Efusi Pleura
Eksudat Eksudat
Cairan dengan kandungan protein yang tinggi bocor melewati kapiler yang rusak. Effusi
pleura eksudatif juga dapat disebaban oleh akumulasi cairan di mediastinum, retroperitoneum,
atau peritonium, dan cairan tersebut dapat mengalir ke ruang rongga pleura yang bertekanan
rendah. Effusi pleura eksudatif memliki satu dari kriteria berikut
b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6
c. LDH cairan pleura dengan dua pertiga atas batas normal LDH serum
Adapun ukuran effusi, kecepatan pembentukan effusi dan penyakit paru akan
mementukan tingkat keparahan gejala, seperti:
1. Effusi besar: sesak nafas sampai gawat nafas akut
2. Effusi kecil sampai sedang: Dipsnea mungkin tidak terjadi
3. Terdengar bunyi redup atau pekak saat dilakukan perkusi di atas area cairan, suara
nafas minimal atau tidak ada, fremitus berkurang, dan trakea tergeser menjadi sisi yang
terganggu/( Susan C Smletzer, 2017).
Patofisiologi efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan
di kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik berupa transudat
maupun eksudat. Keduanya terbentuk melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak
jarang cairan pleura ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.
3. Assesment
Anamnesis umum
o Nama : Tn. Tayo
o Umur : 38 tahun
o Jenis kelamin : pria
o Alamat : jln. Mawar
o Pekerjaan : Wiraswasta
Anamnesis khusus :
o riwayat penyakit dahulu : pulmonary embolism
o riwayat penyakit sekarang : tidak ditemukan riwayat penyakit sekarang
o adakah penyakit penyerta : tidak ditemukan penyakit penyerta
o keluhan utama saat ini : nyeri dada, batuk, sesak nafas
o sejak kapan : sejak 4 minggu lalu
o lokasi sakit dan rasa sakit yang dirasakan : pada dada bagian kanan dan rasa
nyeri yang mengganggu
o adakah kebiasaan yang sering dilakukan yang sekiranya bisa memicu effuse
pleura : ada yaitu merokok
3.1 Temuan pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan vital sign
- BP : 130/80 mmHg (normal)
- HR : 130x/menit (Dyspnea)
- RR : 27x/menit (takipnea)
- Suhu : 36,8° (normal)
Inspeksi :
- Bentuk dada : asimetris, pigeon chest
- Pola pernapasan : nafas pendek
Palpasi: ditemukan penurunan fremitus vokal, trakea terdorong ke sisi kontralateral
hemitoraks yang terdapat efusi dan adanya spasme otot pernafasan
Perkusi: ditemukan pekak pada hemitoraks yang terdapat efusi
Auskultasi:
- ditemukan penurunan/hilangnya suara napas di area hemitoraks yang terdapat
efusi
- pemeriksaan letak sputum dengan auskultasi didapatkan hasil bahwa,
pemeriksaan letak sputum mengalami perubahan dengan berpindahnya letak
sputum dari bagian apeks paru anterior ICS 2 sinistra menjadi bagian apeks
paru anterior ICS 1 sinistra.(Wijaya, 2016)
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Temuan pengukuran ekspansi thoraks dengan meter line. Dimana ditemukan
penurunan ekspansi toraks(Wijaya, 2016)
dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan pengaturan klinis.
4. Diagnosis
4.1 Impairment
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil adanya spasme atau
ketegangan otot bantu pernafasan yaitu pada m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor,
dan m. sternocleidomastoideus dextra, adanya nyeri pada luka bekas incisi pemasangan
water seal drainage (WSD), serta adanya penurunan ekspansi sangkar thorak.
Pasien mengalami penurunan aktivitas kerja baik ditempat kerja maupun di rumah dan
mudah merasa lelah saat beraktivitas.
Dari pemeriksaaan yang telah dilakukan didapatkan dengan adanya keterbatasan yang
dimiliki, menyebabkan aktifitas sehari-harinya menjadi terganggu, selain itu kemampuan
pasien untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat juga akan berkurang.
(Rachman, 2018)
Diagnosis pasien Tn. Tayo : klien mengalami nyeri dada dan sesak nafas disebabkan adanya
effusi pleura bagian dextra yang sudah terjadi sejak 4 minggu yang lalu.
5. Perencanaan
5.1 Jangka pendek
6. Intervensi
6.1 Abdominal Breathing Exercise
Adalah latihan pernafasan yang dilakukan dibagian perut atau abdominal dan tujuannya
adalah untuk mengajarkan pasien menggunakan pernafasan perut.
1. Beri edukasi terlebih dahulu pada pasien terkait tujuan dan fungsi dari latihan ini
2. Lalu minta ijin untuk menyentuh pasien saat terapi dilakukan
3. Sebelum terapis menyentuk pasien pastikan sudah mencuci tangan
4. Setelah itu Fisioterapis meletakkan kedua tangannya pada bagian perut pasien
5. Saat inspirasi, instruksikan pasien untuk mengembungkan perutnya atau dorong
tangan fisioterapis kearah depan atau luar
6. Dan saat ekspirasi kempiskan perut dan fisioterapis sambil mendorong dengan tangan
secara pelan kearah dalam mengikuti pola pernafasan pasien.
7. Lakukan sebanyak 8 kali hitungan dan 10 kali
IR digunakan sebagai latihan pemanasan sebelum latihan yang dapat mengurangi nyeri
otot, hal ini dapat dilihat bahwa panas dari IR akan menyebabkan terjadinya efek
analgesic dari terapi panas dan membantu terjadinya vasodilatasi dan peningkatan aliran
darah. IR juga ditujukan untuk meningkatkan ekspansi thoraks(Rachman, 2018)
- SOP penggunaan IR :
- Persiapan
Fisioterapis menjelaskan tujuan terapi kepada pasien, lalu melakukan pemanasan alat
5 menit. Fisioterapis juga melakukan test sensasi panas dingin kepada pasien untuk
mencegah luka bakar pada daerah yang akan dilakukan penyinaran.
- Pelaksanaan
Pasien diposisikan senyaman mungkin dan dalam kasus ini pasien diminta untuk
posisi terlentang. Usahakn minim pakaian agar penetrasi lebih dalam. Lampu
dipasang tegak lurus.
- Dosis
Pada penggunaan lampu non-luminius jarak lampu antara 45-60 cm, waktu 10-30
menit. Lampu luminius 35-45 cm, waktu 10-30 menit.
- Mengakhiri Terapi
Matikan mesin dan jangan biarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri.
Fisioterapis memperhatikan pasien dan kemungkinan efek sampingnya. Setelah itu
kita bisa meletakan alat pada tempatnya dan melanjutkan terapi lainnya.
(dokumentasi pribadi)
Dokumentasi
(dokumentasi pribadi)
7. Rencana Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan parameter pemeriksaan yang dilakukan dengan kriteria
dan parameter yang digunakan antara lain :