49 54 52 48 50
BB (Kg) 1,9 1,95 2,02 2,1 2,14 2,12 2,13

1.3.3 Data Laboratorium

Pemeriksaa Nilai Hasil


Satuan
n Normal  31/01 04/01
HGB 13,0 – 16,0 g/dL 17 16 
RBC 4,5 – 5,5 [106/uL] 4,73  4,9
HCT 40,0 – 48,0 % 47,3  35,2
MCV     101,1  93,8
MCH 27-31 µg 35,9  34,2
MCHC 32-36 g/dL 35,6  33,5
RDW-SD     57,8+  48,8
RDW-CV     19,1+  17,1
3
WBC 5 – 10 [10 /uL] 34,33  14,2
EO% 1–3 % 0,0  0,2
Baso % 0-1 % 0,1  0,3
NEUT% 50 – 70 % 57  56
LYMPH% 20 – 40 % 28  24
Mono% 2-8% % 7,9  3,5
PLT 150-400 103/uL 456  475

1.4 Diagnosis

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

1.5 Sasaran Terapi

2
- menaikkan berat badan bayi

- mencegah terjadinya sepsis

1.6 Terapi Obat

- neo-K

- tetes mata gentamisin

- ampisilin injeksi

- gentamisin injeksi

1.7 Masalah yang Ditemukan

- penggunaan 2 macam antibiotik

3
BAB II
ANALISA FARMAKOTERAPI – DRP

2.1 Rencana Kerja Farmasis

Nama : By. Ny. D No RM : 491XXX Diagnosa : BBLR Dokter : dr. Y, Sp.A


Umur : 0 Th BB : 1900 g Ruangan : Perinatologi Apoteker : N, M.Farm, Apt
Parameter Outcome yang Tanggal Monitoring
Tujuan Terapi Rekomendasi Terapi
Monitoring Diharapkan 31/1 1/2 2/2 3/2 4/2 5/2 6/2
Tidak terjadi
Inj. Vitamin K1
Mencegah Pendarahan Pendarahan pendarahan TT TT TT TT TT TT TT
Tidak terjadi infeksi
Mencegah infeksi Tetes mata atau salep mata, mata tidak
mata mata (antibiotik) Mata tidak berair memerah TT TT TT TT TT TT TT
Mengeliminasi  WBC (sel darah
Infeksi   Antibiotik putih) WBC 4,5-10 [103/uL] 34,33 - - - 14,2 - -
Menaikkan berat
badan bayi Asupan nutrisi bayi  Berat badan bayi BB ≥ 2500 g 1,9 1,95 2,02 2,1 2,14 2,14 2,12

Ket: TT = Tidak Terjadi

2.2 Lembar Pengobatan Pasien

4
No Aturan Tgl Tanggal Pemberian
Nama Obat 4/2 5/2
. Pakai Mulai 31/1 1/2 2/2 3/2 6/2
1 Neo K 1x1mg 31/1 √ - - - - - -
2 Tetes Mata 1x 31/1 √ - - - - - -
3 Inj Ampicilin 2x100mg 31/1 √ √ √ √ √
√ √
4 Inj Gentamicin 1x10mg 31/1 √ √ √ - - - -
1x36 jam
5 Inj Gentamicin 3/2 - - - √ √ √ √
10mg

2.3 Evaluasi Penggunaan Obat Pasien

Nama : By. Ny. D No RM : 491XXX Diagnosa : BBLR Dokter : dr. Y, Sp.A


Umur : 0 Th BB : 1900 g Ruangan : Perinatologi Apoteker : N, M.Farm, Apt

5
2.3.1 Ketepatan Indikasi

Golongan/Kelas
No. Obat Indikasi pada Pasien Keterangan
Terapi
1 Neo K Vitamin K1  Pencegahan pendarahan pada bayi baru lahir  Tepat
Tetes Mata
2  Antibiotik Pencegahan infeksi mata pada bayi baru lahir  Tepat
Gentamisin
3 Inj Ampicilin  Antibiotik Penanganan Infeksi sistemik pada bayi  Tepat
Penanganan Infeksi sistemik pada bayi (terapi
4 Inj Gentamicin  Antibiotik  Tepat
kombinasi) 

2.3.2 Ketepatan Regimen Dosis

No Regimen yang diterima pasien Regimen Literatur Keterangan


Obat
. Dosis Frekuensi Durasi Dosis Frekuensi Durasi Referensi
1x 1x
1 Neo K 1mg sekali 0,5-1mg sekali IDAI, 2009 Tepat
pemkaian pemkaian
2 Tetes Mata 1x 1x sekali 1 tetes 1x sekali AHFS, 2011 Tepat

6
pemakaian pemakaian
 25-50
mg/kg x 1,9 tiap 12 <7
3 Inj Ampicilin 100mg 2 x sehari 7 hari AHFS, 2011 Tepat
kg = 47,5 – jam. hari
95 mg
5 mg/kg x
Tiap 24 <7
4 Inj Gentamicin 10mg 1 x sehari 2 hari 1,9 = 9,8 AHFS, 2011 Tepat
jam hari
mg
Tepat,
penyesuaian
5 mg/kg x
Tiap 24 <7 dosis dengan
5 Inj Gentamicin 10mg 1 x 36 jam 4 hari 1,9 = 9,8 AHFS, 2011
jam hari mengubah
mg
frekuensi
penggunaan

2.3.4 Monitoring Efek Samping Obat

No Evaluasi
Hari/Tgl Manifestasi ESO Nama Obat Cara Mengatasi ESO
. Tgl Uraian
Nefrotoksisitas & Tidak melebihi dosis yang dianjurkan & Tidak dilakukan
1. - Gentamisin
ototoksisitas pantau kadar creatinin serum   pemeriksaan SCr

7
2.3.5 Drug Related Problem

Kode
No. Hari/Tanggal Uraian Masalah Rekomendasi/Saran Tindak Lanjut
Masalah
Tidak terdapat permasalahan
    . selama terapi pasien    
Kode Masalah:
1. Indikasi 5. Cara/Waktu Pemberian a. Resep
a. Tidak ada indikasi 6. Rute Pemberian b. Buku Injeksi
b. Ada indikasi, tidak ada terapi 7. Lama Pemberian 11. Kesalahan Penulisan Resep
c. Kontra Indikasi 8. Interaksi Obat 12. Stabilitas Sediaan Injeksi
2. Pemilihan Obat a. Obat 13. Sterilitas Sediaan Injeksi
3. Dosis Obat b. Makanan/Minuman 14. Kompatibilitas Obat
a. Kelebihan (over dose) c. Hasil Lab 15. Ketersediaan Obat/Kegagalan Mendapatkan Obat
b. Kekurangan (under dose) 9. ESO/ADR/Alergi 16. Kepatuhan
4. Interval pemberian 10. Ketidaksesuaian RM dengan: 17. Duplikasi Terapi

Sasaran terapi pada bayi Ny. D adalah menaikkan berat badan bayi (dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup berupa

pemberian PASI 1 sendok setiap 3 jam) dan mencegah terjadinya infeksi sistemik/sepsis, karena setelah dilakukan cek laboratorium,

diketahui bayi Ny. D mengalami leukositosis dengan nilai WBC 34,33 x 103 uL, hal ini juga ditandai dengan ketuban ibu bayi yang

berwarna hijau kental, dimana air ketuban yang normal berwarna bening, sehingga bayi beresiko terkena infeksi sistemik (sepsis).

8
Terapi sepsis yang diberikan yaitu antibiotik ampisilin injeksi 2x100 mg dan gentamisin injeksi 1x10mg, terapi ini sesuai dengan

panduan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Alasan pemberian dua macam antibiotik adalah karena resiko sepsis pada bayi sangat

tinggi, sehingga bayi membutuhkan obat infeksi yang adekuat, maka diberikan kombinasi ampisilin dan gentamisin. Dosis yang diberikan

sudah sesuai dengan literatur.

Ditinjau dari aspek farmakologisnya ampisilin merupakan antibiotik golongan penisilin (betalaktam) dengan mekanisme kerja

menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis di dinding sel bacteria. Sedangkan

gentamisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang bekerja dengan cara berikatan secara irreversibel dengan sub unit 30S dari

ribosom bakteri, sehingga menghambat sintesis protein bakteri. Dengan mekanisme kerja yang berbeda, penggunaan kombinasi antibiotik

ini dinilai tepat dan efektif dalam mengeliminasi bakteri penyebeb infeksi

Parameter yang dimonitor berdasarkan sasaran terapinya yaitu berat badan bayi dan kondisi bayi, apakah ada tanda-tanda terjadi

infeksi atau tidak. Tanda terjadi infeksi bisa dilihat dari nilai WBC, dari hasil cek laboratorium yang dilakukan 2 kali selama bayi di ruang

rawat, pada hari pertama nilai WBC sangat tinggi (34,33 x 103 /uL) dan pada cek laboratorium hari ke-4, nilai WBC sudah normal (14,2 x

103 /uL) yang menandakan sasaran terapi tercapai. Selain dari nilai WBC, tanda infeksi juga bisa dilihat dari suhu tubuh bayi, selama di

ruang rawat suhu bayi normal.

9
Pada bayi Ny. D diberikan injeksi neo K yang berisi vitamin K / fitomenadion, karena bayi baru lahir cenderung mengalami

defisiensi vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah. Dosis yang diberikan yaitu 0,5 mg sesuai dengan

Academy of Pediatrics (AAP) tahun 2003 yang merekomendasikan pemberian vitamin K 0,5 sampai 1 mg dosis tunggal intramuskular

pada semua bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan akibat defisiensi vitamin K (vitamin K deficiency bleeding atau VKDB).

Terapi awal untuk bayi baru lahir selain pemberian vitamin K yaitu pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan

infeksi mata. salep atau tetes mata antibiotika profilaksis diberikan harus tepat 1 jam setelah kelahiran, upaya pencegahan infeksi mata

tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pada bayi Ny. D diberikan tetes mata

gentamisin.

Selama pemberian terapi obat, perlu pemantauan keadaan fungsi ginjal bayi karena ditinjau dari aspek farmakokinetiknya

gentamisin dieksresikan 50-93% dalam bentuk tidak berubah oleh filtrasi glomerulus dalam waktu 24 jam, dan sekitar 73-90% dari dosis

ampisilin IV juga dieksresikan oleh ginjal dalam bentuk tidak berubah.

Selain pemberian terapi farmakologis, juga dilakukan tindakan dengan meletakkan bayi di dalam inkubator infant warmer untuk

menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat agar tidak hipotermia sbagai asuhan keperawatan.. Setelah 7 hari masa rawatan dan sasaran terapi

10
telah tercapai, bayi Ny. D telah mengalami perbaikan kondisi kesehatan. By Ny. D diperbolehkan pulang dengan kondisi yang baik dan

berat badan 2,12 Kg.

BAB III

11
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Pemberian terapi antibiotik kombinasi ampisilin dan gentamisin dinilai tepat dan efektif dalam mencegah terjadinya sepsis pada

bayi Ny. D

2. Dosis terapi yang diberikan selama perawatan bayi Ny. D sudah tepat

3. Kerjasama antar profesi kesehatan sesuai tugas masing-masing yang mengutamkan keselamatan pasien (patient oriented) dapat

menpercepat penyembuhan pasien.

3.2 Saran

1. Perlunya dilakukan skin test sebelum penggunaan antibiotik terhadap bayi baru lahir guna menghindari timbulnya reaksi

alergi/hipersensitivitas.

2. Perlunya apoteker ruangan di bangsal anak & perinatologi agar pemantauan terapi obat serta fungsi kefarmasian berjalan dengan

baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. Management of neonates with suspected or


proven early-onset bacterial sepsis. American Acaedmy of Pediatrics. 2012:
129(5):1006-12
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: IDAI.
Jayant, D., et. al., 2011. Faktor risiko ibu untuk BBLR Neonatus Studi Kasus
Kontrol di Rumah Sakit di Pedesaan India Maharasthra Barat. Jurnal
Nasional Kedokteran Komunitas
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007.
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Maryuni, Anik. 2013. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta:
CV Trans Info Media.
Pantiwati, Ika. 2010. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah).Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, A. 2010. Berat Badan Lahir Rendah.Yogyakarta: Aulia Medika
Riskesdas. 2013. Profil Kesehatan D. I. Y. Yogyakarta: Riskesdas
Satar M, Ozlu F. 2012. Neonatal sepsis: a continuing disease burden. The Turkish
J Peds. 54:449-57
Silangit AD, 2013. Pengaruh Faktor Demografi Dan Perawatan Antenatal Pada
Ibu Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kelurahan Lau
Cih Kecamatan Medan Tuntungan 2012.
Sistiarani C. 2008. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang
berisiko terhadap kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). (Tesis).
Universitas Diponegoro, Semarang
Surasmi, Asrining, dkk. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Syafrudin & Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
United Nations Children’s Fund and World Health Organization, Low
Birthweight: Country,regional and global estimates. UNICEF, New York,
2004.

14

Anda mungkin juga menyukai