Anda di halaman 1dari 20

Analisis Konsekuensi Dispersi Gas, Kebakaran, dan Ledakan Akibat

Kebocoran Tangki Timbun Premium 5000 kiloliter di PT Pertamina


(Persero) Terminal BBM Panjang, Lampung Tahun 2012 Menggunakan
BREEZE Incident Analyst Software

Lisna Utami dan Fatma Lestari


Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstrak
Perusahaan minyak dan gas biasanya menggunakan tangki timbun yang berisi bahan
mudah terbakar dan beracun, oleh karena itu risiko untuk terjadinya dispersi gas, kebakaran,
dan ledakan sangat besar apabila terjadi failure pada tangki timbun. Pemodelan yang
dilakukan pada penelitian ini ditujukan untuk mengetahui konsekuensi dari peristiwa dispersi
gas, kebakaran, dan ledakan akibat kebocoran pada tangki timbun Premium dengan kapasitas
5000 kiloliter di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang, Lampung yang merupakan
suatu perusahaan minyak dan gas. Penelitian ini merupakan penelitian pemodelan kuantitatif
yang dilakukan menggunakan piranti lunak BREEZE Incident Analyst pada tiga jenis
hidrokarbon komponen Premium, yaitu heksana, heptana, dan pentana. Hasil dari penelitian
ini didapatkan jangkauan dan konsekuensi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan untuk tiga
zona berdasarkan level of concern dari setiap skenario. Jangkauan dan konsekuensi dari
pemodelan ini akan dianalisis dengan sistem fire safety dan manajemen tanggap darurat yang
ada di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang, Lampung.

Kata kunci:
BLEVE; BREEZE Incident Analyst; Dispersi Gas; Heksana; Heptana; Kolam Api;
Konsekuensi; Ledakan; Pentana; Premium; Tangki Timbun

Abstract
Oil and gas industries normally use storage tanks containing flammable and toxic
materials, therefore very risky occurrence of gas dispersion, fire and explosion in the event of
failure staorage tank. Modeling performed in this study aimed to determine the consequences
of the events of gas dispersion, fire and explosion due to leak in the Premium storage tank
with a capacity of 5000 kiloliters at PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang,
Lampung which is an oil and gas industry. This research is a quantitative modeling. Modeling
done using software BREEZE Incident Analyst at three types of hydrocarbons that become
Premium components, hexane, heptane, and pentane. Results of this research are presented
range and consequences of gas dispersion, fire, and explosion for the three zones based on the
level of concern of each scenario. The range and consequences of this modeling will be
analyzed by the system fire safety and emergency management in PT Pertamina (Persero)
Fuel Terminal Lampung, Lampung.

Keywords:
BLEVE; BREEZE Incident Analyst; Consequences; Explosion; Gas Dispersion; Hexane,
Heptane; Storage Tank; Pentane; Premium; Pool Fire

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Pendahuluan
Bahan bakar minyak merupakan jenis energi yang dominan digunakan di Indonesia.
Energi ini digunakan di semua sektor kegiatan dan jumlah penggunaannya meningkat setiap
tahun. Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada tahun 2008
konsumen terbesar bahan bakar minyak adalah sektor transportasi (61%), diikuti oleh industri
(16%), rumah tangga (13%), pertanian, konstruksi, dan pertambangan (8%), dan komersial
(2%). Estimasi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi untuk nilai penggunaan Premium
pada tahun 2011 diperkirakan nilainya mencapai 25,5 juta kiloliter dan pada tahun 2012
mencapai 28,2 juta kiloliter. Untuk nilai penggunaan solar pada tahun 2011 diperkirakan
nilainya mencapai 14,3 juta kiloliter dan pada tahun 2012 mencapai 15,1 juta kiloliter[1].
Komposisi dan sifat dari bahan bakar minyak ditentukan dari jenis dan kandungan
minyak bumi mentah asalnya. Bahan bakar minyak memiliki karakteristik toksik dan bersifat
flammable[2], sehingga memiliki potensi berbahaya untuk kesehatan dan dapat juga
menimbulkan peristiwa kebakaran serta ledakan. Tempat penampungan atau penyimpanan
bahan bakar minyak seperti terminal bahan bakar minyak merupakan tempat yang memiliki
risiko besar terjadinya dispersi toksik, kebakaran, dan ledakan, sebab di terminal bahan bakar
minyak terdapat belasan hingga puluhan tangki yang berisi bahan yang bersifat toksik dan
mudah terbakar
Terdapat beberapa kasus kebakaran dan ledakan pada tangki timbun baik yang terjadi di
luar negeri maupun di Indonesia[3,4,5,6], contoh kasusnya antara lain ledakan yang dipicu
kebakaran akibat kebocoran tangki BBM di negara bagian Rivers, tumpahan minyak akibat
kebocoran kilang di Montara menyebabkan kebakaran dan kerugian negara mencapai 22
Triliun, dan peristiwa kebakaran dan ledakan yang terjadi di Pertamina Plumpang dan
Cilacap.
Terminal BBM PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran II yang berlokasi di Panjang,
Lampung termasuk dalam instalasi yang berisiko[7], namun belum ada analisis mengenai
konsekuensi dari peristiwa dispersi toksik, kebakaran, dan ledakan, baik secara manual
maupun dengan menggunakan software seperti BREEZE Incident Analyst. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui konsekuensi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan akibat
kebocoran tangki timbun Premium nomor 12 di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM
Panjang menggunakan BREEZE Incident Analyst software. Dengan adanya analisis
menggunakan BREEZE Incident Analyst dapat mengetahui jangkauan konsekuensi dari
peristiwa dispersi toksik, kebakaran, dan ledakan, sehingga dapat dilakukan perencanaan atau
perbaikan sistem pencegahan dan mitigasi bencana yang sesuai dengan konsekuensi.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Konsekuensi dari peristiwa pelepasan gas beracun, kebakaran, dan ledakan bermacam-
macam, tergantung pada masing-masing nilai Level of Concern yang merupakan nilai ambang
untuk bahaya toksisitas, kebakaran/radiasi panas, dan ledakan/kelebihan tekanan [8]. Nilai dari
LoC biasanya berada di atas nilai yang dapat mengancam manusia maupun properti yang ada.

Tinjauan Teoritis
Bahan Bakar Minyak
Bahan bakar minyak merupakan salah satu sumber energi yang kini banyak digunakan.
Produk bahan bakar minyak yaitu Premium, minyak tanah, minyak Solar, minyak diesel
(MDF), dan minyak bakar (MFO). BBM terdiri dari berbagai jenis hirdokarbon yang berasal
dari minyak bumi dan terdiri dari campuran lain[9].
Dispersi Gas
Dispersi atmosferik merupakan pelepasan gas atau uap dari suatu bahan kimia ke udara[10].
Uap atau gas dari suatu bahan kimia ada yang bersifat beracun, tetapi juga ada yang aman,
tergantung pada karakteristik dan komponennya. Dispersi gas secara umum dibedakan
menjadi dua berdasarkan kepadartannya, yaitu bouyant gas dan dense gas[10].
Kebakaran
Api atau kebakaran adalah oksidasi eksotermik secara cepat dari bahan bakar yang mudah
menyala. Bahan bakar dapat berbentuk padat, cair, atau uap, namun umumnya cairan dan uap
lebih mudah untuk menyala[10].
Level of Concern
Level of concern merupakan nilai ambang untuk bahaya toksisitas, kebakaran/radiasi
panas, dan ledakan/kelebihan tekanan[8].
Ledakan
Ledakan merupakan suatu peristiwa yang mengarah kepada peningkatan tekanan dengan
pesat yang disebabkan oleh banyak faktor yaitu rekasi nuklir, bahan yang mudah meledak,
reaksi pelepasan, pembakaran debu, mist, atau gas (termasuk uap) di udara atau bahan
oksidasi lainnya[11].
BREEZE Incident Analyst
BREEZE Incident Analyst merupakan suatu software perencanaan dan respon keadaan
darurat untuk pemodelan efek dari pelepasan suatu zat kimia. Software ini dikembangkan oleh
Trinity Consultant. Penggunaan BREEZE Incident Analyst ditujukan untuk pemodelan
terhadap tiga bahaya primer, yaitu toksik, kebakaran, dan ledakan[12].

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pemodelan kuantitatif yang dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder. Tahapan penelitian dimulai dari menentukan skenario
kebocoran tangki timbun bahan bakar minyak serta mengumpulkan data sekunder yang
diperlukan seperti data mengenai bahan bakar minyak, tangki timbun, data meteorologi, dan
lokasi penelitian. Setelah skenario kebocoran dan data sekunder dikumpulkan kemudian
dimasukkan dan diolah menggunakan piranti lunak BREEZE Incident Analyst.
Penelitian dilakukan di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM, Panjang, Lampung pada
bulan Desember 2012. Objek penelitian ini adalah tangki timbun bahan bakar minyak jenis
Premium nomor 12 yang berkapasitas 5000 kiloliter di PT Pertamina (Persero) Terminal
BBM, Panjang. Alasan pemilihan tangki tersebut menjadi objek penelitian didasarkan pada
worst case analysis, tangki timbun nomor 12 merupakan tangki yang berisi bahan bakar
minyak jenis Premium. Berdasarkan NFPA Hazard Identification, Premium memiliki
flammability hazard rating number paling besar dibandingkan bahan bakar minyak lain yang
ada di area existing. Hal lain yang mendasari pemilihan tangki tersebut, karena berkapasitas
paling besar di area penimbunan existing yaitu sebesar 5000 kiloliter.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Data sekunder pada
penelitian ini meliputi data mengenai karakteristik bahan bakar minyak Premium, data tangki
timbun, data meteorologi, data lokasi penelitian, serta data skenario kebocoran pada tangki
timbun Premium. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dan telaah
dokumen. Keseluruhan data yang telah dikumpulkan diperiksa kembali kelengkapan dan
konsistensinya, kemudian dimasukkan ke dalam piranti lunak BREEZE Incident Analyst.
Tangki timbun Premium ketika terjadi kebocoran diasumsikan tidak berisi Premium
sepenuhnya (90%). Kondisi atmosfer yang digunakan pada setiap skenario merupakan
kondisi atmosfer ruang terbuka rata-rata harian wilayah Bandar Lampung dan diasumsikan
sama pada setiap skenario yang berbeda. Waktu kebocoran diasumsikan ketika peneliti
melakukan pengumpulan data di lokasi penelitian.
Terdapat pendekatan pemodelan yang digunakan untuk masing-masing skenario
pemodelan dalam penelitian ini. Pada skenario dispersi gas pendekatan yang digunakan ialah
DEGADIS (Dense Gas Dispersion model) karena kepadatan gas yang lebih berat dari udara,
untuk skenario kebakaran pendekatan yang digunakan ialah liquid pools
(confined/unconfined) dan BLEVE, sedangkan pada skenario ledakan pendekatan yang
digunakan ialah U.S Army TNT Equivalency.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian ini membahas mengenai hasil simulasi konsekuensi dispersi gas, kebakaran,
dan ledakan dari peristiwa kebocoran tangki timbun Premium nomor 12 yang memiliki
kapasitas 5000 kiloliter di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang, Lampung.
Simulasi mengenai konsekuensi tersebut menggunakan BREEZE Incident Analyst Software
dengan memasukkan skenario pemodelan dan beberapa data yaitu lokasi dan waktu kejadian,
kondisi atmosfer, data bahan kimia, dan tangki timbun Premium. Hasil dari simulasi tersebut
berupa jarak aman dari konsekuensi dispersi gas, kebakaran, dan ledakan berdasarkan level of
concern dari setiap skenario.

Lokasi dan Kondisi Atmosfer


Lokasi yang menjadi tempat dilakukannya pemodelan ialah PT Pertamina (Persero)
Terminal BBM Panjang yang terletak di Kota Bandar Lampung. Untuk titik koordinat lokasi
penelitian menggunakan sistem koordinat Universal Transverse Mercator (UTM) Zone 48.
Berdasarkan pemilihan koordinat, didapatkan koordinat lokasi penelitian sebagai berikut:
- X Coordinate : 833973,08
- Y Coordinate : 104,72
Asumsi mengenai kondisi atmosfer yang digunakan ialah kondisi atmosfer rata-rata
harian ruang terbuka Daerah Panjang, Bandar Lampung, sebagai berikut:
- Suhu : 26C
- Kelembapan : 50%
- Arah angin : bertiup ke arah timur laut (45)
- Kecepatan angin : 16 mph
- Tekanan udara : 1 atm
- Tekanan stabilitas :D

Bahan Kimia
Pada awalnya, simulasi akan dilakukan pada bahan kimia gasoline, namun dikarenakan
keterbatasan software, maka simulasi dilakukan menggunakan bahan kimia heksana, heptana,
dan pentana yang merupakan unsur hidrokarbon yang menjadi komponen gasoline. Data
mengenai ketiga bahan kimia tersebut sudah terdapat dalam data bahan kimia dari BREEZE
Incident Analyst.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Tabel 1. Karakteristik Heksana
Parameter Value
Molecular weight 86,17 g/g-mole
Boiling point 341,9 K
Critical temperature 508,3 K
Critical pressure 29,9 atm
Critical volume 370 cm3/g-mole
Liquid heat capacity 2265 J/kg-K
Heat of vaporization 335000 J/kg
Flammability Yes

Tabel 2. Karakteristik Heptana


Parameter Value
Molecular weight 100,2 g/g-mole
Boiling point 371,6 K
Critical temperature 540,6 K
Critical pressure 27,04 atm
Critical volume 432 cm3/g-mole
Liquid heat capacity 2223 J/kg-K
Heat of vaporization 316600 J/kg
Flammability Yes

Tabel 3. Karakteristik Pentana


Parameter Value
Molecular weight 72,15 g/g-mole
Boiling point 309,22 K
Critical temperature 469,65 K
Critical pressure 33,35 atm
Critical volume 304 cm3/g-mole
Liquid heat capacity 2349 J/kg-K
Heat of vaporization 357500 J/kg
Flammability Yes

Tangki Timbun Premium


Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian yaitu tangki timbun Premium nomor 12
yang berada di area existing. Apabila dilihat dari lay out area penimbunan bahan bakar
minyak, area existing merupakan area penimbunan yang memiliki risiko lebih besar dibanding
area reklamasi, karena letaknya lebih berdekatan dengan area perkantoran, perindustrian, dan
pemukiman penduduk.

Simulasi Skenario Heksana


Pada tanggal 19 Desember 2012 pukul 09.45 terjadi kebocoran tangki timbun Premium
nomor 12 yang berkapasitas 5000 kiloliter di area existing PT Pertamina (Persero) Terminal

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


BBM Panjang. Pada saat terjadi kebocoran tangki berisi 90% heksana (4708,23 kiloliter) dari
kapasitas keseluruhannya. Kebocoran disimulasikan berdiameter ± 10 mm dan berada di
bagian annular plate yang tingginya 40 cm dari dasar tangki. Kondisi atmosfer ketika terjadi
peristiwa kebocoran diasumsikan sama dengan kondisi atmosfer rata-rata harian ruang
terbuka Daerah Panjang. Setelah skenario disimulasikan dengan BREEZE Incident Analyst
didapatkan hasil sebagai berikut:
 Dispersi Gas
Data yang di-input untuk pemodelan DEGADIS adalah emission rate heksana sebesar
0,01062 kg/s. Pedoman LoC yang digunakan untuk penentuan zona berbahaya akibat
peristiwa dispersi gas heksana pada pemodelan ini yaitu AEGL (NR, 3300 ppm, dan 8600
ppm)[8] dan IDLH (5000 ppm)[13].

Gambar 1. Hasil Pemodelan Dispersi GasTangki Heksana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Chart dengan LoC AEGL dan IDLH

Terlihat pada grafik bahwa penyebaran gas heksana tidak terlalu berefek terhadap
kesehatan, karena konsentrasi gas yang terdispersi berada di bawah nilai LoC, baik untuk LoC
AEGL maupun IDLH. Pada grafik dengan LoC AEGL menunjukkan bahwa konsentrasi gas
akan terus naik dari sumber kebocoran dan mencapai konsentrasi tertinggi yaitu ± 1100 ppm
pada jarak 24 – 36 meter, kemudian secara perlahan konsentrasi gas bergerak turun hingga
konsentrasi 50 ppm pada jarak 62 meter dari sumber kebocoran. Pada grafik dengan LoC
IDLH menunjukkan bahwa konsentrasi gas akan terus naik dari sumber kebocoran dan
mencapai konsentrasi tertinggi yaitu 20 ppm pada jarak 4,7 meter.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


 Pool Fire
Data yang di-input untuk pemodelan unconfined pool yaitu suhu penyimpanan sebesar
29,1C dan tekanan penyimpanan 1 atm.

Gambar 2. Hasil Pemodelan Pool Fire Tangki Heksana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Map

Jangkauan dari radiasi panas yang termasuk dalam LoC level tertinggi (zona merah) yaitu
10 kW/m2 mencapai jarak sejauh 180,1 meter. Jangkauan radiasi panas dari LoC level
menengah (zona oranye) yaitu 5 kW/m2 mencapai jarak sejauh 207.4 meter. Level terendah
LoC (zona kuning) yaitu 2 kW/m2 jangkauan radiasinya mencapai jarak 261,8 meter dari
sumber kebakaran.
 BLEVE
Peristiwa pool fire dapat memicu terjadinya BLEVE. Jumlah flammable mass yaitu
4708,23 kiloliter sesuai dengan jumlah volume tangki saat terjadinya kebakaran.

Gambar 3. Hasil Pemodelan BLEVE Tangki Heksana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Map

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Area jangkauan dari peristiwa BLEVE cukup luas. Jangkauan untuk LoC level tertinggi
(zona merah) yaitu 10 kW/m2 mencapai jarak sejauh 300,6 meter, level menengah (zona
oranye) yaitu 5 kW/m2 mencapai jarak sejauh 425,2 meter, dan level terendah (zona kuning)
yaitu 2 kW/m2 mencapai jarak 672,2 meter dari sumber kebakaran.

 Ledakan
BREEZE Incident Analyst merekomendasikan simulasi ledakan berupa single vapor cloud
U.S. Army TNT Equvalency. Hasil simulasi ledakan berupa surface explosion overpressure
dan free air explosion overpressure.

Gambar 4. Hasil Pemodelan Surface dan Free Air Explosion Overpressure


Tangki Heksana 5000 kiloliter dalam Bentuk Map

Pada saat terjadi ledakan, volume tangki berisi 4708,23 kiloliter cairan yang merupakan
flammable mass. Ledakan disimulasikan menggunakan % yield of TNT sebesar 3% dari
kisaran 3 – 5% [14]. Tinggi ledakan yaitu 13 meter. Berdasarkan data tersebut, didapatkan area
jangkuan dari ledakan di permukaan (surface explosion overpressure) untuk zona LoC level
tertinggi (8 psi) mencapai jarak 50,7 meter, zona LoC level menengah (3,5 psi) mencapai
jarak 86,9 meter, dan untuk zona LoC level terendah (1 psi) mencapai jarak 197,1 meter. Area
jangkauan dari ledakan ke udara bebas (free air explosion overpressure) untuk zona LoC
level tertinggi (8 psi) mencapai jarak 42,1 meter, zona LoC level menengah (3,5 psi)
mencapai jarak 62,8 meter, dan untuk zona LoC level terendah (1 psi) mencapai jarak 194,8
meter.

Simulasi Skenario Heptana


Pada tanggal 19 Desember 2012 pukul 09.45 terjadi kebocoran tangki timbun Premium
nomor 12 yang berkapasitas 5000 kiloliter di area existing PT Pertamina (Persero) Terminal

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


BBM Panjang. Pada saat terjadi kebocoran tangki berisi 90% heptana (4708,23 kiloliter) dari
kapasitas keseluruhannya. Kebocoran disimulasikan berdiameter ± 10 mm dan berada di
bagian annular plate yang tingginya 40 cm dari dasar tangki. Kondisi atmosfer ketika terjadi
peristiwa kebocoran diasumsikan sama dengan kondisi atmosfer rata-rata harian ruang
terbuka Daerah Panjang. Setelah skenario disimulasikan dengan BREEZE Incident Analyst
didapatkan hasil sebagai berikut:
 Dispersi Gas
Data yang di-input untuk pemodelan DEGADIS adalah emission rate heptana sebesar
0,00417064 kg/s. Pedoman LoC yang digunakan untuk penentuan zona berbahaya akibat
peristiwa dispersi gas heptana pada pemodelan ini yaitu PAC (440 ppm, 440 ppm, dan 5000
ppm)[8] dan IDLH (4250 ppm)[13].

Gambar 5. Hasil Pemodelan Dispersi Gas Tangki Heptana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Chart dengan LoC PAC dan IDLH

Terlihat pada grafik bahwa penyebaran gas heptana tidak terlalu berefek terhadap
kesehatan, karena konsentrasi gas yang terdispersi berada di bawah nilai LoC, baik untuk LoC
PAC maupun IDLH. Pada grafik dengan LoC PAC menunjukkan bahwa konsentrasi gas akan
terus naik dari sumber kebocoran dan mencapai konsentrasi tertinggi yaitu ± 100 ppm pada
jarak 12,5 – 14,5 meter, kemudian secara perlahan konsentrasi gas bergerak turun hingga
konsentrasi 80 ppm pada jarak 24,5 meter dari sumber kebocoran. Pada grafik dengan LoC
IDLH menunjukkan bahwa konsentrasi gas akan terus naik dari sumber kebocoran dan
mencapai konsentrasi tertinggi yaitu ± 700 ppm pada jarak 26 – 34 meter, kemudian secara
perlahan konsentrasi gas bergerak turun hingga konsentrasi 10 ppm pada jarak 62 meter dari
sumber kebocoran.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


 Pool Fire
Data yang di-input untuk pemodelan unconfined pool yaitu suhu penyimpanan sebesar
29,1C dan tekanan penyimpanan 1 atm.

Gambar 6. Hasil Pemodelan Pool Fire Tangki Heptana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Map

Jangkauan dari radiasi panas yang termasuk dalam LoC level tertinggi (zona merah) yaitu
10 kW/m2 mencapai jarak sejauh 167,2 meter. Jangkauan radiasi panas dari LoC level
menengah (zona oranye) yaitu 5 kW/m2 mencapai jarak sejauh 191,2 meter dari sumber
kebakaran. Level terendah LoC (zona kuning) yaitu 2 kW/m2 jangkauan radiasinya mencapai
jarak 238,8 meter.
 BLEVE
Peristiwa pool fire dapat memicu terjadinya BLEVE. Jumlah flammable mass yaitu
4708,23 kiloliter sesuai dengan jumlah volume tangki saat terjadinya kebakaran.

Gambar 7. Hasil Pemodelan BLEVE Tangki Heptana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Map

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Area jangkauan dari peristiwa BLEVE cukup luas. Jangkauan untuk LoC level tertinggi
(zona merah) yaitu 10 kW/m2 mencapai jarak sejauh 300,4 meter, level menengah (zona
oranye) yaitu 5 kW/m2 mencapai jarak sejauh 424,8 meter, dan level terendah LoC (zona
kuning) yaitu 2 kW/m2 mencapai jarak 671,7 meter dari sumber kebakaran.

 Ledakan
BREEZE Incident Analyst merekomendasikan simulasi ledakan berupa single vapor cloud
U.S. Army TNT Equvalency. Hasil simulasi ledakan berupa surface explosion overpressure
dan free air explosion overpressure:

Gambar 8. Hasil Pemodelan Surface dan Free Air Explosion Overpressure


Tangki Heptana 5000 kiloliter dalam Bentuk Map

Pada saat terjadi ledakan volume tangki berisi 4708,23 kiloliter cairan yang merupakan
flammable mass. Ledakan disimulasikan menggunakan % yield of TNT sebesar 3% dari
kisaran 3 – 5% [14]. Tinggi ledakan yaitu 13 meter. Berdasarkan data tersebut, didapatkan area
jangkuan dari ledakan di permukaan (surface explosion overpressure) untuk zona LoC level
tertinggi (8 psi) mencapai jarak 50,6 meter, zona LoC level menengah (3,5 psi) mencapai
jarak 86,9 meter, dan untuk zona LoC level terendah (1 psi) mencapai jarak 197 meter. Area
jangkauan dari ledakan ke udara bebas (free air explosion overpressure) untuk zona LoC
level tertinggi (8 psi) mencapai jarak 42,1 meter, zona LoC level menengah (3,5 psi)
mencapai jarak 62,8 meter, dan untuk zona LoC level terendah (1 psi) mencapai jarak 194,7
meter.

Simulasi Skenario Pentana


Pada tanggal 19 Desember 2012 pukul 09.45 terjadi kebocoran tangki timbun Premium
nomor 12 yang berkapasitas 5000 kiloliter di area existing PT Pertamina (Persero) Terminal

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


BBM Panjang. Pada saat terjadi kebocoran tangki berisi 90% pentana (4708,23 kiloliter) dari
kapasitas keseluruhannya. Kebocoran disimulasikan berdiameter ± 10 mm dan berada di
bagian annular plate yang tingginya 40 cm dari dasar tangki. Kondisi atmosfer ketika terjadi
peristiwa kebocoran diasumsikan sama dengan kondisi atmosfer rata-rata harian ruang
terbuka Daerah Panjang. Setelah skenario disimulasikan dengan BREEZE Incident Analyst
didapatkan hasil sebagai berikut:
 Dispersi Gas
Data yang di-input untuk pemodelan DEGADIS adalah emission rate pentana sebesar
0,02873 kg/s. Pedoman LoC yang digunakan untuk penentuan zona berbahaya akibat
peristiwa dispersi gas pentana pada pemodelan ini yaitu PAC (120 ppm, 610 ppm, dan 15000
ppm)[8] dan IDLH (1500 ppm)[13].

Gambar 9. Hasil Pemodelan Dispersi Gas Tangki Pentana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Chart dengan LoC PAC dan IDLH

Terlihat pada grafik bahwa penyebaran gas pentana tidak terlalu berefek terhadap
kesehatan, karena konsentrasi gas yang terdispersi berada di bawah nilai LoC, baik untuk LoC
PAC maupun IDLH. Pada grafik dengan LoC PAC menunjukkan bahwa konsentrasi gas akan
terus naik dari sumber kebocoran dan mencapai konsentrasi tertinggi pada batas LoC terendah
yaitu 120 ppm pada jarak 8,5 – 12,5 meter, kemudian secara perlahan konsentrasi gas
bergerak turun hingga konsentrasi 40 ppm pada jarak mendekati 60 meter dari sumber
kebocoran. Pada grafik dengan LoC IDLH menunjukkan bahwa konsentrasi gas akan terus
naik dari sumber kebocoran dan mencapai konsentrasi tertinggi yaitu 110 ppm pada jarak 8,25
meter, kemudian secara perlahan konsentrasi gas bergerak turun hingga konsentrasi 100 ppm
pada jarak 15,3 meter.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


 Pool Fire
Data yang di-input untuk pemodelan unconfined pool yaitu suhu penyimpanan sebesar
29,1C dan tekanan penyimpanan 1 atm.

Gambar 10. Hasil Pemodelan Pool Fire Tangki Pentana 5000 kiloliter
dalam Bentuk Map
Jangkauan dari radiasi panas yang termasuk dalam LoC level tertinggi (zona merah) yaitu
10 kW/m2 mencapai jarak sejauh 167,2 meter. Jangkauan radiasi panas dari LoC level
menengah (zona oranye) yaitu 5 kW/m2 mencapai jarak sejauh 191,2 meter dari sumber
kebakaran. Level terendah LoC (zona kuning) yaitu 2 kW/m2 jangkauan radiasinya mencapai
jarak 238,8 meter.
 BLEVE
Peristiwa pool fire dapat memicu terjadinya BLEVE. Jumlah flammable mass yaitu
4708,23 kiloliter sesuai dengan jumlah volume tangki saat terjadinya kebakaran.

Gambar 11. Hasil Pemodelan BLEVE Tangki Pentana 5000 kiloliter


dalam Bentuk Map

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Area jangkauan dari peristiwa BLEVE cukup luas. Jangkauan LoC level tertinggi (zona
merah) yaitu 10 kW/m2 mencapai jarak sejauh 300,7 meter, level menengah (zona oranye)
yaitu 5 kW/m2 mencapai jarak sejauh 425,3 meter, dan level terendah LoC (zona kuning)
yaitu 2 kW/m2 mencapai jarak 672,5 meter dari sumber kebakaran.

 Ledakan
BREEZE Incident Analyst merekomendasikan simulasi ledakan berupa single vapor cloud
U.S. Army TNT Equvalency. Hasil simulasi ledakan berupa surface explosion overpressure
dan free air explosion overpressure:

Gambar 12. Hasil Pemodelan Surface dan Free Air Explosion Overpressure
Tangki Heptana 5000 kiloliter dalam Bentuk Map

Pada saat terjadi ledakan, volume tangki berisi 4708,23 kiloliter cairan yang merupakan
flammable mass. Ledakan disimulasikan menggunakan % yield of TNT sebesar 3% dari
kisaran 3 – 5%[14]. Tinggi ledakan yaitu 13 meter. Berdasarkan data tersebut didapatkan area
jangkuan dari ledakan di permukaan (surface explosion overpressure) untuk zona LoC level
tertinggi (8 psi) mencapai jarak 50,7 meter, zona LoC level menengah (3,5 psi) mencapai
jarak 87 meter, dan untuk zona LoC level terendah (1 psi) mencapai jarak 197,1 meter. Area
jangkauan dari ledakan ke udara bebas (free air explosion overpressure) untuk zona LoC
level tertinggi (8 psi) mencapai jarak 42,1 meter, zona LoC level menengah (3,5 psi)
mencapai jarak 62,9 meter, dan untuk zona LoC level terendah (1 psi) mencapai jarak 194,8
meter.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Jumlah Populasi Berisiko
Di sekitar lokasi PT Pertamina (Persero) BBM Panjang terdapat beberapa perkantoran,
perusahaan lain, dan juga pemukiman penduduk, sehingga apabila terjadi peristiwa dispersi
toksik, kebakaran, dan ledakan maka populasi yang berada di sekitar lokasi kejadian akan
berisiko terkena dampaknya. Jumlah populasi yang berisiko terkena dampak dari peristiwa
dispersi toksik, kebakaran, dan ledakan ditunjukkan pada tabel 4:
Tabel 4. Jumlah Populasi Berisiko
Populasi Berisiko (orang)
Bahan Kimia
Dispersi Gas Pool Fire BLEVE Ledakan
Heksana 91 ±500 ±1500 ±200
Heptana 91 ±500 ±1500 ±200
Pentana 91 ±450 ±1500 ±200

Fire Safety Tangki Timbun dan Manajemen Tanggap Darurat


Sistem fire safety untuk tangki timbun yang sudah ada di PT Pertamina (Persero) Terminal
BBM Panjang, Lampung, antara lain:
 Fire alarm
 Water Sprinkler dan Foam
 CC TV
 Fire Hydrant
 Tanggul Kebakaran (Bund Wall)
 ATG (Automatic Tank Gauging)
Instalasi peralatan fire safety tangki timbun yang ada sudah cukup sesuai dengan standar
NFPA 30, namun untuk jarak antar tangki timbun di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM
Panjang, Lampung belum memenuhi syarat jarak aman antar tangki, karena jarak antar tangki
timbun masih kurang dari 10 meter. Apabila terjadi peristiwa kebakaran dan ledakan dapat
memicu terbakarnya tangki lain, sehingga berisiko menimbulkan dampak yang lebih besar.
PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang sudah memiliki pedoman sistem
manajemen tanggap darurat untuk menangani keadaan darurat seperti kebakaran,
tumpahan/kebocoran minyak, penyebaran gas mudah terbakar, dan juga untuk bencana alam.
Sistem manajemen tanggap darurat tersebut didukung pula dengan adanya organisasi keadaan
darurat dan kerjasama bersama instansi di luar Pertamina.
Sistem peringatan untuk keadaan darurat yang sudah ada berupa alarm peringatan, namun
penempatannya masih pada koridor dan jalan di dalam bangunan, sehingga belum dapat
terdengar hingga jarak ratusan meter. Drill atau simulasi mengenai penanganan keadaan

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


darurat dilakukan setiap tahunnya, namun simulasi yang dilakukan hanya simulasi mengenai
penanggulangan kebakaran. Simulasi penanggulangan lain, misal penanggulangan mengenai
perisitwa kebocoran bahan bakar minyak dan penyebaran gas mudah terbakar belum
dilakukan, sehingga hal tersebut mungkin akan berisiko memperbesar dampak apabila nanti
terjadi keadaan darurat seperti kebocoran bahan bakar minyak dan penyebaran gas yang
mudah terbakar. Jalur evakuasi dan tempat berkumpul apabila terjadi suatu keadaan darurat di
terminal BBM Panjang sudah ada, namun masih berada di dalam zona bahaya apabila terjadi
peristiwa kebakaran dan ledakan pada tangki timbun bahan bakar minyak. Hal itu dikarenakan
penilaian mengenai konsekuensi dari peristiwa dispersi gas, kebakaran, dan ledakan akibat
kebocoran tangki timbun bahan bakar minyak belum pernah dilakukan, sehingga rencana
evakuasi sesuai dengan simulasi dampak belum dilakukan.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil simulasi BREEZE Incident Analyst mengenai dispersi gas,
kebakaran, dan ledakan, maka dapat diambil kesimpulan beberapa hal sebagai berikut:
1. Simulasi kebocoran tangki timbun yang berisi heksana, heptana, dan pentana untuk
model dispersi gas menggunakan pemodelan DEGADIS. Hasil dari simulasi ini
menunjukkan bahwa konsentrasi gas heksana, heptana, dan pentana yang terlepas masih
berada di bawah nilai LoC sehingga tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi
kesehatan.
2. Simulasi kebocoran tangki timbun yang berisi heksana, heptana, dan pentana untuk
model kebakaran diasumsikan menimbulkan pool fire. Jarak aman dari peristiwa pool fire
akibat kebocoran heptana dan pentana yaitu lebih dari 238,8 meter. Jarak aman dari
peristiwa pool fire akibat kebocoran heksana yaitu lebih dari 261,8 meter.
3. Simulasi kebocoran tangki timbun yang berisi heksana, heptana, dan pentana untuk
model kebakaran diasumsikan juga dapat menimbulkan BLEVE akibat radiasi panas dari
pool fire. Jarak aman dari peristiwa BLEVE akibat kebocoran heksana yaitu lebih dari
672,2 meter, heptana yaitu 671,7 meter, dan pentana lebih dari 672,5 meter.
4. Simulasi kebocoran tangki timbun yang berisi heksana, heptana, dan pentana untuk
model ledakan menggunakan pemodelan U.S Army TNT Equivalency. Hasil dari simulasi
menunjukkan bahwa jarak aman dari ledakan di permukaan (surface explosion
overpressure) dan ledakan ke udara bebas (free air explosion overpressure) untuk ketiga
bahan kimia tidak jauh berbeda. Jarak aman dari peristiwa ledakan akibat kebocoran

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


heksana dan pentana yaitu lebih dari 197,1 meter. Jarak aman dari peristiwa ledakan
akibat kebocoran heptana berjarak lebih dari 197 meter.
5. Jumlah populasi yang berisiko terkena dampak dari dispersi gas akibat kebocoran
heksana, heptana, dan pentana sebanyak orang 91 orang.
6. Jumlah populasi yang berisiko terkena dampak dari kebakaran (pool fire) akibat
kebocoran heksana, heptana, dan pentana sebanyak ± 450 – 500 orang.
7. Jumlah populasi yang berisiko terkena dampak dari BLEVE akibat kebocoran heksana,
heptana, dan pentana sebanyak ± 1500 orang.
8. Jumlah populasi yang berisiko terkena dampak dari ledakan akibat kebocoran heksana,
heptana, dan pentana sebanyak ± 200 orang.
9. Sistem fire safety untuk tangki timbun yang sudah ada di PT Pertamina (Persero)
Terminal BBM Panjang, Lampung sudah baik namun, syarat jarak aman antar tangki
timbun tidak diterapkan.
10. PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Panjang, Lampung sudah memiliki pedoman
sistem manajemen tanggap darurat untuk penanganan beberapa keadaan darurat, namun
masih terdapat beberapa kekurangan seperti belum adanya rencana evakuasi sesuai
simulasi dampak serta sistem peringatan keadaan darurat yang dapat mencapai seluruh
zona berbahaya.

Saran
Berdasarkan hasil simulasi dan observasi, adapun saran yang dapat penulis berikan,
antara lain:
1. Mengestimasi jarak aman minimal antar tangki timbun.
2. Melakukan peninjauan ulang mengenai penempatan atau jumlah untuk sistem peringatan
keadaan darurat berupa alarm yang disesuaikan dengan hasil simulasi dampak.
3. Menyusun rencana evakuasi untuk kejadian dispersi gas, kebakaran besar, dan ledakan
akibat kebocoran tangki timbun sesuai dengan hasil simulasi dampak.
4. Mengadakan simulasi penanganan keadaan darurat untuk peristiwa darurat selain
kebakaran, misalnya simulasi peristiwa kebocoran bahan bakar minyak dan penyebaran
gas mudah terbakar.
5. Melakukan kerja sama dengan pihak-pihak terkait, misalnya pemerintah dalam upaya
sosialisasi mengenai risiko dan dampak dari peristiwa kebocoran tangki timbun BBM
mengingat lokasi Terminal BBM PT Pertamina (Persero) Panjang, Lampung berada
dekat area perusahaan lain dan pemukiman penduduk.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


Kepustakaan
1. Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan RI. (2012). MODEL PROYEKSI
KONSUMSI BBM BERSUBSIDI. November 5, 2012.
http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/edef-konten-
view.asp?id=20120629154102726712012.
2. Argyropoulos, et al. (2010). Modelling pollutants dispersion and plume rise from large
hydrocarbon tank fires in neutraly stratified atmosphere. Atmospheric Environment, 44,
803 – 813.
3. Kristanti, Elin Yunita, & Desi Afrianti. (2009, Februari 4). Investigasi Plumpang
Diumumkan Pada 11.330 WIB. November 18, 2012.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/27024-
investigasi_plumpang_diumumkan_pada_11_30_wib
4. Ledakan Tangki BBM Tewaskan 95 Warga Nigeria. (2012, Juli 13). November 4, 2012.
http://www.tribunnews.com/2012/07/13/ledakan-tangki-bbm-tewaskan-95-warga-nigeria.
5. Maruli, Aditia. (2011). Dirut Pertamina: Kebakaran di tangki BBM. November 6, 2012.
http://www.antaranews.com/berita/1301755705/dirut-pertamina-kebakaran-di-tangki-
bbm.
6. REP. (2011, April 3). Analisa Terbakarnya Kilang Minyak Cilacap: 4 Kali dalam 3
tahun. Ada Apakah Ini? Oktober, 29, 2012.
http://regional.kompasiana.com/2011/04/03/analisa-terbakarnya-kilang-minyak-cilacap-
4-kali-dalam-3-tahun-ada-apakah-ini-352660.html
7. ILO. (1991). Code of Practice: Safety in the use of chemicals at work. Desember 6,
2012. http://www.ilo.org/safework/info/standards-and-
instruments/codes/WCMS_107823/lang--en/index.htm
8. NOAA. (1997). Levels of Concern. Desember 20, 2012.
http://response.restoration.noaa.gov/oil-and-chemical-spills/chemical-
spills/resources/levels-concern.html
9. Pedoman K3LL Pertamina 2008
10. Crowl, Daniel A, & Joseph F. Louvar. (2002). Chemical Process Safety: Fundamentals
with Application (2nd ed.). Prentice Hal PTR.
11. Assael, Marc J, & Konstantinos E. Kakosimos. (2010). Fires, Explosion, and Toxic Gas
Dispersions: Effects Calculation and Risk Analysis. New York: CRC Press.
12. Trinity Consultants. (2004). Applying Proper Dispersion Models for Industrial Accident
Release. November 5, 2012. http://download.breeze-

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013


software.com/Breeze/MarCom/IncidentAnalyst/Webinar/2010Oct28/BREEZEIncidentA
nalystWebinar.pdf
13. BREEZE Incident Analyst Software
14. Bjerketvedt, D., J.R. Bakke, & K.V. Wingerden. (1997). Gas Explosion Handbook.
Journal of Hazardous Materials, 52, 1 – 150.

Analisis konsekuensi ..., Lisna Utami, FKM UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai