Anda di halaman 1dari 11

ETIKA KEPERAWATAN

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Keperawatan
Dasar

DI SUSUN OLEH

Nama : Umaina Rahim


Wahyudi Umagapi
Safira Ridwan
Tara Zagita Marasabessy
Priskilia Saban
Dosen Pengampu : Mimi Husni, S.Kep, Ns
Prodi : D-III Keperawatan

POLTEKKES KEMENKES TERNATE


TAHUN AKADEMIK
2021/2022

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Komunikasi
Terapeutik. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasia meridoi segala usaha kita. Amin

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………..................i
Daftar Isi …………………………………………………………………………..ii 
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang..…………………………………….…………………….1
2. Rumusan Masalah ………………………………………………..……. 2
3. Tujuan …………………………………………… …………................. 3

 BAB II PEMBAHASAN
1. Konsep etika …………………………………..………………….….….4
2. Landasan Hukum Etika Profesi………………………………........…..9
 
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ………………………………………………………. .……12
2. Saran   …………………………………………………………………...12

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu
yang sehat maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-
harinya. Salah satu yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah
etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian. Sehingga
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang etik itu sendiri termasuk
didalamnya prinsip etik dan kode etik. Hubungan antara perawat dengan
pasien atau tim medis yang lain tidaklah selalu bebas dari masalah. Perawat
profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang mungkin
meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik profesional.
Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan hukum
telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart perilaku
perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus
mampu menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan
mencakup nilai dan keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak
yang terlibat. Perawat memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien
dengan bertindak sebagai advokat klien. Para perawat juga harus tahu
berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan praktik keperawatan karena
mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan tindakan
profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)

B. TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar
2. Mengetahui dan memahami definisi etik
3. Mengetahui landasan hukum etika keperawatan

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan etik?
2. Adakah landasan hukum yang mengatur etika profesi?

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep etika
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke
arah tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani,
yaitu Ethos, yang menurut Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”.
”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu
tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif
atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku
yang benar, yaitu : baik dan buruk serta kewajiban dan tanggung jawab.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan
bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan
seseorang terhadap orang lain. Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika
mengandung 3 pengertian pokok yaitu : nilai-nilai atau norma moral yang
menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode etik dan ilmu tentang yang
baik atau yang buruk (Ismaini, 2001).

Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan
suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau
perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Teori ini menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu
bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang banyak memberikan
kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum melakukan perbuatan
harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya
kewajiban. Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu
perbuatan akan baik jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama
melakukan kewajiban sudah melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada
konsekuensi perbuatan dengan kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu
tanpa memikirkan akibatnya. (Aprilins, 2010)

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
B. Ladasan Hukum
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui
pemberian pelayanan kesehatan yang didukung oleh sumber daya kesehatan,
baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan. Perawat dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai penyelenggara Praktik
Keperawatan, pemberi Asuhan Keperawatan, penyuluh dan konselor bagi
Klien, pengelola Pelayanan Keperawatan, dan peneliti Keperawatan. Pelayanan
Keperawatan yang diberikan oleh Perawat didasarkan pada pengetahuan dan
kompetensi di bidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan Klien, perkembangan ilmu pengetahuan, dan tuntutan globalisasi.
Pelayanan kesehatan tersebut termasuk Pelayanan Keperawatan yang
dilakukan secara bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh
Perawat yang telah mendapatkan registrasi dan izin praktik. Praktik
keperawatan sebagai wujud nyata dari Pelayanan Keperawatan dilaksanakan
secara mandiri dengan berdasarkan pelimpahan wewenang, penugasan dalam
keadaan keterbatasan tertentu, penugasan dalam keadaan darurat, ataupun
kolaborasi.
Untuk menjamin pelindungan terhadap masyarakat sebagai penerima
Pelayanan Keperawatan dan untuk menjamin pelindungan terhadap Perawat
sebagai pemberi pelayanan keperawatan, diperlukan pengaturan mengenai
keperawatan secara komprehensif yang diatur dalam undang-undang. Selain
sebagai kebutuhan hukum bagi perawat, pengaturan ini juga merupakan
pelaksanaan dari mutual recognition agreement mengenai pelayanan jasa
Keperawatan di kawasan Asia Tenggara. Ini memberikan peluang bagi perawat
warga negara asing masuk ke Indonesia dan perawat Indonesia bekerja di luar
negeri untuk ikut serta memberikan pelayanan kesehatan melalui Praktik
Keperawatan. Ini dilakukan sebagai pemenuhan kebutuhan Perawat tingkat
dunia, sehingga sistem keperawatan Indonesia dapat dikenal oleh negara
tujuan dan kondisi ini sekaligus merupakan bagian dari pencitraan dan dapat
mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia di bidang kesehatan.
Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang Keperawatan
untuk memberikan kepastian hukum dan pelindungan hukum serta untuk
meningkatkan, mengarahkan, dan menata berbagai perangkat hukum yang
mengatur penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan yang
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Undang-Undang ini memuat
pengaturan mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan, registrasi,
izin praktik, dan registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi
perawat dan klien, kelembagaan yang terkait dengan perawat (seperti
organisasi profesi, kolegium, dan konsil), pengembangan, pembinaan, dan
pengawasan bagi perawat, serta sanksi administratif.

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berikut isi UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan :

Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh
Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh
Perawat dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program studi Keperawatan.
7. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan
Praktik Keperawatan.
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah
mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum
untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang
telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada
Perawat sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
13. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus
Warga Negara Indonesia.
14. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
15. Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat
secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
16. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi
Profesi Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang
bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin
ilmu tersebut.
17. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara
independen.
18. Institusi Pendidikan adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan Keperawatan.
19. Wahana Pendidikan Keperawatan yang selanjutnya disebut wahana
pendidikan adalah fasilitas, selain perguruan tinggi, yang digunakan
sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan Keperawatan.
20. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
21. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
22. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.

Pasal 2
Praktik Keperawatan berasaskan:
a. perikemanusiaan;
b. nilai ilmiah;
c. etika dan profesionalitas;
d. manfaat;
e. keadilan;
f. pelindungan; dan
g. kesehatan dan keselamatan Klien.

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat;
b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;
c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan
Klien; dan
d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pasal 4
1. Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.
2. Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. ners; dan
b. ners spesialis.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat
diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat
harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan
moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya.
Dengan demikian perawat yang menerima tanggung jawab, dapat
melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi,
keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi keselamatan pasien,
penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak terhadap
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu
pihak.

B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya
nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga
akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2010. Fundamentals of
Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson
Education Line
2. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed. 4 Volume 1. Jakarta : EGC
3. Rifiani, Nisya & Hartanti Sulihandari. 2013. Prinsip – Prinsip Dasar
Keperawatan .Jakarta Timur : Dunia Cerdas
4. Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB.
Diposkan 23 Februari 2010 pukul 10.02 PM.
URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/
5. Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
6. k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13
November 2011. Diposkan tanggal 16 Januari
2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
7. Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta : EGC
8. PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.
9. Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EG
10. Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta :
EGC

KATA KUNCI : Dasar hukum pengesahan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan adalah Pasal 20, Pasal
21, dan Pasal 28C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Anda mungkin juga menyukai