Anda di halaman 1dari 13

C.

Pleuritis

1. Definisi Pleuritis
1.1 Pengertian Pleuritis

Pleuritis adalah gejala yang ditandai dengan nyeri dada terlokalisir yang disebabkan oleh
peradangan penyebab penyakit pada pleura. Pleuritis dapat disebabkan oleh penyakit pleura
primer atau sekunder dari penyakit sistemik. Hippocrates pertama kali menggambarkan
"pleuritis" pada abad ke-5 SM. sebagai "nyeri di sisinya, demam dan menggigil" disertai dengan
"ortopnea" dan takipnea."[ Wilson A.]

1.2 Etiologi

Penyeban Pleuritis, antara lain :

 Penyebab utama biasanya pneumonia


 Peradangan pleura dapat terjadi dalam berbagai kondisi. Awitan pleuritis hiperakut
(menit hingga jam) terjadi pada keadaan darurat seperti pneumotoraks, sindrom koroner
akut, emboli paru, perikarditis akut, dan trauma dinding dada.[Am Fam Physician. 2017]
 Penyebab akut dan hiperakut umumnya hadir dengan takipnea dan dispnea. Pleuritis
sinpneumonik yang disebabkan oleh virus dan bakteri juga dapat berkembang selama
berjam-jam hingga berhari-hari.[ Am Fam Physician. 2017 ]
 Efusi parapneumonik terjadi pada 20 sampai 40% pasien rawat inap dengan pneumonia.
[ Shebl E, Paul M.2021]
 Thoracentesis direkomendasikan untuk setiap efusi onset baru, terutama yang
berhubungan dengan dugaan pneumonia.[ Shebl E, Paul M.2021] Pleuritis berulang dapat
terjadi pada demam Mediterania Familial, endometriosis toraks, dan pneumotoraks
spontan berulang.

2. Assesment
 Anamnesis umum
o Nama : Tn. Mail
o Umur : 42 tahun
o Jenis kelamin : pria
o Alamat : jln. Kenangan
o Pekerjaan : Pedagang Ayam
 Anamnesis khusus :
o riwayat penyakit dahulu : pernah mengalami pneumonia
o riwayat penyakit sekarang : tidak ditemukan riwayat penyakit sekarang
o adakah penyakit penyerta : tidak ditemukan penyakit penyerta
o keluhan utama saat ini : batuk, sesak nafas, demam
o sejak kapan : sejak 10 minggu lalu
o lokasi sakit dan rasa sakit yang dirasakan : nyeri bahu dan punggung bagian
kanan dan sesak nafas yang mengganggu
o adakah kebiasaan yang sering dilakukan yang sekiranya bisa memicu effuse
pleura : ada yaitu merokok
2.1 Temuan pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan vital sign
- BP : 130/80 mmHg (normal)
- HR : 122x/menit (Takikardi)
- RR : 29x/menit (takipnea)
- Suhu : 38,8° (demam)
 Inspeksi :
- Bentuk dada : asimetris, pigeon chest
- Pola pernapasan : nafas pendek
 Palpasi Thoraks : ditemukan nyeri tekan atau fenomena guading yang khas seperti
pada peritonitis abdomen
 Perkusi: ditemukan suara nafas terdengar dari atas bagian jantung atau paru (dullness)

 Auskultasi:
- ditemukan suara friction rub pleura yang terdengar saat gerakan inspirasi dan
ekspirasi
-
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
2.2 Temuan pemeriksaan gerak aktif
- Nyeri pada m. Sternocleidomastoideus saat pasien melakukan gerakan mandiri
rotasi shoulder.
- Nyeri pada m. pectoralis mayor saat pasien melakukan gerakan mandiri ke
arah fleksi shoulder

2.3 Temuan pemeriksaan gerak pasif


Ekstremitas atas :
- Pasien dibantu oleh fisioterapis untuk melakukan gerakan gerakan rotasi
internal dan eksternal. Namun tidak full ROM karena adanya nyeri dan
spasme pada m. Sternocleidomastoideus.
- Pasien dibantu fisioterapis untuk melakukan gerakan fleksi shoulder. Namun
tidak full ROM karena adanya nyeri dan spasme pada m. pectoralis mayor.
Ekstremitas bawah:
- Pasien dibantu oleh fisioterapis untuk melakukan gerakan abduksi hip. Pasien
mampu melakukannya dengan full ROM.

2.4 Temuan pemeriksaan nyeri dangan Visual Analog Scale (VAS)


Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran intensitas nyeri yang

dianggap paling efisien yang telah digunakan dalam penelitian dan pengaturan klinis.

VAS umumnya disajikan dalam bentuk garis horisontal. Dalam perkembangannya


VAS menyerupai NRS yang cara penyajiannya diberikan angka 0-10 yang masing-
masing nomor dapat menunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.(Jaury,
2014)
Skala Nyeri 0 : Tidak terasa nyeri. Skala Nyeri 1-3 : Nyeri ringan seperti gatal,
kesetrum, nyut-nyutan, perih. Skala Nyeri 4-6 : Nyeri sedang seperti kram, kaku,
terbakar, ditusuk-tusuk.

(Sumber : Dokumentari pribadi)

Untuk hasil pemeriksaan nyeri menggunakan VAS, yaitu :


- Nyeri dadanya digambarkan dengan intensitas 5/10 menggunakan
VAS, dan sifat nyeri "tajam" dan "menusuk"; lebih buruk saat
inspirasi dan sebagian besar di kanan, tetapi juga ada di sisi kiri.
- Nyeri diam pada m. Intercostal space 5 dextra : VAS 6/10 (nyeri
sedang)
- Nyeri tekan pada m. Intercostal space 5 dextra : VAS 7/10 (nyeri
berat)
- Nyeri gerak inspirasi-ekspirasi : VAS 7/10 (nyeri berat)

2.5 Pemeriksaan kekuatan otot


Nilai Keterangan
Dari
Pemeriksaan Tidak Bisa Melawan Gravitasi
0 Ketika di palpasi otot tidak ada kedutan atau tidak ada kontraksi sama
sekali
1 Pada saat di palpasi terdapat kedutan dan kontraksi, tapi tidak terjadi
pergerakan sama sekali
1+ Apabila bisa bergerak kurang dari setengah ROM, dan belum bisa
melawan gravitasi
2- Bisa bergerak lebih dari setengah ROM, tapi masih belum bisa melawan
gravitasi
2 Apabila bisa bergerak dengan full ROM, dan tidak bisa mewalan
gravitasi
Pemeriksaan Bisa Melawan Gravitasi
2+ Bisa bergerak kurang dari setengah ROM, dan bisa melawan gravitasi
3- Bisa bergerak dengan full ROM, dan bisa melawan gravitasi
3 Bisa bergerak kurang dari setengah ROM, bisa melawan gravitasi, tapi
hanya bisa menahan tekanan minimal
3+ Bisa bergerak lebih dari setengah ROM, bisa melawan gravitasi, dan
bisa menahan tekanan minimal
4- Apabila bisa melakukan lebih dari setengah ROM, bisa melawan
gravitasi, dan menahan tekanan sedang
4 Apabia bisa melakuakn full ROM, dan bisa menahan tahanan sedang,
dan bisa melawan gravitasi
5 Apabila bisa melawan tahanan maksimal di akhir ROMnya selama 3
detik
pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ditemukan :
- Ekstremitas atas: Pasien mampu melakukan gerakan fleksi shoulder
setengah ROM tetapi tidak bisa melawan tahanan (MMT 2+)
- MMT ekstremitas bawah : Pasien mampu melakukan gerakan abduksi
hip full ROM dengan melawan tahanan maksimal (MMT 5 / normal)
2.6 Hasil pengukuran LGS
- Shoulder S : 40o – 0o- 80o
- Shoulder F : 130o – 0o – 60o
- Endfeel : empty (karena derajat nyeri yang tinggi saat melakukan gerakan fleksi
shoulder)

(Sumber : Dokumentasi pribadi)


2.7 Temuan pemeriksaan fungsional
- Skor ADL Barthel (BAI)
20 : Mandiri
12–19 : Ketergantungan ringan
9 – 11 : Ketergantungan sedang
5 – 8 : Ketergantungan berat
0 – 4 : Ketergantungan total
- Skor ADL Barthel pasien Tn. Mail
No Item yang dinilai Skor
1 Makan 1 (membutuhkan bantuan)
2 Mandi 0 (bergantung sepenuhnya)
3 Perawatan diri 1 (membutuhkan bantuan)
4 Berpakaian 0 (bergantung sepenuhnya)
5 Buang air kecil 2 (mandiri)
6 Buang air besar 2 (mandiri)
7 Penggunaan toilet 1 (membutuhkan bantuan)
8 Transfer 2 (mandiri)
9 Naik turun tangga 1 (membutuhkan bantuan)
10 Mobilitas 1 (membutuhkan bantuan)
Total 11 ketergantuangan sedang)

2.8 Pemeriksaan penunjang


Pada gambar kiri, area peradangan yang luas
(massa putih di kiri tengah) menghalangi
paru-paru kanan pasien. Peradangan pleura
menyebabkan paru-paru bergesekan dengan
dinding dada, yang menyebabkan rasa sakit
yang tajam saat bernapas. Dalam hal ini,
cairan telah menumpuk di ruang antara
selaput, menyebabkan kesulitan bernapas,
sehingga paru-paru perlu dikeringkan untuk
mengeluarkannya.
(Sumber: www.sciencephoto.com)
Gambar kanan menunjukkan paru-paru
setelah drainase cairan. Penyebab yang
mendasari juga perlu diobati, yang mungkin
merupakan infeksi bakteri, infeksi virus,
kanker atau emboli.

3. Diagnosis
3.1 Body Functions : adanya batuk yang mengganggu, Sensation of pain, Chest pain, pada
fungsi kardiovaskular dan pernapasan seperti sesak napas, perasaan detak tidak teratur
dan adanya takikardi, dispnea dan mengi,
3.2 Functional Limitation : pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
3.3 Participation restriction : pasien tidak mampu melakukan aktivitas sosial ataupun
pekerjaannya.
Diagnosis pasien Tn. Mail : klien mengalami sesak nafas, demam dan batuk disebabkan
adanya Pleuritis bagian dextra yang sudah terjadi sejak 10 minggu yang lalu.
4. Perencanaan
4.1Jangka pendek

- Mengurangi rasa sesak dan memperbaiki pola nafas agar bisa normal
- Mengurangi batuk tidak efektif

4.2 Planning jangka panjang

- Melanjutkan Planning jangka pendek


- Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

5. Intervensi
5.1 Breathing control

Breathing control adalah suatu metode pernafasan yang bertujuan untuk merilekskan
pernapasan, meningkatkan kinerja organ paru-paru dan untuk membantu mengurangi beban
kerja pernapasan.
Prosedur (SOP) Breathing control :

a. Untuk melatih kontrol pernapasan, pasien harus berada di tempat yang nyaman dan
tertopang dengan baik posisi. Fisioterapis akan memberi tahu pasien tentang posisi
terbaik
b. Istirahatkan satu tangan dengan lembut di perut pasien, jaga bahu dan dada bagian atas
pasien santai. Biarkan tangan pasien terangkat dengan lembut saat pasien menarik napas.
c. Arahkan pasian agar merasakan perut pasien naik perlahan lalu biarkan udara keluar.
Penting bahwa pernafasan menjadi rileks.
d. Pastikan leher dan bahu pasien tetap rileks
e. Arahkan pasien untuk secara bertahap cobalah untuk meningkatkan kedalaman
pernapasan sambil mempertahankan relaksasi
f. Jelaskan pasa pasien dengan melakukan ini dapat membuat pernapasan pasien lebih
efisien, sehingga mengurangi sesak nafas.
5.2 Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif merupakan aktivitas untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas.
Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi
retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam).
SOP batuk efektif:
1. Posisikan tubuh dalam keadaan duduk dengan kaki menyentuh lantai.
Anda bisa duduk di kursi atau bersandar di tempat tidur.
2. Letakkan atau lipat tangan di depan ulu hati, lalu ambil napas melalui
hidung secara perlahan. Cara ini dilakukan untuk menekan pergerakan
udara yang menyebabkan batuk.
3. Tarik napas dalam 4-5 kali.
4. Selama mengambil napas pertahankan bahu tetap rileks, yaitu posisi dada
bagian atas tidak bergerak dan biarkan rongga perut bergerak naik. Tahan
napas selama 2-3 detik, hembuskan perlahan.
5. Pada tarikan napas kelima, sebelum batuk condongkan badan sambil
menekan lengan ke ulu hati terlebih dulu.
6. Angkat bahu dan longgarkan pergerakan dada, lalu batukkan dengan
kencang.
7. Batuk harusnya berlangsung kuat dan pendek. Cara ini akan membuat
dahak keluar.
8. Selain teknik 1 kali batuk, batuk juga bisa dilakukan sebanyak 2-3 kali
lagi setelahnya, tapi dalam keadaan mulut yang lebih tertutup. Jika Anda
melakukan teknik ini batuk pertama bertujuan untuk mencairkan dahak
dan mengalirkannya ke saluran napas utama. Dahak kemudian akan
dikeluarkan pada batuk yang kedua dan ketiga.
9. Ambil napas kembali secara perlahan melalui hidung untuk membantu
dahak mengalir ke belakang saluran napas.
10. Lakukanlah beberapa kali sesuai kebutuhan Anda sampai merasa bisa
bernapas lebih lega dan batuk mereda.

5.3 Postural drainase


Postural drainase adalah pemosisian pasien dengan segmen paru-paru yang terlibat
sedemikian rupa sehingga gravitasi memiliki efek maksimal memfasilitasi drainase sekresi
bronko-paru dari pohon trakeobronkial.[ Jaime C Paz; Michele P West.2014]
Hal ini didasarkan pada konsep mobilisasi sekret yang dibantu gravitasi. dan
mengangkutnya untuk dipindahkan. Ini adalah teknik posisi untuk memobilisasi sekresi
bronkial.
Prosedur :

1) Persiapan Alat
 Bantal
 Ranjang yang dapat mengatur posisi klien
2) SOP
o Mengucapkan salam
o Menyebut/menanyakan nama pasien
o Mengenalkan diri dan instansi
o Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
o Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum melakukan
tindakan
o Membawa dan meletakkan alat di dekat pasien.
o Mencuci tangan
o Memasang masker dan sarung tangan bersih
o Pilih area tersumbat yang akan di drainage berdasarkan pengkajian semua
bidang paru, data klinis dan gambar photo dada
o Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainage area yang tersumbat.
o Bantu klien untuk memilih posisi sesuai kebutuhan dan ajarkan klien
memposisikan postur lengan dan posisi kaki yang tepat.
o Letakan bantal untuk menyangga dan kenyamanan.
o Minta klien mempertahankan posisi selama 10-15 menit
o Setelah posisi pertama, minta klien duduk napas dalam dan batuk effektif.
Tampung sekret dalam pot sputum
o Minta klien untuk istirahat sebentar dan minum sedikit
Tempat dan alat

(Dokumentasi pribadi)
Dokumentasi 1

(Dokumentasi pribadi)
Dokumentasi 2

(dokumentasi pribadi)
Dokumentasi 3
(dokumentasi pribadi)

6. Rencana Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan parameter pemeriksaan yang dilakukan dengan kriteria
dan parameter yang digunakan antara lain :

- Melihat apakan masih adanya kelainan postur


- Melihat apakah masih adanya sesak nafas maupun nyeri daa saat bernafas terlebih saat
melakukan inspirasi
- Apakah sudah bisa melakukan aktifitas fungsional dengan mandiri
Daftar pustaka
Dewi, T., & Bayu, P. (2013). Efusi Pleura Masif. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, 1–
15. portalgaruda.org/article.php?article=14479&val=970

Jaury, D. F. (2014). GAMBARAN NILAI VAS (Visual Analogue Scale) PASCA BEDAH
SEKSIO SESAR PADA PENDERITA YANG DIBERIKAN TRAMADOL. E-CliniC, 2(1),
1–7. https://doi.org/10.35790/ecl.2.1.2014.3713

Putra, P. A. ., & Laksminingsih, N. . (2013). Gambaran Radiologis Pada Occult Pneumothoraks.


E-Jurnal Medika Udayana, 2(1), 1–19.

Rachman, T. (2018). 済 無 No Title No Title No Title. Angewandte Chemie International


Edition, 6(11), 951–952., 10–27.

Wijaya, F. R. (2016). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Efusi Pleura.

Anda mungkin juga menyukai