Tepat pada 22 Maret 1946, pemerintah Mesir resmi mengakui kedaulatan pemerintah
Republik Indonesia. Hal ini pun menjadikan Mesir sebagai negara pertama yang mengakui
kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan kedaulatan ini berawal dari kuatnya dukungan dari rakyat Mesir kepada Indonesia.
Pada saat itu, selama berhari-hari media massa dari Timur Tengah selalu menampilkan
pernyataan dari partai politik serta ormas setempat yang mencela sikap Belanda.
Kalimat, "Lebih baik menderita kelaparan daripada mengkhianati Tanah Air dan
bangsa," menggaung di seantero Mesir. Sebab, pada saat itu, Belanda masih saja
membayangi Indonesia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir tak serta-merta berjalan dengan mulus
tanpa ada suatu halangan apapun.
Aksi demonstrasi besar-besaran sempat digelar oleh pemuda serta mahasiswa di Mesir.
Pada akhirnya, demo ini berhasil mendesak Kedutaan Besar Belanda di Kairo dan mereka
menjadi merasa terancam.
Dalam ketakutan itu, Kedutaan Belanda menghubungi Kementerian Luar Negeri Mesir
supaya menghentikan unjuk rasa mahasiswa Indonesia dan Mesir.
Kemudian, pada 22 Maret 1946, Sekretaris Jenderal Keamanan setempat, Kamil Abdurahim
Bey, memanggil perwakilan Indonesia yang bertanggung jawab pada WNI di Mesir, yakni
Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia.
Pada saat itu, dia tidak menyinggung soal kedaulatan Indonesia di dalam pertemuan
tersebut. Akan tetapi, hanya menanyakan apakah Indonesia terlibat dalam konfrontasi dengan
Kedutaan Belanda.
Zein Hassan menyebut, dengan sederhana Sekjen Kemlu Mesir menyatakan, "Dari saat
ini juga, Pemerintah Mesir menganggap warga Indonesia di Mesir tidak ada hubungan lagi
dengan Perwakilan Belanda. Semua urusan yang menyangkut warga negara Indonesia itu,
Pemerintah Mesir akan menghubungi Panitia."
Pernyataan Kamil Abdurahim Bey ini berarti tiga hal. Pertama, pengakuan de facto kebebasan
warga Indonesia di luar negeri dari 'perwalian' Belanda. Kedua, Panitia Pusat Pembela
Kemerdekaan Indonesia de facto Perwakilan RI untuk sementara itu. Ketiga, pengakuan de
facto kedaulatan RI atas Indonesia.
Setelah adanya keputusan tersebut, pernyataan Mesir ini lalu diikuti oleh para negara
anggota Liga Arab.
Konsekuensinya adalah mereka mengakui kartu pengenal yang telah dikeluarkan oleh
Panitia Pusat Pembela Kemerdekaan Indonesia bagi WNI di Timur Tengah. Selain itu, Mesir
juga memberikan utangan kepada Indonesia untuk membayar utang ke Belanda.
Setelah adanya pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Mesir, kedua belah pihak saat
ini masih menjalin hubungan bilateral dengan baik. Melansir dari website Kementerian Luar
Negeri Indonesia, terdapat beberapa bidang yang telah dilakukan di antara kedua negara
seperti politik, ekonomi, serta sosial budaya.
Saat itu, Perdana Menteri (PM) Mesir Sharif Ismaillah yang membuka KTT LB OKI
ke-5 tentang Palestina dan Al Quds di Jakarta karena negara tersebut masih menjadi negara
Ketua Konferensi OKI ke-12, sebelum menyerahkan keketuaannya kepada Turki pada bulan
April 2016 silam.
Dengan adanya contoh hubungan bilateral tersebut, maka semakin meyakinkan bahwa
hubungan Indonesia dengan Mesir telah dapat terjalin dengan rukun dan juga salah satunya
dilatarbelakangi oleh pengakuan kemerdekaan Indonesia ini oleh Mesir.