Anda di halaman 1dari 111

dap

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI II
DAFTAR GAMBAR III
DAFTAR TABEL V
KATA PENGANTAR
ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. KONDISI UMUM 1
1.1.1. POTENSI 2
1.1.2. PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS 23

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN 60


2.1. VISI KEMENTERIAN 60
2.2. MISI KEMENTERIAN 61
2.3. TUJUAN DAN SASARAN KEMENTERIAN 62

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 67
3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL 67
3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN
PERTANAHAN NASIONAL 69
3.3. DUKUNGAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TERHADAP PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN
AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN 2020-2024 77
3.4. KERANGKA REGULASI 83
3.5. KERANGKA KELEMBAGAAN 86

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 89


4.1. TARGET KINERJA 89
4.1.1. SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS 89
4.1.2. INDIKATOR KINERJA PROGRAM 92

LAMPIRAN 94
1. KERANGKA PENDANAAN 94
1.1 MATRIK KINERJA DAN PENDANAAN SEKRETARIS JENDERAL AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL 95

ii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 KETERKAITAN RENSTRA SETJEN DENGAN RENSTRA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL ............................................................................. 2
GAMBAR 2 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG ......... 4
GAMBAR 3 JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL ...................................................................................................................... 5
GAMBAR 4 GRAFIK JUMLAH ASN DAN PPNPN DI KESEKRETARIATAN ....................................................... 6
GAMBAR 5 KELOMPOK RENCANA SUKSESI TAHUN 2020 ........................................................................ 7
GAMBAR 6 DATA ASESMEN PEGAWAI KEMENTERAIN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN
NASIONAL ...................................................................................................................... 8
GAMBAR 7 SKEMA KEBIJAKAN REDESAIN SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN (RSPP) PADA
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL ............................. 9
GAMBAR 8 SKEMA DUKUNGAN MANAJEMEN OPERASIONAL ................................................................. 10
GAMBAR 9 PROGRAM DAN ANGGARAN TOTAL PER PROGRAM PER TAHUN MULAI 2016 – 2020 .................. 13
GAMBAR 10 GRAFIK JENIS LAYANAN ONLINE TAHUN 2020 .................................................................... 16
GAMBAR 11 PENERAPAN LAYANAN ELEKTRONIK DI KANWIL DAN KANTAH TAHUN 2020 .............................. 17
GAMBAR 12 PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DALAM NEGERI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL ........................................................................... 19
GAMBAR 13 PROGRES PENYELESAIAN KERANGKA REGULASI PERATURAN PERUNDANGAN TAHUN
2018-2020 ................................................................................................................. 20
GAMBAR 14 INDEKS RB KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN
2015 – 2019 ............................................................................................................... 22
GAMBAR 15 ALUR PERMASALAHAN TIM REFORMASI BIROKRASI .............................................................. 24
GAMBAR 16 ACUAN REGULASI YANG DIGUNAKAN PADA WBK/WBBM .................................................... 24
GAMBAR 17 PERMASALAHAN PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI................................................... 26
GAMBAR 18 NILAI SAKIP SEKRETARIAT JENDERAL .................................................................................. 29
GAMBAR 19 GRAFIK TOTAL KERANGKA PENDANAAN DAN KONTRIBUSI KERJA SAMA TERHADAP GAP KEBUTUHAN
ANGGARAN ................................................................................................................... 45
GAMBAR 20 GRAFIK REALISASI BENTUK KERJA SAMA LUAR NEGERI DAN DALAM NEGERI ............................. 47
GAMBAR 21 KONTRIBUSI BIRO PERENCANAAN DAN KERJA SAMA ............................................................. 48
GAMBAR 22 VISI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL .................... 60
GAMBAR 23 TUJUH MISI PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN YANG DILAKSANAKAN OLEH KEMENTERIAN AGRARIA
DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL ............................................................ 61

iii
GAMBAR 24 MISI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL .................... 61
GAMBAR 25 PARADIGMA MANAJEMEN RUANG DAN PERTANAHAN .......................................................... 62
GAMBAR 26 VISI DAN MISI TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS PERTANAHAN DAN RUANG KEMENTERIAN
AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 2020-2024 (BAGIAN 1) ............. 63
GAMBAR 27 VISI DAN MISI TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS PERTANAHAN DAN RUANG KEMENTERIAN
AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 2020-2024 (LANJUTAN) ............ 64
GAMBAR 28 PERSPEKTIF MANAJEMEN KINERJA SASARAN STRATEGIS KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL ........................................................................... 65
GAMBAR 29 PERSPEKTIF MANAJEMEN KINERJA SASARAN STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL ......................... 66
GAMBAR 30 PILAR RPJMN KE IV ....................................................................................................... 68
GAMBAR 31 RANCANGAN 7 (TUJUH) AGENDA DALAM RPJMN KE IV ....................................................... 68
GAMBAR 32 LIMA ARAHAN PRESIDEN TAHUN 2020-2024 .................................................................... 69
GAMBAR 33 PERSPEKTIF GLOBAL PENGELOLAAN PERTANAHAN (DAN RUANG) DALAM PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN ............................................................................................................ 70
GAMBAR 34 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ....................................................................................... 72
GAMBAR 35 TEMA TAHUNAN STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ................................................................ 72
GAMBAR 36 SKEMA DUKUNGAN KINERJA SETJEN TERHADAP PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN AGRARIA DAN
TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL UNTUK PERIODE TAHUN 2020-2024 .............. 82
GAMBAR 37 PROSES KINERJA KEMENTERIAN AGRARIA TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL .......... 87
GAMBAR 38 NINE PATHWAYS OF THE FRAMEWORK FOR EFFECTIVE LAND ADMINISTRATION-UNGGIM ......... 88
GAMBAR 39 IKSS 6 TERWUJUDNYA TATA KELOLA KELEMBAGAAN YANG KOMPREHENSIF DAN BERSTANDAR
KEPEMERINTAHAN YANG BAIK .......................................................................................... 90
GAMBAR 40 JUMLAH SASARAN PROGRAM DAN IKP PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN ............................ 92
GAMBAR 41 POHON KINERJA UTAMA SEKRETARIS JENDERAL AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL .................................................................................................................... 95

iv
DAFTAR TABEL

TABEL 1 IKPA (INDEKS KINERJA KEUANGAN DAN PENGELOLAAN ASET) TAHUN 2018-2020 ........................ 11
TABEL 2 AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ....................................................................... 12
TABEL 3 NILAI DELAPAN AREA REFORMASI BIROKRASI BIDANG PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK ................ 17
TABEL 4 STRATEGI SESUAI ARAH KEBIJAKAN DAN TEMA TAHUNAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL ................................................................................ 73
TABEL 5 KERANGKA REGULASI ........................................................................................................... 83
TABEL 6 TARGET KINERJA SASARAN STRATEGIS ..................................................................................... 91
TABEL 7 MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN SEKRETARIS JENDERAL AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN

PERTANAHAN NASIONAL ...................................................................................................... 96

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Kondisi Umum

Dukungan pengaturan dan pengelolaan bidang pertanahan dan penataan ruang,


sebagai salah satu modal utama dalam pembangunan akan menentukan kelancaran dan
kesuksesan pembangunan Nasional. Pengelolaan pertanahan dan penataan ruang sebagai
sumber daya yang diharapkan berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat,
sebagaimana mandat yang disebutkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, harus didukung tata kelola atau manajemen
kepemerintahan (governance) yang efektif, dan efisien guna mempercepat penyelesaian
permasalahan yang dihadapi dan meningkatkan daya saing Nasional.
Tata kelola yang baik dimaknai sebagai tata kelola dan administrasi yang efisien, efektif,
dan terus melakukan perbaikan untuk mencapai kualitas yang lebih baik (Srivastava, 2009).
Sebagai komponen yang berperan mengelola kementerian, Sekretaris Jenderal bertugas
melakukan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian dengan tata kelola
yang baik (good governance). Menurut Bank Dunia, inti dari good governance adalah
akuntabilitas dan transparansi. Tata kelola yang baik adalah keberadaan lingkungan
kelembagaan yang produktif dan menghasilkan output ideal. Selain itu, tata kelola yang baik
dapat menghilangkan atau setidaknya mengurangi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi.
Perencanaan merupakan perwujudan dan langkah yang pertama kali dijalankan dalam
konteks operasionalisasi tata kelola (governance) dalam suatu sistem manajemen.
Perencanaan sebagai tahapan awal yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional sesuai kewenangan yang dimiliki,
memiliki peran penting yang cukup fundamental, karena akan menjadi dasar pijakan bagi
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi-fungsi berikutnya. Perencanaan yang diharapkan
mampu menjadi pedoman dalam penyelenggaraan tata kelola selama 5 (lima) tahun ke

1
depan dituangkan dalam sebuah dokumen rancana strategis (Renstra). Renstra Sekretariat
Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-
2024 sebagai dokumen perencanaan yang akan dijalankan selama 5 (lima) tahun yang
mengacu pada Renstra Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
dan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024 yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 serta
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan
melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007, sebagaimana digambarkan dalam diagram
berikut:

RPJPN 2005-2024

RPJMN 2020-2024

Renstra
Kementerian
ATR/BPN

Renstra Sekretariat
Jenderal 2020-2024

Gambar 1 Keterkaitan Renstra Setjen dengan Renstra Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional

Renstra Sekretariat Jenderal yang disusun dan ditetapkan ini, diharapkan mampu
menjadi acuan untuk unit-unit kerja di bawahnya, agar target capaian kinerja dan pendanaan
yang telah disepakati dapat dikelola dengan maksimal sesuai dengan strategi dan kebijakan
yang ditetapkan.

1.1.1. Potensi

Sekretariat Jenderal memiliki tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan fungsi,


pembinaan, dan pengelolaan administrasi di seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian. Dalam hal ini, Sekretariat Jenderal berperan sebagai pengelola organisasi.
Pengelola organisasi publik harus bertujuan untuk menjadikan organisasi dan menciptakan

2
kelembagaan yang efisien, akuntabel, dan transparan serta mampu menyelesaikan berbagai
masalah manajerial dan teknis (Graham dan Hays, 1991). Efisiensi organisasi dapat dimaknai
sebagai tingkat kesuksesan sebuah organisasi untuk memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki seminimum mungkin untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Ini berarti tidak ada
sumber daya yang terbuang percuma dalam mencapai visi organisasi. Untuk itu, Sekretariat
Jenderal harus mampu mengenali dan mengelola sumber daya yang dimiliki, termasuk
sumber daya manusia, keuangan, dan waktu. Manajemen harus mampu mengendalikan
keberagaman dan mengordinasikan sumber daya manusia, serta selalu mencari cara untuk
melakukan perbaikan, menghilangkan redundant process, dan selalu siap beradaptasi.
Selain efisiensi organisasi, kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan, misalnya
efektifitas organisasi adalah sebuah prinsip yang harus diperhatikan. Untuk menjadi sebuah
organisasi yang efektif diperlukan leadership, pengambilan keputusan dan struktur yang
jelas, sumber daya yang berkualitas, sistem yang mapan, dan kultur yang siap menghadapi
perubahan (bridgespan.org). Agar menjadi organisasi yang efektif, peran Sekretariat
Jenderal sebagai dukungan manajerial harus mampu menyampaikan visi dan selalu
mengambil keputusan berdasarkan prioritas lembaga untuk mencapai visi tersebut.
Sekretariat Jenderal sebagai tulang punggung sistem pendukung dan fasilitator unit-unit
dalam Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional perlu memiliki
perencanaan yang baik, terstruktur dan mampu memberikan impact yang nyata. Sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang, bagian Kedua pasal 7, disebutkan bahwa Sekretariat Jenderal berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri, dan Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris
Jenderal. Kemudian tugas Sekretariat Jenderal dijelaskan dalam Pasal 8 yaitu
menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang. Sebagai unsur pendukung, Sekretariat Jenderal juga mendukung operasionalisasi
Badan Pertanahan Nasional, sebagaimana dijelaskan pada Pasal 7 Peraturan Presiden
Nomor 48 tentang Badan Pertanahan Nasional bahwa unsur pendukung Badan Pertanahan
Nasional menggunakan unsur pendukung yang ada pada Kementerian Agraria dan Tata

3
Ruang yang tugas dan fungsinya bersesuaian. Struktur organisasi Sekretariat Jenderal
sebagaimana digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 2 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan


Presiden Nomor 47 Tahun 2020, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi yang
disebutkan juga dalam Pasal 9, sebagai berikut:

a. koordinasi kegiatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;


b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Agraria dan
Tata Ruang;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip,
dan dokumentasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f. penyelenggaraan pengelolaan barang milik negara;
g. kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa; dan
h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

4
Potensi Sekretariat Jenderal
Potensi yang dimiliki di lingkungan Sekretariat Jenderal dalam lingkup Kementerian
Agraria dan Tata Ruang maupun Badan Pertanahan Nasional, antara lain sebagai berikut:

a. Sekretariat Jenderal sesuai fungsinya mengelola sumber daya manusia di lingkungan


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional yang terdiri dari
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN),
seperti data pada grafik berikut :

Gambar 3 : Jumlah Sumber Daya Manusia Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(Sumber data: Biro Organisasi dan Kepegawaian)

Sekretariat Jenderal dalam melaksanakan fungsinya sebagai kesekretariatan


mempunyai sumber daya sebanyak 7.291 orang terdiri dari ASN sebanyak 4.100 Orang
dan PPNPN sebanyak 3.191 orang, dengan sebaran sebagaimana data pada tabel
berikut :

5
Gambar 4 Grafik Jumlah ASN dan PPNPN di Kesekretariatan
Sumber: Biro Organisasi dan Kepegawaian

Potensi sumber daya bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional salah satunya dari lulusan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional yaitu Diploma
I Pengukuran dan Pemetaan sampai dengan tahun 2020 adalah sebanyak 6.845 siswa
dan Diploma IV Pertanahan adalah sebanyak 3.232 siswa.
Pengembangan sumber daya manusia menuju era digital dilakukan dengan
mengembangkan kebijakan manajemen talenta internal mulai tahun 2019 dengan
melakukan pemetaan pegawai.
Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
514.1/SK-KP.01.02/X/2019 tentang tata cara seleksi jabatan administrasi di lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Dalam keputusan
dimaksud telah diatur terkait penempatan pejabat administrasi yang didasarkan pada
Kelompok Rencana Suksesi yang merupakan hasil dari uji kompetensi, dan profil
pegawai. Hasil penetapan Kelompok Rencana Suksesi (KRS) sampai dengan tahun 2020
berjumlah 1.145 orang, yang terdiri dari calon pejabat pengawas 785 Orang, calon
pejabat administrator 360 Orang. Dari hasil penetapan KRS tersebut, jumlah pegawai
yang telah dipromosikan menjadi pejabat pengawas sebanyak 619 orang, dan pejabat
administrator sebanyak 210 orang. Data tersebut dapat dilihat pada grafik berikut.

6
Kelompok Rencana Suksesi
s.d Tahun 2020
785
800
700 619
600
500 360
400
210
300
200
100
0
KRS CALON PENGAWAS KRS CALON ADMINISTRATOR

Total Sudah Promosi

Gambar 5 Kelompok Rencana Suksesi Tahun 2020

Hingga akhir tahun 2020, kegiatan penilaian kompetensi pegawai telah mencapai
18.165 pegawai. Pada akhir tahun 2020, dilakukan pengolahan lebih lanjut terhadap
hasil penilaian uji kompetensi/asesmen dan profil pegawai dengan mengintegrasikan
penilaian prestasi kerja pegawai yang dituangkan dalam kotak manajemen talenta.
Jumlah pegawai yang telah dipetakan dalam kotak manajemen talenta berjumlah
1.792 pegawai yang terdiri dari 80 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, 886 Pejabat
Administrator dan 826 Pejabat Pengawas.
Selain hal tersebut, terdapat sebanyak 3.967 orang pegawai (22,02%) yang sudah
mengikuti penilaian kompetensi Manajerial dan sosial kultural dari 18.014 pegawai
(data februari 2021). Untuk kegiatan Penilaian Kompetensi pada Tahun 2020 sudah
dilakukan penyusunan instrumen Kompetensi Teknis dan uji coba pengukuran
Kompetensi Teknis sehingga akan melengkapi profil kompetensi pegawai pada aspek
Kompetensi Teknis sesuai dengan Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 333/ST.03/VII/2019 tentang Kamus Kompetensi
dan Standar Kompetensi Jabatan Struktural di Lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Data Asesmen Pegawai Kementerain Agraria
dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dapat digambarkan sebgai berikut:

7
Data Asesmen Pegawai Kementerian ATR/BPN

40.000
30.000
20.000
10.000
0
Sudah Belum TOTAL
Assesmen Assesmen
(22,02%) (77,98%)

JPT Madya JPT Pratama Administrator


Pengawas Pelaksana Struktural JF Utama
JF Madya JF Muda JF Pertama
Pelaksana Hakim Ad Hoc

Gambar 6 Data Asesmen Pegawai Kementerain Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

Adapun sumber data kepegawaian ASN Kementerian Agraria dan Tata


Ruang/Badan Pertanahan Nasional dikelola melalui Sistem Kepegawaian (SIMPEG)
yang pembaharuan datanya dilakukan secara berkala di bawah kendali
kesekretariatan. Terkait manajemen kinerja mulai dilakukan penyelarasannya dengan
Renstra Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional tahun
2020-2024 yang menjabarkan sampai tingkat individu. Hal ini telah didukung oleh
sistem kelembagaan terkait manajemen kinerja PNS dengan terbitnya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 8 Tahun
2021 tentang Sistem Manajemen Kinerja PNS. Namun demikian, pengaturan sistem
manajemen kinerja PNS tersebut masih sedang dalam proses adopsi ke dalam sistem
manajemen kinerja instansi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.
Dalam meningkatkan indeks profesionalitas ASN, didukung oleh kinerja pegawai nilai
kedisiplinan pegawai, kompetensi, dan kualifikasi pendidikan. Berdasarkan sumber
data dari aplikasi SIPINTER (Sistem Informasi Penilaian Mandiri Penerapan Sistem
Merit) yang dikelola oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) diperoleh Indeks
Profesionalitas ASN Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
tahun 2020 sebesar 334,5.

8
b. Penerapan kebijakan Redesain Sistem Program dan Penganggaran (RSPP) untuk
menyederhanakan dan mensinergiskan informasi kinerja sesuai Rencana Strategis
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan cascadingnya
hingga output pekerjaan yang benar-benar berkontribusi pada sasaran strategis untuk
mencapai tujuan diakhir periode Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2020-2024 serta
target Prioritas Nasional 7 agenda pemerintah yang diemban Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 baik sebagai leader maupun sebagai
supporting pada major project. Cascading informasi kinerja yang tersusun selanjutnya
menjadi acuan dalam penyusunan indikator kinerja individu, sehingga seluruh kinerja
dapat terukur dan jelas penanggungjawab kegiatannya. Skema Kebijakan Redesain
Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP) pada Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai berikut :

Gambar 7 Skema Kebijakan Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP) pada
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Sekretariat Jenderal sebagai unit pendukung dalam manajemen operasionalnya untuk


mewujudkan tujuan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
diakhir periode Renstra 2020-2024 mempunyai peran kesekretariatan yang dapat
dikelompokan dalam 2 (dua) hal, yaitu :

9
(1) Kegiatan-kegiatan yang bersifat opersional atau rutin perkantoran ini
mengkoordinasikan dan mensupport seluruh satuan kerja teknis pusat yang
dilekatkan pada fungsi di masing-masing Sekretariat Direktorat Jenderal dan
satuan kerja daerah yang dilekatkan pada fungsi Bagian Tata Usaha/Sub Bagian
Tata Usaha pada Kanwil Badan Pertanahan Nasional Provinsi dan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota, serta para pejabat tinggi meliputi Menteri, Wakil
Menteri, Staf Ahli dan Staf Khusus.
(2) Kegiatan-kegiatan yang bersifat non opersional yaitu kegiatan yang menjadi
fungsi masing-masing unit serta fungsi-fungsi yang bersesuaian di satuan kerja
teknis pusat dan satuan kerja daerah.

Skema dukungan manajemen operasional sebagai berikut :

Gambar 8 Skema Dukungan Manajemen Operasional

Dari Dukungan Manajemen Operasional tersebut, jika dilihat dari kualitas anggaran
dalam kurun 3 tahun terakhir (2018 – 2020), dengan memperhatikan 13 indikator IKPA
(Indeks Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Aset), sebagaimana data berikut :

10
Tabel 1 IKPA (Indeks Kinerja Keuangan dan Pengelolaan Aset) Tahun 2018-2020

Nilai Indikator IKPA


Kesesuaian
Efisiensi
Perencanaan Kepatuhan Terhadap Efektifitas Ppelaksanaan
Pelaksanaan
dengan Regulasi Kegiatan
Kegiatan
Pelaksanaan
Komponen ATR/BPN

Konfirmasi Capaian
Deviasi Hal II DPA
IKPA/Tahun KL

Pengelolaan UP

Dispensasi SPM

Kesalahan SPM
LPJ Bendahara
Desa Kontrak

Penyelesaian
Penyerapan
Pagu Minus

Retur SP2D
Revisi DPA

Anggaran

Tagihan

Output

Renkas
2018 93,44 5 4.43 5 8,5 8,4 - 5 19,01 18,93 - 4,99 4,67 4,85
2019 94,35 5 3,95 3,98 13,5 9,4 4,95 3,8 19,22 14,78 - 5,98 4,97 4,8
2020 94,60 - - 5 13,87 7,67 4,94 4 14,02 11,84 9,72 4,99 4,85 4,25
(Sumber: Biro Keuangan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, 2021)

Pengukuran Indeks Akuntabilitas Kinerja Keuangan adalah salah satu instrumen yang
digunakan untuk mendukung tercapainya tata kelola kelembagaan yang kompetitif
dan berstandar kepemerintahan yang baik dari aspek manajemen operasional, yaitu
untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanja Kementerian
Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadap perencanaan, efektivitas pelaksanaan
anggaran, efisiensi pelaksanaan anggaran dan kepatuhan terhadap regulasi (PMK
Nomor 195/PML.05/2018).
Sebagaimana tabel IKPS yang tersaji di atas, nilai IKPA Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional mengalami kenaikan dari Tahun 2018 ke Tahun
2020. Adapun daya ungkit yang mendorong peningkatan capaian (Tahun 2018-2020)
diantaranya adanya kepatuhan terhadap regulasi (data kontrak dan dispensasi SPM).
Pada Tahun 2020 nilai Revisi DIPA dan Deviasi Halaman II DIPA tidak ada karena tidak
dinilai oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia berdasarkan Nota Dinas
Direktur Pelaksanaan Anggaran Nomor ND562/PB/2020 tanggal 5 Agustus 2020 hal
Pengaturan Penilaian IKPA Tahun 2020 dan Surat Kepala KPPN Metro Nomor S-
454/WPB.08/KP.02/2020 tanggal 20 Juli 2020 hal Penilaian Indikator Kinerja
Pelaksanaan Anggaran (IKPA) Kementerian Negara/Lembaga (K/L) Triwulan III dan IV
Tahun 2020 pada aplikasi OM-SPAN dikarenakan kondisi Pandemi Covid-19.
Pada Tahun 2018 indikator LPJ Bendahara tidak ada karena belum terkonfirmasi dan
belum terintegrasi dengan aplikasi OM SPAN. Pada Tahun 2018-2019 indikator

11
konfirmasi capaian output tidak ada karena indikator tersebut baru ada pada Tahun
2019 dan baru dinilai pada Tahun 2020.

c. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan salah satu yang


dikendalikan kesekretariatan untuk mengukur Perencanaan Kinerja, Pengukuran
Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal, dan Capaian Kinerja. Penilaian Kemenpan
RB terhadap SAKIP Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
Tahun 2019 adalah 68,82 (B), meliputi :

Tabel 2 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Nilai
No Komponen Yang Dinilai Bobot
2018 2019
1 Perencanaan Kinerja 30 21,58 21,61
2 Pengukuran Kinerja 25 14,87 16,44
3 Pelaporan Kinerja 15 10,27 10,40
4 Evaluasi Internal 10 6,80 6,98
5 Capaian Kinerja 20 12,49 13,39
Nilai Hasil Evaluasi 100 66,01 68,82
Tingkat Akuntabilitas Kinerja B B

Persetujuan untuk pengendalian program dan anggaran terutama terhadap program


prioritas/program strategis merupakan kewenangan yang diterapkan terhadap alokasi
program strategis di seluruh satuan kerja 503 satuan kerja di seluruh Indonesia.

Rancangan alokasi anggaran dalam kurun waktu 25 tahunan (jangka panjang), 5


tahunan (jangka menengah) dan tahunan (jangka pendek) dilakukan melalui
mekanisme perencanaan bottom up dan top down yang melibatkan seluruh
komponen teknis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
serta terintegrasi dengan memperhatikan RPJMN dan Renstra agar menghasilkan
kualitas anggaran dan pencapaian outcome Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional . Data program dan alokasi anggaran (dalam ribu rupiah)
tahun 2016 sampai dengan 2020 sebagaimana grafik berikut :

12
Gambar 9 Program dan anggaran total per program per tahun mulai 2016 – 2020

Hal ini ditunjukkan dengan hasil penilaian Reformasi Birokrasi oleh Kemenpan-RB
terhadap progres efektifitas dan efisiensi anggaran sebesar 0,58 dari nilai maksimal
sebesar 1 (100%).
Struktur tahapan dan pembiayaan output/suboutput kegiatan merupakan hal penting
yang harus disusun untuk digunakan sebagai acuan dalam perencanaan dan panduan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Standar struktur tahapan dan pembiayaan output
kegiatan di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional menjadi lingkup yang dikendalikan dan dilakukan terhadap seluruh
output/suboutput kegiatan di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional (standar biaya keluaran) maupun Standar Biaya Masukan Lainnya
(SBML) yang diusulkan dan belum terakomodasi dalam Standar Biaya Masukan (SBM)
yang ditetapkan Menteri Kementerian Keuangan. Lebih kurang 90% dari total standar
struktur tahapan dan pembiayaan telah dihasilkan dan 0,56% output/suboutput SBK
telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

13
Sebagaimana penilaian Kemenpan-RB Tahun 2019 terhadap penguatan akuntabilitas
sebesar 3,09 dari nilai maksimal 6, yang ditinjau dari komponen-komponen meliputi:
efektivitas dan efisiensi anggaran, aplikasi akuntabilitas kinerja terintegrasi,
pemberian reward and punishment, serta kerangka logis kinerja.
Terdapat beberapa reward yang diberikan kepada Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional diantaranya:
(1) Penghargaan dari Menteri Keuangan Republik Indonesia atas keberhasilan
menyusun dan menyajikan laporan keuangan Tahun 2019 dengan Opini WTP;
(2) Penghargaan Barang Milik Negara Award dari Kementerian Keuangan Republik
Indonesia sebagai juara kedua katergori Kualitas Pelaporan Barang Milik Negara
Tahun Anggaran 2020;
(3) Penghargaan atas sinergi yang baik di bidang pengelolaan Barang Milik Negara
yang diberikan Tahun Anggaran 2020;
(4) Pengelolaan Pelayanan Publik Tahun 2020 mendapatkan penghargaan dalam TOP
46 kompetisi pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Tahun 2020 oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi kategori
Instansi Pemerintah;
(5) Informasi publik mendapatkan penghargaan dari Komisi Informasi Pusat dengan
predikat "cukup informatif" pada Tahun 2020 dengan nilai rata-rata 79,75%.
(6) Kementerian ATR/BPN menerima penghargaan Pelaksanaan Evaluasi Pelayanan
Publik Tahun 2020 oleh Kementerian PAN dan RB untuk Kantor Pertanahan Kota
Bogor dengan nilai indeks 4,32 (Sangat Baik)

d. Pengelolaan aset dikelola oleh kesekretariatan dan saat ini sedang dalam proses
pendataan aset untuk selanjutnya dilakukan penghapusan untuk peremajaan aset dan
untuk mengurangi risiko terhadap aset di lokasi yang rawan bencana. Adapun data
pengelolaan aset sebagaimana berikut, yaitu aset tetap yang menjadi objek
penghapusan sejumlah Rp139.859.667.798 sedangkan aset tak berwujud yang
menjadi objek penghapusan sejumlah Rp2.300.758.734 (data Biro Keuangan dan BMN
hingga Desember 2020).

14
e. Data digital kementerian dipusatkan pada Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata
Ruang dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Pusdatin) dan dalam proses untuk
mengintegrasikan sistem secara Nasional dan big data serta pengamanan data. Dalam
rangka transformasi digital, transformasi alih media terhadap data dilakukan terhadap
jenis data dokumen pertanahan berupa Buku Tanah sejumlah 72.025.910 bidang,
Persil (spasial) sejumlah 66.980.323 bidang, Surat Ukur sejumlah 77.521.249 bidang
serta Warkah sejumlah 74.968.202 dokumen warkah. Dalam melakukan integrasi
sistem dan keamanan data menggunakan sistem aplikasi terintegrasi yaitu Single Sign
ON (SSO) Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP) yang telah digunakan di 470 kantor
pertanahan, 33 Kantor Wilayah BPN Provinsi dan 10 satuan kerja pusat. Dalam hal
pengelolaan keamanan data, dilakukan penyimpanan data pertanahan secara terpusat
di Data Centre Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang
menerapkan sistem keamanan TIER 3.
Berdasarkan data Pusdatin terdapat lebih kurang 30 aplikasi pada Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang dikembangkan dan dikelola oleh
Pusdatin dalam mendukung Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Aplikasi-
aplikasi tersebut antara lain merupakan sarana pendukung dalam kegiatan tata
persuratan, kepegawaian serta teknis pertanahan dan ruang. Adapun data aplikasi
yang mendukung transformasi digital antara lain:
(1) Aplikasi Host to Host BPHTB sebagai dukungan upaya pemberantasan korupsi
bersama KPK, khususnya dalam meminimalisir kebocoran atau kecurangan proses
pembayaran BPHTB;
(2) Aplikasi mitra.atrbpn.go.id merupakan aplikasi yang memverifikasi mitra
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional seperti PPAT,
Surveyor Kadaster Berlisensi, Appraisal dan Pengelola Jasa Keuangan dalam
memberikan layanan elektronik terkait pertanahan;
(3) Aplikasi Tanda Tangan Elektronik yang telah dimiliki oleh 3.785 pegawai;
(4) Aplikasi Hak Tanggungan Elektronik;
(5) Aplikasi Informasi Pertanahan;
(6) Aplikasi E-Office;

15
(7) Aplikasi mobile Sentuh Tanahku.

Transfomasi digital telah mengalih mediakan pelayanan manual menjadi pelayanan


eletronik untuk kemudahan dan transparansi pelayanan pertanahan dan ruang. Dari
470 satuan kerja Kantor Pertanahan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional yang telah melakukan pelayanan online adalah sebanyak 469
Satuan kerja. Tahun 2020 jenis pelayanan online yang telah dilaksanakan adalah
sebanyak 4 (empat) pelayanan. yaitu sebagai berikut :

Gambar 10 Grafik Jenis Layanan Online Tahun 2020

Pelayanan publik di bidang pertanahan yang mulai memanfaatan teknologi informasi


dan komunikasi (TIK). Pelayanan pertanahan secara elektronik saat ini masih berlaku
untuk beberapa layanan seperti pengecekan sertipikat online dan Hak Tanggungan
Elektronik. Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan LP2B dalam aplikasi
https://statistik.atrbpn.go.id/htelektronik/BukuTanah/Siap menunjukkan sejumlah
798.686 sertipikat telah memanfaatkan layanan elektronik baik pengecekan
elektronik, hak tanggungan elektronik, SKPT elektronik maupun ZNT elektronik dari
total 30.927.790 sertipikat di masyarakat yang siap menerima layanan elektronik.

16
Tabel 3 Nilai Delapan Area Reformasi Birokrasi Bidang Peningkatan Pelayanan Publik

Dalam meningkatkan pelayanan publik berbasis digital mulai tahun 2019 dirancang
pembentukan pelayanan kantor modern berbasis digital yang merupakan indikator
dalam RPJMN 2020-2024. Penerapan kantor modern berbasis digital melibatkan unit
kerja di kesekretariatan dan unit kerja teknis. Dimulai dari identifikasi kondisi validitas
data, kesiapan sistem, regulasi, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana.
Data kantor pertanahan yang sudah mulai menerapkan secara bertahap pelayanan
berbasis digital sebagai berikut.

Gambar 11 Penerapan Layanan Elektronik di Kanwil dan Kantah Tahun 2020

Kondisi validitas data sampai dengan tahun 2020 sebesar 82.34%, sementara kesiapan
sistem dibangun oleh Pusdatin dalam kerangka grand design TIK yang telah
diselesaikan tahun 2020 dan mulai diterapkan di tahun 2021. Kesiapan SDM dilakukan

17
oleh Pusat Pelatihan dan Pengembangan Sumber daya Manusia (PPSDM) dengan
melakukan pemetaan pegawai dan pelatihan. Pelatihan yang telah dilakukan terkait
hal ini meliputi : E-Sosialisasi PTSL 2020; E-Office dan Tata Kelola Arsip; GIS for Land
Data Collection, Management, and Dissemination (ESRI I); Modernizing 3D Planning
Process in ArcGIS Urban;dan Layanan Elektronik.

Standar sarana dan prasarana telah disusun dalam sebuah Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Standarisasi Sarana dan
Prasarana yang menjadi pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan
serta penyediaannya. Sampai saat ini Rancangan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional terkait standar sarana dan prasarana masih dalam
tahap akan proses harmonisasi dengan Kementerian Hukum dan Hak..

Regulasi telah dilakukan antara lain untuk pelayanan eletronik melalui Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun
2020 tentang Layanan Informasi Pertanahan Secara Elektronik, dan tandatangan
elektronik melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2019 tenang Penerapan Tanda Tangan
Elektronik.

f. Kesekretariatan mempunyai fungsi sebagai influencer dalam mendukung internalisasi


perubahan mind set dan culture set melalui penerapan budaya kerja dan kedisiplinan
yang diukur dengan indikator kinerja individu yang mulai disusun tahun 2020 dan
penerapannya pada tahun 2021 melalui Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/
Kepala Badan Pertanahan Nasional. Perubahan budaya kerja efisien dan efektif
penerapannya dipicu dengan adanya kondisi pandemi COVID-19 mulai awal tahun
2020 yang mengharuskan bekerja tanpa batas tempat dan waktu sehingga
memudahkan koordinasi dan percepatan pelaksanaan pekerjaan dengan pemantauan
yang lebih efektif dan efisien. Dengan demikian penguasaan sistem IT menjadi hal yang
mutlak dikuasi para pegawai lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional .

18
g. Dalam meningkatkan kinerja dan koordinasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional dengan instansi dan stakeholders terkait memerlukan
kerja sama yang perlu mekanisme dan pengadministrasian secara baik dan benar yang
berada dalam kendali kesekretariatan. Kerjasama yang telah ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan dan menunjang outcome Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional.
Capaian dalam penyelenggaraan Kerja Sama Dalam Negeri Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dilihat dalam bagan berikut:

Gambar 12 Penyelenggaraan Kerja Sama Dalam Negeri Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Kerja sama yang terjalin dengan berbagai pemangku kepentingan tersebut,


memberikan kontribusi antara lain berupa: 1)Terwujudnya tertib administrasi
pengelolaan pertanahan yang pada akhirnya akan menciptakan kepastian hukum dan
menghindari konflik pertanahan; 2)Masuknya hibah kepada Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, berupa uang maupun sarana prasarana,
untuk mendukung pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap maupun
program Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional lainnya;
3)Terjalinnya jejaring kerja dengan pemangku kepentingan sehingga memperkuat
koordinasi dalam pengembangan inovasi maupun terobosan di bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang; 4)Meningkatnya kompetensi teknis jajaran
Kementerian melalui joint collaboration dengan berbagai pemangku kepentingan.
Kontribusi dari kerja sama tersebut dapat dikembangkan dan menjadi potensi yang
dimiliki Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional guna

19
mendukung pelaksanaan program kegiatan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk 5 (lima) tahun ke depan. Pemangku
kepentingan yang ada saat ini dapat dikembangkan dengan melibatkan
Kementerian/Lembaga, Akademisi, Industri, Media dan Masyarakat (sinergi Penta
Helix) sehingga ruang lingkup menjadi lebih luas dengan hasil yang optimal.

h. Sistem Peraturan Perundangan telah ditetapkan oleh Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional 10 Tahun 2020 tentang Tata Cara
Pembentukkan dan Evaluasi Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasionall yang mengatur
mengenai mekanisme dan sistem pembentukan peraturan perundang-undangan
mulai dari rencana pembentukan peraturan perundangan, pengumpulan bahan
hukum, penyusunan dan pembahasan dengan Kementerian Hukum dan HAM.
Diharapkan dengan mulai terapkannya peraturan tersebut pada tahun 2020 akan
meningkatkan nilai penataan peraturan perundangan dari 2.78 hasil penilaian
Kemenpan RB Tahun 2019. Data progres penyelesaian kerangka regulasi peraturan
perundangan 3 (tiga) tahun terakhir (2018-2020) adalah 21 peraturan pada tahun
2018, 31 peraturan pada tahun 2019 dan 26 Peraturan pada tahun 2020 dengan rerata
lebih dari 100%. Data pertahun sebagaimana berikut :

Gambar 13 Progres Penyelesaian Kerangka Regulasi Peraturan Perundangan Tahun 2018-2020

Mekanisme peraturan perundangan juga ditujukan untuk simplifikasi peraturan


perundangan melalui tahapan evaluasi peraturan perundangan dan pengkajian. Output
yang dihasilkan diusulkan melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala

20
Badan Pertanahan Nasional untuk mencabut peraturan yang tidak efektif, tidak sesuai
dengan visi dan misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
dan menghambat pelayanan pertanahan dan ruang. Hal ini mulai dilakukan pada tahun
2020. Dengan simplifikasi peraturan perundangan maka kendala dan permasalahan
dalam harmonisasi peraturan perundangan akan semakin kecil mengingat banyaknya
peraturan yang tumpang tindih dan proses harmonisasi yang melibatkan banyak
Kementerian/Lembaga serta melibatkan peraturan perundangan sektoral masing-
masing Kementerian/Lembaga. Data peraturan perundangan yang telah dilakukan
simplifikasi berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pencabutan Produk Hukum di
Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah
sejumlah 25 Peraturan Menteri Agaria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional, 10 Keputusan Menteri Agaria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional serta 27 surat edaran.

i. Strategi komunikasi dilakukan melalui media elektronik dan media sosial serta melalui
workshop yang memudahkan penyebaran informasi secara masif dan mengena kepada
semua kalangan usia dan masyarakat. Untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat
dan terpusatnya pengaduan masyarakat terkait kasus-kasus pertanahan dan ruang,
berawal pada tahun 2015 Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
telah memanfaatkan aplikasi LAPOR milik Kemenpan-RB yang kemudian berdasarkan
hasil evaluasi internal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
dilakukan pengembangan aplikasi TanyaATRBPN pada tahun 2020 sebagai sistem
penganduan masyarakat yang terintegasi sehingga tahapan progres tindaklanjutnya
dapat dipantau dan terkendali. Rerata pengaduan yang masuk ke Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sampai dengan tahun 2020 adalah
sebanyak 7.686 kasus dan seluruhnya tertangani baik secara langsung oleh unit kerja
kehumasan maupun dengan cara ditindaklanjuti melalui satuan/unit kerja lain pada
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

21
j. Peran riset menjadi utama untuk inovasi pengembangan teknologi sebagai metodologi
dalam pelaksanaan pekerjaan serta kajian-kajian kebijakan yang diterapkan untuk dapat
dilakukannya percepatan program-program kerja yang tepat sasaran dan berhasil guna.
Terdapat 53 inovasi yang sudah dijalankan dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir.
Dari 53 inovasi, 2 inovasi diantaranya mendapatkan penghargaan dari Kemenpan-RB
sebagai Top 99 Kemenpan-RB yaitu inovasi INTI (Inovasi TerIntegrasi) LAYANAN
PERTANAHAN PEMALANG #SemakinCepat&Mudah, serta inovasi KAKAP untuk Layanan
Administrasi Pertanahan Terpadu.

Selain potensi yang dimiliki Sekretariat Jenderal, fungsi kesekretariatan adalah


sebagai pendukung dan penggerak Reformasi Birokrasi di Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/ Badan Pertanahan Nasional. Adapun indeks reformasi birokrasi dalam kurun waktu
2015 s.d. 2019 sebagaimana data berikut :

Gambar 14 Indeks RB Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Tahun 2015 – 2019

Nilai Indeks RB Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dari
tahun 2015 sampai dengan 2019 mengalami kenaikan, masuk kategori BB (Sangat Baik).

22
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional yang keberhasilannya diukur dengan Nilai Reformasi Birokrasi dari
tahun ke tahun menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan capaian tahun
sebelumnya. Pelaksanaan reformasi birokrasi terutama tahun 2019 menunjukkan
kenaikan nilai di semua area perubahan dan membaiknya performa Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di beberapa aspek lainnya ternyata
mampu membawa nilai Reformasi Birokrasi mencatatkan kenaikan bahkan dengan
kenaikan cukup signifikan dari 68,25 menjadi 72,32. Beberapa kemajuan performa
kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi yang menjadi penyumbang terbesar kenaikan
tersebut adalah meningkatnya persepsi korupsi menurut eksternal, kinerja pelayanan
publik dengan membaiknya persepsi baik di lingkup internal maupun menurut persepsi
pengguna layanan. Beberapa aspek internal lainnya yang menyangkut tata kelola
akuntabilitas, penataan tata laksana dan tata kelola penataan perundang-undangan
serta penguatan pengawasan juga membaik atau naik secara signifikan.

1.1.2. Permasalahan dan Isu Strategis

1) Permasalahan dan Isu Strategis Sekretariat Jenderal


Isu strategis yang dihadapi oleh Sekretariat Jenderal dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir adalah : belum optimalnya tata kelola (governance) yang baik, sehingga masih
lemah pada aspek standarisasi dan daya saing. Kondisi ini dapat dilihat dari capaian Indeks
Reformasi Birokrasi (IRB) yang berkisar pada angka 70 (kategori BB). Nilai Indeks RB yang
dicapai sampai dengan tahun 2019 sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun mendatang untuk menjadi A (Memuaskan) atau bahkan AA (Istimewa).
Berdasarkan isu strategis tersebut, beberapa permasalahan yang perlu diselesaikan antara
lain sebagai berikut:
a) Manajemen perubahan belum berjalan
Kondisi ini ditunjukkan dengan nilai 3,53 dari Bobot 5 / Predikat B / Baik.
Permasalahan yang dihadapi ialah:

23
1. Tim reformasi birokrasi belum berjalan efektif

Gambar 15 Alur permasalahan Tim Reformasi Birokrasi

2. WBK/WBBM Belum Optimal

Kondisi ini merujuk pada acuan regulasi yang digunakan, seperti yang tersaji di
bawah ini:

regulasi maupun standar reward and punishment

• Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983
tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan
Pengaturan Pertanahan
• Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
• Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Nasional Nomor 3 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.

Penghargaan

• Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan
• Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009

Gambar 16 Acuan Regulasi yang Digunakan pada WBK/WBBM

24
3. Budaya Kerja Belum Dapat Beradaptasi Terhadap Perubahan Di Era Digital
Tidak semua pegawai di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional "melek" dengan teknologi yang semakin berkembang
dengan pesat. Masih adanya rasa nyaman dengan pola kerja lama yang
menggunakan kertas dan ada resisten terhadap perubahan yang ada.
4. Roadmap Reformasi Birokrasi Belum Terbentuk
Biro Organisasi dan Kepegawaian telah menyusun Road Map Reformasi
Birokrasi Kementerian pada Tahun 2019 tetapi masih ada hal-hal yang perlu
disesuaikan dengan Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Telah dibuatkan Nota Dinas kepada Biro Hukum untuk pembahasan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
tentang Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian tetapi sampai saat ini
belum ada pembahasan dengan Biro Hukum bersama unit kerja teknis.
Setiap unit eselon 1 belum membuat rencana kerja pelaksanaan reformasi
birokrasi di masing-masing unit kerja sebagai turunan dari Road Map
Reformasi Birokrasi Kementerian.
5. Agen Perubahan Belum Berfungsi Dan Berperan Secara Optimal
Telah ditunjuk agen perubahan untuk setiap unit Eselon 1, namun demikian
belum semua agen perubahan menyusun rencana tindak perubahan yang
disertai dengan jadwal pelaksanaan rencana tindak perubahan yang telah
mendapatkan persetujuan dari atasan langsung.
Belum adanya persamaan persepsi terhadap para agen perubahan tentang
rencana tindak yang harus dibuat oleh para agen perubahan.
Para agen perubahan belum mampu berperan dalam melakukan perubahan
di unit kerja masing-masing baik sebagai katalis, pemberi solusi, mediator,
penghubung sumber daya, role model, pemangku kepentingan dan strategi
komunikasi. Evaluasi terhadap para agen perubahan sampai dengan tahun
2020 belum pernah dilakukan.

25
b) Kelembagaan belum efektif dan efisien
Kondisi ditunjukkan oleh nilai 3,72 dari Bobot 6 / Predikat B / Baik. Permasalahan
yang dihadapi ialah struktur kelembagaan belum mencerminkan informasi kinerja,
karena penyusunan struktur organisasi belum seluruhnya mengacu pada strategi
Nasional.
c) Manajemen sumber daya manusia belum optimal

Pengembangan Pegawai
Indeks Profesionalitas
Berbasis Pemetaan Talenta
Aparatur Sipil Negara (ASN)
Penilaian Mandiri Penerapan yang telah dilaksanakan Persentase Penyelesaian
pada dimensi Kualifikasi
Sistem Merit sejak 2015 belum sesuai Layanan Kepegawaian
Pendidikan, Disiplin, dan
Peraturan menteri PAN dan
Kinerja
RB Nomor 3 Tahun 2020

perlu dilakukan
Pengembangan
pengembangan
pegawai berbasis
sistem informasi
pemetaan talenta
kepegawaian untuk
pada 11.769 tahun 2015-2019
memudahkan
nilai 334,5 dengan pegawai mencapai rata-rata
penilaian
kategori sangat baik 98% terdiri dari
oleh Komisi pelayanan status
Aparatur Sipil kepegawaian,
Negara (KASN) hasilnya Kelompok kesejahteraan dan
Belum dilakukan administrasi
Rencana Suksesi
pengukuran indeks
masih 6,3% atau
profesionalitas ASN
sebanyak 1.145
secara menyeluruh
pegawai

Gambar 17 Permasalahan Penataan dan Penguatan Organisasi

Permasalahan mengenai Penataan dan Penguatan Organisasi ialah:

1. Pengukuran indeks profesional masih secara manual belum terintegrasi


dengan SIMPEG.
Belum dilakukan pengukuran indeks profesionalitas ASN secara menyeluruh
dikarenakan perlu dilakukan pengembangan sistem informasi kepegawaian
untuk memudahkan penilaian.
2. Sistem informasi perencanaan pegawai belum terintegrasi antara BKN dan
Kemenpan-RB, sehingga masih dilakukan input secara manual (unit organisasi
dan bezetting) melalui aplikasi e-formasi yang dikelola oleh Kemenpan-RB.
Penilaian kinerja sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil belum berbasis indikator kinerja

26
utama. Penilaian kinerja yang saat ini digunakan sampai dengan bulan Juni
2021, masih berbasis tugas jabatan dan berorientasi pada aktivitas sehingga
capaian kinerjanya berbasis output bukan outcome.
3. Lingkungan kerja yang bersifat toleran (permisif) terhadap pelanggaran yang
terjadi serta pengawasan melekat dari atasan langsung yang lemah membuat
pelanggaran yang dilakukan pegawai tidak mendapat tindakan yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Masih kurangnya pemahaman pegawai terhadap ketentuan dan tata cara
penegakan disiplin, membuat penanganan yang dilakukan menjadi terlambat
dan tidak memenuhi ketentuan penegakan disiplin.
Lambatnya laporan pelanggaran pidana kepada Menteri membuat tindakan
administratif terhadap pelaku menjadi terlambat yang berpotensi adanya
pengembalian pembayaran gaji pegawai. Hingga saat ini masih terdapat
laporan pelanggaran pegawai yang tidak dilengkapi dokumen-dokumen
pemeriksaan dan pelanggaran membuat penjatuhan hukuman disiplinnya
menjadi tertunda, bahkan masih terdapat kebijakan memindahkan pegawai
bermasalah tanpa dilakukan penjatuhan hukuman disiplin.
5. Sistem informasi kepegawaian belum memiliki modul manajemen talenta,
kelengkapan profil pegawai sudah mencapai 85,58% dan sudah diterbitkan
surat terkait program pendataan Profil Pegawai Lengkap (P3L) dalam rangka
persiapan penerapan manajemen talenta berdasarkan profil pegawai.
6. Pemberian tunjangan kinerja individu masih belum berdasarkan kinerja yang
harus dicapai . Hal ini mengingat sistem informasi kinerja hingga level individu
sedang dibangun dengan menurunkan informasi kinerja organisasi Rencana
Strategis Kementerian.
7. Regulasi/kebijakan terkait pemetaan talenta dan pengembangannya belum
ada disebabkan peraturan turunan dari PP 11 Tahun 2017 yang terkait
pemetaan talenta belum terbit hingga tahun 2020.
8. Hasil pemetaan talenta belum digunakan sebagai bahan pengembangan
pegawai. Hal ini terjadi karena data pemetaan talenta belum mengukur

27
keadaan yang sesungguhnya, serta belum disusun kriteria setiap jenis
pengembangan. Selain itu, pengaturan kelembagaan manajemen talenta
Kementerian ATR/BPN sebagai acuan dalam pengembangan pegawai juga
belum disusun.
9. Pengukuran kompetensi pada seluruh pegawai belum terstandarisasi baik dari
indikator maupun jenis kompetensi yang diukur.
Pengukuran/penilaian kompetensi pegawai mulai diterapkan sesuai dengan
pemberlakuan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 26 Tahun 2019
tentang Pembinaan Penyelenggara Penilaian Kompetensi Pegawai Negeri Sipil,
namun belum menggunakan metode Asesmen Center secara mandiri, sehingga
menerapkan metode lainnya berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 514.1/SK-KP.01.02/X/2019
tentang Tata Cara Seleksi Jabatan Administrasi di Lingkungan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Untuk Kompetensi Teknis
masih mengukur kecenderungan, belum sesuai dengan Standar Kompetensi
Jabatan (SKJ) yang dimiliki sesuai dengan level jabatannya. Selain itu, Penilaian
kompetensi pegawai dilaksanakan berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun
2017 Standar Kompetensi Jabatan Aparatur Sipil Negara, yang selanjutnya
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah
menyusun kamus kompetensi dan standar kompetensi jabatan sebagaimana
tertuang dlm Keputusan Menteri Nomor 333/SK.OT.03/VII/2019 tentang
Kamus Kompetensi Jabatan dan Standar Kompetensi Jabatan Struktural.
Namun karena Kriteria Unjuk Kerja belum tersusun maka proses assessment
belum sepenuhnya menggunakan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ) yang
dimiliki sesuai dengan level jabatannya
10. Assessment belum diterapkan pada seluruh pegawai.
Hal ini disebabkan pemetaan kompetensi pegawai belum dilakukan secara
menyeluruh terhadap seluruh pegawai sehingga proses asesment hanya
dilaksanakan secara terbatas kepada pegawai yang telah dipetakan

28
kompetensinya. Jumlah pegawai yang telah diasesment sebanyak 4.011
pegawai (22.1%).
11. Masih terdapat usulan layanan kepegawaian yang tidak tepat waktu.
Hal ini disebabkan layanan kepegawaian selalu terkait dengan para
pihak/stakeholder yang terlibat, baik secara eksternal maupun secara internal
yang pada akhirnya terkesan adanya keterlambatan pelayanan tersebut. Dalam
layanan kepagawaian kenaikan pangkat periode 1 April dan 1 Oktober maupun
usulan pensiun dimana usulan layanan kepegawaian yang disampaikan dari
satuan kerja pengusul sering terlambat dengan berkas yang disampaikan masih
belum lengkap sehingga berkas-berkas tersebut harus dilengkapi terlebih
dahulu sebelum dilakukan pemrosesan lebih lanjut. Pelayanan kepegawaian
kenaikan pangkat pada tahun 2015 sampai dengan 2020 sebanyak 9.047 dan
beberapa mengalami keterlambatan dalam pengusulannya namun dapat
diselesaikan sebanyak 8.984. Sedangkan untuk pelayanan pensiun, terdapat
645 dengan beberapa kasus terdapat kekurangan berkas hingga pada akhirnya
dapat diselesaikan sebanyak 639.
12. Pelayanan kepegawaian masih semi konvensional (mengirimkan berkas),
Kinerja layanan kepegawaian dalam rentang waktu Tahun 2015 hingga Tahun
2019 mencapai rata-rata 98% yang terdiri dari pelayanan status kepegawaian,
kesejahteraan dan administrasi.

d) Akuntabilitas kinerja masih rendah


Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai SAKIP Sekretariat Jenderal pada grafik di bawah ini:

Gambar 18 Nilai Sakip Sekretariat Jenderal

29
Berdasarkan kategori penilaian terhadap akuntabilitas kinerja yang diatur dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
12 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Implementasi Atas Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) menunjukan bahwa nilai hasil evaluasi
akuntabilitas kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian ATR/BPN mengalami
peningkatan nilai setiap tahunnya dari tahun 2016-2019 ± sebesar 0,25-4,84. Pada 3
(tiga) tahun terakhir dari tahun 2017 s.d. 2019 Sekretariat Jenderal Kementerian
ATR/BPN mendapatkan nilai sangat memuaskan dengan nilai kategori A. Namun
apabila melihat nilai dari setiap komponen pada SAKIP, ada beberapa komponen
yang menjadi perhatian dan harus ditingkatkan nilainya. Seperti komponen evaluasi
internal yang memiliki bobot 10, namun nilainya selama 4 (empat) tahun terakhir
masih < 6 artinya masih memilikih selisih sebesar 4 (empat). Hal inilah yang perlu
ditingkatkan lagi di tahun berikutnya.

Adapun data indikator dan informasi dari Nilai SAKIP sebagai berikut :
1. Meningkatnya Persentase Kesesuaian Jumlah Output Kegiatan dan Alokasi
Anggaran Prioritas Nasional pada DIPA terhadap Renstra. Adapun rerata capaian
yaitu 81,47% dari target 75% dan sejak tahun 2018 target menjadi 100%.
2. Kesesuaian prioritas Nasional (dapat memenuhi 85% output dari PN dan PB
sebagaimana diamanatkan dalam rancangan RPJMN. Adapun rerata capaian
yaitu 100% dari target 100%.
3. Standarisasi biaya output di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah ditetapkan sebesar 75% dari usulan
yang masuk dalam bentuk PMK dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 29 Tahun 2019. Adapun rerata
capaian yaitu 77,80% dari target 70%.
4. Menurunnya persentase revisi pada output kegiatan. Adapun rerata capaian
yaitu 3,59% dari target 10%.
5. Menurunnya persentase jumlah anggaran yang diblokir terhadap total
anggaran. Adapun rerata capaian yaitu 2,1% dari target 10%.

30
6. Persentase anggaran tambahan (berasal dari APBN maupun non APBN) dari
penyelenggaraan kerja sama berbanding dengan anggaran APBN. (IKK Renstra
2014-2019 adalah persentase terjadinya MoU terhadap inisiasi kerja sama
dengan rerata targetnya adalah 101,8% dari target 100%. Adapun IKK renstra
2020-2024 mengalamai perubahan, dimana targetnya adalah persentase
anggaran tambahan).
7. Meningkatnya nilai kinerja anggaran pada SMART DJA yang diambil dari aplikasi
SMART DJA dengan rerata capaian yaitu 10,30% dari target 50%
8. Meningkatnya persentase satuan kerja yang mendapatkan nilai LKJ Kategori A
(nilai LKJ dinilai oleh Itjen). Nilai Tahun 2018: kategori nilai “A” sebanyak 30
satuan kerja atau 7,59%; berpredikat nilai “BB” sebanyak 305 satuan kerja atau
77,22%; dan berpredikat nilai ”B” Sebanyak 60 satuan kerja atau 15,19%; -Nilai
Tahun 2019: kategori nilai “A” sebanyak 122 satuan kerja atau 22,18%;
berpredikat nilai “BB” sebanyak 360 satuan kerja atau 65,45%; dan berpredikat
nilai ”B” Sebanyak 66 satuan kerja atau 12,00%
9. Realisasi fisik dan anggaran rata-rata per tahun hingga saat ini. rerata : 88,95%
dari target 100%

Permasalahan mengenai Penataan Tata Laksana ialah sebagai berikut:

1. Realisasi Belanja sumber dana PNBP tidak sesuai dengan alokasi MP dana PNBP
yang dialokasikan kepada satuan kerja
Tahun 2021 terdapat 10 satuan kerja yang membelanjakan anggaran PNBP tidak
sesuai dengan rincian alokasi MP dana PNBP yang diberikan.
2. IKPA tidak dijadikan indikator utama oleh pimpinan satuan kerja melaksanakan
anggaran
Hingga saat ini masih banyak satuan kerja yang belum memperhatikan 13 (tiga
belas) indikator IKPA sesuai dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 195/PMK.05/2018 tentang Monitoring dan Evaluasi
Pelaksanaan Anggaran Belanja dalam dalam pelaksanaan anggaran. Sebagian

31
besar baru memperhatikan indikator realisasi anggaran. 13 indikator tersebut
adalah:
a. Penyerapan anggaran
b. Data kontrak
c. Penyelesaian tagihan
d. Konfirmasi capaian output
e. Pengelolaan UP dan TUP
f. Revisi DIPA
g. Deviasi halaman III DIPA
h. LPJ bendahara
i. Renkas
j. Kesalahan SPM
k. Retur SP2D
l. Pagu minus
m. Dispensasi
3. Satuan Kerja Sudah Tepat Waktu dalam Menyampaikan Laporan Keuangan (LK)
tetapi belum memenuhi Standar Akuntasi Pemerintah (SAP)
Belum menyajikan informasi aktual pada Laporan Keuangan dan belum
memenuhi Standar Akuntasi Pemerintah (SAP) sesuai PMK Nomor
225/PMK.05/2016 (seperti tagihan listrik, air, telepon Bulan Desember Tahun
2020 yang belum disajikan dan pengembalian belanja Tahun 2020 yang juga
belum disajikan).
4. Pimpinan satuan kerja tidak melaksanakan manajemen risiko yang dihadapi
dalam pelaksanaan kinerja
Sebagian besar satuan kerja belum menerapkan manajemen risiko dalam
pelaksanaan kinerja. Tahun 2020 telah dilakukan manajemen risiko terhadap 30
peserta perwakilan dari 8 unit eselon I dan Tahun 2021 dilakukan pelatihan
terhadap 30 unit eselon I dan 5 Kantor Wilayah BPN serta 5 Kantor Pertanahan
Kab/Kota. Sosialisasi budaya risiko juga telah dilaksanakan pada awal Tahun

32
2021 dan diharapkan pada akhir Tahun 2021 tersusun risk-register di 13 satuan
kerja.
5. Data Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) masih belum semuanya
disetujui oleh Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan Republik
Indonesia
Usulan RKBMN telah memenuhi Standar Barang Standar Kebutuhan (SBSK)
namun tidak diisetujui DJKN karena adanya kebijakan pemerintah (seperti
moratorium pembangunan gedung kantor, kondisi pandemi dan lain-lain).
6. Tingkat maturitas SPIP
Tingkat maturitas SPIP Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Tahun 2020 pada level berkembang berada pada tingkat 2 dari 6 tingkat
maturitas SPIP. Pengukuran terhadap 25 fokus penilaian maturitas menghasilkan
nilai maturitas SPIP sebesar 2,792.

e) Penataan peraturan perundang-undangan belum efektif dan tepat sasaran "Nilai


2.78 dari bobot 5
Indikator Harmonisasi:
1. Dilakukan identifikasi, analisis, dan pemetaan terhadap seluruh kebijakan yang
tidak harmonis/sinkron/bersifat menghambat;
2. Telah dilakukan revisi atas peraturan perundang-undangan yang tidak
harmonis/sinkron/bersifat menghambat.
Indikator Sistem Pengendalian Dalam Penyusunan Peraturan Perundang-undangan:
1. Adanya sistem pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan
yang mensyaratkan adanya rapat koordinasi, naskah akademis/kajian/policy
paper dan paraf koordinasi;
2. Sebagian kebijakan yang terbit telah memiliki peta keterkaitan dengan
kebijakan lainnya;
3. Belum memiliki peta keterkaitan kebijakan yang baru terbit dengan kebijakan
lainnya.
Indikator Peran Kebijakan:
1. Jumlah kebijakan terkait pelayanan dan/atau perizinan baru yang terbit;

33
2. Jumlah kebijakan terkait pelayanan dan/atau perizinan yang terbit memuat
unsur kemudahan dan efisiensi pelayanan utama.
Indikator Penyelesaian Kebijakan:
1. Penyelesaian kebijakan sesuai dengan Program Legislasi
Kementerian/Lembaga ataupun Pemda.
Permasalahan yang dihadapi oleh Indeks Reformasi ini, sebagai berikut:
1. Peraturan perundangan-undangan yang disusun belum melalui proses pengkajian
secara mendalam, sehingga pemberlakuan peraturan tidak bertahan lama.
Perubahan peraturan sering terjadi, yang menyebabkan kesulitan bagi pelaksana
di daerah dalam rangka penyesuaian pelaksanaannya.
2. Harmonisasi belum optimal, karena terkendala oleh kebutuhan regulasi yang
terus berkembang, sementara identifikasi, analisis dan pemetaan peraturan
belum berjalan maksimal.
Kondisi ini disebabkan:
- Kurangnya pengkajian terhadap implikasi dari suatu peraturan yang akan
diterbitkan;
- Kurang optimalnya evaluasi produk hukum, sehingga produk hukum yang
ada masih banyak, dan tidak jelas status keberlakuan dan/atau
keefektifannya.
3. Perencanaan penyusunan belum dilaksanakan secara optimal
Kondisi tersebut disebabkan oleh:
- Belum semua unit teknis melampirkan naskah kajian/background paper
rancangan peraturan yang diusulkan, sehingga tidak diketahui arah
pengaturan.
- Belum dilakukannya kajian dalam pembentukan peraturan sehingga
beberapa peraturan yang sudah ditetapkan harus direvisi kembali atau
dicabut.
- Ketidaksesuaian antara rancangan peraturan yang diusulkan dalam Program
Legislasi Kementerian dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam
Rencana Strategis Kementerian.

34
f) Tatalaksana belum efektif
Ditunjukkan oleh nilai 3,83 dari Bobot 5 / Predikat B / Baik. Sejumlah permasalahan
yang dihadapi ialah:

1. SOP Kementerian belum digunakan secara maksimal karena hingga saat ini
belum terdapat mekanisme evaluasi secara berkesinambungan. Pelaksanaan
tugas di lapangan bersifat lebih dinamis, namun belum diikuti dengan
penyesuaian SOP. Kedepannya, SOP bisa dimanfaatkan dalam penghitungan
Analisis Beban Kerja (ABK). Hasil penghitungan ABK dan kebutuhan jumlah
pegawai pada akhirnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi SOP
dalam rangka evaluasi jumlah aktor/pihak dalam simpul alur SOP dan juga
evaluasi waktu penyelesaian pekerjaan.
Saat ini terdapat 59 Layanan Kementerian pada Permen 4/2017 dan 68 layanan
kantor pertanahan yang diatur dalam Perkaban 1/2010 tentang Standar
Pelayanan. Kedua peraturan tersebut merupakan peraturan yang mengatur
tentang Standar Pelayanan dan bukan SOP. Saat ini Kementerian baru memiliki
peraturan tentang SOP yang ditetapkan dalam bentuk Keputusan Menteri
Nomor 324 s/d 331/SK-OT.02/VI/2019, yang didalamnya terdiri dari 1047 SOP
Kementerian. Saat ini terdapat 125 Layanan pada aplikasi KKP yang belum
memiliki SOP. Biro Organisasi dan Kepegawaian melalui Bagian Organisasi Tata
Laksana saat ini fokus melakukan review terhadap Kepmen SOP Kementerian
sebagai tindak lanjut dari perubahan SOTK Kementerian ATR/BPN, dan juga
penyederhanaan birokrasi. Melalui ND Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian
Nomor 52/ND-100.2.OT.02/I/2021 tanggal 12 Januari 2021 meminta kepada
seluruh unit kerja dan unit organisasi untuk melakukan review terhadap SOP nya
dan mengirimkan kepada Biro Organisasi dan Kepegawaian. Secara paralel
dilakukan juga review dan pembahasan dengan unit kerja terkait, terhadap SOP
pelayanan di Kantor Pertanahan terutama layanan elektronik.
2. Pembangunan dan pemanfaatan teknologi secara terintegrasi dalam rangka
penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), terutama di bidang
tata laksana dapat mengoptimalkan pencapaian roadmap Kementerian Agraria

35
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional secara menyeluruh. Hal ini dapat
terlihat dalam keterkaitan antara RENSTRA-Proses Bisnis Kementerian-SOP-
Arsitektur TIK. Berdasarkan evaluasi SPBE, pada Tahun 2020 nilai indeks SPBE
adalah 2,6 (predikat baik).
3. E-Government belum diterapkan di semua area karena keterbatasan sumber
daya. Keterbatasan sarana dan prasana turut menyebabkan hal ini terjadi. Saat
ini masih dalam penyusunan pembentukan kantor modern di lingkungan
Kementerian ATR/BPN.
4. Belum tersedianya sarana dan prasarana persuratan elektronik yang memadai.
Sampai dengan Juni 2021 masih terdapat 27 Kantah dari 479 Kantah yaitu sekitar
6,76% yang masih belum oprimal dalam menggunakan aplikasi tersebut dan
masih sekitar 66% Kanwil Kantah berkirim fisik surat ke Kementerian ATR/BPN
Pusat salah satunya dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada
sehingga efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan persuratan elektronik masih
belum dapat terwujud.
5. Belum terimplementasikan dengan baik penerapan Tata Naskah Dinas secara
elektronik.
Saat ini sedang disusun Perubahan Peraturan tentang Pedoman Tata Naskah
Dinas yang didalamnya juga terdapat pedoman TNDE, selain itu sedang disusun
Petunjuk Teknis terkait Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Naskah Dinas
Elektronik yang menjadi acuan bagi pengguna dalam mengimplementasi TNDE
saat ini sudah 80% proses penyusunannya. Template Naskah Dinas pada aplikasi
nantinya telah distandarisasi sehingga proses penciptaan naskah dinas pada
pengelolaan arsip dinamis sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
6. Belum terpenuhinya 4 (empat) instrumen kebijakan peraturan perundang-
undangan bidang kearsipan. Sampai tahun 2021 baru 3 instrumen kearsipan
yang ditetapkan oleh Permen yaitu tata naskah Permen ATR/BPN Nomor 9
Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas Di Lingkungan Kementerian
Agraria Dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, klasifikasi : Permen
ATR/BPN Nomor 10 Tahun 2018 tentang Klasifikasi Arsip di Lingkungan

36
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, dan Jadwal
Retensi Arsip : Permen ATR/BPN Nomor 8 Tahun 2020 tentang Jadwal Retensi
Arsip di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional. Sedangkan untuk Permen Sistem Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip
Dinamis (SKKAAD) belum dimiliki oleh kementerian. Perlu dilakukan sinkronisasi
antara Permen klasifikikasi dan Jadwal Retensi Arsip agar dapat berjalan
berdampingan dengan SKKAAD nantinya.
7. Nilai Hasil Pengawasan Kearsipan dari ANRI pada data baseline Tahun 2019 ialah
79,73% kategori BB (Sangat Baik). Nilai hasil pengawasan tahun 2019 yaitu 79,73
dengan kategori BB (sangat baik), dan tahun 2020 yaitu 80,13 kategori A
(memuaskan) karena pada tahun 2020 telah terbit Permen ATR/BPN Nomor 8
Tahun 2020 tentang Jadwal Retensi Arsip (JRA) yang menjadi pelangkap 4 pilar
instrumen kebijakan kearsipan. Hasil penilaian tersebut murni berasal dari
pengawasan eksternal (hasil pengawasan oleh ANRI) melalui metode self
assessment yang difokuskan kepada ketersediaan kebijakan internal (4 pilar
kearsipan), pengelolaan arsip dinamis, pembinaan sumber daya kearsipan.
Sedangkan penilaian tahun ini, nilai pengawasan berasal dari dua sumber yaitu
pengawasan internal (oleh Kementerian ATR/BPN) dan pengawasan eksternal
(oleh ANRI) yang aspek penilaian masih sama, yaitu kebijakan, pengelolaan arsip
dinamis, pembinaan, dan sumber daya kearsipan.
8. Belum terpenuhinya JFT kearsipan (arsiparis). Sampai saat ini Biro Umum dan
Layanan Pengadaan sebagai Unit Kearsipan I belum memiliki Jabatan Fungsional
(JF) Arsiparis. Yang sudah terindentifikasi JF Arsiparis baru ada sebanyak 5 orang
di salah satu Unit Kearsipan (UK) 2, yaitu di Direktorat Jenderal Pengendalian
dan Penerbitan Tanah dan Ruang. Untuk selanjutnya, telah dibuat nota dinas
permohonan untuk pemenuhan kebutuhan JF Arsiparis kepada Biro Organisasi
dan Kepegawaian, baik melalui proses inpassing maupun formasi CPNS.
Pengadaan JF Arsiparis dilakukan secara bertahap untuk pemenuhan di Unit
Kearsipan I, Unit Kearsipan II dan Unit Kearsipan III.

37
9. Belum terpenuhinya ketersediaan Jabatan Fungsional Tertentu (JFT) Pengelola
Pengadaan dan SOP Layanan Pengadaan Barang/Jasa. Belum terpenuhinya
ketersediaan JFT Pengelola Pengadaan dan SOP Layanan Pengadaan
Barang/Jasa. Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah dengan Perpres
Nomor 12 tahun 2021 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah bahwa
Pejabat Pengadaan dan kelompok kerja pemilihan sampai dengan tahun 2023
wajib dilaksanakan oleh Jabatan Fungsional Pengelola Pengadaan Barang/Jasa.
Sehubungan dengan hal tersebut, kondisi saat ini jumlah Pengelola Pengadaan
Barang/Jasa yang dimiliki Kementerian ATR/BPN baru sejumlah 12 orang dari
total kebutuhan 550 orang. Untuk mendukung pelaksanaan pengadaan
barang/jasa sesuai peraturan yang berlaku, Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
(UKPBJ) kementerian ATR/BPN sedang menyiapkan SOP Layanan Pengadaan
Barang/Jasa dimana saat ini masih dalam proses pengesahaan oleh Menteri
ATR/BPN. Disamping itu, telah disusun Kepmen SOP Layanan UKPBJ. Draft
Kepmen telah melalui pembahasan oleh Biro Umum, Biro Hukum dan juga Biro
Orpeg. Draft Kepmen menunggu pengesahan oleh Menteri ATR/BPN. Nantinya
Kepmen ini juga menjadi salah satu evidence penilaian tingkat kematangan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Terdapat 18 SOP Kegiatan Pengadaan
Barang da Jasa yang akan disahkan.
10. Belum optimalnya strategi komunikasi publik dalam penyebarluasan informasi
Kementerian/Badan kepada masyarakat.
Implementasi strategi komunikasi publik masih memiliki beberapa kendala,
diantaranya: belum adanya manajemen krisis komunikasi publik; belum
optimalnya koordinasi dan sinergi komunikasi antara pusat dan satuan kerja
Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan; belum adanya regulasi dalam implementasi
strategi komunikasi.
11. Belum informatif Kementerian/Badan dalam menjalankan keterbukaan
informasi publik. Hasil monitoring evaluasi Komisi Informasi Pusat Tahun 2019

38
dan Tahun 2020 mendapat predikat ‘cukup informatif”. Target berikutnya
adalah mendapatkan “menuju informatif”dan ïnformatif”.
12. Belum optimalnya pengelolaan layanan pemberian informasi publik kepada
masyarakat oleh Kementerian/Badan. Capaian Kinerja pengelolaan tindak lanjut
permohonan informasi publik pada Tahun 2016 adalah 86%, 2017 adalah 78%,
2018 adalah 80%, 2019 adalah 75%, dan 2020 adalah 100%. Sistem layanan
informasi masih belum menerapkan registrasi online dan proses tindak lanjut
pemenuhan informasi kepada pemohon masih dijalankan secara manual
terutama dalam melakukan koordinasi dengan unit kerja pemilik informasi,
menyebabkan dari segi waktu masih terdapat permohonan informasi melebihi
waktu yang disyaratkan.
13. Belum optimalnya pengelolaan dokumentasi informasi publik untuk masyarakat.
Dokumentasi data yang terdapat dalam konten Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) belum sesuai dengan standar penyajian yang disyaratkan
oleh Peraturan Komisi Informasi Publik No 1 Tahun 2017 tentang
Pengklasifikasian Informasi Publik dan Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun
2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik. Kelengkapan data dan informasi
publik dalam www.atr.bpn.go.id dan dalam konten PPID masih belum lengkap
dan tidak update, sesuai hasil evaluasi dan monitoring dari Komisi Informasi
Pusat antara lain seperti: penyajian dan kelengkapan profil badan publik,
dokumen perencanaan kementerian, dokumen penyusunan
peraturan/kebijakan terkait informasi publik, kalender dan rencana kerja
Kementerian, profil pimpinan badan publik, dan lain-lain.

g) Pelayanan publik belum maksimal


Ditunjukkan melalui capaian Kinerja Tahun 2018 dan Tahun 2019 yaitu persentase
Ketepatan Pemenuhan Permintaan Pemeliharaan/Perbaikan Sarana dan Prasarana,
target 100% dan realisasi 96% sehingga persentase pencapaiannya 96%.
Permasalahan yang dihadapi pada indikator reformasi birokrasi ini ialah:

39
1. Belum ada sistem, standar, maupun regulasi yang jelas terkait pemberian
penghargaan maupun sanksi dalam pelayanan publik. Pelaksanaan evaluasi
pelayanan publik belum menjadi prioritas Kementerian ATR/BPN.
(a). Saat ini regulasi pemberian penghargaan dalam pelayanan publik,
Kementerian ATR/BPN hanya berpedoman pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17
Tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Penyelenggara
Pelayanan Publik. Pedoman ini digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik di
lingkungan Kementerian ATR/BPN. Aspek pelayanan publik yang dinilai
adalah sebagai berikut:
- kebijakan pelayanan;
- profesionalisme SDM;
- sarana prasarana pelayanan publik;
- sistem informasi pelayanan publik;
- konsultasi dan pengaduan; dan
- inovasi
Sejak tahun 2015 s.d 2019, sejumlah 1 satuan kerja pada tahun 2019
dan 1 satuan kerja pada tahun 2020 yang telah diberikan penghargaan
oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dengan memperoleh nila A- (sangat baik).
Berdasarkan Surat Edaran Menteri ATR/Kepala BPN No.
149/40.1/I/2018 tentang Pembangunan Zona Integritas Seluruh satuan
kerja diwajibkan untuk melaksanakan pembangunan zona integritas
serta penegasan dari Surat Edaran Inspektur Jenderal No.
12/900/I/2021 tentang pelaksanaan pembangunan zona integritas
tahun 2021.
Dengan pembangunan zona ingeritas wujud pelayanan publik yang
bebas dari Korupsi Kolusi dan Nepotisme akan dapat terwujud. Sejak
tahun 2018 s.d. 2020 telah ditetapkan sejumlah 20 Satuan kerja dengan

40
predikat WBK (Wilayah Bebas Korupsi) dan 1 satuan kerja dengan
predikat WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih Melayani)
Pelaksanaan evaluasi pelayanan publik masih belum menjadi fokus
kantor wilayah dalam perannya sebagai pembina pelaksanaan
pelayanan pertanahan di kantor pertanahan. Terbukti dari total 33
provinsi yang akan dievaluasi tahun 2021, yg mengirimkan usulan rata2
pertahun tidak lebih dari 50%. Sejak tahun 2019, Biro Organisasi dan
Kepegawaian mengirimkan surat edaran Sekretaris Jenderal kepada
seluruh Kantor Wilayah untuk melaksanakan evaluasi sekaligus
pembinaan pelaksanaan pelayanan publik dan diminta untuk
mengirimkan hasil evaluasi ke Kementerian.
(b) Terkait sanksi dalam pelayanan publik dilakukan melalui sistem, standar
dan regulasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam hal ini PNS adalah
penyelenggara pelayanan publik. Salah satu kewajiban PNS yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 yaitu
Pasal 3 angka 14, dinyatakan bahwa PNS wajib memberikan pelayanan
sebaik-baiknya kepada masyarakat. Penegakan disiplin dan kode etik
dilaksanakan secara terus menerus dan berkelanjutan. Setiap
pelanggaran disiplin ditindaklanjuti dengan pembinaan dan hukuman
disiplin. Salah satu aspek yang belum optimal adalah Pengawasan
melekat pimpinan/atasan langsung sehingga masih terjadi
penyimpangan penerapan nilai-nilai kementerian dalam melayani
masyarakat yang secara tidak langsung berdampak pada kinerja
pelayanan publik satuan kerja. Sejak tahun 2015 s.d. 2019 jumlah
pelayan publik yang dikenakan sanksi hukuman disiplin sejumlah 545
orang yang terdiri dari hukuman disiplin tingkat Ringan sejumlah 330
orang, tingkat sedang sejumlah 83 orang dan tingkat berat sejumlah
132.

41
2. Belum terpenuhinya standar sarana dan prasarana pelayanan publik
Masih ada beberapa sarana dan prasarana di satker daerah yang belum
memenuhi standar sarana dan prasarana pelayanan publik sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Penyelenggara Pelayanan Publik.
3. Survei kualitas pelayanan dan survei persepsi korupsi belum dilakukan secara
rutin dan berkala, serta belum ada tindaklanjut perbaikan dari hasil survei
tersebut. Belum ada survei eksternal anti korupsi sehingga masih
menggunakan nilai tahun sebelumnya. Akan tetapi pada Desember Tahun
2020 Kementerian ATR/BPN telah melaksanakan perjanjian Kerjasama dengan
KPK tentang Penanganan Pengaduan dalam Upaya Pemberantasan tindak
Pidana Korupsi dan sebagai tindak lanjut Perjanjian Kerjasama tersebut pada
bulan Februari Tahun 2021 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berdasarkan
Surat KPK nomor: B/2321/PM.00.00/30-35/04/2021 tanggal 3 April 2021 telah
melakukan assessment atas implementasi WBS di lingkungan Kementerian ATR
dan Rencana Pembangunan aplikasi WBS TPK terintegrasi dan pada bulan Mei
tahun 2021 telah terbangun aplikasi WBS TPK Terintegrasi yang dapat diakses
pada wbs.atrbpn.go.id yang diharapkan dapat mewujudkan penanganan
pengaduan yang terintegrasi dan tersistem dengan baik.
4. Terdapat pengaduan yang penanganannya tidak jelas sehingga berlarut-
larut.
Penanganan yang berlarut-larut diakibatkan peraturan yang belum
mengakomodir kebutuhan terkini dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
(dalam proses revisi); keterbatasan sarana dan prasarana (kebutuhan
ruangan kerja dan hotline center); masih tumpang tindih tugas dan fungsi
antar unit kerja dalam pelasanaan pengelolaan layanan pengaduan.
5. Kuantitas sumber daya manusia yang menangani pengelolaan pengaduan
belum mencukupi.
Jumlah PNS sejumlah 29 orang dan PPNPN sejumlah 50 orang dirasa masih
kurang.

42
6. Kurangnya sistem informasi yang mendukung dalam pengelolaan
pengaduan.
Sistem informasi saat ini yang mendukung dalam pengelolaan pengaduan
adalah Aplikasi LAPOR! #TanyaATRBPN, media sosial (instagram, twitter,
facebook) dan email: surat@atrbpn.go.id.

2) Biro Perencanaan dan Kerja Sama


Isu strategis pada Biro Perencanaan dan Kerja Sama yaitu:

1. Belum digunakannya data perencanaan sebagai dasar analisis kebijakan dan pengambilan
keputusan pada seluruh propinsi;

Hal ini disebabkan :

(1) Sistem data target dan capaian belum terintegrasi dan belum mencerminkan seluruh
informasi kinerja di lingkungan Kementerian ATR/BPN baik kegiatan teknis maupun
generik. Sistem SKMPP baru merekap kegiatan Prioritas Nasional dan diluar sumber
dana PNBP.

(2) Data perencanaan dikelompokan menjadi : (i) data pokok kantor adalah kondisi data
kepegawaian, aset bergerak dan tidak bergerak, (ii) data pokok wilayah adalah data
kondisi geografis wilayah administrasi bersangkutan baik hutan maupun non hutan,
(iii) data pokok kinerja adalah data capaian fisik pekerjaan. Data-data tersebut saat
ini belum diupdate secara berkala secara otomatis, namun masih dengan perintah
dalam surat sekertaris jenderal setiap awal tahun guna memenuhi data dalam proses
penyusunan usulan perencanaan tahunan.

(3) sistem data input yang disediakan belum dimanfaatkan oleh seluruh satuan kerja
dan masih bersifat manual dengan didahului dengan perintah tertulis.

Hal ini menyebabkan perencanaan bottom up dan top down tidak seralas, mengingat
perencanaan bottom up (usulan unit pusatdan daerah) belum didasarkan atas data-data
perencanaan tersebut. Hal ini tercermin antara lain dari hampir seluruh satuan kerja
belum menggunakan data sebagai dasar perencanaan terutama data target dan capaian
fisik, serta sebagian kecil satuan kerja yang memperhatikan data realisasi anggaran, juga

43
belum ada sistem data yang terintegrasi atau masing-masing mengandalkan sistem data
yang parsial. Untuk data fisik aplikasi KKP dan tidak semua output terekam, sedangkan
untuk keuangan dengan aplikasi Kemenkeu sehingga antara capaian fisik dan anggaran
belum tersambung. Data perencanaan dikelompokan menjadi data pokok wilayah, data
pokok kantor dan data pokok kinerja yang belum ter-update secara otomatis ditambah
dengan kesadaran satuan kerja untuk updating masih rendah.

2. Belum akuntabel dan tersistemnya pengukuran kinerja yang berdampak pada belum
diterapkannya sistem reward dan punishment terhadap alokasi anggaran;
Belum tersedianya Aplikasi SAKIP yang berisi informasi pengukuran kinerja organisasi
berdasarkan indikator kinerja (IKU, IKP, IKK), Renaksi, PK, dan anggaran pada setiap
indikator kinerja.
3. Keterbatasan sumber daya (pendanaan, jasa, SDM, teknis, teknologi) untuk mendukung
program pembangunan sehingga perlu dukungan kerja sama. Saat ini sumber dana
manusia Kementerian ATR/BPN hanya 18.122 orang dengan kebutuhan ideal sesuai
beban kerja sebanyak 47.723 orang. Melalui pelaksanaan kerja sama dengan mitra dari
luar negeri, Kementerian ATR/BPN mendapat dukungan SDM seperti tenaga PPNPN,
tenaga ahli dan konsultan untuk mendukung direktorat jenderal teknis maupun satuan
kerja daerah. Sedangkan pemenuhan terhadap kebutuhan pembiayaan dari APBN
diperoleh dari hasil kerja sama dalam negeri dan luar negeri yang dapat menambah target
prioritas di bidang pertanahan dan ruang sebesar USD36.560.948,13 (setara dengan
Rp.492.067.192.125,-) dari kerja sama luar negeri, serta sejumlah Rp455.167.520.715,-
dari kerja sama dalam negeri selama periode Tahun 2015 – 2019. Hal tersebut mengisi
gap kebutuhan anggaran sebesar Rp947.234.712.839,69 (5,76%) dari total gap
kebutuhan anggaran sejumlah Rp16.443.620.622, mengingat kapasitas fiskal yang
disediakan Pemerintah melalui sumber dana Rupiah Murni dan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) adalah sejumlah Rp34.239.853.377 (67,56%) dari total kebutuhan
kerangka pendanaan sebagaimana dokumen perencanaan periode 2015 sd 2019
sejumlah Rp50.683.474.000.000.

44
TOTAL KERANGKA
PENDANAAN
Rp50.683.474.000

KONTRIBUSI KERJA
SAMA TERHADAP GAP
KEBUTUHAN ANGGARAN

Gambar 19 Grafik Total Kerangka Pendanaan dan Kontribusi Kerja Sama Terhadap Gap Kebutuhan Anggaran

Permasalahan yang ada pada Biro Perencanaan dan Kerja Sama yaitu:

1. Belum seragamnya terinternalisasikannya sistem perencanaan dan penganggaran pada


satuan kerja yang berdampak pada revisi ditahun berjalan. Rerata setiap tahun terdapat
350 satker yang merevisi dari total 511 satker, disebabkan oleh perubahan perencanaan
dalam pelaksanaan;
2. Belum lengkap, belum akurat, belum update serta belum terintegrasinya data-data dalam
sistem sebagai dasar dalam perencanaan. Saat ini sistem monitoring berkaitan dengan
data adalah sistem SKMPP sudah 100% output yang terpantau baik target maupun
capaiannya sebagai data pokok kinerja. Dalam sistem tersebut, termasuk didalamnya
data pokok kantor, data pokok wilayah dan data pokok kinerja. Mulai Tahun 2020 seluruh
propinsi sudah melakukan input namun belum dapat dipastikan tingkPat keakuratannya
dan belum secara rutin mengupdate data tersebut. Oleh karena itu agar data tersebut
selalu update diharapkan terintegrasi dengan beberapa aplikasi lain seperti Sistem
Informasi Kepegawaian (SIMPEG).
3. Belum dapat digunakannya hasil evaluasi kegiatan sebagai dasar perencanaan.
Evaluasi yang dihasilkan baru sebatas tren capaian fisik dan anggaran, serta hambatan,
kendala, masalah. Belum dilakukan analisa dari sisi kemanfaatannya/kontribusinya

45
terhadap indikator kinerja secara cascading serta belum terdapat analisa terkait kualitas
anggaran yang dapat dilihat dari unsur komponen utama dan komponen pendukungnya.
4. Kerangka kerja jangka menengah (Renstra) belum sepenuhnya dijadikan dasar dalam
perencanaan tahunan.
Sampai dengan periode Tahun 2015-2019 renstra yang telah disusun meliputi Renstra K/L
dan Renstra eselon 1 dimana pada periode ini juga terdapat pengabungan fungsi
pertanahan dan penataan ruang, sehingga Renstra belum dirujuk dalam perencanaan
tahunan. Mulai periode Tahun 2020-2024 disusun secara lengkap Rencana Strategis
meliputi : (1) Renstra K/L, (2) Renstra eselon I sebanyak 9 unit, (3) Renstra Satuan Kerja
daerah sebanyak 504 satuan kerja termasuk STPN dan (4) Roadmap rencana kerja pada
unit eselon II yang bukan merupakan satuan kerja sebanyak 43 unit kerja.
Penyusunan Renstra dilakukan dengan memperhatikan cascading informasi kinerja pada
Renstra Lementerian yang fungsinya dijabarkan dalam lingkup yang lebih spesifik dan
teknis. Sehingga dapat menjadi pedoman dalam kebijakan, perencanaan maupun
pengukuran kinerja hingga level individul.
5. Pemanfaatan kerja sama belum optimal dalam mendukung pemenuhan gap sumber daya
untuk kebutuhan program prioritas Kementerian. Dari total kebutuhan sesuai renstra
Tahun 2015-2019 sejumlah Rp50.683.474.000.000, PLN yang berkontribusi mengurangi
gap sebesar 3,18% , sementara dari kerja sama dalam negeri berkontribusi mengurangi
gap sebesar 2,94%. Dalam mengatasi hal tersebut, maka Biro Perencanaan dan Kerja
Sama akan melakukan perencanaan kerja sama semenjak T-1 dengan mengidentifikasi
dan menetapkan inisiasi kerja sama yang implementatif dan dapat menambah kontribusi
terhadap sumber daya program Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.
6. Belum diberdayakannya mitra dan ruang lingkup kerja sama secara optimal. Dari total
bentuk kerja sama luar negeri periode 2015-2019 dengan 7 mitra kerja sama, ruang
lingkup yang memberikan kontribusi berasal dari 5 mitra kerja sama (71,42%). Sementara
dari total bentuk kerja sama dalam negeri periode 2015-2019 dengan 101 mitra kerja
sama, ruang lingkup yang memberikan kontribusi berasal dari 59 mitra kerja sama
(58,41%).

46
KERJA SAMA KERJA SAMA
DALAM NEGERI LUAR NEGERI

Gambar 20 Grafik Realisasi Bentuk Kerja Sama Luar Negeri dan Dalam Negeri

7. Penyusunan rencana program dan kegiatan masih berorientasi pada output dan belum
pada outcome maupun impact.
(1) Sampai dengan 2020 masih berorientasi pada output dan belum kepada outcome
mengingat tahun 2020 adalah masa transisi dari Renstra 2015-2019 ke Renstra 2020-
2024. Cascading informasi kinerja yang telah disesuaikan dengan kebijakan RSPP
baru diintegrasikan pada Renstra 2020-2024 dan penerapannya baru pada tahun
2021, sehingga dapat mengiring pola perencanaan yang sama yaitu berbasis
outcome.
(2) Sampai dengan tahun 2020, perencanaan masing berbasis output dan belum
tercascading ke outcome dan impact Kementerian. Pola pikir perencanaan setiap
satuan kerja/unit adalah memenuhi tugas pokok dan fungsi yang melekat sesuai
Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK).
(3) Dari total 1.444 output yang berkaitan langsung dengan capaian indikator kinerja
adalah 1.5%.
8. Standarisasi pembiayaan belum mencerminkan kondisi tahapan pekerjaan dan prestasi
kerja yang riil. Dari 1.444 kegiatan yang diusulkan standar biayanya untuk menjadi
Standar Biaya Keluaran (SBK) hanya terealisasi 12 SBK sehingga capaian indikator kinerja
Persentase Kegiatan yang Menjadi Standar Biaya adalah sebesar 0,83%. Hal ini
disebabkan mulai pertama diterapkannya Kebijakan Redesain Sistem Program dan
Penganggaran (RSPP) yang berdampak pada penyesuaian terhadap sistem perencanaan
dan standarisasi struktur program, kegiatan dan klasifikasi rincian output serta rincian

47
output, sehingga hanya output yang sangat prioritas dan berdampak langsung pada
masyarakat yang disetuju menjadi SBK dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Bagan kontribusi Biro Perencanaan dan Kerja Sama di dalam Kementerian ATR/BPN maupun
pihak luar adalah sebagai berikut:

Gambar 21 Kontribusi Biro Perencanaan dan Kerja Sama

3) Biro Organisasi dan Kepegawaian


Isu strategis pada Biro Organisasi dan Kepegawaian diantaranya ialah terdapat tupoksi
yang tumpang tindih, agar hal ini dapat dituntaskan maka diperlukan regulasi yang
mendukung. Sebagai biro yang berkenaan dengan internal Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional diperlukan sistem informasi yang menunjang, namun
hingga kini, biro ini belum memiliki proses bisnis, Standard Operating Procedures dan
Standar Pelayanan yang lengkap, selain itu Indeks Profesionalitas ASN belum terukur.
Padahal diperlukan kemampuan Sumber Daya Manusia yang memadai agar profesionalitas
dapat mewujudkan visi dan misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional.

Bidang kepegawaian juga memiliki masalah berupa nilai penerapan SISTEM MERIT
belum maksimal, belum tersedia regulasi manajemen talenta Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, masih adanya usulan layanan kepegawaian yang tidak tepat waktu,

48
terdapat isu perlunya ketepatan pengangaran belanja operasional pada output layanan
perkantoran.

Sejumlah permasalahan yang dihadapi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan evaluasi organisasi belum diterapkan ke seluruh satuan kerja Evaluasi


organisasi sudah dilaksanakan tapi belum fokus ke cascading kinerja;
2. Terdapat perubahan SOP yang sebelumnya secara konvensional menjadi digital;
3. Indikator pengukuran kinerja belum komprehensif. Pengukuran indikator kinerja belum
dapat digunakan untuk mengukur capaian sasaran strategis kementerian ATR/BPN. Hal
ini disebabkan: pertama, uraian kegiatan dalam sasaran kerja pegawai belum
diturunkan dari indikator kinerja atasan langsung. Uraian kegiatan yang digunakan
dalam sasaran kerja pegawai hanya berdasarkan uraian tugas yang ada dalam permen
ATR/BPN no. 16 dan 17 tahun 2020. Kedua, kinerja pegawai hanya diukur dari
perspektif capaian fisik dan anggaran saja. Untuk perspektif eksternal dan pembelajaran
(learning and growth) belum terukur sampai kinerja individu. Ketiga, penilaian prestasi
kerja pegawai selama ini belum menerapkan penilaian dari atasan dan rekan kerja
(penilaian 360°).
4. Beberapa kebijakan dan penyelenggaraan sistem merit tergantung pada Instansi lain;
5. Regulasi/kebijakan masih dalam bentuk draft;
6. Benturan kepentingan terhadap layanan kepegawaian;
7. Keterbatasan anggaran belanja operasional.
Adapun Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi Kementerian sebagaimana berikut:

1. Agen perubahan masih sebatas melakukan perubahan dalam bentuk proyek


perubahan dan belum berperan sebagai agen yang mampu membangun social control
diantara rekan kerja dalam upaya penguatan integritas serta monitoring dan evaluasi
atas kinerja para Agen Perubahan belum optimal;
2. Telah dilakukan evaluasi kelembagaan yang mengarah kepada organisasi yang tepat
fungsi dan tepat ukuran, namun belum sepenuhnya berfokus kepada kinerja yang akan
dihasilkan;

49
3. Ukuran kinerja individu belum mengacu pada kinerja organisasi dan belum menjadi
dasar pemberian tunjangan kinerja sehingga mengakibatkan kinerja pegawai pada
setiap level tidak sepenuhnya selaras dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi;
4. Pelaksanaan assessment belum dilakukan secara menyeluruh;
5. Meningkatkan kepatuhan atas LHKASN dan LHKPN dalam upaya penegakan integritas
pegawai di lingkungan Kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
6. Implementasi sistem reward and punishment dalam pelayanan pada sebagian unit
layanan belum berjalan dengan baik;
7. Survei kualitas pelayanan dan persepsi korupsi terhadap stakeholders dari
Kementerian Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional belum
dilakukan terhadap seluruh unit layanan dan hasil survey belum sepenuhnya
ditindaklanjuti.

4) Biro Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN)


Isu strategis pada Biro Keuangan dan Barang Milik Negara sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya yaitu :

1. Masih lemahnya sistem pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sisi
pencapaian target penerimaan sesuai dengan target yang ditetapkan maupun
pengelolaan belanja sumber dana PNBP sesuai realisasi Penerimaan di tahun berjalan.
2. Belum tersedianya data BMN yang akurat dan terintegrasi yang digunakan antara lain
untuk perencanaan dan pemeliharaan.
3. Keterbatasan sumber daya Pejabat Pengelola Keuangan (PPK dan bendahara) pada
satuan kerja baik Pusat maupun daerah

Permasalahan yang ada pada Biro Keuangan dan BMN yaitu:

1. Belum seragamnya tingkat pemahaman terhadap sistem pengelolaan keuangan,


perbendaharan, pelaporan dan pengelolaan BMN.
2. Belum lengkap, akurat dan terintegrasinya data-data dalam sistem sebagai dasar dalam
pengelolaan keuangan.

50
5) Biro Hukum
Isu strategis yang masih dihadapi oleh Biro Hukum sebagai berikut:

1. Belum dipahami dan seragamnya mekanisme dan sistem pembentukan peraturan


perundangan sehingga membuat proses pembentukan menjadi lambat dan tidak
terpadu.
2. Masih banyak peraturan yang belum sinergis baik sehingga menghambat pelayanan dan
tidak efektif serta tidak selaras dengan visi dan misi kementerian.
3. Lambatnya proses harmonisasi karena melibatkan banyak Kementerian/Lembaga dan
peraturan perundangan yang dijadikan acuan dan tidak selaras.

Permasalahan yang dihadapi Biro Hukum :

1. Kurangnya petugas pelaksana legal drafting dan belum adanya perancang penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional serta kurangnya peningkatan kapasitas SDM petugas
legal drafting.
2. Belum adanya SOP bantuan hukum bagi pegawai sehingga bantuan hukum menjadi
belum optimal.
3. Peraturan terkait jaringan dan dokumentasi belum sesuai dengan kekinian, perlu
merevisi peraturan.

6) Biro Hubungan Masyarakat


Biro Hubungan Masyarajat memiliki 5 (lima) kelompok isu strategis dan menemui sejumlah
masalah teknis, yaitu:

1. Belum terintegrasinya sistem pengelolaan pengaduan antar unit kerja di lingkungan


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

51
2. Sistem komunikasi dan informasi publik belum memberikan dampak yang signifikan
terhadap image positif dan efektif bagi masyarakat terhadap program kerja dan
kinerja kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.
3. Belum terintegrasinya pengelolaan layanan informasi publik dan komunikasi di
lingkungan kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.
4. Belum seragamnya pemahaman terhadap sistem dan mekanisme pengelolaan
pengaduan, komunikasi dan informasi publik di lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

Permasalahan yang terdapat pada Biro Hubungan Masyarakat meliputi :

1. Peraturan yang belum mengakomodir kebutuhan terkini dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi.
2. Belum adanya SOP yang jelas mengatur masing-masing fungsi dan mekanisme
kehumasan sehingga menjadi tumpang tindih dan ada yang justru tidak tertangani.
3. Belum tersusunnya roadmap strategi yang akan ditempuh.
4. Belum terintegrasinya agenda kerja pimpinan tinggi madya meliputi menteri, wakil
menteri, staf ahli dan staf khusus.

7) Biro Umum dan Layanan Pengadaan


Isu Strategis Biro Umum dan Layanan Pengadaan antara lain:
1. Sistem administrasi perkantoran elektronik sudah terintegrasi namun pola kerja lama
masih berorientasi dengan manual;
Kondisi sampai dengan bulan April tahun 2021, seluruh satker sejumlah 531 (Pusat dan
Daerah) sudah memiliki akun aplikasi naskah dinas elektronik namun masih dalam tahap
optimalisasi sistem yang sesuai dengan instrumen pendukung pengelolaan arsip yaitu
penciptaan, penggunaan, pemeliharaan dan penyusutan secara elektronik. Saat ini
sedang dibuat regulasi yang mengatur mengenai Tata Naskah Dinas Elektronik dan akan
dibuat juknis terkait aplikasi sistem administrasi sehingga pola kerja nantinya berorientasi
pada teknologi informasi.
2. Belum ada standarisasi pengelolaan arsip baik fisik maupun elektronik yang teritegrasi di
tingkat pusat dan daerah;

52
Selama ini pengelolaan arsip masih berdasarkan pada kebijakan masing-masing satker
dan belum ada keseragaman dalam pengelolaannya. Saat ini sedang dibuat Rancangan
Peraturan Menteri tentang penyelenggaraan kearsipan di lingkungan Kementerian yang
mengatur pengelolaan arsip baik fisik maupun elektronik terintegrasi di tingkat pusat dan
daerah.
3. Terlaksananya proses pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa secara elektronik;
Masih terdapat 18 satker yang belum melaksanakan input Rencana Umum Pengadaaan
ke dalam aplikasi SiRUP.
4. Belum terpenuhinya prasarana pelayanan pertanahan di pusat dan daerah;
Terdapat 24 satker (4,7%) yang gedung kantornya sewa/pinjam pakai Pemda/Instansi lain
sehingga belum sesuai dengan standar Sarana dan Prasarana.
5. Belum terpenuhinya sarana pelayanan berbasis digital di satker daerah
Terdapat beberapa satker yang belum terpenuhi peralatan kerja dalam mendukung
pelayanan berbasis digital sesuai standarisasi sarana dan prasarana.
Permasalahan Biro Umum dan Layanan Pengadaan antara lain:
1. Belum adanya roadmap pemenuhan sarana dan prasarana yang menunjang
terbentuknya kantor modern berbasis digital
Selama ini pemenuhan sarana dan prasarana masih berdasarkan usulan/kebutuhan dari
masing-masing satker.
2. Pemanfaatan dan pengintegrasian sistem administrasi perkantoran elektronik belum
optimal dan memadai;
Selama ini belum ada petunjuk teknis penggunaan aplikasi perkantoran elektronik
sehingga tidak terciptanya kemudahan penyelesaian administrasi perkantoran secara
elektronik.
3. Belum adanya regulasi terkait standarisasi sarana dan prasarana, tata persuratan dan
arsip elektronik
Selama ini belum ada regulasi yang mengatur mengenai standarisasi sarana dan
prasarana, tata persuratan dan arsip elektronik. Saat ini sedang dibuat Rancangan
Peraturan Menteri tentang standarisasi sarana dan prasarana di lingkungan

53
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Rancangan
Peraturan Menteri tentang Tata Naskah Dinas Elektronik.
4. Belum terpenuhinya JFT kearsipan dan JFT pengelola pengadaan dan SOP Layanan
Pengadaan Barang/Jasa
Kondisi saat ini belum terdapat JFT kearsipan (arsiparis) di tingkat pusat maupun daerah
(±520 𝑠𝑎𝑡𝑘𝑒𝑟) dan JFT Pengelolaan Pengadaan Barang/Jasa di tingkat Daerah
5. Minimnya alokasi anggaran sarana dan prasarana menjadi hambatan dalam
pembenahan. Usulan untuk Tahun Anggaran 2022 kebutuhan sarana dan prasarana
sebesar 1,7 T sedangkan alokasi pagu hanya 83 M. Untuk tahun 2022 masih
membutuhkan tambahan anggaran kurang lebih 135 M untuk 36 satuan kerja.
6. Belum ada sistem elektronik yang memiliki fungsionalitas kearsipan untuk
mengakomodir penciptaan, penggunaan, pemeliharaan dan penyusutan arsip. Proses
bisnis kearsipan belum sepenuhnya dilaksanakan secara sistem elektronik. Penciptaan
arsip dilakukan secara semi elektronik dan belum melalui sistem yang memiliki
fungsionalitas kearsipan, sehingga saat penciptaan arsip belum secara otomatis
mendefinisikan klasifikasi arsip, masa retensi, nasib akhir dan sistem akses
keamanannya. Template naskah dinas masih dalam proses pengembangan agar dibuat
secara elektronik dalam sistem. Saat ini pembuatan naskah dinas masih dilakukan
secara manual. Sistem penomoran dilakukan dengan menentukan klarifikasinya secara
manual terlebih dahulu, untuk kemudian naskah dinas dikonversi kedalam bentuk pdf
untuk dilakukan TTE melalui aplikasi e office dan didistribusikan melalui aplikasi e-office
secara internal kementerian (pusat dan daerah). Sedangkan sistem korespondensi antar
instansi masih dilakukan secara manual dengan mengirimkan hardcopynya. Namun
untuk surat masuk dari eksternal sudah dapat dikirim melalui email dalam bentuk pdf,
dan untuk surat masuk yang berupa hardcopy dilakukan scaning untuk kemudian
dimasukkan kedalam aplikasi e office sampai pada tahap pendistribusian dan disposisi.
Hardcopy nya kemudian dikirimkan ke unit pengolah untuk ditindaklanjuti. Naskah dinas
yang diciptakan masih diperlukan pencetakan sehingga untuk proses bisnis selanjutnya
yang berupa penggunaan, pemeliharaan, dan penyusutan masih murni dilakukan
secara manual. Penggunaan arsip berupa foto copy, legalisir dan peminjaman arsip asli
masih dilakukan dalam bentuk hardcopy namun sudah sesuai dengan ketentuan yang

54
berlaku. Pemeliharaan yang dilakukan oleh unit kerasipan I dilakukan terhadap arsip
vital (sk hak dan beberapa arsip inaktif) melalui proses penataan dan pendataan arsip
secara bertahap untuk menghasilkan daftar arsip. Tahapan penyusutan arsip yang
dilakukan adalah dengan melakukan pemusnahan sesuai dengan pedoman
pemusnahan yang sudah dibuat. Sedangkan pemindahan arsip inaktif dan penyerahan
arsip statis belum dapat dilakukan namun sudah dibuat tata laksananya dalam bentuk
SOP.

8) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia


Sejumlah isu strategis yang dimiliki oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia ialah :
1. Belum adanya sistem yang mengintegrasikan antara hasil penilaian kompetensi,
pengembangan kompetensi, manajemen talenta dan sistem informasi kepegawaian.
2. Belum memiliki seluruh data profil potensi dan kompetensi, pengembangan kompetensi
pegawai Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional yang
menunjang manajemen talenta.
3. Belum adanya standarisasi program penilaian kompetensi dan pengembangan
kompetensi.

Permasalahan teknis yang dihadapi oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia,
antara lain :
1. Belum adanya regulasi yang berkaitan dengan Human Capital Development Plan
(HCDP), Regulasi dalam penyelenggaraan Penilaian dan Pengembangan Kompetensi;
2. Belum adanya standarisari metode, instrumen potensi dan kompetensi pada
pelaksanaan penilaian kompetensi bagi para pegawai sesuai dengan jenjang jabatannya;
3. Penyelenggaraan pengembangan sdm belum berbasis kompetensi dan kebutuhan
organisasi dan stakeholder;
4. Keterbatasan jumlah asesor, tenaga pengajar, dan penyelenggara dalam mendukung
terselenggaranya penilaian kompetensi dan pengembangan kompetensi;
5. Belum adanya sistem pengelolaan hasil penilaian kompetensi, media pembelajaran, dan
kurikulum program pengembangan kompetensi, serta penjaminan mutu program
penilaian kompetensi dan kebutuhan organisasi.

55
9) Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan LP2B
Isu strategis Pusat data dan informasi pertanahan, tata ruang dan LP2B, antar lain yaitu :

1. Belum adanya added value terhadap informasi pertanahan yang disajikan dan dapat
dimanfaatkan publik dan pendapatan negara.

2. Teknologi belum dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan kualitas layanan


pertanahan dan tata ruang yang aman dan terpadu/terintegrasi.
3. Data digital yang akurat/valid belum menjadi prioritas dalam pelayanan kepada
masyarakat dan stakeholders.

Dari isu strategis tersebut terdapat permasalahan teknis, sebagai berikut :


1. Belum adanya grand design TIK yang terpadu.
2. Tingkat kualitas/validitas data yang rendah serta transformasi digitalisasi data/alih
media yang masih rendah dan parsial.
3. Rendahnya tingkat kepatuhan pengguna internal dalam menjalankan sistem berbasis
elektronik sesuai dengan pedoman teknis (culture yang tidak menyadari pentinganya
validasi data digital).
4. Minimnya ketersediaan regulasi yang mendukung ke arah trasnformasi digital dan
pamanfaatan teknologi dalam pelayanan dan hukum.
5. Minimnya sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam bidang IT
sehingga menemui kendala penerapan ISO 270001 dalam Infrastruktur Teknologi
Informasi di lingkungan Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional .

10) Pusat Pengembangan dan Standarisasi Kebijakan Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan
Pusat Pengembangan dan Standarisasi Kebijakan Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan
memiliki sejumlah isu strategis bersifat Nasional dan untuk mengatasinya diperlukan jangka
waktu panjang, berupa:

1. Hasil penelitian/pengkajian belum digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan dan


strategi. Persentase hasil penelitian yang diimplementasikan sebesar 33,75%.
2. Kualitas penelitian/pengkajian belum mampu melahirkan inovasi untuk meningkatkan
kinerja lembaga yang efektif dan efisien. Kajian inovasi mulai diinisiasi Tahun 2020

56
melalui kajian penerapan inovasi layanan pertanahan yang ada untuk diterapkan secara
lebih luas (Nasional).
3. Belum adanya grand design riset teknologi untuk menunjang efektifitas dan efisensi
pelayanan kepada masyarakat. Hal ini diakibatkan belum adanya peneliti dengan
kualifikasi bidang kepakaran berbasis teknologi informatika.
Kondisi di atas memiliki permasalahan yang berhubungan dengan kajian kebijakan, yaitu:
1. Kebijakan belum berbasis riset (kajian kebijakan dan penerapan inovasi).
2. Hasil penelitian/pengkajian belum sesuai dengan kebutuhan praktis lembaga.
3. SDM peneliti yang belum sesuai kebutuhan kepakaran dan minimnya motivasi dan
kemampuan menulis hasil-hasil penelitian untuk publikasi di jurnal ilmiah bermutu
tinggi.

11) Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional


Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) tidak lepas dari Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) Tahun 1960 yang memiliki sejumlah potensi, namun juga tidak lepas dari isu
strategis, yaitu :

1. STPN belum mampu memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang mempunyai
kualifikasi dan kompetensi analis pelaksana teknis di bidang agraria, tata ruang dan
pertanahan serta sesuai dengan perkembangan teknologi informasi;
2. Belum adanya grand design penyelenggaraan pendidikan yang mengarah pada praktik
bisnis yang sehat, sehingga pengelolaannya dapat lebih efektif dan efisien.

Permasalahan teknis yang dimiliki oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, yaitu:
1. Penyelenggaraan pendidikan belum berbentuk Politeknik dengan tata kelola sebagai
Badan Layanan Umum di bidang pendidikan;
2. Kebijakan penyelenggaraan program studi pendidikan belum mengarah pada kualifikasi
analis yang sesuai dengan bidang-bidang teknis agraria, tata ruang dan pertanahan;
3. Sejalan dengan rencana penambahan program studi tersebut, masih diperlukan
penambahan sekitar 89 (delapan puluh sembilan) tenaga pendidik (dosen) yang
kompeten di bidang pertanahan, yang dapat dipenuhi melalui perpindahan tenaga
struktural (ASN) di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan

57
Nasional ke STPN dan/atau rekruitmen Dosen tetap non-ASN. Pada tahun 2020 dan 2021
rasio dosen terhadap mahasiswa adalah 1:29.
4. Perlu peningkatan sarana dan prasarana guna pengembangan sistem manajemen
informasi terintegrasi digital.

12) Sekretariat Direktorat Jenderal dan Sekretariat Inspektorat Jenderal


Sekretariat Direktorat Jenderal dan Sekretariat Inspektorat Jenderal merupakan unit
pendukung Direktorat Jenderal dan Inspektorat Jenderal dalam melaksanakan fungsinya.
Sekretariat Direktorat Jenderal dan Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai fungsi
pendukung kinerja Direktorat Jenderal/Inspektorat Jenderal guna mewujudkan good
governance meliputi fungsi pengelolaan SDM, pengelolaan aset dan kerumahtanggaan,
pengelolaan anggaran, perencanaan dan pelaporan serta evaluasi kinerja, legal drafting
rancangan peraturan perundangan, serta pengendalian internal. Sebagai unit pendukung
mempunyai isu strategis, yaitu :
1. Belum diterapkannya pengelolaan sumber daya manusia yang mempunyai
kompetensi menunjang kinerja keteknisan.
2. Budaya kerja yang masih parsial mengakibatkan kendala koordinasi kerja (bisnis
proses-input-output belum jelas sehingga outcome yang diharapkan tidak
sebagaimana yang diharapkan).
3. Informasi, data sumber daya, capaian kinerja dan hasil evaluasi serta
pengaduan/komplain pihak lain/masyrakarat belum menjadi dasar dalam
merumuskan kebijakan dan strategi penentuan program kerja.
4. Sistem pengendalian internal belum optimal diterapkan.

Permasalah teknis yang dihadapi, meliputi :


1. Belum dapat menentukan alat ukur yang tepat dalam mengukur keberhasilan kinerja
dan dampak di masyarakat/pihak lain dari kinerja Kementerian sehingga dan
punishment belum dapat diterapkan.
2. Belum ada standar kualitas sumber daya manusia sehingga menghasilkan rendahnya
kualitas pekerjaan dan minimnya sumber daya manusia sehingga beban kerja menjadi
tinggi dan target dan kualitas kinerja rendah.

58
3. Pengelolaan data aset tidak optimal sehingga belum dapat secara optimal menunjang
kinerja teknis.
4. Sistem dan mekanime kerja yang belum teritegrasi berdampak pada tumpang
tindihnya pekerjaan.

59
BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN

2.1. Visi Kementerian

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional menetapkan Visi
dan Misi untuk mendukung pencapaian Visi dan Misi Presiden yang tertuang dalam RPJMN.
Visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional selama 5 (lima) tahun
ke depan adalah :

Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan yang Berkualitas dan


Berdaya Saing

Gambar 22 Visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

Visi ini secara langsung sangat relevan dengan 7 (tujuh) Agenda RPJMN 2020-2024.
Dalam hal ini misalnya, agenda “Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang
Berkualitas” dan “Infrastruktur untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan
Dasar” sangat bergantung pada kualitas dan reliabilitas administrasi pertanahan dan tata
ruang. Begitu juga guna memenuhi agenda “Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi
Kesenjangan” dan “Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan Ketahanan Bencana dan
Perubahan Iklim”, kebijakan pertanahan dan penataan ruang yang kuat dan berkeadilan
sangat menentukan.
Frasa “berstandar dunia” dimaknai sebagai penerapan international best practices
dalam upaya-upaya: meningkatkan efektivitas manajemen dan mutu pelayanan tanah dan
ruang secara berkesinambungan; meningkatkan kepercayaan dan kepuasan masyarakat
yang berdampak pada peningkatan manfaat dan kualitas (output to impact) layanan
pertanahan serta pemeringkatan Ease Of Doing Bussiness (kemudahan berusaha).

60
2.2. Misi Kementerian

Guna mencapai visi di atas, Presiden dan Wakil Presiden merumuskan sembilan misi,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melaksanakan tujuh
diantaranya seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini:

Gambar 23 Tujuh Misi Presiden dan Wakil Presiden yang Dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Berdasarkan mandat Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


dijalankan melalui 2 Misi dengan uraian sebagai berikut :

Menyelenggarakan Penataan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang


1
Produktif, Berkelanjutan dan Berkeadilan

Menyelenggarakan pelayanan pertanahan dan ruang berstandar dunia


2

Gambar 24 Misi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

61
2.3. Tujuan dan Sasaran Kementerian

Tujuan disusun sebagai implementasi atau penjabaran Misi, dengan target yang
spesifik dan terukur dalam suatu sasaran. Tujuan dan sasaran menjadi penting untuk
dirumuskan dengan memperhatikan berbagai aspek secara komprehensif. Penjabaran
tujuan ke dalam sasaran strategis disusun dengan memperhatikan Paradigma Manajemen
Ruang dan Pertanahan (Land Management Paradigm)

Gambar 25 Paradigma Manajemen Ruang dan Pertanahan

Dilandasi prinsip-prinsip tersebut, Misi Pertama yaitu: “Menyelenggarakan Penataan


Ruang dan Pengelolaan Pertanahan yang Produktif, Berkelanjutan, dan Berkeadilan”
dilaksanakan untuk mencapai 2 Tujuan, sedangkan Misi Kedua yaitu: “Menyelenggarakan
Pelayanan Pertanahan dan Ruang berstandar dunia” dilaksanakan untuk mencapai 1 tujuan

62
Gambar 26 Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 (Bagian 1)

63
Gambar 27 Visi dan Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Pertanahan dan Ruang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional 2020-2024 (Lanjutan)

64
Sasaran Strategis beserta Indikator Kinerjanya dalam bagan di atas merupakan
Indikator Kinerja Utama (IKU) Menteri dan Wakil Menteri. Perencanaan kinerja sebagai
bagian dari manajemen kinerja (performance Management) yang mengalirkan (cascade) visi
dan misi pada tujuan dan sasaran yang disertai indikator kinerjanya, akan dikelola
berdasarkan 4 (empat) perspektif atau pendekatan untuk memudahkan pengendalian dan
evaluasi serta dorongan pencapaian kinerja agar lebih optimal. Keempat perspektif tersebut
disajikan pada Gambar 17:

Tujuan 1 Tujuan 2
Consumer
Perspektif

Pengelolaan Pertanahan untuk Penataan Ruang yang Adil, Aman, Nyaman,


Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat Produktif dan Lingkungan Hidup yang
Berkelanjutan

Sasaran Strategis
Stakeholder
Perspektif

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Peningkatan Kualitas dan Pemenuhan


Pemanfaatan Tanah yang Berkepastian Rencana Tata Ruang serta Pewujudan
Hukum dan Produktif Tertib Tata Ruang

Tujuan 3
Perspektif
Internal

Pelayanan Publik Dan Tata Kelola


Kepemerintahan Yang Berkualitas Dan Berdaya
Saing

Sasaran Strategis
Manajemen
Perspektif

Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang


Komprehensif dan Berstandar Kepemerintahan
Yang Baik

Gambar 28 Perspektif manajemen kinerja sasaran strategis Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Perspektif stakeholder dan customer akan menjadi alat ukur kinerja bagi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, agar kebijakan, program
dan kegiatan yang dilaksanakan mampu menghasilkan dan memberikan impact yang positif
bagi masyarakat. Dukungan manajemen dan perspektif internal yang akan selalu
dikembangkan melalui institutional building dan capacity building merupakan agenda yang
tidak dapat dipisahkan untuk mewujudkan impact dari kinerja Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

65
Adapun perspektif manajemen kinerja Sekretariat Jenderal dalam mewujudkan visi
misi terbagi dalam 4 (empat) perspektif. Peta perspektif manajemen kinerja ini sebagai alat
untuk memantau keputusan strategis yang diambil pada Sekretariat Jenderal berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan melalui 4 (empat) perspektif. Keempat perspektif tersebut
disajikan pada Gambar 18 sebagai berikut:

Gambar 29 Perspektif manajemen kinerja sasaran strategis Sekretariat Jenderal

Dalam perspektif internal, Sekretariat Jenderal dalam mewujudkan Indeks Reformasi


Birokrasi yang terus meningkat dicapai melalui 8 (delapan) area perubahan yaitu manajemen
perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi,
penataan tata laksana, penataan sumber daya manusia, penguatan akuntabilitas kinerja dan
penguatan pengawasan serta peningkatan kualitas pelayanan publik. Selain itu dengan
dilengkapi dari nilai akuntabilitas kinerja, nilai kapasitas organisasi, nilai persepsi korupsi dan
opini BPK serta nilai persepsi kualitas pelayanan.

Sedangkan dalam perspektif stakeholder dan customer akan menjadi alat ukur
kinerja bagi Sekretariat Jenderal agar program dan kegiatan yang dilaksanakan dapat
menghasilkan dampak yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam mencapai visi misi
juga didukung oleh aspek manajemen operasional dan aspek pengendalian internal dalam
sumber daya manusia di lingkup Sekretariat Jenderal.

66
BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN


KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
disusun dengan mengacu pada RPJMN tahun 2020-2024, untuk mendukung capaian Visi dan
Misi Presiden dan Wakil Presiden tahun 2020-2024. Visi Presiden dan Wakil Presiden tahun
2020-2024 adalah : “Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian, berlandaskan gotong-royong”. Visi tersebut dipertajam dengan sembilan
Misi, yaitu:
1 Peningkatan kualitas manusia Indonesia. 5 Kemajuan budaya yang mencerminkan
kepribadian bangsa.
2 Struktur ekonomi yang produktif, 6 Penegakan sistem hukum yang bebas
mandiri, dan berdaya saing korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
3 Pembangunan yang merata dan 7 Perlindungan bagi segenap bangsa dan
berkeadilan. memberikan rasa aman pada seluruh warga.
4 Mencapai lingkungan hidup yang 8 Pengelolaan pemerintahan yang bersih,
berkelanjutan. efektif, dan terpercaya.
9 Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka
Negara Kesatuan

Dalam rangka mewujudkan kondisi tersebut terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke
IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN tahun 2005- 2025 untuk mencapai
tujuan utama dari rencana pembangunan Nasional periode terakhir. Empat pilar dari RPJMN
ke IV tahun 2020-2025 digambarkan pada Gambar di bawah:

67
Gambar 30 Pilar RPJMN ke IV
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, Rancangan Teknokratik RPJMN 2020-2025

Keempat pilar tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam 7 (tujuh) agenda


pembangunan yang di dalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek
Prioritas.

Gambar 31 Rancangan 7 (Tujuh) Agenda dalam RPJMN ke IV


Sumber : Kementerian PPN/Bappenas, Rancangan Teknokratik RPJMN 2020-2025

68
Penekanan pembangunan lima tahun kedepan diarahkan untuk mendukung prioritas
pembangunan Nasional sebagaimana disebutkan dalam pidato pelantikan Presiden pada 20
Oktober 2019 di hadapan MPR, yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 32 Lima Arahan Presiden Tahun 2020-2024

Sebagai supporting kebijakan Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional juga berkewajiban mewujudkan agenda “Meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing”, “Membangun lingkungan hidup,
meningkatkan ketahanan bencana dan perubahan iklim”, serta “Membangun kebudayaan
dan karakter bangsa” yang terintegrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan bidang
pertanahan dan penataan ruang selama lima tahun mendatang.

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional

Arah kebijakan yang dipilih Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional pada tahun 2020-2024 adalah dengan menerapkan paradigma manajemen
pertanahan (Land Management Paradigm/LMP) yang terdiri dari Land Tenure, Land Value,
Land Use, Land Development dan Cadastre and Land Infrastructure Information sebagai
landasan untuk mencapai tujuan. Paradigma manajemen pertanahan diformulasikan

69
sebagai kebijakan untuk mengelola urusan tanah dan ruang, dalam hal ini perencanaan dan
penataan ruang merepresentasikan fungsi Land Use. Pengaturan penguasaan dan
kepemilikan tanah merepresentasikan fungsi Land Tenure, serta penilaian dan
pengembangan pertanahan masing-masing merepresentasikan Land Value dan Land
Development.
Secara diagramatik, perspektif manajemen global yang dikaitkan dengan
Pembangunan Berkelanjutan dapat disajikan dalam gambar di bawah ini (Enemark dkk.,
2010)

Gambar 33 Perspektif Global Pengelolaan Pertanahan (dan Ruang) dalam Pembangunan Berkelanjutan
(sumber: Enemark dkk 2010)

Dalam diagram tersebut komponen operasional dalam manajemen pertanahan pada


dasarnya berupa operasionalisasi fungsi administrasi. Fungsi administrasi pertanahan akan
sangat tergantung pada kondisi dan kapasitas di suatu negara yang mencakup (1) Kebijakan
Pertanahan, (2) Ketersediaan dan kualitas Informasi Pertanahan, dan (3) Kerangka
Institutional yang berlaku. Kesemuanya ini penting untuk memastikan kontrol dan
pengelolaan ruang fisik serta outcome ekonomi dan sosial.
Strategi yang diterapkan dalam rangka mewujudkan tujuan Kementerian berbasis
LMP adalah penguatan aspek spasial (data bidang tanah terkait kepentingan hak, batasan

70
dan tanggung jawab yang ditimbulkan dari penguasaan, pemilikan, pemanfaatan tanah dan
ruang), aspek institusional (mekanisme, prosedur dan proses melibatkan para pihak terkait
urusan tanah dan ruang), aspek legal (kebijakan dan peraturan yang diperlukan untuk
memastikan tercapainya tujuan Kementerian) yang berbasis data dengan cakupan yang
lengkap, memiliki reliabilitas tinggi, dan transparan.
Dalam hal ini, peran Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam mendukung
pencapaian misi pertama dan kedua melalui digitalisasi proses dan layanan sangat krusial
untuk mendukung implementasi kebijakan pertanahan dalam Arah Kebijakan dan Strategi
yang terkait dengan kinerja Sekretariat Jenderal diuraikan pada gambar berikut:

71
Gambar 34 Strategi dan Arah Kebijakan

Berdasarkan strategi dan arah kebijakan tersebut di atas maka tema tahunan
adalah sebagai berikut:

2020 2021 2022 2023 2024

•Peningkatan •Peningkatan •Berbasis •Berbasis •Stelsel Positif


Kualitas Kualitas Elektronik Elektronik dan Institusi
Menuju Berstandar
Transformasi Dunia
Digital

Gambar 35 Tema Tahunan Strategi dan Arah Kebijakan

72
Tabel 4 Strategi sesuai arah kebijakan dan tema tahunan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional

Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan


Indeks akuntabilitas 85
• Penyusunan renstra K/L sampai dengan satker
• Pengukuran kinerja secara berjenjang sampai dengan tingkat eselon II
• Pelaksanaan penganggaran dengan pendekatan money follow program, value for money dan zero
2020 based budgeting
Peningkatan • Internalisasi dan dokumentasi atas implementasi SAKIP pada seluruh satker
Kualitas • Pematangan roadmap desain akuntabilitas kinerja dan keuangan:
• Perencanaan, pengukuran, pelaporan kinerja, evaluasi internal, capaian kinerja diinternalisasikan
untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas penggunaan anggaran serta berorientasi pada hasil
• Peningkatan kualitas kelancaran pelaksanaan anggaran, mendukung manajemen kas dan
meningkatkan kualitas laporan keuangan

2021 Indeks akuntabilitas 86


Peningkatan • Pembangunan sistem perencanaan dan penganggaran berbasis TIK (Teknologi, Informasi dan
Kualitas Komunikasi) yang dapat dimanfaatkan dalam mengukur capaian kinerja organisasi
Menuju • Tingkat efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran dibandingkan capaian kinerja sudah
Transformasi memadahi
Digital • Pembangunan sistem terpadu penilaian kualitas anggaran

Indeks akuntabilitas 88
• Pemanfaatan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) dalam proses perencanaan,
2022 pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi terintergrasi pada Kantor Pertanahan Kategori “A”
Berbasis • Pengukuran kinerja individu selaras dengan kinerja organisasi secara berjenjang dan berkala
Elektronik • Kualitas pembangunan budaya kerja birokrasi dan penyelnggaraan pemerintahan yang berorientasi
pada hasil di kementerian ATR/BPN sudah baik dan konsisten
• Penerapan tingkat efektifitas dan efesiensi sebagai reward dan punishment alokasi anggaran
Indeks akuntabilitas 89

2023 • Pemanfaatan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) dalam proses perencanaan,
Berbasis pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi terintergrasi pada Kantor Pertanahan Kategori “B”
• Tingkat efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran sudah lebih memadai dan menunjang
Elektronik
kualitas pembangunan berorientasi pada hasil sudah lebih baik
• Kualitas anggaran berbasis outcome sudah lebih baik

2024 Indeks akuntabilitas 90


Stelsel
Positif dan • Pemanfaatan TIK (Teknologi, Informasi dan Komunikasi) dalam proses perencanaan,
pelaksanaan,pemantauan dan evaluasi terintergrasi pada Kantor Pertanahan Kategori “C”
Institusi
• Tingkat efektifitas dan efesiensi penggunaan anggaran sudah lebih memadai dan menunjang
Berstandar
kualitas pembangunan berorientasi pada hasil sudah sangat baik
Dunia
Pelayanan Publik
Indeks pelayanan publik 80
2020
Peningkatan • Roadmap design peningkatan pelayanan publik yang memuat aspek kebijakan pelayanan, aspek
profesionalisme SDM, aspek sarana dan prasarana pelayanan publik, aspek sistem informasi
Kualitas
pelayanan publik, aspek konsultasi dan pengaduan, aspek inovasi.

2021 Indeks pelayanan publik 85


Peningkatan • Perijinan dan/atau pelayanan yang lebih mudah
Kualitas • Internalisasi penerapan indicator pengukur keberhasilan
Menuju • Pembangunan system integrasi pelayanan publik berbasis elektronik

73
Transformasi
Digital
Indeks pelayanan publik 90
2022 Upaya dan/atau inovasi pada perijinan/pelayanan telah dipermudah dalam hal:
Berbasis • Waktu lebih cepat
Elektronik • Alur proses lebih pendek/singkat
• Terintegrasi dengan aplikasi
Indeks pelayanan publik 90
Upaya dan/atau inovasi telah mendorong perbaikan pelayanan publik pada:
2023 • Kesesuaian Persyaratan • Kualitas Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan
Berbasis • Kemudahan Sistem, Mekanisme, dan Prosedur • Kompetensi Pelaksana/Web
Elektronik • Kecepatan Waktu Penyelesaian • Perilaku Pelaksana/Web
• Kejelasan Biaya/Tarif, Gratis • Kualitas Sarana dan prasarana
• Penanganan Pengaduan, Saran dan
Masukan

2024 Indeks pelayanan publik 90


Stelsel
Positif dan
• Upaya dan/atau inovasi yang dilakukan telah mendorong perbaikan seluruh pelayanan publik yang
Institusi
prima (lebih Cepat dan mudah)
Berstandar
Dunia
Profesionalitas Aparatur Sipil Negara
Indeks profesionalitas ASN 52,18
• Kedisiplinan, kompetensi, kinerja kualifikasi/latar belakang Pendidikan diinternalisasi dan diterapkan
• Pembangunan Resources Management System dan Talent Mapping Program
2020 • Pembangunan Asesment Center
Peningkatan • Pilot Penilaian Kompetensi terhadap 1.945 Pejabat Pengawas
• Penilaian Kompetensi 54 Pejabat Administrator
Kualitas
• Pemanfaatan Learning Management System dalam setiap pembelajaran
• Penyelenggaraan Program Pengembangan Kompetensi bagi ASN dan Mitra Kementerian ATR/BPN

Indeks profesionalitas ASN 60,20


• Pembangunan Virtual
• Assesment System (Berbasis elektronik)
• Pusat Studi Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan berkontribusi
• dalam education 4.0 (STPN)
• dan industry 4.0 (Kementerian ATR/BPN)
2021 • Tallent Pool selesai
Peningkatan • Penyusunan Standar Penilaian Kompetensi Pegawai
Kualitas • Persiapan Pembangunan Penilaian Kompetensi Virtual/Online
Menuju • Penyelenggaraan Penilaian Kompetensi semi Mandiri
Transformasi • Penyusunan Program Pengembangan Kompetensi ASN Jabatan Fungsional di setiap jenjang jabatan
Digital dengan metode e-learning dan blended learning;
• Penyelenggaraan Program Pengembangan Kompetensi bagi ASN dan Mitra Kementerian ATR/BPN
• Pemenuhan Nilai Indeks Profesionalisme Dimensi Kompetensi bagi Pejabat Administrator,
Pengawas dan Fungsional
• Pengembangan Studio LMS Pintar
• Pengembangan Sistem Learning Resources Center PPSDM
• Pembangunan Simulator Layanan Pertanahan dan Tata Ruang
Indeks profesionalitas ASN 69,33

74
• Assesment Center Mandiri • Pengembangan Sistem Laporan Hasil
• Pengelolaan Talent Pool Penilaian Kompetensi Pegawai berbasis
• System yang terintegrasi Elektronik
• Perubahan kelembagaan • Pengembangan Metode Pembelajaran
• dari Sekolah Tinggi menjadi Politeknik dan Mobile Learning
lembaga • Pelaksanaan Program Pelayanan Penilaian
2022 • sertifikasi profesi dan Pengembangan Kompetensi bagi
Berbasis • Persiapan Akreditasi Lembaga Penilaian Stakeholders dan Mitra berbasis PNBP;
Elektronik Kompetensi. Pemenuhan Nilai Indeks • Penggunaan Studio LMS Pintar
Profesionalisme Dimensi Kompetensi bagi Pejabat • Pengembangan Desain Sistem Learning On
Administrator, Pengawas dan Fungsional Demand pada Learning Resources Center
PPSDM
• Pemanfaatan Simulator Layanan
Pertanahan dan Tata Ruang
Indeks profesionalitas ASN 81,53
• Sinergitas manajemen • Penggunaan Metode Pembelajaran Mobile
• talenta Kementerian Learning
• ATR/BPN • Penyusunan Program Pengembangan
2023 • Performance Base Kompetensi ASN Jabatan Fungsional di
Berbasis • Assement System setiap jenjang jabatan dengan metode e-
• Completed learning dan blended learning;
Elektronik
• Lembaga Penilaian Kompetensi yang terakreditasi • Pelayanan pembelajaran dengan
• Pemenuhan Nilai Indeks Profesionalisme Dimensi mekanisme Learning On Demand pada
Kompetensi bagi Pejabat Administrator, Pengawas Learning Resources Center PPSDM
dan Fungsional • Pelaksanaan Program Pengembangan
Kompetensi menuju Corporate University
Indeks profesionalitas ASN 93,00
2024 • Fully Virtual Assesment
Stelsel • STPN menjadi National Center of Excellent
Positif dan • Sinergitas Manajemen Talenta Kementerian ATR/BPN
Institusi • Penerapan Corporate University secara penuh
Berstandar
Dunia

Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


Indeks SPBE 2,60
• Kebijakan internal SPBE
2020 • pengembangan Layanan manajemen SPBE dan layanan publik
Peningkatan • Penerapan digital signature
Kualitas • membangun basis data elektronik secara Nasional
• Set up PMO
• Pembangunan Sistem Audit Aplikasi dan pelaksanaan Audit
Indeks SPBE 2,80
• Penyusunan kebijakan dan dokumen Tatakelola SPBE dan Manajemen SPBE
• Penyusunan pedoman audit internal
2021
• Penyusunan peta rencana SPBE dan Kebijakan arsitektur SPBE
Peningkatan • Penyusunan kebijakan manajemen resiko
Kualitas • Pengembangan Layanan pertanahan elektronik
Menuju • Pengembangan Sertipikat elektronik
Transformasi • Operasional KPBU
Digital • Penyempurnaan Sistem Aplikasi Audit
• Persiapan, Penyusunan kebijakan dan dokumen SOP dan implementasi ISO 27001:2013 scope data
center
• Membangun kemitraan dengan lembaga sertifikasi peningkatan mutu SDM IT → SFIA

75
Indeks SPBE 3,00
• Impementasi kebijakan dan dokumen Tatakelola • Penyusunan kebijakan dan implemetasi
SPBE dan Manajemen SPBE data management
2022 • Implementasi teknologi blockchain (smart • Persiapan, Penyusunan kebijakan dan
contract, smart escrow dan peer to peer dokumen SOP dan implementasi ISO
Berbasis transaction) 27001:2013 scope aplikasi
Elektronik • Penyusunan service level management dan aset TI • Pelaksanaan self asessment penilaian
(CAMDB) untuk semua layanana elektronik skill dan kompetensi SDM TI
• Pengembangan knowledge Management • Pembangunan Modern Land Information
• Implemetasi Sertipikat elektronik system (MLIS)

Indeks SPBE 3,20


• Persiapan, Penyusunan kebijakan dan dokumen • Melaksanakan maturity asessment
SOP dan implementasi ISO 20000:2011 mengenai berdasar COBIT 2019 dan ITIL v4
2023 IT service management • Implemetasi Modern Land Information
Berbasis • Kolaborasi informasi dengan publik (Crowd system (MLIS)
Sourcing) • Pembangunan command center
Elektronik
• Penyusunan Disaster Recovery Plan (DRP) menggunakan managed services
• Pelaksanaan self asessment penilaian
skill dan kompetensi SDM TI
• Pembangunan Learning resources Center
Indeks SPBE 3,40
• Seluruh kantor pertanahan sudah modern (telah melaksanakan Management Land Information
2024 System)
Stelsel Positif • Data Center BIG data
dan Institusi • Terbangunnya big data analytics
Berstandar • Pengembangan command center menggunakan managed services meliputi:
Dunia • Manage and monitoring infrastructure
• Manage and monitoring applications
• Manage and monitoring security incident
• Manage and monitoring server/storage

Penguatan Peraturan Perundangan


Nilai penguatan perundang-undangan 3
2020
Peningkatan • Rancangan peraturan yang disampaikan ke Biro Hukum
• Rancangan dokumen kerjasama yang disampaikan ke Biro Hukum
Kualitas
• Rancangan yang disetujui

2021 Nilai penguatan perundang-undangan 3,5


Peningkatan
Kualitas
Menuju • Simplifikasi peraturan secara hierarki
Transformasi
Digital

2022 Nilai penguatan perundang-undangan 4


Berbasis • Tersedianya rancangan peraturan yang mendukung pelayanan pelayanan berbasis elektronik
Elektronik (online)

2023 Nilai penguatan perundang-undangan 4,5


Berbasis • Tersedianya peraturan yang mendukung pelayanan pelayanan berbasis elektronik (online)
Elektronik
Nilai penguatan perundang-undangan 5

76
2024
Stelsel Positif
dan Institusi • Penerapan kebijakan siap dilaksanakan secara komprehensif
Berstandar
Dunia

Pemenuhan Layanan Perkantoran


2020 Terpenuhinya layanan perkantoran 100%
Peningkatan • Layanan perkantoran
Kualitas
2021 Terpenuhinya layanan perkantoran 100%
Peningkatan
Kualitas
Menuju • Terpenuhinya pelayanan operasional perkantoran
Transformasi
Digital

2022 Terpenuhinya layanan perkantoran 100%


Berbasis
• Terpenuhinya pelayanan operasional perkantoran
Elektronik
Terpenuhinya layanan perkantoran 100%
2023
Berbasis
• Terpenuhinya pelayanan operasional perkantoran
Elektronik

Terpenuhinya layanan perkantoran 100%


2024
Stelsel Positif
dan Institusi
Berstandar • Terpenuhinya pelayanan operasional perkantoran
Dunia

3.3. Dukungan Kinerja Sekretariat Jenderal Terhadap Program Strategis Kementerian


Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024
Dalam upaya mewujudkan sasaran strategis Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagaimana pada Rencana Strategis 2020-2024
difokuskan pada program strategis berikut :
1. Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), melalui penyuluhan program strategis
kepada masyarakat dan pemangku kepentingan (pemda/aparat penegak hukum, tokoh
masyarakat); pengukuran dan pemetaan bidang tanah baik yang dilakukan oleh ASN,
Pihak Ketiga maupun kerja sama; serta sertipikasi hak atas tanah.
2. Reforma Agraria, melalui penyediaan TORA yang membutuhkan koordinasi dengan
KLHK maupun stakeholders yang berkaitan lainnya; dan aset reform baik legalisasi aset,
redistribusi tanah); serta akses reform yang membutuhkan dukungan stakeholders
terkait (Lembaga keuangan, masyarakat, pemerintah daerah dan pusat).

77
3. Rencana Detail Tata Ruang, berfungsi sebagai payung hukum dalam memberikan
kepastian pemanfaatan ruang. Penataan ruang dengan berbasis RDTR untuk
mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan yang mendorong pertumbuhan
ekonomi.
4. Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang dan Tanah, melalui pengendalian pemanfaatan
ruang dan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang; pengendalian alih fungsi lahan;
pengendalian dan penertiban tanah terindikasi terlantar yang akan menjadi salah satu
obyek TORA. Hal ini memerlukan koordinasi dan kerja sama yang intens dengan
masyarakat, pemangku kepentingan, instansi terkait baik pusat maupun daerah.
5. Pengadaan Tanah, merupakan pendukung untuk meningkatkan investasi dalam rangka
peningkatan perekonomian yang didukung koordinasi, kerja sama dan regulasi yang
tepat agar berjalan sesuai rencana.
6. Penanganan Kasus Pertanahan, difokuskan untuk percepatan penyelesaian kasus-kasus
pertanahan dan pemberantasan mafia tanah serta mengupayakan agar tidak timbul
kasus-kasus baru, yang perlu didukung dengan peningkatan kemampuan/kompetensi
pegawai yang handal serta regulasi dan SOP yang tepat.
7. Aspek Regulasi, merupakan upaya penyederhanaan regulasi agar terintegrasi dan
menghindari adanya peraturan yang saling bertentangan, serta dapat beradaptasi
dengan perkembangan teknologi.
8. Penataan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia, melalui penataan struktur
organisasi yang adaptif, penyediaan SDM berkualitas dan pengembangan SDM sesuai
dengan kompetensi dan perkembangan teknologi.
9. Transformasi Digital, melalui pengembangan sistem informasi pertanahan dan ruang
yang terintegrasi dan modern, peningkatan infrastruktur perangkat serta digitalisasi dan
data cleansing. Transformasi digital merupakan bagian/tahapan dalam mewujudkan
kantor modern berbasis digital.
10. Pengendalian Internal, merupakan program strategis penguatan reformasi birokrasi
dalam rangka memberikan assurance secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian risiko untuk memastikan target-target yang ditetapkan
terpenuhi dan memastikan three lines of defence (SPIP-MR-APIP) berjalan dengan baik.

78
Program ini merupakan fungsi pada Inspektorat Jenderal bersinergi dengan fungsi
Sekretariat Jenderal untuk mendukung dan memastikan seluruh program strategis
berjalan sesuai rencana dan regulasinya serta berkontribusi terhadap pencapaian
tujuan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Program strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk
mendukung 5 (lima) dari 7 (tujuh) agenda pembangunan pemerintah dalam RPJMN 2020-
2024 yaitu : (1) Memperkuat ketahanan ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan
Berkeadilan; (2) Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin
Pemerataan; (3) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Berdaya Saing;
(4) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan; (5) Membangun Lingkungan Hidup,
Meningkatkan Ketahanan Bencana, dan Perubahan Iklim, dengan major projects, yaitu :
1. Food Estate (Kawasan Sentra Produksi Pangan) yang termasuk dalam Program
Pemulihan Ekonomi Nasional dampak dari adanya Pandemi COVID 19.
2. Pembangunan Ibu kota Negara
3. Manajemen Aset Lahan dalam Pemberdayaan Masyarakat (Reforma Agraria)
4. Kawasan Industri Prioritas dan Smelter.
Untuk mendukung agar program strategis dimaksud terlaksana sesuai dengan koridornya,
maka fungsi Sekretariat Jenderal melalui unit kerjanya mempunyai peran yang strategis,
sebagai berikut :
1. Merencanakan kebutuhan anggaran yang tepat sasaran dalam seluruh Program
Strategis. Selain itu juga dukungan koordinasi antar instansi pusat dan daerah serta
stakeholders lainnya dengan menjalin kerja sama lintas sektor dalam upaya
menyukseskan program strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional. Hal ini merupakan fungsi Biro perencanaan dan Kerja Sama.
2. Memastikan akuntabilitas pelaksanaan anggaran serta mengelola manajemen risiko
pada seluruh program strategis merupakan fungsi pada Biro Keuangan dan Barang Milik
Negara.
3. Memastikan ketersediaan sarana dan prasarana fisik dan pengadaan barang dan jasa
dalam pelaksanaan program strategis merupakan fungsi kerumahtanggaan, tata

79
kearsipan dokumen dan layanan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan
yang berlaku pada Biro Umum dan Layanan Pengadaan.
4. Biro Hubungan Masyarakat mempunyai fungsi kehumasan sebagai komunikasi publik
yang strategis untuk menyampaikan seluruh program dan kegiatan terutama program
strategis di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional kepada masyarakat agar masyarakat mendapatkan informasi yang benar agar
publik dapat berpartisipasi untuk menyukseskan program strategis kementerian.
5. Untuk menyukseskan program strategis harus didukung oleh sumberdaya manusia yang
memadai dan berkompeten serta struktur organisasi yang adaptif. Hal ini didukung
fungsi Sekretariat Jenderal pada unit Biro Organisasi dan Kepegawaian.
6. Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia berupaya terus-menerus dalam
pengembangan pegawai sesuai dengan bidang kompetensinya dan mengikuti
perkembangan teknologi akan sangat mendukung seluruh program dan kegiatan dapat
terlaksana dengan tepat sasaran. Pengembangan pegawai dilakukan baik terhadap
internal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional maupun
pegawai mitra kerja.
7. Agar pelaksanaan program strategis Kementerian dapat berjalan efektif dan efisien
serta berkualitas, memerlukan metodologi yang tepat dan berbasis riset/penelitian. Hal
ini merupakan peran Pusat Pengembangan dan Standarisasi Kebijakan Agraria, Tata
Ruang dan Pertanahan.
8. Fungsi Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan mempunyai peran penting untuk mendukung ketersediaan standarisasi
data dan central data tunggal serta berupaya dalam mendukung pelayanan pertanahan
yang berbasis digital melayani (DILAN) pada pelaksanaan program strategis. Standarisasi
dalam sistem akan mendukung output program prioritas yang menjadi data input
berkualitas serta mengukur pencapaian kinerja dengan tepat, sehingga alih media
menjadi data digital yang valid.
9. Perkembangan teknologi dan metode kerja untuk melaksanakan program strategis
kementerian memerlukan regulasi yang tepat dan terintegrasi . Biro Hukum berperan
dalam mengupayakan simplifikasi regulasi layanan pertanahan dan adaptif terhadap

80
perkembangan teknologi. Salah satu regulasi telah dilakukan terkait program strategis
antara lain untuk pelayanan elektronik melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 19 Tahun 2020 tentang Layanan
Informasi Pertanahan Secara Elektronik, dan tandatangan elektronik melalui Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun
2019 tentang Penerapan Tanda Tangan Elektronik.
Fungsi Sekretariat Jenderal tersebut merupakan dukungan untuk mengupayakan
pencapaian Program Strategis dengan maksimal sehingga tujuan akhir Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Sasaran Stratagis nya tercapainya di
tahun 2024 yaitu:
✓ EODB pada ranking 40;
✓ Gini Ratio sebesar 0,4695;
✓ Peningkatan Pendapatan Per kapita sebesar 25%;
✓ Nilai Kepastian dan Perlindungan Hak Atas Tanah sebesar 5;
✓ Indeks Penyelenggaraan Penataan Ruang sebesar 1;
✓ Indeks Reformasi Birokrasi sebesar 90

81
Gambar 36 Skema Dukungan Kinerja Setjen Terhadap Program Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Untuk
Periode Tahun 2020-2024

82
3.4. Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi yang menjadi tanggung jawab Sekeretariat Jenderal sebagai fungsi
pendukung mewujudkan kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
Nasional untuk periode tahun 2020-2024 sebagaimana tertuang pada dokumen Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, beberapa
regulasi tersebut antara lain sebagai berikut:

Tabel 5 Kerangka Regulasi

Kerangka Urgensi Pembentukan


Unit Unit
No. Regulasi / Berdasarkan Evaluasi Target
Penanggung Terkait/
Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian Penyelesaian
jawab Institusi
Regulasi dan Penelitian
1. Rancangan Dalam mewujudkan Kementerian Kementerian maksimal 2
Undang- Tujuan, Sasaran dan Agraria dan Hukum dan Tahun
Undang Program serta Kegiatan di Tata Hak Asasi
tentang dalam Renstra Ruang/Badan Manusia,
Pertanahan Kementerian Agraria dan Pertanahan Sekretariat
Tata Ruang/ Badan Nasional Negara, DPR
Pertanahan Nasional RI
Tahun 2020-2024
diperlukan perubahan
UUPA, khusunya terkait
dengan:
• Stelsel positif dalam
pendaftaran tanah
• Land reform
• Pengembangan tanah
dengan cara
penyediaan lembaga
(Bank Tanah) yang
bertugas mengatur
persediaan tanah
• Kedudukan bukti
kepemilikan tanah
berbentuk digital
• Penyelesaian kasus
pertanahan
• Pengembangan nilai
tanah melalui
penguatan konsolidasi
tanah, dan penguatan
kewenangan Agraria
dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional
dalam menentukan
nilai tanah sebagai
objek pajak

83
Kerangka Urgensi Pembentukan
Unit Unit
No. Regulasi / Berdasarkan Evaluasi Target
Penanggung Terkait/
Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian Penyelesaian
jawab Institusi
Regulasi dan Penelitian
• Sinkroninasi dengan
regulasi yang dibuat
oleh K/L lain mengenai
tanah seperti bukti-
bukti kepemilikan atas
tanah, kewenangan
hak atas tanah, hak
ulayat, dan reforma
agraria
2. Revisi Pemberian kewenangan Kementerian Kementerian maksimal 1
Peraturan kepada Pemerintah Pusat Agraria dan Hukum dan tahun anggaran
Pemerintah untuk mengawasi sekaligus Tata Hak Asasi
tentang melakukan pembinaan Ruang/Badan Manusia,
Penyelenggara terhadap penyelenggaraan Pertanahan Sekretariat
an Penataan kewenangan Pemerintah Nasional Negara,
Ruang dan Kabupaten/Kota untuk
Permen membuat Rencana Detail
tentang Tata Ruang
Pedoman
Penyusunan
Rencana Detail
Tata Ruang
dan Peraturan
Zonasi
Kabupaten
/Kota
3. Revisi Dalam Peraturan Kementerian Kementerian maksimal 1
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Agraria dan Hukum dan tahun anggaran
Pemerintah Tahun 2018 tentang Tata Hak Asasi
tentang Standar Pelayanan Minimal Ruang/Badan Manusia,
Standar (SPM), SPM tentang Pertanahan Sekretariat
Pelayanan Penataan Ruang belum Nasional Negara,
Minimal, didefiniskan dan tidak ada Kementerian
khususnya target indikator yang harus Dalam
tentang dicapai. SPM Penataan Negeri
Penataan Ruang merupakan salah
Ruang satu potensi agar
standarisasi input, proses
dan output penyusunan
rencana tata ruang mampu
menghasilkan peningkatan
kualitas tata ruang dan
tertib pemanfaatan ruang.
4. Rancangan Pemberian kewenangan Kementerian Kementerian maksimal 1
Peraturan kepada Kementerian Agraria dan Hukum dan tahun anggaran
Presiden Agraria dan Tata Ruang/ Tata Hak Asasi
tentang Badan Pertanahan Ruang/Badan Manusia,
sinkronisasi Nasional untuk mengatur Pertanahan Sekretariat
pengaturan tanah sebagai objek pajak Nasional Negara

84
Kerangka Urgensi Pembentukan
Unit Unit
No. Regulasi / Berdasarkan Evaluasi Target
Penanggung Terkait/
Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian Penyelesaian
jawab Institusi
Regulasi dan Penelitian
pajak atas
tanah
5. Rancangan • Skema-skema insentif Kementerian maksimal 1
Peraturan dan disinsentif (misalnya Agraria dan tahun anggaran
Menteri perbedaan besaran Tata
Agraria dan pajak) bagi perilaku Ruang/Badan
Tata mematuhi atau tidak Pertanahan
Ruang/Badan mematuhi aturan tata Nasional,
Pertanahan ruang Sekretariat
Nasional • Kedudukan alat bukti Jenderal
digital untuk kepemilikan
tanah
• Standarisasi layanan
digital urusan
pertanahan dan tata
ruang
• Standarisasi alat-alat
bukti kepemilikan tanah
yang diperlukan dalam
rangka pendaftaran
tanah
• Standarisasi penyusunan
dan diseminasi terpadu
data spasial pertanahan
dan tata ruang
6. Regulasi Kebutuhan pemanfaatan Pusat Data maksimal 1
Pemanfaatan informasi antar K/L dan Informasi tahun anggaran
Informasi menjadi semakin tinggi Pertanahan,
Bidang tanah utamanya dalam Tata Ruang
sebagai acuan mendukung pelaksanaan dan LP2B
pembangunan tupoksi dalam
sektoral mewujudkan
pembangunan yang
berkelanjutan
7. Regulasi Proses teknis dalam Pusat Data - maksimal 1
Perbaikan, pelaksanaan kegiatan dan Informasi tahun anggaran
Validasi dan perbaikan dalam rangka Pertanahan,
Verifikasi data validasi dan verifikasi data Tata Ruang
pertanahan pertanahan secara kontinu dan LP2B
perlu dilakukan sehingga
pengujian materiil
terhadap data hasil
kegiatan tersebut dapat
dilakukan, hal ini
mendukung proses-proses
peningkatan kualitas data,
informasi dan layanan
pertanahan untuk
mayarakat.

85
Kerangka Urgensi Pembentukan
Unit Unit
No. Regulasi / Berdasarkan Evaluasi Target
Penanggung Terkait/
Kebutuhan Regulasi Eksisting, Kajian Penyelesaian
jawab Institusi
Regulasi dan Penelitian
8 Regulasi risk Untuk menjamin Inspektorat 1 tahun
manajemen terwujudnya visi Jenderal dan
Kementerian Agraria dan Sekretariat
Tata Ruang/Badan Jenderal
Pertanahan Nasional, maka
pemilik risiko (satuan
kerja) harus melakukan
manajemen risiko, dimulai
dari identifikasi risiko,
analisa risiko, evaluasi
risiko, dan penanganan
risiko. untuk itu perlu
disiapkan aturan sebagai
pedoman satuan kerja
untuk melakukan risk
manajemen.
9 Revisi regulasi Penyesuaian besaran tarif Sekretariat Kementerian 1 tahun
jenis dan tarif atas layanan - layanan Jenderal Keuangan
PNBP pertanahan (PNBP
Fungsional) Kementerian
Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, penyederhanaan
jenis tarif atas layanan
yang dipungut kepada
masyarakat dan
menambahkan jenis - jenis
layanan pertanahan baru
yang belum terakomodir
pada PP 128 Tahun 2015
seperti layanan berbasis
elektronik serta layanan-
layanan baru pada Dirjen-
dirjen teknis lainnya selain
layanan pada Dirjen IK,
Dirjen HHK dan Dirjen
Pengadaan Tanah.

3.5. Kerangka Kelembagaan

Penataan kelembagaan didasarkan pada ketepatan fungsi (berdasarkan mandat), ketepatan


proses bisnis dan ketepatan ukuran sesuai beban kerjanya. Penataan kelembagaan
didasarkan pada paradigma manajemen pertanahan dan penataan ruang (Land
Management Paradigm) untuk mewujudkan tercapainya Tujuan, Sasaran, Program dan

86
Kegiatan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada Tahun
2024, yang digambarkan sebagai berikut:

Pelayanan Publik dan Tata Kelola


Kepemerintahan yang Berkualitas
dan Berdaya Saing

Gambar 37 Proses Kinerja Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Alur (flow) dalam LMP merupakan alur proses yang menjadi dasar dalam memetakan
alur fungsi dari masing-masing struktur yang akan dib entuk, agar mampu meningkatkan
efektifitas dan efisiensi kinerja untuk menghindari redundancy / pengulangan kinerja.
Sebagai gambaran, proses inti adalah proses yang terkait penerapan fungsi administrasi
pertanahan dan tata ruang yang meliputi Land Use, Land Tenure, Land Value dan Land
Development. Adapun proses pendukung atau proses prasyarat adalah ketersediaan
kadaster dan informasi pertanahan yang lengkap, dapat dipercaya, transparan serta dapat
dijangkau. Dalam hal ini proses pendukung dimasukkan ke dalam proses manajemen. Ciri
informasi pertanahan ini merupakan syarat hadirnya administrasi pertanahan yang prima.
Tidak kalah penting adalah adanya proses manajemen untuk memastikan tujuan kedua dari
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat dicapai yaitu adanya
dukungan manajemen yang andal dari aspek operasional dan dari aspek penjaminan mutu.
Dukungan manajemen sebagai supportings system memiliki peran besar untuk mewujudkan
keberhasilan organisasi. Menurut UN GGIM dalam konsep FELA disebutkan bahwa
Governance, Institutions dan Accountability merupakan poin dasar yang harus diasah,
direformasi dan ditingkatkan (United Nations Committee of Experts on Global Geospatial
Information Management /UN-GGIM, 2019). Kondisi tersebut digambarkan dalam 9 alur
yang harus bersinergi, sebagaimana ditunjukkan pada diagram berikut:

87
Gambar 38 Nine Pathways of the Framework for Effective Land Administration-UNGGIM

88
BAB IV

TARGET KINERJA DAN


KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Pada sub bab ini dijelaskan mengenai hasil dan satuan hasil yang akan dicapai dari setiap
indikator kinerja, baik itu Indikator Kinerja Sasaran Strategis, Indikator Kinerja Program, dan
Indikator Kinerja Kegiatan pada lingkungan Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

4.1.1. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis


Sasaran Strategis beserta indikator kinerjanya pada Rencana Strategis Tahun 2020-2024
menjadi Indikator Kinerja Utama Kegiatan pada lingkungan Sekretaris Jenderal Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam rangka mencapai Visi dan Misi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Sasaran Strategis
digambarkan dalam suatu aliran kinerja (performance flow) dan terkait dalam suatu
rangkaian proses bisnis dengan program dan kegiatan.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


bertanggung jawab pada tujuan 3 yaitu Pelayanan Publik dan Tata Kelola Kepemerintahan
yang Berkualitas dan Berdaya Saing, dengan Sasaran Strategis : Terwujudnya Tata Kelola
Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar Kepemerintahan yang Baik.

89
Gambar 39 IKSS 6 Terwujudnya Tata Kelola Kelembagaan yang Komprehensif dan Berstandar
Kepemerintahan yang Baik

Max Weber sebagai salah satu pakar ilmu sosial telah mulai memperkenalkan
birokrasi kepada publik. Terinspirasi oleh keunggulan mesin-mesin industri dan manajemen
organisasi, Weber mendefinisikan birokrasi adalah sebuah organisasi yang memiliki
prosedur, tanggung jawab, hirarki, dan impersonal. Dengan mengadopsi cara kerja mesin
dan manajemen organisasi, birokrasi yang diklaim sebagai organisasi penyelenggara
kepentingan publik, dapat melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien1

Indikator yang digunakan dalam Sasaran Strategis ini adalah Indeks Reformasi
Birokrasi untuk menunjukkan sudah berkinerjanya Good Governance, melalui perubahan
Mind Set dan Culture Set yang meliputi 8 (delapan) area perubahan yang terdiri dari : 1)
Manajemen Perubahan, 2) Penataan Peraturan Perundang-Undangan, 3) Penataan dan
Penguatan Organisasi, 4) Penataan Tata Laksana, 5) Penataan Sumber Daya Manusia, 6)
Penguatan Akuntabilitas Kinerja, 7) Penguatan Pengawasan dan 8) Peningkatan Kualitas

1 O. Tierean and G. Bratucu. The Evolution of Concept of Bureaucracy. Bulletin of Transilvania University of
Brasev. Vol.2 (51), 2009.

90
Pelayanan Publik, yang kesemuanya diukur setiap tahun dan terangkum dalam Indeks
Reformasi Birokrasi.

Sasaran Strategis (SS) tersebut di atas sebagai goals dari 3 Tujuan yang telah
ditetapkan memiliki Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) sebagaimana diuraikan
targetnya setiap tahun dalam tabel berikut:

Tabel 6 Target Kinerja Sasaran Strategis

Indikator Kinerja
Ukuran 2020 2021 2022 2023 2024
Sasaran Strategis
IKSS 1: Penurunan
Indeks Gini
Indeks 0,0002 0,0008 0,0025 0,0047 0,0061
Ketimpangan
Pemilikan Tanah
IKSS 2: Peningkatan
Pendapatan per
Persentase 5 10 15 20 25
Kapita Penerima
Reforma Agraria
IKSS 3: Nilai Kepastian
dan Perlindungan Hak Nilai 4 4 5 5 5
atas Tanah
IKSS 4: Peningkatan
Peringkat, Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat Peringkat
Kemudahan Investasi
Skor (0- 106 (Skor 80 (Skor 65 (Skor 50 (Skor 40 (Skor
(Registering Property
100) 60) 68) 72) 76) 78)
dalam EoDB)
IKSS 5: Indeks
Penyelenggaraan Indeks 0,12 0,36 0,58 0,80 1,00
Penataan Ruang
IKKS 6: Indeks
Indeks 75 78 82 86 90
Reformasi Birokrasi

91
4.1.2. Indikator Kinerja Program

Program yang dilaksanakan dalam rencana strategis ini dipertajam dengan


sasaran program beserta indikator kinerja program, yang akan diaktualisasikan melalui
kegiatan (activity) dengan indikator kinerja kegiatannya. Sekretaris Jenderal
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional memiliki Program
Dukungan Manajemen terdiri dari 2 sasaran program dengan 6 indikator kinerja
program.

Gambar 40 Jumlah Sasaran Program dan IKP Program Dukungan Manajemen

92
BAB V

PENUTUP
Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Tahun 2020-2024 ini menjadi pedoman bagi
penyusunan Roadmap Rencana Kerja pada masing-masing unit kerja dilingkungan
Sekretariat Jenderal dan fungsi-fungsi kesekretariatan yang melekat pada unit kerja
dilingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Dukungan Sekretariat Jenderal dalam
aspek manajemen dapat peningkatan kinerja secara profesional dan penguatan teamwork
di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan untuk mencapai pelayanan
publik dan tata kelola kepemerintahan yang berkualitas dan berdaya saing melalui tata
kelola kelembagaan yang komprehensif dan berstandar kepemerintahan yang baik.

Sesuai dengan fungsinya, Sekretariat Jenderal mengemban amanat yang besar dan
bersifat strategis sehingga dalam menjalankan tugasnya membutuhkan dukungan baik
internal maupun eksternal Sekretariat Jenderal dengan semangat sinergi dan koordinasi
yang baik pada semua pihak terkait guna mendukung terwujudnya penataan ruang dan
pengelolaan pertanahan yang terpercaya dan berstandar dunia.

93
LAMPIRAN

1. Kerangka Pendanaan

Lampiran ini menjelaskan mengenai kebutuhan pendanaan secara keseluruhan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
untuk mencapai target Sasaran Strategis Kementerian, Sasaran Program, dan Sasaran Kegiatan. Selain itu, dijabarkan juga pemenuhan kebutuhan
pendanaan yang bersumber dari APBN baik yang bersumber dari Rupiah Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP), Pinjaman dan/atau Hibah
Luar Negeri (PHLN) serta sumber/skema lainnya seperti Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Informasi lebih lengkap terhadap kerangka pendanaan terdapat pada Lampiran Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

94
1.1 Matrik Kinerja dan Pendanaan Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Berikut ialah Pohon Kinerja Utama Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dilanjutkan dengan tabel Indikator Kinerja
Utama Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Indikator Kinerja Utama Kementerian Agraria


dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Tahun 2020-2024

Program
Dukungan Manajemen

Sasaran Program Sasaran Program


Terwujudnya tata kelola kelembagaan yang komprehensif Terwujudnya tata kelola kelembagaan yang kompetitif dan
dan berstandar kepemerintahan yang baik dari aspek berstandar kepemerintahan yang baik dari aspek
manajemen operasional pengendalian internal

Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja Program


1.1 Indeks Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan Indeks Pengendalian Internal Kementerian Agraria dan Tata
1.2 Indeks Pelayanann Publik Ruang/Badan Pertanahan Nasional
1.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara
1.4 Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektroik (SPBE)
1.5 Nilai Penguatan Perundag-undangan
1.6 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran

Gambar 41 Pohon Kinerja Utama Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

95
Berikut ialah matriks kinerja dan pendanaan Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang telah dikelompokkan
berdasarkan unit organisasi pelaksana yang berada di bawah Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

Tabel 7 matriks kinerja dan pendanaan Sekretaris Jenderal Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689
1. Sekretariat
Jenderal;
2. Inspektorat
Program C: Dukungan Manajemen 4,817,429 8,882,992 7,454,336 7,548,480 8,222,621
Jenderal;
3. Sekretariat
Direktorat Jenderal.
Sasaran
Terwujudnya tata kelola kelembagaan yang
Program
1 1 kompetitif dan berstandar kepemerintahan yang
(Outcome)
baik dari aspek manajemen operasional
1:
1. Sekretariat
Jenderal;
Pusat dan Indeks 2. Sekretariat
1.1 Indeks Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan 85 86 88 89 90
Daerah Akuntabilitas Inspektorat Jenderal;
3. Sekretariat
Direktorat Jenderal.
1. Sekretariat
Jenderal;
Pusat dan 2. Sekretariat
1.2 Indeks Pelayanan Publik Persentase 80 85 90 90 90
Daerah Inspektorat Jenderal;
3. Sekretariat
Direktorat Jenderal.
1. Sekretariat
Jenderal;
Pusat dan Indeks 2. Sekretariat
1.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara 52.18 62.20 69.33 81.53 93.00
Daerah Profesionalitas ASN Inspektorat Jenderal;
3. Sekretariat
Indikator Direktorat Jenderal.
Kinerja
1. Sekretariat
Program:
Jenderal;
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik Pusat dan 2. Sekretariat
1.4 Indeks SPBE 2.60 2.80 3.00 3.20 3.40
(SPBE) Daerah Inspektorat Jenderal;
3. Sekretariat
Direktorat Jenderal.
1. Sekretariat
Jenderal;
Pusat dan 2. Sekretariat
1.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Nilai 3 3.5 4 4.5 5
Daerah Inspektorat Jenderal;
3. Sekretariat
Direktorat Jenderal.
1. Sekretariat
Jenderal;
Pusat dan 2. Sekretariat
1.6 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Persentase 100 100 100 100 100
Daerah Inspektorat Jenderal;
3. Sekretariat
Direktorat Jenderal.

96
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689

Kegiatan Perencanaan, Pemantauan dan Evaluasi Program dan Anggaran serta Biro Perencanaan dan
16,561 17,561 17,561 17,561 17,561
1.1: Administrasi Kerja Sama Kerja Sama

Terselenggaranya Perencanaan, Pemantauan


Sasaran
1.1 dan Evaluasi Program dan Anggaran serta
Kegiatan:
Administrasi Kerjasama

Persentase Kesesuaian Jumlah Output Kegiatan


1.1.1 dan Alokasi Anggaran Prioritas Nasional pada Pusat Persentase 70 75 80 85 90
DIPA terhadap Renstra

Pusat dan
1.1.2 Persentase revisi pada output kegiatan Persentase 30 25 25 20 20
Daerah
Persentase jumlah anggaran yang diblokir Pusat dan
1.1.3 Persentase 10 10 10 10 10
terhadap total anggaran Daerah

Indikator
Kinerja Persentase Jumlah anggaran tambahan (berasal
Kegiatan: dari APBN maupun diluar APBN) dari
1.1.4 Pusat Persentase 7 8 9 10 10
penyelenggaraan Kerja Sama berbanding dengan
anggaran APBN

Pusat dan
1.1.5 Nilai capaian pada SMART DJA Persentase 80 83 85 87 90
Daerah
Persentase Satker yang mendapatkan nilai LKJ Pusat dan
1.1.6 Persentase 75 80 90 95 95
Kategori A Daerah
Pusat dan
1.1.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Persentase 100 100 100 100 100
Daerah
Kegiatan Biro Umum dan
Pengelolaan Administrasi Umum 174,959 2,173,698 686,910 574,748 1,244,903
1.2: Layanan Pengadaan

Terkelolanya administrasi umum melalui layanan


operasional kantor, pemenuhan sarana
Sasaran prasarana, pengelolaan kearsipan dan
1.2
Kegiatan: persuratan berbasis elektronik, dan pengelolaan
pengadaan barang/jasa sesuai standar layanan
dalam rangka mewujudkan kantor modern

1.2.1 Persentase layanan operasional kantor Pusat Persentase 90 90 90 90 90

1.2.2 Pemenuhan Sarana Prasarana di Satker Pusat Pusat Persentase 80 82 85 87 90

1.2.3 Pemenuhan Sarana Prasarana Kantor Modern Daerah Persentase 0 15 30 60 90

Indikator Persentase Terselenggaranya Pengelolaan Arsip Pusat dan


Kinerja 1.2.4 Persentase 20 50 80 100 100
dan Persuratan elektronik Daerah
Kegiatan
Persentase pengelolaan layanan pengadaan
Pusat dan
1.2.5 barang dan jasa yang terlaksana secara Persentase 90 90 90 90 90
Daerah
elektronik

1.2.6 Level kematangan UKPBJ Pusat Indeks Inisiasi Esensi Esensi Proaktif Proaktif

97
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689

1.2.7 Standar layanan LPSE Pusat Standar 10 12 13 15 17

1.2.8 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100

Kegiatan Biro Hubungan


Penyelenggaraan Tata Usaha Pimpinan dan Hubungan Masyarakat 82,212 109,452 115,950 122,750 131,550
1.3: Masyarakat

Sasaran Terselenggaranya penata usahaan pimpinan dan


1.3
Kegiatan: hubungan masyarakat yang maju dan modern

Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut Pusat dan


1.3.1 Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat Daerah

Persentase layanan permohonan informasi Pusat dan


1.3.2 Persentase 80 90 100 100 100
publik Daerah

Persentase Pelaksanaan 4 (empat) Metode Pusat dan


1.3.3 Persentase 85 85 100 100 100
Strategi Komunikasi Publik Daerah

Persentase pengelolaan sistem pelayanan


Indikator 1.3.4 Pusat Persentase 60 70 80 90 100
informasi publik
Kinerja
Kegiatan
Persentase Pelaksanaan Ketatausahaan dan
1.3.5 Operasional Pimpinan Kementerian ATR/BPN Pusat Persentase 90 95 100 100 100
yang Berbasis Digital

Persentase Pelayanan keprotokolan bagi unsur


1.3.6 pimpinan dan Dukungan Pelaksanaan Program Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Strategis Nasional

1.3.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Biro Keuangan dan
Kegiatan
Pembinaan Pengelolaan Keuangan dan BMN 231,294 262,948 289,379 318,489 350,461 Barang Milik Negara
1.4:
(BMN)
Sasaran Terwujudnya pengelolaan keuangan dan BMN
1.4
Kegiatan: yang akuntabel
Pusat dan
1.4.1 Pengelolaan Anggaran dan PNBP Nilai 91 93 94 96 97
Daerah
Persentase Satker yang mengimplementasikan Pusat dan
1.4.2 Persentase 0 8 20 50 75
Manajemen Risiko Daerah
Pusat dan
1.4.3 Tingkat Maturitas SPIP Level Level 2 Level 2 Level 3 Level 3 Level 4
Daerah

Indikator Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Pusat dan


1.4.4 Persentase 85 90 95 100 100
Kinerja Keuangan Daerah
Kegiatan Pusat dan
1.4.5 Kualitas RKBMN Persentase 75 80 85 90 95
Daerah

1.4.6 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 80 85 90 95


100

98
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689
Kegiatan Biro Organisasi dan
Pembinaan Organisasi dan Pengelolaan Kepegawaian 17,603 17,490 25,000 26,000 27,000
1.5: Kepegawaian
Sasaran Terwujudnya Tata Kelola Organisasi dan SDM
1.5
Kegiatan: berstandar dunia

Persentase penataan organisasi yang tepat Pusat dan


1.5.1 Persentase 70 80 85 90 95
fungsi, ukuran dan proses Daerah

Persentase pemenuhan ketatalaksaaan Pusat dan


1.5.2 Persentase 30 60 70 80 90
organisasi yang transparan dan akuntabel Daerah

Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara


Pusat dan
1.5.3 (ASN) pada dimensi Kualifikasi Pendidikan, Nilai 30 35 40 45 50
Indikator Daerah
Disiplin, dan Kinerja
Kinerja
Kegiatan Pusat dan Nilai
1.5.4 Penilaian mandiri Penerapan Sistem Merit 300 320 340 360 380
Daerah
Persentase pengembangan pegawai berbasis Pusat dan
1.5.5 Persentase 20 40 65 80 100
pemetaan talenta Daerah
Pusat dan
1.5.6 Persentase penyelesaian layanan kepegawaian Persentase 90 90 90 90 90
Daerah
1.5.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 90 90 90 90 90
Kegiatan Penataan Peraturan Perundang-undangan dan Fasilitasi Bantuan
14,477 30,981 33,000 35,050 37,350 Biro Hukum
1.6: Hukum

Terwujudnya peraturan perundang-undangan


Sasaran
1.6 dan fasilitasi bantuan hukum yang mendukung
Kegiatan:
kegiatan pertanahan dan ruang yang berkualitas.

Indikator
Persentase Penyelesaian Draft RUU, RPP, Persentase Draft
Kinerja 1.6.1 Pusat 75 80 85 90 95
Rpepres Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Peraturan
Kegiatan

Persentase
1.6.2 Persentase Penetapan Peraturan Menteri Pusat 80 85 90 95 100
Peraturan
Persentase pengkajian peraturan perundang- Persentase
1.6.3 Pusat 80 85 90 95 100
undangan. Rekomendasi

Persentase Naskah
Persentase Penyelesaian Draft Naskah Nota Nota Kesepahaman
1.6.4 Pusat 80 85 90 95 100
Kesepahaman dan Perjanjian Kerja sama. dan Perjanjian
Kerja sama

Persentase pemberian fasilitasi bantuan hukum Persentase


1.6.5 Pusat 80 85 90 95 100
dan pertimbangan/pendapat hukum. Bantuan Hukum

Presentase Terpublikasinya peraturan Persentase


1.6.6 perundang-undangan yang integratif dan mudah Pusat Dokumentasi 80 85 90 95 100
diakses. Hukum

1.6.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100

99
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689
Kegiatan
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya di Daerah 3,611,513 3,611,513 3,611,513 3,611,513 3,611,513 Kanwil dan Kantah
1.7:
Sasaran Terlaksananya Dukungan Manajemen dan Tugas
1.7
Kegiatan: Teknis lainnya di Daerah
Indeks
1.7.1 Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) Daerah 85 86 88 89 90
Akuntabilitas
1.7.2 Indeks Akuntabilitas Kinerja Anggaran (IKPA) Daerah Indeks 85 86 88 89 90

Indeks
1.7.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Daerah 52.18 62.20 69.33 81.53 93.00
Profesionalitas ASN

1.7.4 Indeks Maturitas SPIP Daerah Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.1 3.5 3.9

Persentase Integritas Pelayanan Publik di Bidang


1.7.5 Daerah Persentase 100 100 100 100 100
Pertanahan dan Tata Ruang
Indikator
Kinerja 1.7.6 Persentase Capaian Kinerja Hasil Pengawasan Daerah Persentase 70 80 85 88 92
Kegiatan
1.7.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Daerah Persentase 100 100 100 100 100

Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut Pusat dan


1.7.8 Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat Daerah

Persentase layanan permohonan informasi Pusat dan


1.7.9 Persentase 80 90 100 100 100
publik Daerah

Persentase Pelaksanaan 4 (empat) Metode Pusat dan


1.7.10 Persentase 85 85 100 100 100
Strategi Komunikasi Publik Daerah
Pusat Data dan
Kegiatan
Pengembangan Data dan Informasi 210,854 1,994,955 2,064,955 2,144,955 1,979,955 Informasi Pertanahan,
1.8:
Tata Ruang dan LP2B
Terselenggaranya layanan Kementerian
1.8.1
Sasaran ATR/BPN berbasis elektronik
Kegiatan:
1.8.2 Terkelolanya sistem teknologi informasi

Peningkatan kualitas informasi yang dikelola


1.8.1.1 Pusat Indeks 3.0 3.1 3.4 3.6 3.7
Pusdatin

Peningkatan kinerja pengguna sistem informasi


1.8.1.2 Pusat Persentase 25 50 70 85 100
yang dikelola Pusdatin

Indikator 1.8.1.3 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Kinerja
Kegiatan
Peningkatan kualitas perencanaan dan
1.8.2.1 pengembangan sistem aplikasi dan teknologi Pusat Indeks 3 3.2 3.4 3.6 3.8
informasi

Peningkatan data dan informasi pertanahan,


1.8.2.2 Pusat Persentase 15 16 17 20 25
tata ruang dan kawasan yang berkualitas

100
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689

Peningkatan Tata Kelola dan Dukungan


1.8.2.3 Pusat Indeks 2.7 3 3.2 3.4 3.5
Infrastruktur Teknologi Informasi

Pusat Pengembangan
dan Standarisasi
Kegiatan
Kajian Kebijakan Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan 10,115 8,358 8,608 8,866 9,132 Kebijakan Agraria,
1.9:
Tata Ruang dan
Pertanahan
Sasaran Tersedianya rekomendasi berbasis kajian
1.9
Kegiatan: kebijakan dan penerapan inovasi

Jumlah rekomendasi kajian kebijakan yang


1.9.1 Pusat Persentase 50 55 60 65 70
diimplementasikan

Jumlah rekomendasi kajian penerapan inovasi


1.9.2 Pusat Persentase 50 50 75 75 75
yang diimplementasikan
Indikator
Kinerja Jumlah publikasi hasil litbang dalam publikasi
1.9.3 Pusat Karya Tulis Ilmiah 3 3 4 5 6
Kegiatan terakreditasi

Jumlah Akses pengguna terhadap Knowledge


1.9.4 Pusat Pengguna 500 700 900 1,000 1,100
Management System

1.9.5 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Kegiatan Pusat Pengembangan
Pengembangan SDM 78,177 104,207 134,638 174,197 225,625
1.10: Sumber Daya Manusia

Terselenggaranya Program Pengembangan SDM


Sasaran berbasis Kompetensi Manajerial, Teknis dan
1.10
Kegiatan: Sosio-Kultural Bidang Pertanahan dan Tata
Ruang.

Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi


Manajerial dan Manajerial dan Manajerial dan Manajerial dan Manajerial dan
Sosiokultural: Sosiokultural: Sosiokultural: Sosiokultural: Sosiokultural:
Persentase jumlah pegawai yang memiliki profil 15 % 50 % 100 % 100 % 100 %
1.10.1 Pusat Persentase
kompetensi untuk sistem merit
Konversi Updating Updating Updating Updating
Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi Kompetensi
Teknis : 100 % Teknis : 50 % Teknis : 100 % Teknis : 100 % Teknis : 100 %

Indikator 1.10.2 Persentase Pemenuhan Standar Kompetensi Pusat Persentase 10 40 80 100 100
Kinerja
Kegiatan

Indeks Profesionalisme Dimensi Kompetensi Sedang Sedang Tinggi Tinggi Sangat Tinggi
1.10.3 Pusat Indeks
SDM (17) (24) (25) (32) (40)

1.10.4 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100

101
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689
Kegiatan Sekolah Tinggi
Penyelenggaran Pendidikan Vokasi STPN 48,198 94,424 82,500 96,493 110,355
1.11: Pertanahan Nasional
Sasaran Terselenggaranya pendidikan vokasi dibidang
1.11
Kegiatan: agraria, tata ruang dan pertanahan

Jumlah Lulusan yang mempunyai kompetensi


1.11.1 Yogyakarta Orang 1,163 1,413 1,793 2,260 2,620
dibidang agraria, tata ruang dan pertanahan

Baik Sekali (65% Baik Sekali (70% Baik Sekali (80% Baik Sekali (90%
1.11.2 Meningkatnya Akreditasi Institusi Yogyakarta Nilai Unggul (100%)
Unggul) Unggul) Unggul) Unggul)
Indikator
Kinerja
Kegiatan Jumlah hasil penelitian dipublikasikan dalam
1.11.3 Yogyakarta buah 15 18 21 24 27
buku dan jurnal

1.11.4 Jumlah pengabdian pada masyarakat Yogyakarta Lokasi 6 8 10 12 14

1.11.5 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Kegiatan Sekretariat Direktorat
Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 4-Pentag) 5,261 6,590 6,787 6,992 7,200
1.12: Jenderal
Sasaran
1.12 Terlaksananya kegiatan dan program Ditjen
Kegiatan:
Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
1.12.1 Pusat B B BB A A
Keuangan (IKPA) Eselon I Akuntabilitas

Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut


1.12.2 Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat

Indeks
1.12.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Profesionalitas ASN

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


1.12.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
Indikator (SPBE)
Kinerja
Kegiatan Usulan Rancangan
1.12.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat 1 1 1 1 1
Peraturan

1.12.6 Indeks Maturitas SPIP Eselon I Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90

1.12.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100

Kegiatan Sekretariat Direktorat


Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 3-PHPT) 5,891 12,733 13,370 14,038 14,740
1.13: Jenderal
Sasaran Terfasilitasinya kegiatan Ditjen Penetapan Hak
1.13
Kegiatan: dan Pendaftaran Tanah

Indikator
Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
Kinerja 1.13.1 Pusat B B BB A A
Keuangan (IKPA) Eselon I Akuntabilitas
Kegiatan

102
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689

Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut


1.13.2 Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat

Indeks
1.13.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Profesionalitas ASN

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


1.13.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
(SPBE)

Usulan Rancangan
1.13.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat 1 1 1 1 1
Peraturan

Indeks Pengendalian Internal Kementerian


1.13.6 Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90
ATR/BPN

1.13.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100

Kegiatan Sekretariat Direktorat


Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 7-PSKP) 10,322 16,700 13,849 14,472 15,123
1.14: Jenderal
Terfasilitasinya kegiatan pencegahan dan
Sasaran
1.14 penanganan konflik sengketa dan perkara tanah
Kegiatan:
dan agraria
Indeks akuntabilitas kinerja (SAKIP) dan Kinerja Indeks
1.14.1 Pusat A A A A A
Pelaksanaan Anggaran (IKPA) Eselon I Akuntabilitas
Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut
1.14.2. Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat Eselon I
Indeks
1.14.3 Indeks Profesionalitas ASN Eselon I Pusat 71 71 71 71 71
Profesionalitas ASN
Indikator
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Kinerja 1.14.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
(SPBE) Eselon I
Kegiatan

1.14.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Eselon I Pusat Persentase 95 95 95 95 95

1.14.6 Indeks pengendalian internal Eselon I Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90

Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran


1.14.7 Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Eselon I
Kegiatan Sekretariat Direktorat
Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 5-PTPP) 6,432 11,308 11,647 11,996 12,356
1.15: Jenderal
Sasaran
1.15 Terlaksananya kegiatan dan program Ditjen
Kegiatan:
Indikator Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
1.15.1 Pusat A A A A A
Kinerja Keuangan (IKPA) Eselon I Akuntabilitas
Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut
1.15.2 Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat

Indeks
1.15.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Profesionalitas ASN
Kegiatan

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


1.15.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
(SPBE)

1.15.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat Persentase 95 95 95 95 95

103
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689
1.15.6 Indeks Maturitas SPIP Eselon I Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90
1.15.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Kegiatan Sekretariat Direktorat
Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 2-SPPR) 143,232 197,937 120,546 148,955 197,896
1.16: Jenderal
Sasaran
1.16 Terlaksananya kegiatan dan program Ditjen
Kegiatan:
Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
1.16.1 Pusat BB BB A A A
Keuangan (IKPA) Eselon I Akuntabilitas
Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut
1.16.2 Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat
Indeks
1.16.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Indikator Profesionalitas ASN
Kinerja
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Kegiatan 1.16.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
(SPBE)
Usulan Rancangan
1.16.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat 1 1 1 1 1
Peraturan
1.16.6 Indeks Maturitas SPIP Eselon I Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90
1.16.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Kegiatan Sekretariat Direktorat
Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 1-TR) 99,373 126,776 123,872 121,860 130,656
1.17: Jenderal
Sasaran
1.17 Terlaksananya kegiatan dan program Ditjen
Kegiatan:
Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
1.17.1 Pusat A A A AA AA
Keuangan (IKPA) Eselon I Akuntabilitas
Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut
1.17.2 Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat
Indeks
1.17.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Profesionalitas ASN
Indikator
Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
Kinerja 1.17.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
(SPBE)
Kegiatan
Usulan Rancangan
1.17.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat 1 1 1 1 1
Peraturan

1.17.6 Indeks Maturitas SPIP Eselon I Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90

1.17.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Kegiatan Sekretariat Direktorat
Dukungan Manajemen Internal (Ditjen 6-PPTR) 25,636 50,909 53,889 54,390 49,190
1.18: Jenderal
Sasaran Terlaksananya kegiatan dan program Direktorat
1.18.1
Kegiatan: Jenderal
Indeks Akuntabilitas Kinerja (SAKIP) dan Indeks
1.18.1.1 Pusat 85 86 87 88 89
Keuangan (IKPA) Eselon I Akuntabilitas
Persentase Pengelolaan Tindak Lanjut
1.18.1.2 Pusat Persentase 90 95 100 100 100
Pengaduan Masyarakat
Indeks
1.18.1.3 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Profesionalitas ASN
Indikator
Kinerja Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik
1.18.1.4 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
Kegiatan (SPBE)

Usulan Rancangan
1.18.1.5 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat 4 4 4 4 4
Peraturan

1.18.1.6 Indeks Maturitas SPIP Eselon I Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90

104
Program/ Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Target Alokasi (dalam juta rupiah) Unit Organisasi
Lokasi
Kegiatan Kegiatan (Output)/Indikator Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024 Pelaksana*

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL 11,314,549 20,808,696 19,957,634 19,335,578 19,982,689

Persentase Terpenuhinya Pelayanan


1.18.1.7 Pusat Persentase 100 100 100 100 100
Perkantoran
Sasaran
1.18.2 Terbentuknya PPNS Penataan Ruang
Kegiatan:
Indikator
Jumlah PPNS Penataan Ruang yang dibentuk dan
Kinerja 1.18.2.1 Pusat Orang 0 0 0 60 30
ditingkatkan kapasitasnya
Kegiatan
Kegiatan Sekretariat
Dukungan Manajemen Internal (Setitjen) 14,814 15,786 17,695 18,486 19,387
1.19: Inspektorat Jenderal
Sasaran
1.19 Terselenggaranya Program dan Kegiatan APIP
Kegiatan:
Indeks
1.19.1 Indeks Akuntabiltas Kinerja dan Keuangan Pusat BB A A A A
Akuntabilitas
Indeks
1.19.2 Indeks Profesionalitas Aparatur Sipil Negara Pusat 72 74 76 78 81
Profesionalitas ASN

Indeks Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik


1.19.3 Pusat Indeks SPBE 2.6 2.8 3 3.2 3.4
(SPBE)
Indikator
Usulan Rancangan
Kinerja 1.19.4 Nilai Penguatan Perundang-undangan Pusat 1 1 1 1 1
Peraturan
Kegiatan

Indeks Maturitas SPIP Tingkat Eselon I


1.19.5 Pusat Nilai Maturitas SPIP 2 2.75 3.10 3.50 3.90
Inspektorat Jenderal

Persentase Integritas Pelayanan Publik di Bidang


1.19.6 Pusat Persentase 50 63 75 88 100
Pertanahan dan Tata Ruang

1.19.7 Persentase Terpenuhinya Layanan Perkantoran Pusat Persentase 100 100 100 100 100

105

Anda mungkin juga menyukai