Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

"ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA KASUS HIV AIDS”

DISUSUN OLEH

DISUSUN OLEH:
M RIFQI HABIBILLAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN YARSI MATARAM
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Laporan ini. Semoga shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya
hingga akhir zaman. Amin.

Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan


Pendahuluam tentang “HIV AIDS”. Laporan ini disusun agar dapat menambah
informasi kepada para pembaca tentang HIV AIDS.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-


dalamnya kepada :

1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi


Mataram.

2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.

3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan


Laporan ini.

Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis
menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga Laporan ini bermanfaat
bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.

Sabtu, 20 februari 2021


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PRAKTIK KLINIK
ASUHAN KEPERAWAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEN
REPRODUKSI PADA KASUS HIV AIDS DI RUANG IGD RUMAH SAKIT
ISLAM MATARAM

DIAJUKAN OLEH
M RIFQI HABIBULLAH

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA:


TANGGAL:

MENYETUJUAI:
pembimbing lahan Pembimbing Pendidikan

( ) ( )
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar belakang…………………………………………………………………...
B. Rumusan masalah………………………………………………………………
C.Tujuan penulis……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
A.Definisi…………………………………………………………………………
B.Anatomi fisiologi…………………………………………………………………
C. Etiologi…………………………………………………………………………..
D. klasifikasi………………………………………………………………………..
F. Manifestasi klinis………………………………………………………………...
G. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………….
H. Pencegahan………………………………………………………………………
I. Penanganan………………………………………………………………………
J. Komplikasi………………………………………………………………………..
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN………………………………….
A. Pengkajian……………………………………………………………………….
B. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………
C. Rencana asuhan keperawatan……………………………………………………
BAB IV LAPORAN KASUS……………………………………………………...
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired


Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan
di dunia yang menjadi wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza,
Dewi, Dkk, 2011). Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh (Kemenkes, 2015).

Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan


ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam
penyakit lain (Kemenkes, 2015). Meskipun telah ada kemajuan dalam
pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih merupan masalah kesehatan
yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan


kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan
sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam
respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi yang
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian (Padila,2012).

Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti
HIV dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih
dari 90%. Karena tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality
Rate dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara
berkembang (80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena
AIDS (Kunoloji,2012).

Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,


pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal penderitanya
(Tangadi,1996 & Budiharto,1997 dalam Desima,2013). Laporan dari Joint United
Nations Programme on HIV and AIDS atau UNAIDS pada tahun 2015 terdapat
2,1 juta infeksi HIV baru diseluruh dunia, yang banyak tersebar di wilayah afrika
dan asia. Data ini menambah total penderita HIV menjadi 36.7 juta dan penderita
AIDS sebanyak 1,1 juta orang (UNAIDS, 2016).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non
Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan HIV AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan atau intervensi pada pasien
dengan HIV AIDS

D.MANFAAT PENULISAN
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga
bagi peneliti dari aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif mata
ajar riset keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi
dalam pembuatan atau pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien
dengan HIV AIDS
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian
selanjutnya.
4.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS
sendiri adalah suatu sindroma  penyakit yang muncul secara kompleks 
dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC)
merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang
mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang)
dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering
digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”,
atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-
kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks invasif atau diseminasi dari
penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya, TB
(Tubercolosis). (Doenges, 2000).
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Virus
tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit
infeksi. (Nursalam, 2007)
B. Anatomi Virus HIV/AIDS
Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut,
dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti
virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid
p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse
transcriptase dan integrase. Protein p24 adalah antigen virus yang cepat
terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV.
Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang
merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid
virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses
infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen
gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi
berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease
menjadi protein mature.
Virus HIV termasuk virus ss RNA positif yang berkapsul, dari
famili Retroviridae. Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua
salinan genom RNA yang dilapisi oleh protein nukleokapsid. Pada
permukaan kapsul virus terdapat
glikoprotein transmembran gp41 dan
glikoprotein permukaan gp120. Di
antara nukleokapsid dan kapsul virus
terdapat matriks protein. Selain itu juga
terdapat tiga protein spesifik untuk
virus HIV, yaitu enzim reverse
transkriptase (RT), protease (PR), dan
integrase (IN). Enzim RT merupakan
DNA polimerase yang khas untuk
retrovirus, yang mampu mengubah genom RNA menjadi salinan rantai
ganda DNA yang selanjutnya diintegrasikan pada DNA sel pejamu.
Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik sesuai dengan spesies
virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi struktural
dan sintesis DNA), serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran
plasma sel pejamu).
C. ETIOLOGI
AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system
imun dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunedeficiency Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam
kelompok retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat
(RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4),
yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya,
hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang
sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV (Daili, 2005)
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena
c. Partner seks dari penderita AIDS
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
D. Klasifikasi

Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang


merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam
kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS (Zuya Urahman, 2009).
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja
dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah
dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C.

a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.


b. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent
Generalized Limpanodenophaty )
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan
sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang akut.

2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :

a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5° C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
3. Kategori Klinis C

Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :

a. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus


b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner
e. Kriptosporidosis internal kronis
f.Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
i. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
k. Isoproasis intestinal yang kronis
l. Sarkoma Kaposi
m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
n. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner
o. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
p. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
q. Pneumonia Pneumocystic Cranii
r.Pneumonia Rekuren
s. Leukoenselophaty multifokal progresiva
t. Septikemia salmonella yang rekuren
u. Toksoplamosis otak
v. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
E. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun )
adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan
melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam
nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat
mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV
didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus
HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang
memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau
fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan
menyebabkan penyakit yang serius.
Menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag
dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi
mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes
zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS
apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila
terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
F. Pathway
Virus HIV masuk

Permukaan limfosit CD4

Menyebar ke seluruh tubuh dan organ limfoid

Penurunan jumlah limfosit CD4

Imunosupresi menyerang sistem metabolisme tubuh

Dx.Kep : Risiko sistem respirasi sistem pencernaan


Infeksi

penurunan kekuatan otot pernafasan


Dx.Kep :
Diare

Dx.Kep : ketidakefektifan
pola nafas
G. Manifestasi Klinis
Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu
gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).
1. Gejala mayor:
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS
dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel
imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang
kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi
klinis meliputi:
1. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di
jumpai pada laki -laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh
HIV(20%),tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%)
dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak
merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari
ungutua, merah muda, sampai merah coklat.Gejala demam, penurunan
berat badan, dan keringat malam.
2. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer
mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,
kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian.
3. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk kering
nonproduktif, rasa lemah, dan sesak nafas.Gastro Intestinal Manifestasi
gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera makan, mual,
vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare kronis.
4. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV
mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi,
konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
5. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks
akan di sertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak
integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus,
bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.
Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang
disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis
atopik seperti exzema atau psoriasis.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya
virus tersebut dalam tubuh penderita :
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
I. Pencegahan Penularan
Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah
melakukan langkah-langkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan
HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCDE yaitu:
a. A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari
berganti-ganti pasangan seksual
c. C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan
kondom secara benar selama berhubungan seksual
d. D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik
dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian
e. E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan HIV/AIDS
J. Penanganan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau
kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan
yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.
K. Komplikasi
a) Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan,
keletihan dan cacat

b) Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d.  Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Riwayat saat ini : terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS Klien
sering datang dengan gangguan sistem pernafasan / sistem
pencernaan ( diare lama )
b. Riw. Masa lalu : klien sering mengalami infeksi ( demam ) yang
hilang timbul, penyakit pernafasan, saluran pencernaan ( kandidiasis
oral s.d diare )
c. Faktor pencetus : Narkoba dengan injeksi, berhubungan sexual
dengan penderita, karena tranfusi, karena proses kelahiran ( pada
pasien anak/bayi )
d. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum :kesadaran : composmentis s.d coma
2) Penurunan BB yang drastis
3) TTV : adanya nilai abnormal, adanya tanda infeksi, gangguan
pernafasan & gangguan sirkulasi
4) Lakukan pemeriksaan pada semua sistem tubuh,
5) Fokus utama pada keluhan saat ini
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot
pernafasan
B. Diare b.d proses infeksi
C. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N KRITERIA HASI INTERVENSI
O
1 - Tidak ada sesak nafas - Kaji TTV
- Tidak ada kelainan irama nafas - Kaji irama pernafasan
- Tidak ada penggunaan otot bantu - Kaji ada tidaknya penggunaan otot
nafas bantu nafas

2 Diare tidak ada - Monitor turgor kulit pasien


- Berikan cairan infuse sesuai
kebutuhan
- Ajarkan pasien untuk tidak
mengonsumsi makanan yang
bergas dan pedas

3 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Pantau tanda-tanda infeksi
dan leokosit dalam renTtang normal
BAB IV
LAPORAN KASUS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 35 th
No Reg : 012 68651
Ruang : Mina
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Alamat : Jln Sultan Agung Kelurahan Jogotrunan Kec
Lumajang
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
MRS : 22 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2019
DX Medis : AIDS

1. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
diare dan demam tinggi.
Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa lemah, dan
tidak mampu melakukan aktifitas.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak tanggal 20 Maret 2019 klien mengalami diare hebat sekitar
12-13x/hari, tidak nafsu makan (anoreksia), dan kesulitan menelan
(disfagia). Klien juga mengalami demam sejak 22 Maret 2019 dan dibawa
ke rumah sakit pada pukul 09.00 WIB. Pada saat pengkajian klien
berkata-kata dengan suara yang lirih seperti kelelahan dan mengeluhkan
badan terasa lemah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Dalam 3 bulan terakhir Tn. T sering mengalami diare tak
terkontrol tanpa merasakan sakit perut, penyebabnya tidak diketahui,
dengan faktor yang memperberat adalah bergerak sehingga usaha yang
dilakukan adalah diam. Klien juga demam tinggi sehingga dibawa ke
puskesmas untuk mendapatkan perawatan. Dari riwayat 3 bulan terakhir
Tn. T pernah 3-4 kali mengalami demam dan 1 kali mengalami diare
disertai darah. Klien juga mengatakan pada masa mudanya pernah
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat penyakit keluarga, tidak didapatkan anggota
keluarga yang mengalami kelainan, penyakit kronis, ataupun penyakit
yang sama dengan Tn. T

5. Pola Kesehatan Sehari-hari Selama Di Rumah dan RS


a. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Di Rumah : makan 3x/hari, habis satu porsi dengan komposisi
nasi sayur dan telur terkadang tempe. Minum air
putih 1000 cc/hari ditambah kopi tiap pagi.
Di Rumah Sakit : saat pengkajian klien menunjukkan gejala
anoreksia dan kesulitan menelan, Makan 2x/hari
tidak habis, minum air putis 300cc/jam
b. Pola Eliminasi
1) Kebiasaan Devekasi Sehari-hari
Di Rumah : klien devekasi 12-13x/hari dengan
konsistensi cair, warna kuning kecoklatan.
Pernah satu kali devekasi disertai darah
Di Rumah Sakit : saat pengkajian klien belum devikasi karena
pasien baru datang.
2) Kebiasaan Miksi
Di Rumah : Tn. T miksi 3-4x / hari (kira-kira 1500 cc)
warna kuning, bau khas, tidak ada kesulitan
BAK, tidak terdapat darah pada urin. Selama
sakit BAK 3-4x/ hari
Di Rumah Sakit : klien BAK tanpa alat bantu ataupun kateter.
c. Pola Tidur dan Istirahat
Dirumah Klien : istirahat (tidur) kira-kira 6 jam/hari mulai jam
22.00 WIB sampai 05.00,
Di Rumah Sakit : klien tidur siang selama 40 menit
d. Pola Aktivitas
Di rumah : klien beraktifitas secara mandiri tanpa bantuan
orang lain dan tidak memiliki kebiasaan olah raga
Di rumah sakit : klien merasa mudah lelah, tidak kuat untuk
mengankat beban berat maupun sedang. Klien
mendapat terapi istirahat, beberapa aktifitasnya
dibantu.
e. Pola Reproduksi dan Seksual
Klien Tn. T dengan usia 35 th memiliki 2 orang
anak. Klien melakukan seksual menggunakan kondom tapi tidak
konsisten.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, terpasang infus RL,
Keadaan sakit : Klien sering mengeluh lemas
Tekanan darah : 90 / 80 mmHg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Bising Usus : 20 x/menit
Suhu : 37,8˚C
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 52 kg

b. Review of System (ROS)


(1) Kepala : Posisi tegak, bentuk kepala simetris, warna
rambut hitam, distribusi rambut merata, tidak terlihat bayangan
pembuluh darah, tidak terdapat luka, tumor, edema, terlihat ada
ketombe, dan bau.
 Mata ; tidak terdapat vesikel, tidak ada masa, nyeri tekan, dan
penurunan penglihatan, konjungtiva anemis.
 Hidung ; ada sekret, tidak ada lesi
 Mulut ; terdapat lesi, gigi ada yang tanggal, membran mukosa
kering,  lidah ada bercak-bercak keputihan, dan halitosis.
 Telinga ; tidak ada nyeri tekan
(2) Leher : trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
(3) Thoraks : bentuk simetris, tidak terdapat masa,tidak ada
otot bantu napas
 Paru ; bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi interkosta,
ekspansi kanan dan kiri sama, perkusi paru didapat suara
sonor di seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung
redup,
 Jantung ; ictus cordis terlihat di mid-clavicula line sinistra
ICS 5,
(4) Ketiak dan Payudara ; Tidak didapatkan pembesaran kelenjar
limfe dan tidak ada benjolan, puting dan areola baik
(5) Abdomen : bentuk simetris, ada nyeri tekan, tidak ada
benjolan, tidak ada tanda pembesaran hepar, tidak didapati asites,
dan hasil perkusi didapat suara timpani,
(6) Genetalia : Tn. T adalah klien laki-laki,
 Penis ; klien di sirkumsisi, gland penis terdapat bercak, pada
batang penis ada tanda jamur, tidak ada tanda herpes, ada
lesi.
 Skrotum ; tidak ada lesi, tidak ada tanda jamur, tidak ada
tanda herpes
 Uretra ; tidak terdapat kelainan, tidak ada lesi
(7) Anus dan Rektum : tidak ada abses, ada hemoroid, rektum
didapati sedikit berlendir.
(8) Ekstremitas : kekuatan otot menurun, tidak terdapat oedema,
tidak ada fraktur, tidak tampak tanda atropi
(9) Integumen : warna sawo matang, tekstur kering, terdapat
kemerahan pada area, turgor buruk, terdapat tanda sianosis, akral
dingin, capillary refill time >3 detik, tidak ada tanda inflamasi
pada kuku, ada lesi pada kulit bagian area scapula
(10) Status Neurologis
a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
b) Tanda–tanda perangsangan otak
1) Pusing
2) Suhu tubuh 37,8o C
c) Fungsi Motorik
Tidak ada gerakan yang tdak disadari klien, klien mampu
bergerak tanpa perintah.
d) Fungsi Sensorik
Klien tidak merasakan usapan kapas pada area maksilaris,
dapat merasakan benda tajam, tidak dapat merasakan hangat,
panas, dan dingin.
e) Refleks Pantologis
Reflek babinsky negatif, reflek cadlok negatif, reflek
Gordon negatif.

7. Data Psikologis
(a) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
(b) Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien
bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap
HIV? serta menanyakan; “Apakah penyakit saya bisa
disembuhkan?”? ekspresi wajah klien tampak cemas dan gelisah.

(c) Pola Koping


Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya
mengatasinya sendiri kemudian bergaul dengan teman-teman dan
untuk mengalihkan masalahnya klien minum-minuman beralkohol
sampai mabuk dan melakukan hubungan sexual dengan PSK
(Pekerja Sex Komersial).
(d) Gaya Komunikasi
Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas,
menggunakan bahasa Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien
menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

8. Konsep Diri
a) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa
malu dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak
dapat ereksi.
b) Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan
klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap
HIV,
c) Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah
adiknya..
d) Identitas Diri
Klien mengaku dirinya sudah berkeluarga, pendiam, tidak gampang
marah.
e) Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali
menjalankan aktifitas di bengkel yang dikelolanya.

9. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu
oleh saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama
dengan petugas dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk
pribadi yang kooperatif.

10. Data Spiritual


Klien beragama Islam , klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan,
klien mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang
harus ia jalani karena penyakitnya merupakan cobaan dari Allah. Klien
mengatakan jarang melakukan ibadah

11. Pemeriksaan Penunjang


a) Hasil Test Enzime Linked Sorbent Assay  (ELISA) : dari hasil test
ELISA yang dilakukan, menunjukkan hasil bahwa Tn. T Positif
dibuktikan dengan antibodi dalam serum mengikat antigen virus
murni di dalam enzyme-linked antihuman globulin.
b) Hasil Test Western Blot : Positif
c) P24 Antigen Test : Positif
d) Kultur HIV : Positif, dengan kadar antigen P24
Meningkat
ANALISA DATA

Nama : Tn. T No Reg : 012 68651


Umur : 35 th

Tanggal Kelompok Data Masalah Etiologi


22 Maret DS : Resiko Terhadap Imunodefisiensi
2019 - Klien mengatakan Infeksi
pernah mengkonsumsi
obat terlarang sehingga
dikucilkan oleh saudara-
saudaranya.
- Klien mengeluh susah
menelan ( disflagia)
DO :
- Mulut ; terdapat lesi, gigi
ada yang tanggal,
membran mukosa
kering,  lidah ada
bercak-bercak keputihan,
dan halitosis.
- Penis ; klien di
sirkumsisi, gland penis
terdapat bercak, pada
batang penis ada tanda
jamur, tidak ada tanda
herpes, ada lesi.
- Saat dirumah klien
devekasi 12-13x/hari
dengan konsistensi cair,
warna kuning
kecoklatan. Pernah satu
kali devekasi disertai
darah

22 Maret DO : Kekurangan Output yang


2019 - integumen : warna sawo Volume Cairan berlebih
matang, tekstur kering,
terdapat kemerahan pada
area, turgor buruk,
terdapat tanda sianosis,
akral dingin, capillary
refill time >3 detik,
tidak ada tanda inflamasi
pada kuku, ada lesi pada
- Penis : ada lesi pada
batang penis.
- TD : 90/80

22 Maret DS : Kelemahan Proses penyakit


2019 - Klien sering mengeluh yang
lemas dimanifestasikan
- Klien mengatakan tidak oleh kekurangan
nafsu makan (anoreksia) energi,
- Klien mengeluh ketidakmampuan
kesulitan menelan mempertahankan
(disfagia). aktivitas sehari-
DO : hari.
- Klien terlihat lemas
- klien merasa mudah
lelah, tidak kuat untuk
mengangkat beban berat
maupun sedang.
- Klien mendapat terapi
istirahat, beberapa
aktifitasnya dibantu.
- Pada saat pengkajian
klien berkata-kata
dengan suara yang lirih
seperti kelelahan dan
mengeluhkan badan
terasa lemah.

22 Maret DS : Gangguan Rash Dan Lesi


2019 - Integritas Kulit Pada Kulit
DO :
- Integumen : warna sawo
matang, tekstur kering,
terdapat kemerahan pada
area, turgor buruk,
terdapat tanda sianosis,
akral dingin, capillary
refill time >3 detik,
tidak ada tanda inflamasi
pada kuku, ada lesi pada
kulit bagian area scapula.
- gland penis terdapat
bercak
- Hipertermia (Suhu tubuh
37,8o C)

22 Maret DS : Persepsi tidak Isolasi sosial


2019
- Klien mengatakan diterima dalam
merasa bersalah atas masyarakat
perbuatannya selama ini
- Klien merasa malu
dengan keadaan dirinya
yang diduga mengidap
HIV
DO :
- Pada saat
berkomunikasi klien
cenderung diam
- Ekspresi wajah
klien tampak cemas dan
gelisah
- Klien bertanya
kepada perawat apakah
benar dia sudah positif
mengidap HIV?
- Klien bertanya;
“Apakah penyakit saya
bisa disembuhkan?”

A. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Terhadap Infeksi berhubungan dengan Imunodefisiensi
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Output Yang Berlebih
3. Kelemahan berhubungan dengan Proses Penyakit Yang Dimanifestasikan
Oleh Kekurangan Energi, Ketidakmampuan Mempertahankan Aktivitas
Sehari-hari.
4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Rash Dan Lesi Pada
Kulit
5. Isolasi Sosial berhubungan dengan Persepsi Tidak Diterima Dalam
Masyarakat
B. Intervensi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Hasil
1 22 Maret Resiko Terhadap Tujuan : 1. Instruksikan pasien / orang terdekat
2019 Infeksi Pasien mencapai masa mencuci tangan sesuai indikasi
Jam 15.00 berhubungan penyembuhan luka/lesi 2. Berikan lingkungan yang bersih dan
dengan dalam kururn waktu 3 x berventilasi yang baik
Imunodefisiensi 24 jam 3. Pantau keluhan nyeri ulu hati
disfagia, sakit retrosternal pada
KH : waktu menelan dan diare hebat.
1. Klien tidak demam.
2. Bebas dari
pengeluaran/sekres
i purulen dan
tanda-tanda lain
dari infeksi.

2 22 Maret Kekurangan Tujuan : 1. Pantau tanda - tanda vital termasuk


2019 Volume Cairan Mempertahankan CVP bila terpasang, catat hipertensi
Jam 15.00 berhubungan hidrasi dalam kurun termasuk perubahan postural.
dengan Output waktu 24 jam 2. Hilangkan makanan yang potensial
Yang Berlebih menyebabkan diare yakni pedas atau
KH : berlemak tinggi, kacang, kubis, susu.
1. Membran mukosa 3. Mencatat peningkatan suhu dan
lembab durasi demam. Berikan kompres
2. Turgor kulit hangat sesuai indikasi.
membaik 4. Kolaborasikan dengan dokter dalam
3. Tanda-tanda vital pemberikan antipiretik sesuai
stabil indikasi

3 22 Maret Intoleransi Setelah dilakukan 1. Observasi adanya pembatasan klien


2019 aktivitas tindakan keperawatan dalam melakukan aktivitas
Jam 15.00 berhubungan selama … Pasien 2. Kaji adanya faktor yang
dengan Proses bertoleransi terhadap menyebabkan kelelahan
Penyakit Yang aktivitas dengan 3. Monitor nutrisi  dan sumber energi
Dimanifestasikan Kriteria Hasil : yang adekuat
Oleh Kekurangan 1. Berpartisipasi dalam 4. Monitor pasien akan adanya
Energi, aktivitas fisik tanpa kelelahan fisik dan emosi secara
Ketidakmampuan disertai peningkatan berlebihan
Mempertahankan tekanan darah, nadi 5. Monitor respon kardivaskuler
Aktivitas Sehari- dan RR terhadap aktivitas (takikardi,
hari 2. Mampu melakukan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
aktivitas sehari hari pucat, perubahan hemodinamik)
(ADLs) secara 6. Monitor pola tidur dan lamanya
mandiri tidur/istirahat pasien
3. Keseimbangan 7. Kolaborasikan dengan Tenaga
aktivitas dan Rehabilitasi Medik dalam
istirahat merencanakan progran terapi yang
tepat.
8. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
12. Bantu untuk  mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

4 22 Maret Gangguan Tujuan 1. Pressure ulcer prevention


2019 Integritas Kulit Setelah dilakukan 2. Wound care
Jam 15.00 berhubungan tindakan keperawatan 3. Anjurkan pasien untuk menggunakan
dengan Rash Dan selama …. kerusakan pakaian yang longgar
Lesi Pada Kulit integritas jaringan 4. Jaga kulit agar tetap bersih dan
pasien teratasi dengan kering
kriteria hasil: 5. Mobilisasi pasien (ubah posisi
 Perfusi jaringan pasien) setiap dua jam sekali
normal 6. Monitor kulit akan adanya
 Tidak ada tanda- kemerahan
tanda infeksi 7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
 Ketebalan dan pada daerah yang tertekan
tekstur jaringan 8. Monitor aktivitas dan mobilisasi
normal pasien
 Menunjukkan 9. Monitor status nutrisi pasien
pemahaman dalam 10. Memandikan pasien dengan sabun
proses perbaikan dan air hangat
kulit dan mencegah 11. Kaji lingkungan dan peralatan yang
terjadinya cidera menyebabkan tekanan
berulang 12. Observasi luka : lokasi, dimensi,
 Menunjukkan kedalaman luka, karakteristik,warna
terjadinya proses cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
penyembuhan luka tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
13. Ajarkan pada keluarga tentang luka
dan perawatan luka
14. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet
TKTP, vitamin
15. Cegah kontaminasi feses dan urin
16. Lakukan tehnik perawatan luka
dengan steril
17. Berikan posisi yang mengurangi
tekanan pada luka
18. Hindari kerutan pada tempat tidur

5 22 Maret Isolasi sosial Tujuan : 1. Batasi/hindari penggunaan masker,


2019 berhubungan Setelah dilakukan baju dan sarung tangan, jika
Jam 15.00 dengan prsepsi intervensi keperawatan memungkinkan.
tidak diterima selama tiga hari, klien 2. Tentukan persepsi klien tentang
dalam masyarakat menunjukan situasi.
peningkatan perasaan 3. Berikan waktu untuk bicara dengan
harga diri, dengan klien selama dan diantara aktivitas
kriteria : perawatan, tetap memberi dukungan,
 Klien dapat perlakukan dengan penuh
berinteraksi aktif penghargaan dan menghormati
dan terbuka dengan perasaan klien
petugas 4. Dorong adanya hubungan yang aktif
 Klien tampak dengan orang terdekat
tidak murung 5. Waspadai gejala-gejala
 Klien mau verbal/nonverbal, misal: menarik diri,
bersosialisasi putus asa perasaan kesepian.
dengan Tanyakan kepasien: apakah pernah
lingkungannya berfikir untuk bunuh diri ?

No Tanggal Intervensi Implementasi Respon TTD


1 22 Maret 1. Instruksikan 1. Mengajarkan kepada 1. Klien tidak Yusu
2019 pasien / orang keluarga untuk menunjukkan f
Jam 15.00 terdekat mencuci tangan tanda-tanda
mencuci sebelum dan setelah demam.
tangan sesuai kontak dengan pasien 2. Bebas dari
indikasi. 2. Monitor kondisi pengeluaran /
2. Berikan ruangan dan ventilasi sekresi purulen
lingkungan 3. Mengobservasi dan tanda-tanda
yang bersih kondisi pasien untuk lain dari infeksi.
dan mengetahui adanya
berventilasi keluhan nyeri ulu hati
yang baik. disfagia, sakit
3. Pantau retrosternal pada
keluhan nyeri waktu menelan dan
ulu hati diare hebat
disfagia, sakit
retrosternal
pada waktu
menelan dan
diare hebat.

2 22 Maret 1. Pantau tanda- 1. Monitor tanda-tanda 1. Membran Yusu


2019 tanda vital vital dan tekanan mukosa lembab. f
Jam 15.00 termasuk CVP darah. 2. Turgor kulit
bila terpasang, 2. Monitor jenis nutrisi membaik.
catat hipertensi yang dikonsumsi oleh 3. Tanda-tanda
termasuk pasien sesuai vital stabil
perubahan indikasi.
postural. 3. Observasi tanda-
2. Hilangkan tanda peningkatan
makanan yang suhu suhu dan durasi
potensial demam. Memberikan
menyebabkan kompres hangat
diare yakni sesuai indikasi.
pedas atau 4. Memberikan
berlemak antipiretik sesuai
tinggi, kacang, indikasi
kubis, susu.
3. Mencatat
peningkatan
suhu dan durasi
demam.
Berikan
kompres hangat
sesuai indikasi.
4. Kolaborasikan
dengan dokter
dalam
pemberikan
antipiretik
sesuai indikasi
EVALUASI
No Tanggal Intervensi Implementasi Respon TTD
1 22 Maret 4. Instruksikan 4. Mengajarkan kepada 3. Klien tidak Yusu
2019 pasien / orang keluarga untuk menunjukkan f
Jam 15.00 terdekat mencuci tangan tanda-tanda
mencuci sebelum dan setelah demam.
tangan sesuai kontak dengan pasien 4. Bebas dari
indikasi. 5. Monitor kondisi pengeluaran /
5. Berikan ruangan dan ventilasi sekresi purulen
lingkungan 6. Mengobservasi dan tanda-tanda
yang bersih kondisi pasien untuk lain dari infeksi.
dan mengetahui adanya
berventilasi keluhan nyeri ulu hati
yang baik. disfagia, sakit
6. Pantau retrosternal pada
keluhan nyeri waktu menelan dan
ulu hati diare hebat
disfagia, sakit
retrosternal
pada waktu
menelan dan
diare hebat.

2 22 Maret 5. Pantau tanda- 5. Monitor tanda-tanda 4. Membran Yusu


2019 tanda vital vital dan tekanan mukosa lembab. f
Jam 15.00 termasuk CVP darah. 5. Turgor kulit
bila terpasang, 6. Monitor jenis nutrisi membaik.
catat hipertensi yang dikonsumsi oleh 6. Tanda-tanda
termasuk pasien sesuai vital stabil
perubahan indikasi.
postural. 7. Observasi tanda-
6. Hilangkan tanda peningkatan
makanan yang suhu suhu dan durasi
potensial demam. Memberikan
menyebabkan kompres hangat
diare yakni sesuai indikasi.
pedas atau 8. Memberikan
berlemak antipiretik sesuai
tinggi, kacang, indikasi
kubis, susu.
7. Mencatat
peningkatan
suhu dan durasi
demam.
Berikan
kompres hangat
sesuai indikasi.
8. Kolaborasikan
dengan dokter
dalam
pemberikan
antipiretik
sesuai indikasi

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


HIV Merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak
dapat hidup di luar tubuh manusia. Kerusakan sistem kekebalan tubuh ini akan
menimbulkan kerentanan terhadap infeksi penyakit. Sedangkan AIDS atau
Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV.HIV dan
virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososial kultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentangAsuhankeperawatankliendengan HIV/AIDS
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah HIV/AIDS

DaftarPustaka

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I
Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Nursalam, M.Nurs (Hons) danNunik Dian Kurniawati, S.Kep.Ns . 2007.
AsuhanKeperawatanPadaPasienTerinfeksi . Jakarta :SalembaMedika.
SUMBER : http://pphipkabi.org

Anda mungkin juga menyukai