Anda di halaman 1dari 25

DISUSUN OLEH :

BAB

SISTEM ENERGI

1. Sumber energy dalam tubuh

Kebutuhan energi dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di


dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi
sekitar 5% melalui pemecahan protein. Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah
merupakan sumber energi yang langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan
terpakai jika simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh


yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Terbentuk dari mokekul glukosa yang
saling mengikat dan membentuk molekul yang lebih kompleks, simpanan glikogen memilik
fungsi sebagai sumber energi tidak hanya bagi kerja otot namun juga merupakan sumber
energi bagi sistem pusat syaraf dan otak.

Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua kompartemen utama yang
digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen. Pada jaringan otot,glikogen akan
memberikan kontribusi sekitar 1% dari total massa otot sedangkan di dalam hati glikogen
akan memberikan kontribusi sekitar 8-10% dari total massa hati. Walaupun memiliki
persentase yang lebih kecil namun secara total jaringan otot memiliki jumlah glikogen 2
kali lebih besar di bandingkan dengan glikogen hati.

Pada jaringan otot, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat digunakan
secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan energi. Begitu juga dengan hati
yang dapat mengeluarkan glukosa apabila dibutuhkan untuk memproduksi energi di dalam
tubuh. Selain itu glikogen hati juga mempunyai

peranan yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh yaitu berfungsi untuk menjaga level
glukosa darah.Sebagai sumber energi simpanan glikogen yang terdapat di dalam tubuh
secara langsung akan mempengaruhi kapasitas/ performa seorang atlet saat menjalani
program latihan ataupun juga saat pertandingan. Secara garis besar hubungan antara
konsumsi karbohidrat, simpanan glikogen dan performa olahraga dapat di simpulkan
sebagai berikut:

 Konsumsi karbohidrat yang tinggi akan meningkatkan simpanan glikogen tubuh.


 Semakin tinggi simpanan glikogen maka kemampuan tubuh untuk
melakukan aktivitas fisik juga akan semakin meningkat
 Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menurunkan/membatasi kemampuan
tubuh untuk mempertahankan intensitas dan waktu beraktifitas.
 Level simpanan glikogen tubuh yang rendah menyebabkan tubuh menjadi cepat
lelah jika dibandingkan dengan tubuh dengan simpanan glikogen tinggi.
 Konsumsi karbohidrat setelah beraktifitas akan mempercepat penyimpanan
glikogen.

A. Protein
Protein merupakan salah satu jenis nutrisi yang mempunyai fungsi penting sebagai
bahan dasar bagi pembentukan jaringan tubuh atau bahan dasar untuk memperbaiki
jaringan-jaringan tubuh yang telah rusak. Selain dari kedua fungsi tersebut, protein juga
akan mempunyai fungsi sebagai bahan pembentuk hormon dan pembentuk enzim yang
akan kemudian juga akan terlibat dalam berbagai proses metabolisme tubuh. asam amino
dari protein juga
akan digunakan
sebagai sumber
energi terutama
saat simpanan
glikogen sudah
semakin
berkurang.

Pengunaan
protein sebagai
sumber energi
tubuh saat
beraktifitas
ataupun
berolahraga
biasanya akan
dicegah karena hal tersebut akan menganggu fungsi utamanya sebagai bahan pembangun
tubuh dan fungsiya untuk memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak. Dan dalam
hubungannya dengan laju produksi energi di dalam  tubuh, pemecahan protein jika
dibandingkan dengan pembakaran karbohidrat maupun lemak juga hanya akan memberikan
kontribusi yang relatif kecil. Pada saat berolahraga terutama olahraga yang bersifat
ketahanan, protein dapat memberikan kontribusi sebesar 3-5% dalam produksi energi tubuh
dan kontribusinya ini dapat mengalami peningkatan melebihi 5% apabila simpanan
glikogen & glukosa darah sudah semakin berkurang sehingga tidak lagi mampu untuk
mendukung kerja otot. Melalui asam amino yang dilepas oleh otot atau yang berasal dari
jaringan-jaringan tubuh lainnya, liver (hati) melalui proses gluconeogenesis dapat
mengkonversi asam amino atau substrat lainya menjadi glukosa untuk kemudian
mengeluarkannya ke dalam aliran darah agar konsentrasi glukosa darah dapat
dipertahankan pada level normal.

Namun pengunaan protein sebagai sumber energi seperti yang telah disebutkan akan
mengurangi fungsi utamanya sebagai bahan pembangun tubuh serta juga fungsinya untuk
memperbaiki jaringan-jaringan tubuh yang rusak. Selain itu, pembakaran protein sebagai
sumber energi juga akan memperbesar resiko terjadinya dehidrasi akibat dari adanya
produk samping berupa nitrogen yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine.
Oleh karena itu untuk mencegah pemakaian protein secara berlebihan sebagai sumber
energi saat berolahraga, seorang atlet diharapkan untuk mengkonsumsi karbohidrat yang
cukup agar dapat meningkatkan simpanan glikogen dan juga dapat menjaga level glukosa
darah di dalam tubuh.

 Penggunaan Protein untuk Energi


Setelah sel mengandung asam amino dalam jumlah maksimal, asam amino
yang lain akan mengalami deaminasi (deaminasi oksidatif) menjadi asam
keto yang dapat masuk ke dalam siklus asam sitrat untuk menjadi ATP atau
asam keto akan dilepaskan ke aliran darah, diambil oleh adiposit, dan diubah
lalu disimpan 17 sebagai lemak. Ammonia yang dihasilkan dari deaminasi
diubah menjadi urea di hati untuk diekskresikan oleh ginjal. Gagal hati akut
bermanifestasi dengan adanya akumulasi amonia dalam konsentrasi yang
berbahaya. Beberapa Asam amino yang dideaminasi mirip dengan produk
pemecahan yang dihasilkan oleh metabolisme glukosa dan asam lemak.
Sebagai contoh, alanin yang terdeaminasi adalah asam piruvat, yang dapat
diubah menjadi glukosa atau glikogen, atau dapat menjadi asetil-CoA, yang

dipolimerisasi menjadi asam lemak. Konversi asam amino menjadi glukosa


atau glikogen disebut glukoneogenesis, dan konversi asam amino menjadi
asam lemak disebut ketogenesis. Pada keadaan kurangnya asupan protein,
sekitar 20 g sampai 30 g protein endogen didegradasi menjadi asam amino
setiap harinya. Pada keadaan lapar berat, fungsi seluler menurun karena
kurangnya protein. Karbohidrat dan lemak akan lebih dulu digunakan
dibanding protein sampai derajat tertentu, karena mereka lebih diutamakan
untuk digunakan sebagai energi dibanding protein. Hormon pertumbuhan
dan insulin meningkatkan laju sintesis protein seluler, diduga karena
memfasilitasi transfer asam amino ke dalam sel. Glukokortikoid
meningkatkan laju pemecahan protein ekstrahepatik, sehingga menghasilkan
peningkatan asam amino yang tersedia bagi hati. Ini memungkinkan hati
untuk mensintesis protein seluler dan protein plasma dalam jumlah besar.
Testosteron meningkatkan deposisi protein di jaringan, terutama protein
kontraktil dari otot skeletal.
 Protein Plasma
Protein plasma terdiri dari (a) albumin, yang memberikan tekanan
osmotik koloid; (b) globulin, yang penting untuk imunitas bawaan
dan didapat; dan (c) fibrinogen, yang berpolimerisasi menjadi
anyaman fibrin panjang pada koagulasi darah. Intinya, semua
albumin dan fibrinogen plasma dan 60% sampai 80% globulin
dibentuk di hati. Globulin tambahan dibentuk di jaringan limfoid dan
sel lain pada sistem retikuloendotelial. Laju pembentukan protein
plasma oleh hati dapat sangat meningkat pada beberapa kondisi,
seperti luka bakar berat, dimana terjadi kehilangan cairan dan protein
dalam jumlah besar. Laju sintesis protein di hepar bergantung pada
konsentrasi asam amino dalam darah. Bahkan pada saat lapar atau
penyakit yang parah, rasio total protein jaringan terhadap total
protein plasma dalam tubuh tetap relatif konstan yaitu 33:1. Karena
keseimbangan reversibel antara protein plasma dan protein lainnya
dalam tubuh, salah satu terapi yang paling efektif untuk defisiensi
protein akut 16 adalah pemberian protein plasma intravena. Dalam
beberapa jam, asam amino dari protein yang diberikan akan
terdistribusi ke seluruh sel dalam tubuh untuk membentuk protein
dimana mereka dibutuhkan. 3Albumin adalah protein plasma yang
paling banyak dan terutama bertanggung jawab untuk
mempertahankan tekanan osmotik plasma. Sebagai tambahan,
albumin juga penting sebagai transporter zat yang terikat plasma,
termasuk obat eksogen. Sintesis harian albumin sekitar 10 g dan
waktu paruh dari protein ini dapat mencapai 22 hari. Sehingga,
konsentrasi albumin serum dapat tidak terlihat berkurang pada
stadium awal dari gagal hepar akut. Namun, dalam beberapa jam dari
onset penyakit kritis atau cedera, kadar albumin berkurang hingga
33% karena perubahan distribusi antara kompartemen intravaskuler
dan ekstravaskuler serta laju sintesis dan degradasi protein.
Meskipun fakta menunjukkan bahwa albumin serum yang rendah
merupakan faktor prognostik yang buruk pada penyakit kritis,
suplementasi tidak tampak memperbaiki prognosis.

B. Lemak

Di dalam tubuh, lemak dalam bentuk trigliserida akan tersimpan dalam jumlah yang
terbatas pada jaringan otot dan akan tersimpan dalam jumlah yang cukup besar pada
jaringan adipose. Ketika sedang berolahraga, trigliserida yang tersimpan ini dapat
terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid / FFA) untuk kemudian
menghasilkan energi. simpanan lemak akan memberikan kontribusi yang besar sebagai
sumber energi utama bagi tubuh. Kontribusi simpanan lemak sebagai sumber energi tubuh
baru akan berkurang apabila terjadi peningkatan intensitas dalam beraktifitas. Pada saat
terjadinya peningkatan intensitas olahraga yang juga akan meningkatkan kebutuhan energi,
pembakaran lemak akan memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam tubuh. Walaupun
pembakaran lemak ini memberikan kontribusi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
pembakaran karbohidrat saat intensitas olahraga meningkat, namun kuantitas lemak yang
terbakar tetap akan lebih besar jika dibandingkan saat berolahraga dengan intensitas rendah.

Pada saat berolahraga kompetitif dengan intensitas tinggi, pengunaan lemak sebagai
sumber energi tubuh akibat dari mulai berkurangnya simpanan glikogen otot dapat
menyebabkan tubuh terasa lelah sehingga secara perlahan intensitas olahraga akan
menurun. Hal ini disebabkan karena produksi energi melalui pembakaran lemak berjalan
lebih lambat jika dibandingkan dengan laju produksi energi melalui pembakaran
karbohidrat walaupun pembakaran lemak akan menghasilkan energi yang lebih besar
(9kkal/gr) jika dibandingan dengan pembakaran karbohidrat (4 kkal/gr). Perlu juga untuk
diketahui bahwa jaringan adipose dapat menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah
yang tidak terbatas, sehingga kelelahan serta penurunan performa yang terjadi pada saat
berolahraga tidak akan disebabkan oleh penurunan simpanan lemak tubuh.

 Pembakaran Lemak

Langkah awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan
simpanan lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam
tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue) serta di dalam sel-sel
otot (intramuscular triglycerides). Melalui proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida
yang tersimpan ini akan dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada
proses ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak dan 1
molekul gliserol . Kedua molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan
mengalami jalur metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan
masuk ke dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat.
Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unitunit kecil melalui proses
yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di dalam
mitokondria sel Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta membutuhkan
adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada proses ini,
asam lemak yang pada umumnya berbentuk rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom
karbon akan dipecah menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2
atom karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk
membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk ke
dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti halnya dengan
molekul asetil-KoA yang dihasil melalui proses metabolisme energi dari glukosa/glikogen.
C. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan nutrisi sumber energi yang tidak hanya berfungsi untuk
mendukung aktivitas fisik seperti berolahraga namun karbohidrat juga merupakan sumber
energi utama bagi sitem pusat syaraf termasuk otak. Di dalam tubuh, karbohidrat yang
dikonsumsi oleh manusia dapat tersimpan di dalam hati dan otot sebagai simpanan energi
dalam bentuk glikogen. Total karbohidrat yang dapat tersimpan di dalam tubuh orang
dewasa kurang lebih sebesar 500 gr atau mampu untuk menghasilkan energi sebesar 2000
kkal. Di dalam tubuh manusia, sekitar 80% dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai
glikogen di dalam otot, 18-22% akan tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya
akan bersirkulasi di dalam aliran darah dalam bentuk glukosa. kebutuhan energi bagi tubuh
dapat terpenuhi melalui simpanan glikogen, terutama glikogen otot serta melalui simpanan
glukosa yang terdapat di dalam aliran darah (blood glucose) dimana ketersediaan glukosa di
dalam aliran darah ini dapat dibantu oleh glikogen hati agar levelnya tetap berada pada
keadaan normal.pembakaran 1 gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal.
Walaupun nilai ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan energi hasil pembakaran
lemak, namun proses metabolisme energi karbohidrat akan mampu untuk menghasilkan
ATP (molekul dasar pembentuk energi) dengan kuantitas yang lebih besar serta dengan laju
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pembakaran lemak.

D. Simpanan karbohodrat ( glikogen )

Mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang besar dalam sehari-hari akan


memilki simpanan glikogen yang relatif lebih besar jika dibandingan dengan yang
mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang kecil. Dengan simpanan glikogen yang
rendah dalam menjalankan aktifitas akan cepat merasa lelah sehingga kemudian
mengakibatkan terjadinya penurunan intensitas.

Perlu juga untuk diketahui bahwa glikogen yang terdapat di dalam otot hanya dapat
digunakan untuk keperluan energi di dalam otot tersebut dan tidak dapat dikembalikan ke
dalam aliran darah dalam bentuk glukosa apabila terdapat bagian tubuh lain yang
membutuhkannya. Hal ini berbeda dengan glikogen yang tersimpan di dalam hati yang
dapat dikonversi menjadi glukosa melalui proses glycogenolysis ketika terdapat bagian
tubuh lain yang membutuhkan. Walaupun jumlah karbohidrat yang dapat tersimpan sebagai
glikogen ini memilikiketerbatasan, namun kapasitas penyimpanannya terutama kapasitas
penyimpanan glikogen otot dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi konsumsi lemak
dan memperbesar konsumsi bahan pangan kaya akan karbarbohidrat seperti roti, kentang,
jagung,singkong

atau juga pasta. Pengisian tubuh dengan karbohidrat pada masa persiapan ini biasanya
dikenal dengan istilah carbohydrate loading dan akan memberikan manfaat.

Secara singkat proses metabolime energi dari glukosa darah atau juga glikogen otot akan
berawal dari karbohidrat yang dikonsumsi. Semua jenis karbohidrat yang dkonsumsi oleh
manusia baik itu jenis karbohidrat kompleks (nasi, kentang, roti, singkong dsb) ataupun
juga karbohidrat sederhana (glukosa, sukrosa, fruktosa) akan terkonversi menjadi glukosa
di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk ini kemudian dapat tersimpan sebagai cadangan
energi sebagai glikogen di dalam hati dan otot serta dapat tersimpan di dalam aliran darah
sebagai glukosa darah atau dapat juga dibawa ke dalam sel-sel tubuh yang membutuhkan.
Di dalam sel tubuh, sebagai tahapan awal dari metabolisme energi secara aerobik, glukosa
yang berasal dari glukosa darah ataupun dari glikogen otot akan mengalami proses
glikolisis yang dapat menghasilkan molekul ATP serta menghasilkan asam piruvat. Di
dalam proses ini, sebanyak 2 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila sumber glukosa
berasal dari glukosa darah dan sebanyak 3 buah molekul ATP dapat dihasilkan apabila
glukosa berasal dari glikogen otot. Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang di
hasilkan ini kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam mitokondsia. Proses
perubahan dari asam piruvat menjadi Asetil-KoA ini akan berjalan dengan ketersediaan
oksigen serta akan menghasilkan produk samping berupa NADH yang juga dapat
menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi sel-sel tubuh,
Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat ini kemudian akan masuk ke dalam siklus asam-
sitrat untuk kemudian diubah menjadi karbon dioksida (CO ), ATP, NADH dan FADH
melalui tahapan reaksi yang kompleks. Reaksi-reaksi yang terjadi 2 2 dalam proses yang
telah disebutkan dapat dituliskan melalui persamaan reaksi sederhana sebagai berikut:
3.2.1. Pembakaran Karbohidrat + Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H O --->
2CO + CoA + ATP + 3 NADH + 3H + FADH

2.     Kecepatan produksi energi dalam tubuh

Salah satu faktor  yang menjadi penyebab utama penurunan kapasitas perfoma
tubuh saat beraktivitas fisik  seperti berolahraga selain karena  berkurangnya jumlah cairan
dari dalam tubuh juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah simpanan glukosa (energi)
tubuh.

Glukosa merupakan nutrisi karbohidrat terpenting karena  mempunyai fungsi utama 


sebagai penyedia energi bagi  berbagai aktivitas fisik tubuh. Berfungsi sebagai ‘bahan
bakar’ utama dalam proses metabolisme energi, menjadikan simpanannya  di dalam aliran
darah (blood glucose), otot dan hati (glikogen)  menjadi salah satu faktor penting yang
menentukan performa tubuh saat melakukan  olahraga intensitas tinggi.

Di dalam tubuh konsumsi  glukosa dapat  menghasilkan laju produksi energi yang
besar hingga 1 gram per menit.3  Dan manfaat lebih akan didapatkan apabila glukosa ini
dipadukan karbohidrat jenis lain seperti sukrosa atau fruktosa, karena selain akan
membantu  mempercepat proses penyerapan cairan ke dalam tubuh  kombinasi antara
glukosa-sukrosa atau glukosa-fruktosa ini juga akan menghasilkan laju produksi energi
yang lebih besar di dalam tubuh hingga mencapai 1.3 gram per menit.

3.    Metabolism aerobic Dan Anaerobik

Proses produksi energi di dalam tubuh dapat berjalan melalui dua proses
metabolisme yaitu metabolisme aerobik dan metabolisme anaerobik. Metabolisme energi
pembakaran  lemak dan karbohidrat dengan  kehadiran oksigen (O2) yang akan diperoleh
melalui proses pernafasan disebut dengan metabolisme aerobik.Sedangkan proses
metabolisme energi tanpa kehadiran oksigen (O2) disebut dengan metabolisme anaerobik.

Metabolisme energi secara aerobik dapat menyediakan energi bagi tubuh  untuk
jangka waktu yang panjang sedangkan metabolisme energi anerobik mampu untuk
menyediakan energi secara cepat di dalam tubuh namun hanya untuk waktu yang tebatas
yaitu sekitar  5-10 detik.  Pada  olahraga dengan intensitas rendah  tubuh secara dominan
akan mengunakan metabolisme aerobic untuk menghasilkan energi. Dan apabila terjadi
peningkatan  intensitas olahraga hingga  mencapai titik dimana metabolisme energi aerobik
tidak lagi dapat memenuhi  kebutuhan energi sesuai dengan laju yang dibutuhkan, maka
energi secara anaerobik akan diperoleh   dari   simpanan creatine phosphate (PCr) dan juga
karbohidrat yang tersimpan sebagai glikogen di dalam  otot. Metabolisme energi secara
aerobik disebutkan merupakan proses yang ‘bersih’ karena tidak menghasilkan produk
samping. Hal ini berbeda dengan sistem anaerobik yang akan menghasilkan produk
samping berupa asam laktat yang akumulasinya akan membatasi  efektivitas kontraksi otot
yang  juga dapat  menimbulkan rasa nyeri.

Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga akan terdiri dari
kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan dan aktivitas yang
bersifat anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging,
marathon, triathlon dan juga bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan
komponen aktivitas aerobik yang dominan sedangkan kegiatan olahraga yang
membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint atau
juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen komponen aktivitas anerobik
yang dominan . Namun dalam beragamnya berbagai cabang olahraga akan terdapat jenis
olahraga atau juga aktivitas latihan dengan satu komponen aktivitas yang lebih dominan
atau juga akan terdapat cabang olahraga yang mengunakan kombinasi antara aktivitas yang
bersifat aerobik & anaerobik. Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung
terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga
juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-
paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran
sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas
olahraga dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam
waktu yang cukup lama sepeti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging Aktivitas anaerobik
merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam
waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang
lama. Aktivitas ini biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat
diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali.

Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari
cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh. Dalam beberapa
jenis olahraga beregu atau juga individual akan terdapat pula gerakan-gerakan/aktivitas
sepeti meloncat, mengoper, melempar, menendang bola, memukul bola atau juga mengejar
bola dengan cepat yang bersifat anaerobik. Oleh sebab itu maka beberapa cabang olahraga
seperti sepakbola, bola basket atau juga tenis lapangan disebutkan merupakan kegiatan
olahraga dengan kombinasi antara aktivitas aerobik dan anaerobik.

 .Metabolisme Energi Saat Berolahraga


+ ATP + H O ---> ADP + H + Pi -31 kJ per 1 mol ATP 2 Photo by Giovanni JL 03
Sports Science Brief Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat
menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam
olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses
metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun
hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik.
Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara
anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1
molekul glukosa). Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan
merupakan proses yang bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses
tersebut hanya akan menghasilkan produk samping berupa karbondioksida (CO )
dan air (H O). Hal ini berbeda dengan proses metabolisme secara anaerobik yang
juga 2 2 akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang apabila
terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri pada
otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakangerakan bertenaga saat
berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan
harus diselingi dengan interval istirahat.
 Beberapa jenis olahraga beregu atau individual seperti sepakbola, bola
basket atau juga tenis merupakan olahraga yang mengunakan kombinasi
antara aktivitas intensitas tinggi dan aktivitas intensitas rendah. Pada jenis
olahraga ini, proses metabolisme energi di dalam tubuh dapat berjalan secara
simultan melalui metabolisme energi secara aerobik dan anaerobik. Pada
aktivitas dengan intensitas tinggi yang Glukosa + 6O +38 ADP + 38Pi ---> 6
CO + 6 H O + 38 ATP 2 2 2 3.2.2.Pembakaran Lemak 3.4.Metabolisme
Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik & Anaerobik. 07 Sports Science
Brief membutuhkan power secara cepat seperti saat berlari untuk mengejar
bola atau saat memukul bola dengan keras, metabolisme energi tubuh akan
berjalan secara anaerobik melalui sumber energi yang diperoleh dari
simpanan ATP, simpanan phosphocreatine (PCr) dan simpanan karbohidrat.
Sedangkan saat melakukan aktivitas dengan intensitas rendah seperti saat
berlari secara perlahan, metabolisme energi tubuh akan berjalan secara
aerobik dengan sumber energi diperoleh dari simpanan karbohidrat
(glikogen otot & glukosa darah), lemak dan juga protein. Pada olahraga
beregu yang umumnya merupakan kombinasi antara endurance serta speed
& power, diantara semua bentuk simpanan energi yang akan digunakan
dalam proses metabolisme energi baik secara aerobik maupun anaerobik, 2
simpanan energi yaitu simpanan karbohidrat (glikogen otot & glukosa
darah) dan simpanan lemak akan memberikan kontribusi yang lebih besar
untuk menyediakan energi bagi tubuh. Diantara simpanan lemak &
karbohidrat, simpanan karbohidrat akan memberikan kontribusi yang lebih
besar di bandingkan dengan simpanan lemak untuk menghasilkan energi
dalam olahraga beregu. Dan oleh karena simpanan karbohidrat berada dalam
jumlah yang terbatas dibandingkan dengan simpanan lemak maka
berkurangnya simpanan karbohidrat merupakan pembatas bagi kemampuan
tubuh untuk mempertahankan performa pada olahraga iniMetabolisme
Energi untuk Olahraga Kombinasi Aerobik & Anaerobik

4. Glikolisis (Sistem Glikolitik)

Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi yang dapat berjalan
secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses metabolisme energi ini mengunakan
simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau juga dari
glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses
glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa
menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP.
Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung
berdasarkan asal molekul glukosa. Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2
buah ATP akan dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka
sebanyak 3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari
proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme lanjut baik secara aerobik
maupun secara anaerobik bergantung terhadap ketersediaan oksigen di dalam tubuh. Pada
saat berolahraga dengan intensitas rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh
cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO dan H O di
dalam mitokondria sel. 2 2 Dan jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat
pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam
piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat Dibagi menjadi 2 sebagi berikut :
a. Glikolisis aerob.

Reaksi keseluruhan gliolisis aerob adalah:

Glukosa + 2 NAD+ + 2 Pi + 2 ADP ? 2 piruvat + 2 NADH + 4H+ + 2 ATP + 2 H2O

Bila sel mempunyai kapasitas oksidasi yang tinggi, dalam hal ini tersedia sejumlah
mitokondria, enzim-enzim mitokondria dan oksigen. NADH akan ditransfer ke rantai
transport electron mitokondria dan piruvat akan dioksidasi lengkap menjadi CO2
Membran mitokondria impermiabel untuk NADH, karena itu transfer ekivalen tereduksi
dari sitosol ke dalam mitokondria memerlukan mekanisme shuttle (ulang-alik), baik proses
ulang-alik malat-aspartat maupun ulang-alik gliserol 3-fosfat. (lihat gambar 1.1)
Dalam oksidasi aerobic glukosa menjadi piruvat dan subsekuen oksidasi menjadi CO2,
permolekul glukosa menghasilkan fosfat energi tinggi sebesar 38 ATP.

b. Glikolisis Anaerob

Pada kondisi kapasitas oksidatif oleh sel mitokondria terbatas atau karena ketidakadaan
oksigen, NADH yang dihasilkan glikolisis direoksidasi melalui perubahan piruvat menjadi
laktat oleh laktat dehidrogenase. Perubahan glukosa menjadi laktat tersebut disebut
glikolisis anaerob, yang maksudnya proses ini tidak memerlukan molekul oksigen. Reaksi
keseluruhannya:

Glukosa + 2 ADP + 2 Pi ? 2 laktat + 2 ATP + 4 H+ +2 H2O Energi yang dihasilkan dari


glikolisis anaerobic hanya 2 molekul ATP permolekul glukosa, jauh lebih sedikit jika
dibandingkan dengan kondisi aerobik.

5. Proses metabolisme energi dalam tubuh

 Metabolisme Energi

Proses ini tentu saja menyangkut proses pembentukan dan penggunaan energi.
Karena itu tingkat aktifitas metabolisme seseorang dapat dinilai dengan melihat besarnya
energi yang digunakan yang dapat dilihat dari besarnya panas yang dilepaskan oleh badan
atau besarnya pemakaian oksigen. Untuk mengetahui keadaan metabolisme seseorang
dilakukan pengukuran kecepatan pemakaian energi oleh tubuh baik selama kerja eksternal
maupun internal yang dikenal sebagai laju metabolic (metabolic rate).

Laju metabolik = pemakaian energy/satuan waktu= Kkal/m2 luas badan/jam

Karena sebagian besar penggunaan energi tubuh pada akhirnya muncul sebagai panas,
maka laju metabolik dinyatakan sebagai kecepatan produksi panas dalam satuan Kilokalori
per jam. Satu kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan 1oC suhu dari 1
gram H2O.

Salah satu fungsi terpenting dari traktus gastrointestinal adalah mencerna nutrien berupa
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air yang digunakan makhluk hidup untuk
memproduksi energi, penyusunan protein kompleks dan lemak, serta maintenans elektrolit
dan total cadangan cairan tubuh. Produksi energi melibatkan oksidasi nutrien (karbohidrat,
lemak, dan protein) yang menghasilkan ikatan fosfat berenergi tinggi dimana energi
disimpan untuk proses kehidupan, serta karbon dioksida dan air dihasilkan sebagai produk
sampingan. Ikatan fosfat berenergi tinggi yang paling penting adalah adenosin trifosfat
(ATP)

(Gambar 33-1).(LENGKAPI GMBR)

Molekul yang tersebar di seluruh tubuh ini adalah tempat penyimpanan energi bagi tubuh,
menyediakan energi yang diperlukan untuk semua proses fisiologis dan reaksi kimiawi.
Kemungkinan, proses intraseluler yang paling penting yang memerlukan energi dari
hidrolisis ATP adalah pembentukan ikatan peptida antar asam amino selama sintesis
protein. Selain itu, kontraksi otot skeletal juga tidak dapat terjadi tanpa adanya energi yang
berasal dari hidrolisis ATP.

Metabolisme nutrien diperlukan untuk pembentukan ATP yang ketika dihidrolisis akan
menghasilkan energi untuk transpor ion pada semua membran sel. Transpor aktif
diperlukan untuk mempertahankan distribusi ion yang diperlukan untuk beberapa proses
seluler, antara lain untuk propagasi impuls saraf. Pada tubulus ginjal, 80% dari ATP
digunakan untuk transpor ion membran. Sebagai tambahan dari fungsinya sebgai transfer
energi, ATP juga merupakan prekursor dari siklik adenosin monofosfat (cAMP), sebuah
molekul sinyal yang penting. Pada orang dewasa, total kebutuhan energi rata-rata 39
kkal/kg pada pria dan 34 kkal/kg pada wanita. Sekitar 20 kkal/kg digunakan sebagai
metabolisme basal yang diperlukan untuk mempertahankan integritas membran sel dan
tugas lain yang memerlukan energi untuk membuat kita tetap hidup. Pada keadaan istirahat,
pengeluaran kalori basal kira-kira sekitar 1,1 kkal per menit, yang memerlukan sekitar 200
sampai 250 mL oksigen per menit pada seorang pria dengan berat badan 70 kg untuk
oksidasi nutrien. Semakin meningkatnya tingkat aktivitas diatas keadaan basal, kebutuhan
kalori (dan oksigen) semakin meningkat sebanding dengan pengeluaran energi yang
dibutuhkan

(Tabel 33-1). GMBR LENGKAPI

Nilai kalori dari karbohidrat, lemak, dan protein berkisar 4.1 kkal/g, 9.3 kkal/g, dan 4.1
kkal/g, secara berurutan. Lemak mencakup sebagian besar dari tempat penyimpanan energi
karena massanya yang lebih besar dan nilai kalori yang lebih tinggi (Gambar. 33-2). Oleh
karena itu, bentuk utama dari energi kimiawi yang disimpan dalam tubuh adalah lemak
(trigliserida). Tingginya densitas kalori dan sifat hidrofobik dari trigliserida memungkinkan
penyimpanan energi yang efisien tanpa adanya akibat osmotik yang merugikan. (LENGKPI
GMBR )

 . METABOLISME KARBOHIDRAT Karbohidrat meliputi sekelompok senyawa


organik yang mencakup gula dan pati, serta selain karbon, karbohidrat mengandung
hidrogen dan oksigen dalam rasio yang sama dengan air (2:1). Tiga disakarida
sangat penting bagi manusia adalah sukrosa: glukosa dan fruktosa; laktosa: glukosa
dan galaktosa; dan maltosa: glukosa dan glukosa. Pati, yang terdapat di biji-bijian
seperti gandum, nasi, dan barley dan tumbuhan lain, seperti kentang dan jagung,
terdiri dari banyak unit glukosa yang terikat oleh ikatan glikosidik. Gula adalah
sumber energi yang penting bagi tubuh dan satu-satunya sumber energi bagi otak.
Hati adalah tempat metabolisme karbohidrat dimana regulasi, penyimpanan, dan
produksi glukosa berlangsung. Hati merupakan satu-satunya organ yang
mengandung glukosa kinase, enzim yang memiliki laju reaksi tinggi (Km), mampu
memfosforilasi glukosa, tapi hanya ketika konsentrasinya tinggi. Konsentrasi yang
cukup segera muncul setelah makan ketika konsentrasi glukosa di vena porta
meningkat. Setidaknya 99% dari semua energi yang berasal dari karbohidrat
digunakan oleh mitokondria untuk membentuk ATP di dalam sel
(Gambar. 33-3). (DIBWH LENGKAPI GMBR)

Produk akhir dari pencernaan karbohidrat pada traktus gastrointestinal adalah glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Setelah diabsorpsi ke sirkulasi, fruktosa dan galaktosa segera
diubah menjadi glukosa. Sehingga, glukosa adalah molekul utama yang digunakan untuk
memproduksi ATP. Glukosa ini harus ditranspor melewati membran sel ke dalam
sitoplasma sel sebelum dapat digunakan oleh sel. Transpor ini menggunakan carrier protein
dalam difusi yang dimediasi oleh carrier, yang ditingkatkan oleh insulin, sehingga transpor
glukosa ke dalam sel pada diabetes mellitus atau sepsis, mengakibatkan hiperglikemia
disertai sekuele lainnya. Segera setelah masuk ke dalam sel, glukosa dikonversi menjadi
glukosa-6-fosfat oleh kerja enzim heksokinase. Glukosa yang terfosforilasi terionisasi pada
pH 7 dan karena membran plasma tidak permeabel terhadap ion, glukosa yang terfosforilasi
tidak dapat melewati membran kembali dan terperangkap di dalam sel. Fetus mendapatkan
hampir semua energinya melalui glukosa yang didapatkan dari sirkulasi maternal. Segera
setelah lahir, cadangan glikogen bayi masih cukup untuk memasok glukosa selama
beberapa jam. Selanjutnya, glukoneogenesis sangat terbatas pada neonatus. Akibatnya,
neonatus rentan untuk mengalami hipoglikemia jika tidak segera diberi makanan.

6. FUNGSI UTAMA SIKLUS KREB

1.      Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.


2.      Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai pernapasan
untuk produksi ATP

3.      Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk digunakan
pada sintesis asam lemak.

4.      Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam nukleat.

5.      Melakukan pengendalian langsung (produk → bakal produk) atau tidak langsung
(alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen-komponen siklus.

7.REAKSI SIKLUS KREB

Siklus reaksi diawali dengan reaksi antara asetil KoA dan (2C) dan asam oksaloasetat
(4C) yang menghasilkan asam trikarboksilat, sitrat. Selanjutnya sejumlah 2 molekul atom
CO2 dirilis dan teregenerasi. Sebenarnya hanya sedikit oksaloasetat yang dibutuhkan untuk
menginisiasi siklus asam sitrat sehingga oksaloasetat dikenal dengan perannnya sebagai
agen katalitik pada siklus Krebs.

8. Sumber Energi Eksternal

Sumber energy eksternal adalah energi yang bersumber dari lingkungan sekitar.
Sumber energy ini bisa disebut support system atau energy cinta. Kenapa kita katakan
energy cinta karna energy ini mambu memberikan semangat yang luar biasa untuk orang
yang
DAFTAR PUSTAKA

1. Benardot, D. Advanced Sports nutrition. Human Kinetics, Champaign, IL, 2006. 2.


Jeukendrup, A. & Gleeson, M. Sport nutrition : An introduction to energy production and
performance. Human Kinetics, Champaign,IL, 2004.

3. Dennis, S.C., & Noakes, T.D., Exercise:muscle & metabolic requirement. In


Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., &
Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.
4. Litwak, S.R., Energy Metabolism. In Encyclopedia of Food Sciences & Nutrition, 2nd
Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003. Elsevier
Science, 2003.

5. Hatfield, F.C. Hardcore bodybuilding : a scientific approach. Contemporary Books,


1993.

6. Romijn, J.A., Coyle, E.F., Sipossis, L.S., Gastadelli, A., Horowitz, J.F., Endert, E., &
Wolfe, R.R., Regulation of endogenous fat & carbohydrate metabolism in relation to
exercise intensity & duration. American Journal of Physiology. 265: E380-E391,1993.

7. Coyle, E.F., Jeukendrup, A.E., Wagenmaker, A.J.M., Saris, W.H.M., Fatty acid
oxidation is directly regulated by carbohydrate metabolism during exercise. American
Journal of Physiology. 273: E261-E275,1997.

8. Romijn, J.A., Coyle, E.F., Sipossis, L.S., Zhang, X.J., & Wolfe, R.R., Fat oxidation
during strenous exercise. Journal of Applied Physiology. 76(6):1939-1945. Journal of
Applied Physiology. 76(6): 1939-1945.

9. Havenetidis,K., Matsuka, O., Cooke, C.B., & Theodore, A. The use of varying creatine
regimens on sprint cycling. Journal of Sports Science & Medicine, 88-97, 2003.

10. Clark, J.F., Creatine & phospocreatine : a review of their use in exercise & sport.
Journal of Athletic Training. Volume 32 No.1,1997 / Flood, P., Rathmell, JP., Shafer, S.
2015. STOELTING’S Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice Fifth Edition.
United States of America: Library of Congress Cataloging.

Anda mungkin juga menyukai