Elisa Fitri - 20320009 - Pusat Galaksi
Elisa Fitri - 20320009 - Pusat Galaksi
https://earthsky.org/favorite-star-patterns/teapot-of-sagittarius-points-to-
galactic-center
https://scitechdaily.com/sagittarius-a-shows-signs-of-increased-x-ray-activity/
• Emisi radio Sgr A sangat kuat Ditetapkan oleh IAU
• Posisi Sgr A bersesuaian dengan pusat dinamik piringan sebagai Pusat Galaksi
dalam yang berputar (the rotating inner disk)
• Penemuan sumber Sgr A* tahun 1974 → lokasi SMBH
Galaksi (−0.056◦, −0.046◦).
• Definisi Pusat Galaksi menurut Kerr & Lyndell-Bell (1986):
Currently it is assumed that the Galactic Center coincides
sufficiently well with the Galaxy’s barycenter that a distinction
between the point of greatest star density (or any other central
singularity) and the barycenter (center of mass) is not
necessary. It is also assumed that to sufficient accuracy for the
0,0
internal dynamics of the Galaxy, the Galactic Center defines an
inertial coordinate system. These assumptions could prove to
be untrue if for instance the center of the distribution of the
mysterious mass in the heavy halo were displaced from the
mass center of the visible Galaxy.
https://astronomy.swin.edu.au/cosmos
/G/Galactic+Coordinate+System
Penyimpangan definisi Pusat Galaksi
• Pada jarak lebih dari 10 kpc → Galaksi mengakresi satelit galaksi yang terdiri dari bintang
dan materi gelap → materi gelap halo Galaksi berinteraksi dengan materi gelap satelit
yang diakresi + halo lainnya.
Tinjau bagian dalam Galaksi → berpusat pada midplane → daerah dengan densitas
terbesar bersesuaian dengan pusat massa dalam Solar Circle.
• Interaksi baryonic dengan materi gelap → presesi sumbu rotasi sebesar 30 𝜇as/year
terhadap kerangka acuan tata koordinat langit yang didefinisikan oleh quasar jauh atau
sumber radio.
DISTANCE
• Jarak Matahari ke Pusat Galaksi → 𝑅0
• Mengukur trigonometrik paralaks objek di dekat Sgr A* (sekitar 130 pc di depan Sgr A*) →
awan molekul kompleks (maser 𝐻2 𝑂) pada objek Sgr B2 → menggunakan teknik VLBI→
selama satu tahun → 𝑅0 = 7.9+0.8
−0.7 kpc → akurasi meningkat sebesar 10%.
• Menggunakan proper motion dan kecepatan line-of-sight orbit bintang S2 yang berada di
dekat Sgr A* → memanfaatkan teknik klasik ‘orbiting binary’ → fitting dengan orbit
Kepler → 𝑅0 = 7.94 ± 0.42 kpc → ketidakpastian sebesar 5%.
kecepatan line-of-sight → diukur dari pergeseran Doppler
proper motion → astrometri → diukur dari kecepatan sudut
Kendala: koreksi relativistik orbit meningkatkan nilai 𝑅0 ~ 0.1 kpc.
Eisenhauer, 2003
2. Model-based
• Fitting model lengan spiral + model rotasi sirkular Galaksi dengan posisi dan kecepatan
high-mass star-formation regions (HMSFRs) → didapat 𝑅0 .
• Mempelajari karakteristik populasi bintang dan distribusi metalisitas pada bulge
Galaksi → membandingkan model galaksi TRILEGAL dengan observasi 2MASS dan
OGLE-II → model paling baik untuk menjelaskan karakteristik adalah model dengan
𝑅0 = 8.7+0.57
−0.43 kpc
• Data proper motion dan kecepatan line-of-sight → Analisis medan kecepatan dekat
Solar Circle
Data proper motion: menghitung konstanta Oort A, B
Data kecepatan line-of-sight: menghitung 2A 𝑅0
• Model dinamika aliran halo
3. Secondary
• Menggunakan bintang RR Lyrae → memetakan
populasi metal-poor pada bulge Galaksi
• Type II Cepheid → menggunakan populasi II Cepheid Hubungan periode-luminositas
pada Bulge dari data OGLE dan NIR survey
• Bintang variable Mira
• red clump giants (RCGs) → rentang lumininositas
sempit dan fitur diagram warna-magnitudo yang
tajam Magnitudo HB
Berdasarkan
penyebaran sampel
dan sampel error
1942
1990
Tulder’s Toller
analisis katalog bintang Wahana Pioneer 10
𝑧0 = 14 ± 2 pc 𝑧0 = 13 ± 3 pc
2001
Binney
1990
et al. 1997, Drimmel & Spergel
Conti & Vacca Pemodelan Background
150 bintang Wolf Rayet Explorer (COBE) NIR
𝑧0 = 15 ± 3 pc 𝑧0 = 14 ± 4 pc
Data SDSS
𝑧0 = 25 ± 5 𝑝𝑐
Berdasarkan data
lengkap dari survey
fotometri SDSS (Juric
et al, 2008)