a) Inspection (Bilateral).
Pada saat inspeksi dapat diperhatikan adanya pembengkakan, deformasi ,deviasi pada
dagu dan kondisi gigi-geligi. Pembengkakan dapat terjadi karena adanya infeksi bakteri
atau inflamasi sendi. Beberapa inflamasi sendi yang terjadi pada anak-anak juga dapat
menyebabkan terlihatnya pertumbuhan asimetri pada wajah bagian bawah. Synovitis juga
dapat mengakibatkan deviasi ipsilateral ketika membuka mulut dan deviasi kontralateral
ketika menutup mulut. Kehilangan gigi, maloklusi, kondisi abnormal yang diakibatkan
oleh bruxism merupakan beberapa kondisi gigi-geligi yang dapat mengawali adanya
gangguan sendi temporomandibular (Hodges, 1990; Bont dkk., 1989).
b) Palpation (Bilateral).
Palpasi dapat dilakukan pada area sendi temporomandibular yaitu di anterior tragus.
Palpasi TMJ dan otot dilakukan untuk mengetahui adanya rasa sakit dan abnormalitas
pada saat TMJ dalam kondisi statis dan kondisi bergerak. Pergerakan kondilus yang
asimetri dapat dirasakan saat palpasi dilakukan ketika pasien diintruksikan untuk
membukan dan menutup mulut.
c) TMJ Sounds.
Auskultasi stetoskop padaTMJ untuk mendengarkan suara yang tidak normal saat
pembukaan dan penutupan mandibula (cliking, crepitus, popping). Kliking yang terjadi
pada awal fase membuka mulut menunjukkan dislokasi discus ke antrior ringan,
sedangkan kliking yang terjadi atau timbul lebih lambat berkaitan dengan kelainan
meniscus. Krepitus sendi ditunjukkan melalui bunyi kemeretak atau mencericit yang
lebih sering timbul saat translasi. Perforasi perlekatan discus posterior juga berkaitan
dengan krepitus sendi (Pedersen, 1988).
Tekanan darah diukur dengan pemeriksaan indirek pada ekstremitas atas dengan
maset tekanan darah dan stetoskop. Maset harus memiliki lebar yang tepat
untuk mendapatkan pengukuran yang akurat. Idealnya, kantong dalam manset
harus mencakup 80% dari keliling lengan, dengan pusat kantong diatas arteri
brakialis. Standar lebar manset untuk rata- rata lengan dewasa yaitu 12-14 cm.
manset yang terlalu kecil memberikan hasil lebih tinggi,sedangkan manset yang
terlalu besar menghasilkan nilai yang lebih kecil dari nilai yang sebenarnya.
Manset yang lebih sempit tersedia untuk digunakan pada anak-anak, dan manset
yang lebih lebar atay manset paha digunakan untuk pasien obesitas atau pasien
dengan tubuh yang besar. Untuk alternatif pasien obesitas, manset ukuran standar
dapat diletakkan pada lengan bawah dibawah fossa antecubital, dan arteri radialis
dapat dipalpasisehingga hanya hanya nilai sistolik rata-rata yang dapat terukur.
Instrumen yang mengukur tekanan darah pada pergelangan tangan atau jari mulai
populer,namun,penggunaannya kurang disarankan karena potensi
ketidakakuratannya. Stetoskop harus yang memiliki standar yang baik. Bell end
(cup) lebih digunakan untuk auskultasi pada arteri brakialis; namun, penggunaan
diafragma (datar) lebih sering digunakan dan dapat diterima.
Metode auskultasi pada pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan American
Heart Association adalah sebagai berikut:
1. Pasien harus didudukan dengan nyaman dengan tidak menyilangkan kaki. Kemudian
manset segera dipasangkan pada lokasi arteri brakialis. Manset diletakkan ketat pada
lengan atas dengan lengan baju yang sudah disingkap, dengan batas bawah kira-kira
satu inchi diatas fossa antecubital. Manset standar memiliki tanda panah yang
didesain menunjukkan titik tengah manset, yang berpusat diatas arteri brakialis yang
sebelumnya telah dipalpasi (pada aspek medial pada tendon bisep).
2. Selanjutnya, saat pulsus radialis dipalpasi, manset dikembangkan hingga pulsus
radial menghilang; dikembangkan hingga ditambahkan 20-30 mmHg (tekanan
sistolik palpatoir).
3. Stetoskop diletakkan diatas arteri brakialis yang sebelumnya telah dipalpasi yang
membelok pada siku dalam fossa antecubital (tidak menyentuh manset), dan
seharusnya tidak ada suara yang terdengar.
4. Katup tekanan perlahan dilepaskan, jarum menurun 2-3 mmHg perdetik. Seiring
jarum menurun, titik yang dicatat yaitu suara denyut pertama (suara Korotkoff) yang
terdengar. Pada titik ini dicatat sebagai tekanan sistolik.
5. Selanjutnya jarum masih berlanjut turun, suara denyut menjadi lebih kencang,
sehingga berkurang hingga detak yang terdengar melemah untuk beberapa saat dan
menghilang seketika. Indeks tekanan diastolik yang paling tepat saat suara hilang
sempurna. Kadang, suara redaman dapat terdengar berlanjut jauh dibawah tekanan
diastolik sesungguhnya. Jika hal ini terjadi, suara meredam pertama digunakan
sebagai tekanan diastolic.
6. Pada pasien usia lanjut dengan tekanan pulsus yang lebar, bunyi Korotkoff mungkin
tidak dapat terdengar antara tekanan sistolik dan diastolic, dan mungkin muncul
kembali jika pengempisan manset dilanjutkan. Fenomena ini disebut
auscultatory gap.
Pada dewasa normal sehat, tekanan sistolik normal berkisar 90-140 mmHg dan
umumnya meningkat seiring usia. Nilai normal tekanan diastole berkisar 60-90 mmHg.
Tekanan pulsus bervariasi diantara tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi pada orang
dewasa ditandai dengan tekanan darah sama atau lebih besar dari 140/100 mmHg. Sangat
dianjurkan untuk mengukur tekanan darah dua kali selama perawatan, diberi jeda
beberapa menit, dan pengukuran akhir diambil dari rata-rata dua pengukuran.
a. Nadi/Pulsus
Palpasi arteri karotis pada tepi trakea atau arteri radial pada sisi ibu jari lengan. .
Penggunakaan arteri karotis untuk pengukuran pulsus memiliki beberapa
keuntungan. Pertama, arteri karotis cukup familiar karena umumnya dokter gigi
mendapatkan pelatihan resusitasi jantung paru (RJP). Kedua, arteri ini cukup
menggambarkan karena merupakan arteri utama yang mensuplai otak; terlebih
pada situasi kegawatdaruratan, arteri ini dapat dipalpasi ketika arteri perifer
lainnya tidak dapat dipalpasi. Terakhir, arteri ini letaknya mudah ditemukan dan
mudah dipalpasi karena ukurannya.
Untuk pemeriksaan terbaik sebaiknya dilakukan selama satu menit penuh untuk
mendeteksi adanya ritme irregular.
Meraba dengan tiga jari tangan tepat di atas arteri radialis. Setelah denyut nadi
teraba jari-jari dipertahankan pada posisinya kemudian dilakukan pengukuran
frekuensi dan irama nadi.
Pulsus harus dipalpasi selama 1 menit sehingga ritme abnormal dapat terdeteksi.
Sebagai alternative, dapat dipalpasi selama 30 detik dan dikalikan 2.
Untuk denyut teratur hitung frekuensi nadi selama 15 detik dikalikan 4 atau Alecs count
hitung cepat selama 6 detik dikalikan 10).
Rata-rata pulsus orang dewasa normal adalah 60-80 kali permenit. Jika pulsus
lebih dari 100 kali permenit disebut takikardia, sedangkan jika pulsus kurang dari 60 kali
permenit disebut bradikardia. Nilai pulsus abnormal dapat menjadi tanda dari kelainan
kardiovaskular namun dapat dipengaruhi oleh latihan fisik, keadaan pasien, kecemasan,
obat, atau demam. Pulsus normal merupakan serial dari ritme detak jantung yang terjadi
pada interval yang regular ketika detak terjadi pada interval yang ireguler, pulsus disebut
ireguler, disritmia atau aritmia.
b. Pernafasan
4. Pemeriksaan TMJ
Gangguan sendi temporomandibular dapat didiagnosa dengan menggunakan
beberapa pemeriksaan seperti:
1. Inspection (Bilateral).
KLASIFIKASI IMPAKSI
Klasifikasi Pell dan Gregory Pell dan Gregory menghubungkan kedalaman terpendam terhadap
bidang oklusal dan garis servikal gigi molar kedua mandibula dalam sebuah pendekatan dan
diameter mesiodistal gigi terimpaksi terhadap ruang yang tersedia antara permukaan distal gigi
molar kedua dan ramus asendus mandibula dalam pendekatan lain.
Berdasarkan relasi molar ketiga bawah dengan ramus mandibular Komponen
pertama dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada hubungan antara ruang yang tersedia di
antara permukaan distal gigi molar kedua dan ramus mandibula.
Klasifikasi Impaksi Pell dan Gregory Kelas I, Kelas II dan Kelas III.
Klas I: Diameter anteroposterior gigi sama atau sebanding dengan ruang antara batas anterior
ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua. Pada klas I ada celah di sebelah
distal molar kedua yang potensial menjadi tempat erupsi molar ketiga.
Klas II: Sejumlah kecil tulang menutupi permukaan distal gigi dan ruang tidak cukup untuk
erupsi gigi, sebagai contoh, diameter mesiodistal gigi lebih besar daripada ruang yang tersedia.
Klas III: Gigi secara utuh terletak di dalam akses mandibula yang sulit. Pada klas III, mahkota
gigi terpendam seluruhnya terletak di dalam ramus.
B. Komponen kedua dalam sistem klasifikasi ini didasarkan pada jumlah tulang yang
menutupi gigi terpendam.
Gigi terpendam baik yang atas maupun yang bawah dapat dikelompokan
berdasarkan kedalamannya dan hubungannya terhadap garis oklusal dan garis servikal
molar kedua disebelahnya.
9. Anatomi
DAFTAR PUSTAKA
Birbaun. Diagnosis kelainan dalam mulut. 2010. Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Dostalova, T., dan Seydlova, M. 2010. Dentistry and Oral Diseases for Medical Students.
Grada Publishing. Praha.
Paulsen, F & Waschke. 2012. Atlas Anatomi Manusia Jilid I.Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
Birnbaum, W., Dunne, S.M., 2010, Oral Diagnosis The Clinician Guide, SunnyMede
Trust, Wales.
Little, JW., Falace, DA., Miller CS., Rhodus, NL., , Dental Management of the Medically
Compromised Patient, 7th ed., Mosby elsevier
Witulski, Silke, Thomas J. Vogl, Stefan Rehart, and Peter Ottl, Evaluation of the TMJ by
means of Clinical TMD Examination and MRI Diagnostics in Patients with
Rheumatoid Arthritis, Biomed Res Int, 2014
Shepard, Headache 2013 Orofacial Pain: A Guide for the Headache Physician