DISUSUN OLEH
DISUSUN OLEH:
M RIFQI HABIBILLAH
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
Laporan ini. Semoga shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya
hingga akhir zaman. Amin.
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi.
Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis
menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga Laporan ini bermanfaat
bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.
DIAJUKAN OLEH
M RIFQI HABIBULLAH
MENYETUJUAI:
pembimbing lahan Pembimbing Pendidikan
( ) ( )
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar belakang…………………………………………………………………...
B. Rumusan masalah………………………………………………………………
C.Tujuan penulis……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………
A.Definisi…………………………………………………………………………
B.Anatomi fisiologi…………………………………………………………………
C. Etiologi…………………………………………………………………………..
D. klasifikasi………………………………………………………………………..
F. Manifestasi klinis………………………………………………………………...
G. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………….
H. Pencegahan………………………………………………………………………
I. Penanganan………………………………………………………………………
J. Komplikasi………………………………………………………………………..
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN………………………………….
A. Pengkajian……………………………………………………………………….
B. Diagnosa keperawatan…………………………………………………………
C. Rencana asuhan keperawatan……………………………………………………
BAB IV LAPORAN KASUS……………………………………………………...
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti
HIV dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih
dari 90%. Karena tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality
Rate dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara
berkembang (80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena
AIDS (Kunoloji,2012).
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan HIV AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan atau intervensi pada pasien
dengan HIV AIDS
D.MANFAAT PENULISAN
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga
bagi peneliti dari aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif mata
ajar riset keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi
dalam pembuatan atau pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien
dengan HIV AIDS
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian
selanjutnya.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS
sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks
dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV.
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh infeksi HIV. Centers for Disease Control (CDC)
merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang
mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami
penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang)
dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering
digambarkan meliputi kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”,
atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-
kanker khusus lainnya yaitu kanker serviks invasif atau diseminasi dari
penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi misalnya, TB
(Tubercolosis). (Doenges, 2000).
Acquired Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Virus
tersebut merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit
infeksi. (Nursalam, 2007)
B. Anatomi Virus HIV/AIDS
Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut,
dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti
virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleokapsid
p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse
transcriptase dan integrase. Protein p24 adalah antigen virus yang cepat
terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV.
Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang
merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid
virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses
infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen
gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi
berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease
menjadi protein mature.
Virus HIV termasuk virus ss RNA positif yang berkapsul, dari
famili Retroviridae. Diameternya sekitar 100 nm dan mengandung dua
salinan genom RNA yang dilapisi oleh protein nukleokapsid. Pada
permukaan kapsul virus terdapat
glikoprotein transmembran gp41 dan
glikoprotein permukaan gp120. Di
antara nukleokapsid dan kapsul virus
terdapat matriks protein. Selain itu juga
terdapat tiga protein spesifik untuk
virus HIV, yaitu enzim reverse
transkriptase (RT), protease (PR), dan
integrase (IN). Enzim RT merupakan
DNA polimerase yang khas untuk
retrovirus, yang mampu mengubah genom RNA menjadi salinan rantai
ganda DNA yang selanjutnya diintegrasikan pada DNA sel pejamu.
Retrovirus juga memiliki sejumlah gen spesifik sesuai dengan spesies
virusnya, antara lain gag (fungsi struktural virus), pol (fungsi struktural
dan sintesis DNA), serta env (untuk fusi kapsul virus dengan membran
plasma sel pejamu).
C. ETIOLOGI
AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat system
imun dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunedeficiency Virus (HIV), yang mana HIV tergolong ke dalam
kelompok retrovirus dengan materi genetik dalam asam ribonukleat
(RNA), menyebabkan AIDS dapat membinasakan sel T-penolong (T4),
yang memegang peranan utama dalam sistem imun. Sebagai akibatnya,
hidup penderita AIDS terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang
sebenarnya tidak berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV (Daili, 2005)
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.
Tidak ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu
likes illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena
c. Partner seks dari penderita AIDS
d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.
D. Klasifikasi
2. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a. Angiomatosis Baksilaris
b. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya
jelek terhadap terapi
c. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5° C ) atau diare lebih dari 1
bulan.
e. Leukoplakial yang berambut
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
g. Idiopatik Trombositopenik Purpura
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
3. Kategori Klinis C
Dx.Kep : ketidakefektifan
pola nafas
G. Manifestasi Klinis
Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu
gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).
1. Gejala mayor:
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
Dermatitis generalisata
Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
Kandidias orofaringeal
Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research
(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda
infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah
bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS
dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau
lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel
imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang
kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan
berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.
Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi
klinis meliputi:
1. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di
jumpai pada laki -laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh
HIV(20%),tetapi jarang pada orang dewasa lain (kurang dari 2%)
dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa bercak-bercak
merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari
ungutua, merah muda, sampai merah coklat.Gejala demam, penurunan
berat badan, dan keringat malam.
2. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer
mencakup nyeri kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek,
kelumpuhan syaraf kranialis, hemiparesis, dan perubahan kepribadian.
3. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk kering
nonproduktif, rasa lemah, dan sesak nafas.Gastro Intestinal Manifestasi
gastrointestinal penyakit AIDS mencakup hilangnya selera makan, mual,
vomitus, kandidiasis oral serta esophagus dan diare kronis.
4. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV
mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi,
konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
5. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta
malignasi. Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks
akan di sertai dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak
integritas kulit. Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus,
bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah.
Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh yang
disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis
atopik seperti exzema atau psoriasis.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV
dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya
virus tersebut dalam tubuh penderita :
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin
I. Pencegahan Penularan
Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah
melakukan langkah-langkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan
HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCDE yaitu:
a. A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual atau tidak
melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. B = Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari
berganti-ganti pasangan seksual
c. C = Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan
kondom secara benar selama berhubungan seksual
d. D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik
dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian
e. E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan HIV/AIDS
J. Penanganan
a. Medis
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka
terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :
b) Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek
perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik,
kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam,
paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder
dan sepsis.
f. Sensorik
1. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek
kebutaan
2. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Riwayat saat ini : terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS Klien
sering datang dengan gangguan sistem pernafasan / sistem
pencernaan ( diare lama )
b. Riw. Masa lalu : klien sering mengalami infeksi ( demam ) yang
hilang timbul, penyakit pernafasan, saluran pencernaan ( kandidiasis
oral s.d diare )
c. Faktor pencetus : Narkoba dengan injeksi, berhubungan sexual
dengan penderita, karena tranfusi, karena proses kelahiran ( pada
pasien anak/bayi )
d. Pemeriksaan fisik :
1) Keadaan umum :kesadaran : composmentis s.d coma
2) Penurunan BB yang drastis
3) TTV : adanya nilai abnormal, adanya tanda infeksi, gangguan
pernafasan & gangguan sirkulasi
4) Lakukan pemeriksaan pada semua sistem tubuh,
5) Fokus utama pada keluhan saat ini
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot
pernafasan
B. Diare b.d proses infeksi
C. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N KRITERIA HASI INTERVENSI
O
1 - Tidak ada sesak nafas - Kaji TTV
- Tidak ada kelainan irama nafas - Kaji irama pernafasan
- Tidak ada penggunaan otot bantu - Kaji ada tidaknya penggunaan otot
nafas bantu nafas
3 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Pantau tanda-tanda infeksi
dan leokosit dalam renTtang normal
BAB IV
LAPORAN KASUS
1. Identitas Klien
Nama : Tn. T
Umur : 35 th
No Reg : 012 68651
Ruang : Mina
Agama : Islam
Pekerjaan : Supir
Alamat : Jln Sultan Agung Kelurahan Jogotrunan Kec
Lumajang
Suku Bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMU
MRS : 22 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 22 Maret 2019
DX Medis : AIDS
1. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
diare dan demam tinggi.
Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa lemah, dan
tidak mampu melakukan aktifitas.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, terpasang infus RL,
Keadaan sakit : Klien sering mengeluh lemas
Tekanan darah : 90 / 80 mmHg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Bising Usus : 20 x/menit
Suhu : 37,8˚C
Tinggi badan : 167 cm
Berat badan : 52 kg
7. Data Psikologis
(a) Status Emosi
Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah
tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan.
(b) Kecemasan
Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien
bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap
HIV? serta menanyakan; “Apakah penyakit saya bisa
disembuhkan?”? ekspresi wajah klien tampak cemas dan gelisah.
8. Konsep Diri
a) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa
malu dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak
dapat ereksi.
b) Harga Diri
Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan
klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap
HIV,
c) Peran Diri
Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat
mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah
adiknya..
d) Identitas Diri
Klien mengaku dirinya sudah berkeluarga, pendiam, tidak gampang
marah.
e) Ideal Diri
Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali
menjalankan aktifitas di bengkel yang dikelolanya.
9. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu
oleh saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama
dengan petugas dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk
pribadi yang kooperatif.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Terhadap Infeksi berhubungan dengan Imunodefisiensi
2. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Output Yang Berlebih
3. Kelemahan berhubungan dengan Proses Penyakit Yang Dimanifestasikan
Oleh Kekurangan Energi, Ketidakmampuan Mempertahankan Aktivitas
Sehari-hari.
4. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan Rash Dan Lesi Pada
Kulit
5. Isolasi Sosial berhubungan dengan Persepsi Tidak Diterima Dalam
Masyarakat
B. Intervensi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara
komprehensif, tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu
kesatuan yang utuh yang meliputi biopsikososial kultural.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari
berbagai referensi tentangAsuhankeperawatankliendengan HIV/AIDS
3. Bagi dunia keperawatan diharapkan berperan serta dalam peningkatan kualitas
perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk
mengatasi masalah HIV/AIDS
DaftarPustaka