Nabila (PO71200190012)
Assalamualaikum Wr.wb Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pengelolaan Gangguan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien Akibat Patologis Sistem Pernapasan
Ispa tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Oksigenasi
B. Teori Penyakit
1. Defenisi
2. Etiologi
3. Tanda dan Gejala
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
6. Pathway
7. Komplikasi
8. Pengobatan dan Pencegahan ISPA
9. Pemeriksaan Penunjang
10. Penatalaksanaan
11. Analisa Data
12. Diagnosa yang akan muncul
13. Rencana Intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering di jumpai dengan
keadaan ringan sampai berat dan menduduki peringkat pertama pada pola penyakit pasien rawat
inap dan rawat jalan di Rumah Sakit dan Puskesmas. Indonesia sebagai negara Tropis berpotensi
menjadi daerah endemik dari beberapa penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi acaman
bagi kesehatan masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kasus
maupun kematian penderita akibat ISPA, misalnya pencemaran lingkungan yang disebabkan
oleh asap karena kebakaran hutan, gas buangan yang berasal dari sarana transpotasi dan polusi
udara dalam rumah karena asap dapur, asap rokok, perubahan iklim global antara lain perubahan
suhu udara, kelembaban, dan curah hujan merupakan ancaman kesehatan terutama pada penyakit
ISPA (Darohman, NP. dan Mutiatikum, 2009).
Infeksi saluran pernapasan akut dapat terjadi dengan berbagai gejala klinis. Tanda Gejala
ISPA menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres.
Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian
diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri
kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut
membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat
komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Infeksi saluran pernapasan akut menular
secara umum dan ISPA dapat menimbulkan epidemi atau pandemi. ISPA ini dapat menyebar
dengan cepat dan menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Oksigenasi Dan ISPA ?
2. Proses Pemenuhan Oksigenasi Dalam Tubuh
3. Jelaskan Penyebab Terjadinya ISPA ?
4. Bagaimana Pengobatan Dan Pencegahan ISPA ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Oksigenasi Dan ISPA
2. Untuk mengetahui Proses Pemenuhan Oksigenasi Dalam Tubuh
3. Untuk mengetahui Penyebab Terjadinya ISPA
4. Untuk mengetahui bagaimana Pengobatan Dan Pencegahan ISPA
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Oksigenasi
1. Ventilasi
Proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer kedalam alveoli atau dari alveoli
ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh perbedaan tekananan antara atmosfer
dengan paru. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complienci (pengembangan)
dan recoil (penyempitan).
Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata danpons, dapat dipengaruhi oleh
ventilasi. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,antaralain :
4) 4.Difusi
2. Difusi
Pertukaran antaraO2 dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO2 dari kapiler ke
alveoli. Proses difusi gas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
4. Afinitas gas
3. Transportasi
1) Cardiacoutput
3) Latihan (exercise)
4) Hematokrit
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas
dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
2. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya
sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil
penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara
menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi,
yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di
negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus
(Suriadi,Yuliani R,2001)
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut:
Batuk
Nafas cepat
Bersin
Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
Nyeri kepala
Demam ringan
Tidak enak badan
Hidung tersumbat
Kadang-kadang sakit saat menelan
Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak(Naning R,2002)
4. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2
bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak
harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali
per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).
5. PATOFISIOLOGI
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal
maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan
Chernick, 1983 dalam DepKes RI, 1992).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering
(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,
sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan
yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).
Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.
Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga
memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang
mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri
ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu
laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang
lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar
ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa
menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya
ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek
imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang
sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada
umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang
tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa
IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas
bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam
mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap,yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
6. PATHWAY
7. KOMPLIKASI
1) Penemonia
2) Bronchitis
3) Sinusitis
4) Laryngitis
5) Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)
Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami sakit tenggorokan.
Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan minyak kayu
putih atau mentol untuk meredakan hidung yang tersumbat.
Jika gejala yang dialami tidak membaik, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter.
Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala, antara lain:
Obat batuk.
Pencegahan Ispa
Tindakan pencegahan utama ISPA adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata, untuk
menghindari penularan virus dan bakteri.
Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau batuk. Hal
ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.
Berhenti merokok.
9. PEMERIKSAAN PENUJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)
10. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir
baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan
pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang hidung, serta obat yang lain seperti
analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta
pada sekret.
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan
lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masih menetek
Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air
es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh ,
diberikan tiga kali sehari.
A. Kesimpulan
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar yang digunakabn
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
dan sel tubuh. Keberadaan oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang
menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat
dialami oleh siapa saja, terutama anak-anak dan lansia.
B. Saran
Demikian penyusunan makalah pengelolaan gngguan kebutuhan oksigen pada pasien system
pernapasan ISPA, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan. Dengan demikian, kritik maupun saran sangat dibutuhkan demi
kemajuan dalam pembuatan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/Acer/Downloads/BAB%20I%20Siti%20Nursyamsiah.pdf
https://www.scribd.com/presentation/364576200/2-Gangguan-Kebutuhan-Oksigenasi-Akibat-
Patologi-Sistem-Pernapasan
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC
Materi pelatihan kader dan penyegara kader (2004), PSIK UMJ, Jakarta
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK
FK UGM tidak dipublikasikan
Pertemuan Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang