Anda di halaman 1dari 13

A.

Efusi Pleura

1. Definisi Efusi Pleura


1.1 Pengertian Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan pleura
normalnya merembes secara terus menerus ke dalam rongga dada dari kapiler-kapiler yang
membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem limfatik pleura
viseralis. Kondisi apapun yang mengganggu sekresi atau drainase dari cairan ini akan
menyebabkan efusi pleura (Yunita, 2018).
1.2 Etiology
British Thoracic Socieety ( BTS ) mengklasifikasikan effusi pleura ke dalam dua kategori
berdasarkan jenis cairan yang terdapat pada pleura :
 Transudat Transudat
Terjadi akibat kebocoran cairan kapiler paru ke rongga pelura yang diakibatkan oleh
peningkatan hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik. Kasus-kasus yang biasanya ditemui
biasanya pada effusi pleura akibat peningkatan tekanan vena pulomonalis pada gagal jantung
kongestif, dan pada effusi pleura akibat kasus hipoalbuminemia seperti pada penyakit hati dan
ginjal/(Rubins, 2013 ).

 Eksudat Eksudat
Cairan dengan kandungan protein yang tinggi bocor melewati kapiler yang rusak. Effusi
pleura eksudatif juga dapat disebaban oleh akumulasi cairan di mediastinum, retroperitoneum,
atau peritonium, dan cairan tersebut dapat mengalir ke ruang rongga pleura yang bertekanan
rendah. Effusi pleura eksudatif memliki satu dari kriteria berikut

a. Rasio cairan pleura dengan protein serum lebih dari 0,5

b. Rasio cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6

c. LDH cairan pleura dengan dua pertiga atas batas normal LDH serum

Pneumonia adalah penyebab tersering effusi pleura eksudatif, meskipun frekuensinya


bervariasi menurut agens penyebabnya. Effusi pleura eksudatif paling sering ditemukan pada
kasus pneumonia yang disebabkan S. Pneumoniae dan lebih jarang pada kasus pneumonia yang
disebabkan S. aureus dan basil gram-negatif. Emplema, yaitu penyebab effusi pluera eksudatif,
merupakan sekumpulan pus di rongga pleura yang perlu dikeluarkan dengan selang dada.
Penyebab kedua tersering efusi pleura eksudatif adalah penyakit metastasis metastasis ( mis.
Kanker paru, payudara, lambung, atau ovarium). Diperkirakan sepertiga effusi pleura eksudatif
yang disebabkan keganasan mengandung darah. Jika effusi pleura masif menutupi keseluruhan
hemithoraks, diduga ini merupakan penyakit metastasis/ (Patricia GM, 2017).

Adapun ukuran effusi, kecepatan pembentukan effusi dan penyakit paru akan
mementukan tingkat keparahan gejala, seperti:
1. Effusi besar: sesak nafas sampai gawat nafas akut
2. Effusi kecil sampai sedang: Dipsnea mungkin tidak terjadi
3. Terdengar bunyi redup atau pekak saat dilakukan perkusi di atas area cairan, suara
nafas minimal atau tidak ada, fremitus berkurang, dan trakea tergeser menjadi sisi yang
terganggu/( Susan C Smletzer, 2017).

2. Patofisiologi Efusi Pleura

Patofisiologi efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan
di kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan pleura, baik berupa transudat
maupun eksudat. Keduanya terbentuk melalui mekanisme yang berbeda, meskipun tidak
jarang cairan pleura ditemukan memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.

3. Assesment
 Anamnesis umum
o Nama : Tn. Tayo
o Umur : 38 tahun
o Jenis kelamin : pria
o Alamat : jln. Mawar
o Pekerjaan : Wiraswasta
 Anamnesis khusus :
o riwayat penyakit dahulu : pulmonary embolism
o riwayat penyakit sekarang : tidak ditemukan riwayat penyakit sekarang
o adakah penyakit penyerta : tidak ditemukan penyakit penyerta
o keluhan utama saat ini : nyeri dada, batuk, sesak nafas
o sejak kapan : sejak 4 minggu lalu
o lokasi sakit dan rasa sakit yang dirasakan : pada dada bagian kanan dan rasa
nyeri yang mengganggu
o adakah kebiasaan yang sering dilakukan yang sekiranya bisa memicu effuse
pleura : ada yaitu merokok
3.1 Temuan pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan vital sign
- BP : 130/80 mmHg (normal)
- HR : 130x/menit (Dyspnea)
- RR : 27x/menit (takipnea)
- Suhu : 36,8° (normal)
 Inspeksi :
- Bentuk dada : asimetris, pigeon chest
- Pola pernapasan : nafas pendek
 Palpasi: ditemukan penurunan fremitus vokal, trakea terdorong ke sisi kontralateral
hemitoraks yang terdapat efusi dan adanya spasme otot pernafasan
 Perkusi: ditemukan pekak pada hemitoraks yang terdapat efusi
 Auskultasi:
- ditemukan penurunan/hilangnya suara napas di area hemitoraks yang terdapat
efusi
- pemeriksaan letak sputum dengan auskultasi didapatkan hasil bahwa,
pemeriksaan letak sputum mengalami perubahan dengan berpindahnya letak
sputum dari bagian apeks paru anterior ICS 2 sinistra menjadi bagian apeks
paru anterior ICS 1 sinistra.(Wijaya, 2016)
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
 Temuan pengukuran ekspansi thoraks dengan meter line. Dimana ditemukan
penurunan ekspansi toraks(Wijaya, 2016)

(Sumber : Dokumentasi pribadi)

3.2 Temuan pemeriksaan gerak aktif


- Pada pemeriksaan gerak aktif ditemukan pasien bisa menggerakan ekstrimitas
atas namun tidak full ROM pada gerakan fleksi shoulder, abduksi dan adduksi
shoulder pada bagian dextra dikarenakan adanya nyeri dada pada bagian otot
m. pectoralis major.
- Dan untuk ekstrimitas bawah ditemukan klien bisa menggerakan fleksi-
ekstensi knee dengan full ROM tanpa kendala.
3.3 Temuan pemeriksaan gerak pasif
- Pada memeriksaan gerak pasif ditemukan saat terapis memberikan gerakan
flesi shoulder dan abduksi-adduksi shoulder pada ekstrimitas atas bagian
dextra kepada pasien, pasien merasakan nyeri bertambah pada dada dan tidak
bisa full ROM.
3.4 Temuan pemeriksaan nyeri dangan Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran intensitas nyeri yang

dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan pengaturan klinis.

VAS umumnya disajikan dalam bentuk garis horisontal. Dalam perkembangannya


VAS menyerupai NRS yang cara penyajiannya diberikan angka 0-10 yang masing-
masing nomor dapat menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.(Jaury,
2014)
Skala Nyeri 0 : Tidak terasa nyeri. Skala Nyeri 1-3 : Nyeri ringan seperti gatal,
kesetrum, nyut-nyutan, perih. Skala Nyeri 4-6 : Nyeri sedang seperti kram, kaku,
terbakar, ditusuk-tusuk.

(Sumber : Dokumentari pribadi)

Untuk hasil pemeriksaan nyeri menggunakan VAS, yaitu :


- Nyeri diam : Saat ditanya klien mengakatakan nyeri bernilai 4/10 nyeri
sedang
- Nyeri tekan : klien mengatakan nyeri bernilai 6/10 nyeri sedang (pada daerah
thorax 1/3 sinistra)
- Nyeri gerak : klien mengatakan nyeri bernilai 6/10 nyeri sedang (pada
gerakan abduksi adduksi shoulder)
3.5 Pemeriksaan kekuatan otot dan LGS
Nilai Keterangan
Dari
Pemeriksaan Tidak Bisa Melawan Gravitasi
0 Ketika di palpasi otot tidak ada kedutan atau tidak ada kontraksi sama
sekali
1 Pada saat di palpasi terdapat kedutan dan kontraksi, tapi tidak terjadi
pergerakan sama sekali
1+ Apabila bisa bergerak kurang dari setengah ROM, dan belum bisa
melawan gravitasi
2- Bisa bergerak lebih dari setengah ROM, tapi masih belum bisa melawan
gravitasi
2 Apabila bisa bergerak dengan full ROM, dan tidak bisa mewalan
gravitasi
Pemeriksaan Bisa Melawan Gravitasi
2+ Bisa bergerak kurang dari setengah ROM, dan bisa melawan gravitasi
3- Bisa bergerak dengan full ROM, dan bisa melawan gravitasi
3 Bisa bergerak kurang dari setengah ROM, bisa melawan gravitasi, tapi
hanya bisa menahan tekanan minimal
3+ Bisa bergerak lebih dari setengah ROM, bisa melawan gravitasi, dan
bisa menahan tekanan minimal
4- Apabila bisa melakukan lebih dari setengah ROM, bisa melawan
gravitasi, dan menahan tekanan sedang
4 Apabia bisa melakuakn full ROM, dan bisa menahan tahanan sedang,
dan bisa melawan gravitasi
5 Apabila bisa melawan tahanan maksimal di akhir ROMnya selama 3
detik
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ditemukan keterbatasan LGS dengan nilai 3+ (fair*)
dangan deskripsi bisa melawan tahanan minimal dengan kurang dari setengah ROM dan
melawan gravitasi.

3.6 Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS) diukur menggunakan goniometer


Pengukuran lingkup gerak sendi pada orang normal adalah sebagai berikut :

 Fleksi 0 hingga 180 derajat

 Ekstensi 0 hingga 60 derajat

 Abduksi  0 hingga 180 derajat

 Adduksi  0 hingga 75 derajat

 Abduksi horizontal  0 hingga 90 derajat

 Adduksi horizontal 0 hingga 45 derajat

 Rotasi internal 0 hingga 70 hingga 90 derajat

 Rotasi eksternal 0 hingga 90 derajat.

Pengukuran LGS Tn. Tayo didapatkan hasil sebagai berikut :


- Shoulder S : 50o - 0o- 130o
- Shoulder F : 130o - 0o - 60o
- End feel : firm

(Sumber : Dokumentasi pribadi)


3.7 Temuan pemeriksaan fungsional
- Skor ADL Barthel (BAI)
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5 – 8 : Ketergantungan berat
0 – 4 : Ketergantungan total
- Skor ADL Barthel Normal
No Item yang dinilai Skor
1 Makan 2 (mandiri)
2 Mandi 2 (mandiri)
3 Perawatan diri 2 (mandiri)
4 Berpakaian 2 (mandiri)
5 Buang air kecil 2 (mandiri)
6 Buang air besar 2 (mandiri)
7 Penggunaan toilet 2 (mandiri)
8 Transfer 2 (mandiri)
9 Naik turun tangga 2 (mandiri)
10 Mobilitas 2 (mandiri)
total 20 (Mandiri)

- Skor ADL Barthel pasien Tn. Tayo


No Item yang dinilai Skor
1 Makan 2 (mandiri)
2 Mandi 1 (membutuhkan bantuan)
3 Perawatan diri 1 (membutuhkan bantuan)
4 Berpakaian 2 (mandiri)
5 Buang air kecil 2 (mandiri)
6 Buang air besar 2 (mandiri)
7 Penggunaan toilet 1 (membutuhkan bantuan)
8 Transfer 2 (mandiri)
9 Naik turun tangga 1 (membutuhkan bantuan)
10 Mobilitas 1 (membutuhkan bantuan)
total 15 ketergantuangan ringan)

3.8 Pemeriksaan penunjang


Foto thoraks AP penderita
efusi pleura menunjukkan
perselubungan pada
hemithoraks kanan yang
menutupi lapang paru kanan,
sinus pleura kanan serta
diafragma kanan.(Dewi &
Bayu, 2013)

4. Diagnosis
4.1 Impairment

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil adanya spasme atau
ketegangan otot bantu pernafasan yaitu pada m. pectoralis mayor, m. pectoralis minor,
dan m. sternocleidomastoideus dextra, adanya nyeri pada luka bekas incisi pemasangan
water seal drainage (WSD), serta adanya penurunan ekspansi sangkar thorak.

4.2 Fungsional limitation

Pasien mengalami penurunan aktivitas kerja baik ditempat kerja maupun di rumah dan
mudah merasa lelah saat beraktivitas.

4.3 Participation restriction

Dari pemeriksaaan yang telah dilakukan didapatkan dengan adanya keterbatasan yang
dimiliki, menyebabkan aktifitas sehari-harinya menjadi terganggu, selain itu kemampuan
pasien untuk berinteraksi atau bersosialisasi dengan masyarakat juga akan berkurang.
(Rachman, 2018)
Diagnosis pasien Tn. Tayo : klien mengalami nyeri dada dan sesak nafas disebabkan adanya
effusi pleura bagian dextra yang sudah terjadi sejak 4 minggu yang lalu.
5. Perencanaan
5.1 Jangka pendek

- Membuat pasien bisa lebih lega saat bernafas


- Mengurangi rasa nyeri dada dan spasme yang terjadi pada otot pernapasan
- Meningkatkan ekspansi thoraks

5.2 Jangka panjang

- Meneruskan Planning jangka pendek


- Membuat klien bisa kembali beraktifitas dengan mandiri tanpa adanya sesak
nafas, nyeri dada maupun batuk berlebih
- Mengembalikan bentuk postur dan menghilangkan spasme

6. Intervensi
6.1 Abdominal Breathing Exercise

Adalah latihan pernafasan yang dilakukan dibagian perut atau abdominal dan tujuannya
adalah untuk mengajarkan pasien menggunakan pernafasan perut.

SOP Breathing Exercise:

1. Beri edukasi terlebih dahulu pada pasien terkait tujuan dan fungsi dari latihan ini
2. Lalu minta ijin untuk menyentuh pasien saat terapi dilakukan
3. Sebelum terapis menyentuk pasien pastikan sudah mencuci tangan
4. Setelah itu Fisioterapis meletakkan kedua tangannya pada bagian perut pasien
5. Saat inspirasi, instruksikan pasien untuk mengembungkan perutnya atau dorong
tangan fisioterapis kearah depan atau luar
6. Dan saat ekspirasi kempiskan perut dan fisioterapis sambil mendorong dengan tangan
secara pelan kearah dalam mengikuti pola pernafasan pasien.
7. Lakukan sebanyak 8 kali hitungan dan 10 kali

6.2 Thoracic Expansion Exercise


Sama seperti latihan abdominal breathing exercise, tetapi pada metode ini tangan
fisioterapis diletakkan pada dinding dada dengan tujuan untuk mengkompresi dinding thorak
ketika inspirasi agar dapat memperkuat kontak otot-otot bantu pernafasan atau otot-otot
intercostalis, sehingga dapat meningkatkan mobilisasi sangkar. Latihan ini dibagi menjadi 3
bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Tangan Fisioterapis di bawah costa

b. Tangan Fisioterapis di tengah costa

c. Tangan Fisioterapis dibagian atas kosta

6.3 Infra Red

IR digunakan sebagai latihan pemanasan sebelum latihan yang dapat mengurangi nyeri
otot, hal ini dapat dilihat bahwa panas dari IR akan menyebabkan terjadinya efek
analgesic dari terapi panas dan membantu terjadinya vasodilatasi dan peningkatan aliran
darah. IR juga ditujukan untuk meningkatkan ekspansi thoraks(Rachman, 2018)

- SOP penggunaan IR :

- Persiapan
Fisioterapis menjelaskan tujuan terapi kepada pasien, lalu melakukan pemanasan alat
5 menit. Fisioterapis juga melakukan test sensasi panas dingin kepada pasien untuk
mencegah luka bakar pada daerah yang akan dilakukan penyinaran.
- Pelaksanaan
Pasien diposisikan senyaman mungkin dan dalam kasus ini pasien diminta untuk
posisi terlentang. Usahakn minim pakaian agar penetrasi lebih dalam. Lampu
dipasang tegak lurus.
- Dosis
Pada penggunaan lampu non-luminius jarak lampu antara 45-60 cm, waktu 10-30
menit. Lampu luminius 35-45 cm, waktu 10-30 menit.
- Mengakhiri Terapi
Matikan mesin dan jangan biarkan pasien mematikan mesin atau bangun sendiri.
Fisioterapis memperhatikan pasien dan kemungkinan efek sampingnya. Setelah itu
kita bisa meletakan alat pada tempatnya dan melanjutkan terapi lainnya.

Alat dan bahan

(dokumentasi pribadi)
Dokumentasi

(dokumentasi pribadi)

7. Rencana Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan parameter pemeriksaan yang dilakukan dengan kriteria
dan parameter yang digunakan antara lain :

1. Nilai nyeri yang diukur dengan VAS


2. Skoring spasme otot pernafasan
3. Evaluasi terkait masih adakah sesak nafas
4. Pemeriksaan fungsional dengan indeks Barthel

Anda mungkin juga menyukai