Anda di halaman 1dari 13

RESUME

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

REVIEW ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN PADA ORGAN


APENDISITIS

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Ali Akbar, M.Kep

DI SUSUN OLEH

Indah Wulandari (821191006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

PRODI NERS TAHAP AKADEMIK TAHUN AJARAN 2021/2022


A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),


kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan
juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas,
hati dan kandung empedu.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari

mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap

zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Anatomi dan

fisiologi sistem pencernaan yaitu :

1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan
pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai
macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih
mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari
makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya.
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian
depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama
koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu
bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama
tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan
laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut
orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga
disebut esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot
halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu
kardia, fundus dan antrium. 13 Lambung berfungsi sebagai gudang makanan,
yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung.
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus besar (intestinum mayor ) merupakan saluran pencernaan berupa usus
berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira 1,5-1,7 meter
dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U
terbalik mengelilingi usus halus terbentang dari valvula ilisekalis sampai ke anus,
Lapisan usus besar dari dalam keluar:
a) Lapisan selaput lendir (mukosa) Nampak tidak ada vili, kripta-kripta
dalam lebih kurang 0,5mm terletak berdekatan satu sama lain. Epitel kripta
hampir seluruh permukaannya menghasilkan mucus, pelumas epitel yang
tinggal lainnya mempunyai tepi bersilia dari mikrovili mengabsorpsi air.
b) Lapisan otot melingkar (M.Sirkuler) terbelah dalam berbentuk lingkaran.
c) Lapisan otot memanjang (M.Longitudinal) berkumpul menjadi 3 pita
panjang dengan lebar 1cm disebut Tenia Akoli, terdiri dari Tenia Liberia
(anterior), Tenia Omentalis (posterior, lateral) dan Tenia Mesakolika
(posterior dan medial).
d) Lapisan jaringan ikat (serosa) jaringan ikat yang kuat sebelah luar (Evelyn,
2013).

Bagian dari Usus Besar

a) Sekum
Kantong lebar terletak pada fosa iliaka dekstra. Ilium memasuki fossa iliaka
sisi kiri ostium iliosekalis. Pada bagian bawah sekum terdapat appendiks
veriformis. Bentuknya seperti cacing disebut umbai cacing yang panjangnya
kira-kira 6cm. Muara appendiks pada sekum ditentukan oleh titik yaitu daerah
antara 1/3 bagian kanan 1/3 bagian tengah garis yang menghubungkan kedua
spina iliaka anterior superior (SIAS). sekum seluruhnya ditutupi oleh
peritonium, mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan
dapat diraba melalui dinding abdomen. Ilium bermuara pada sekum
membentuk sebuah katup yang dinamakan valvula koli (Bauchini). Titik Mc
Burney merupakan tempat projeksi muara ilium ke dalam sekum. Titik potong
tepi lateralis M.Rektus abdominalis dekstra dengan garis penghubung (SIAS)
kanal dengan pusat kira-kira sama 1/3 lateral garis monro (garis
menghubungkan SIAS dengan pusat). Pada waktu peradangan apendiks
(apendistitis) daerah ini sangat sakit tertekan, kadangkadang perlu dibuang
(apendiktomi).
b) Kolon asendens
Memanjang dari sekum ke fosa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan
abdomen, panjangnya 13cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan
dibawah hati, membelok kekiri. Lingkungan ini disebut fleksura hepatica
(flexura koli dekstra) dilanjutkan dengan kolon tarnsversum.
c) Kolon transversum
Panjangnya kira-kira 38cm membujur dari kolon asendens sampai kekolon
desendens. Berada dibawah abdomen sebelah kanan tempat belokan yang
disebut fleksura linealis (flexura coli sinistra), mempunyai mesentrium
melekat pada permukaan posterior, terdapat tirai disebut omentum mayus.
d) Kolon desendens
Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak dibawah abdomen bagaian kiri dari
atas kebawah, dari depan felksura linealis sampai didepan ilium kiri,
bersambung dengan sigmoid dan dibelakang peritoneum (retropertional).
e) Kolon sigmoid
Lanjutan dari kolon desendens. Panjangnya 40cm, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk huruf S, ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum, berakhir setinggi vertebrae sakralis 3-4. Kolon sigmoid ini
ditunjang oleh mesentrium yang disebut mesokolon sigmoideum.

Fisologi Usus Besar

a) Menyerap air dan elektrolit untuk kemudian sisa massa memebntuk massa
yang lembek yang disebut feses.
b) Menyimpan bahan feses sampai saat defekasi, feses ini terdiri sisa makanan,
serat-serat selulosa, sel-sel epitel bakteri, bahan sisa sekresi (lambung, kelnjar
intestine, hati, pankeras) magnesium fostat dan Fe.
c) Tempat tinggal bakteri koli. Sebagian dari kolon berhubungan dengan fungsi
pencernaan dan sebagian lagi berhubungan dengan penyimpanan. Untuk
kedua fungsi ini tidak diperlukan gerakan yang kuat cukup dengan pergerakan
yang lemah (Tamara, 2020).

7. Usus Buntu (Sekum)


Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari
caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar
10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan Anus
d) Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan
untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena
penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama,
konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang
lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda
mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur
oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang
air besar) yang merupakan fungsi utama anus (Tamara, 2020).

B. Etiologi
Apendiks vermiformis merupakan suatu struktur berbentuk seperti jari yang
menempel pada sekum pada kuadran kanan bawah abdomen. Walaupun apendiks
vermiformis diketahui tidak mempunyai fungsi apapun, ia dapat meradang dan
menimbulkan penyakit, yang disebut apendisitis (Imaligy, 2012). Menurut Amin dan
Hardhi (2016), apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini
bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera
untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Hardhi, 2016).
Apendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang
terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada
lumen apendiks. Gejala yang pertama kali dirasakan pada umumnya adalah berupa
nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Selain itu mual dan muntah sering terjadi
beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu makan
sehingga dapat menyebabkan anoreksia (Fransisca dkk,2019). Sjamsuhidajat & Wim
(2010).
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks, dapat
terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi oleh fecalith. Feses
mengeras, menjadi seperti batu (fecalith) dan menutup lubang penghubung apendiks
dan caecum tersebut. Terjadinya obstruksi juga dapat terjadi karena benda asing
seperti permen karet, kayu, batu, sisa makanan, biji-bijian. Hiperplasia folikel limfoid
apendiks juga dapat menyebabkan obstruksi lumen. Insidensi terjadinya apendisitis
berhubungan dengan jumlah jaringan limfoid yang hiperplasia. Penyebab dari reaksi
jaringan limfatik baik lokal atau general misalnya akibat infeksi virus atau akibat
invasi parasit entamoeba. Carcinoid tumor juga dapat mengakibatkan obstruksi
apendiks, khususnya jika tumor berlokasi di 1/3 proksimal (Warsinggih, 2016).

C. Pengertian Kolon
Kolon merupakan segmen terakhir saluran cerna dimulai dari appendik, sekum dan
valvula boumannii sampai anus, secara makro anatomi terdiri dari atas sekum yang
letaknya intraperitoneal, kolon asendens yang retro peritoneal, kolon transversum
mulai dari fleksura hepatica ke fleksura lienaris yang letaknya intra peritoneal lalu
kolon sigmoid yang letaknya intra peritoneal dan rectum yang retroperitoneal lalu
anus.Pemahaman topografis ini penting berkaitan dengan proses kolonoskopi, yang
biasanya timbul kesulitan bila melewati perbatasan intra ke retroperitoneal (Watson,
2005).
Usus besar membentang dari ujung sampai ke anus dan memiliki panjang sekitar 1,5
meter. Usus besar membentuk arkus, yang melingkupi sebagian besar usus halus,
dan dibagi menjadi tujuh bagian yaitu : sekum, kolon asenden, kolon transversum,
kolon desenden, kolon sigmoid, rectum, kanal anal, sekum terletak dibagian kanan
fosa iliaka. Sekum merupakan area yang berdilatasi, yang ujung bawahnya buntu,
tetapi bagian atasnya menyambung dengan kolon asenden dan tempat
perpotongannya merupakan tempat ileum terbuka ke dalam sekum, yakni melalui
katup ileo sekum, katup merupakan sfingter dan mencegah isi sekum masuk kembali
kedalam ileum.
Lapisan usus besar terdiri dari lapisan serosa bagian luar peritoneum, lapisan
muskularis, serabut sirkular interna dan longitudinal eksterna, serabut longitudinal
membentuk lapisan yang kontinu tetapi di beberapa tempat lapisan menebal untuk
membentuk tiga pita yang disebut taenia koli. Pita ini lebih pendek daripada lapisan
lain pada usus besar dan menghasilkan kerusakan yang khas atau penampilan
sakula,sakulasi ini disebut haustrasi,lapisan submukosa dan lapisan membrane
mukosa.
D. Pengertian Hepar
Hati merupakan kelenjar terbesar ditubuh beratnya sekitar 1 – 2,3 kg. Hati
berada di bagian atas rongga abdomen sebelah kanan yang menempati bagian terbesar
region hipokondriak, di bawah diafragma. Hati secara luas dilindungi iga – iga, yang
terbungkus dalam kapsul tipis yang tidak elastis dan sebagian tertutupi oleh lapisan
peritoneum. Lipatan peritoneum membentuk ligamen penunjang yang melekatkan hati
pada permukaan inferior diafragma.

Sebagai kelenjar, hati menghasilkan empedu yang mencapai ½ liter setiap hari.
Empedu berasal dari hemoglobin sel darah merah yang telah tua. Empedu merupakan
cairan kehijauan dan terasa pahit. Zat ini disimpan di dalam kantong empedu .
Empedu mengandung kolestrol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan
biliverdin. Empedu yang disekresikan berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan
lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut
dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Sel-sel darah merah dirombak di dalam
hati. Hemoglobin yang terkandung di dalamnya dipecah menjadi zat besi, globin, dan
heme. Zat besi dan globin didaur ulang, sedangkan heme dirombak menjadi bilirubin
dan biliverdin yang bewarna hijau kebiruan.
Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas
berbentuk cembung dan terletak di bawah diafragma, permukaan bawah tidak rata dan
memperlihatkan lekukan, fisura transverses. Permukaannya dilintasi oleh berbagai
pembuluh darah yang masuk keluar hati. Fisura longitudinal memisahkan belahan
kanan dan kiri di permukaan bawah, sedangkam ligament falsiformis melakukan hal
yang sama di permukaan atas hati. Hati memiliki 4 lobus. Dua lobus berukuran besar (
lobus kanan lebih besar dari lobus kiri yang berbentuk seperti baji ). Dua lobus
lainnya yaitu lobus kaudatus dan kuadratus yang berada dipermukaan posterior.
Ada beberapa peran dan fungsi Hati
1. Membantu dalam metabolisme karbohidrat
Fungsi hati menjadi penting, karena hati mampu mengontrol kadar gula dalam
darah. Misalnya, pada saat kadar gula dalam darah tinggi, maka hati dapat
mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen yang kemudian disimpan dalam
hati (Glikogenesis), lalu pada saat kadar gula darah menurun, maka cadangan
glikogen  di hati atau asam amino dapat diubah menjadi glukosa dan dilepakan ke
dalam darah (glukoneogenesis) hingga pada akhirnya kadar gula darah
dipertahankan untuk tetap normal. Hati juga dapat membantu pemecahan fruktosa
dan galaktosa menjadi glukosa dan serta glukosa menjadi lemak.
2. Membantu metabolisme lemak
Membantu proses Beta oksidasi, dimana hati mampu menghasilkan asam lemak
dari Asetil Koenzim A. Mengubah kelebihan Asetil Koenzim A menjadi badan
keton (Ketogenesis). Mensintesa lipoprotein-lipoprotein saat transport asam-asam
lemak dan kolesterol dari dan ke dalam sel, mensintesa kolesterol dan fosfolipid
juga menghancurkan kolesterol menjadi garam empedu, serta menyimpan lemak.
3. Membantu metabolisme Protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah dalam deaminasi (mengubah gugus
amino, NH2) asam-asam amino agar dapat digunakan sebagai energi atau diubah
menjadi karbohidrat dan lemak. Mengubah amoniak (NH3) yang merupakan
substansi beracun menjadi urea dan dikeluarkan melalui urin (ammonia dihasilkan
saat deaminase dan oleh bakteri-bakteri dalam usus), sintesis dari hampir seluruh
protein plasma, seperti alfa dan beta globulin, albumin, fibrinogen, dan protombin
(bersama-sama dengan sel tiang, hati juga membentuk heparin) dan transaminasi
transfer kelompok amino dari asam amino ke substansi (alfa-keto acid) dan
senyawa lain.
4. Menetralisir obat-obatan dan hormone
Hati dapat berfungsi sebagai penetralisir racun, yakni pada obat-obatan seperti
penisilin, ampisilin, erythromisin, dan sulfonamide juga dapat mengubah sifat-
sifat kimia atau mengeluarkan hormon steroid, seperti aldosteron dan estrogen
serta tiroksin.
5.  Mensekresikan cairan empedu
Bilirubin, yang berasal dari heme pada saat perombakan sel darah merah, diserap
oleh hati dari darah dan dikeluarkan ke empedu. Sebagian besar dari bilirubin di
cairan empedu di metabolisme di usus oleh bakteri-bakteri dan dikeluarkan di
feses.   
6. Mensintesis garam-garam empedu
Garam-garam empedu digunakan oleh usus kecil untuk mengemulsi dan
menyerap lemak,
fosfolipid, kolesterol, dan lipoprotein.
7. Sebagai tempat penyimpanan
Selain glikogen, hati juga digunakan sebagai tempat menyimpan vitamin (A, B12,
D, E, K) serta mineral (Fe dan Co). Sel-sel hati terdiri dari sebuah protein yang
disebut apoferritin yang bergabung dengan Fe membentuk Ferritin sehingga Fe
dapat disimpan di hati. Fe juga dapat dilepaskan jika kadarnya didarah turun.
8.  Sebagai fagosit
Sel-sel Kupffer’s dari hati mampu memakan sel darah merah dan sel darah putih
yang rusak serta bakteri.
9.  Mengaktifkan vitamin D
Hati dan ginjal dapat berpartisipasi dalam mengaktifkan vitamin D.
10. Menghasilkan kolesterol tubuh
Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu.
Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk
membuat hormon-hormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosteron dan
hormonadrenal).
11. Cadangan
Hepatosit menyimpan glikogen, vitamin yang larut dalam lemak ( A, D, E, K ) ,
zat besi, dan kuprum, serta beberapa vitamin yang larut air ( missal vitamin B 12 )
12. Tempat pembentukan dan pembokaran sel darah merah
Dalam 6 bulan kehidupan janin, hati menghasilkan sel darah merah, baru
kemudian produksi sel darah merah ini secara berangsur-angsur diambil alih oleh
sumsum tulang. Pada saat darah melewati hati, sekitar 3 juta sel darah merah
dihancurkan setiap hari, dan hasil penghancurannya masih ada zat yabg akan
digunakan untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Sel-sel darah merah dirombak di dalam hati. Hemoglobin yang terkandung di
dalamnya dipecah menjadi zat besi (Fe), globin, dan heme. Zat besi dan globin
didaur ulang, Zat besi diambil dan disimpan di hati, sedangkan globin
dimanfaatkan untuk pembentukan hemoglobin baru. Heme dirombak menjadi
bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau kebiruan. Bilirubin dioksidasi
menjadi urobilin yang mewarnai feses dan urine kekuningan, sedangkan biliverdin
sebagai pembentuk zat warna empedu yang kemudian disalurkan ke kantong
empedu.

Daftar pustaka

Tamara, B. (2020). Asuhan Keperawatan Lanjut Usia Gangguan Sistem Pencernaan


“Konstipasi” Dengan Intervensi Abdominal Massage Di Era Pandemic COVID-19. 1–
32.

Sjamamsuhidajat, R, Wim, de Jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Warsinggih. (2016). Appendicitis Acute. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019 dari
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/en/wp-content/uploads/2016/10/APPE DISITIS-
AKUT.pdf.

Anda mungkin juga menyukai