ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik bagi bayi terutama pada
masa-masa awal usia kehidupannya. ASI terbukti mempunyai keunggulan yang
tidak dapat digantikan oleh makanan dan minuman manapun karena ASI
mengandung zat gizi yang paling tepat dan lengkap untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Permasalahan pada menyusui dapat menyebabkan gagalnya
pemberian ASI Eksklusif, salah satu faktor penghambat dalam pemberian ASI
adalah produksi ASI itu sendiri. Produksi ASI yang kurang dan lambat keluar
dapat menyebabkan ibu tidak memberikan ASI pada bayinya dengan cukup.
Teknik marmet dan pijat oksitosin merupakan tindakan alternatif untuk
meningkatkan produksi ASI. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum yang dilakukan teknik marmet dan
pijat oksitosin. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juni 2017 di
Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ernita Kota Pekanbaru. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimental dengan rancangan
penelitian post test only design with two comparison treatments. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh ibu postpartumdi BPM Ernita dari bulan Maret-Juni
2017. Jumlah sampel 15 orang ibu postpartum teknik marmet dan 15 ibu
postpartum pijat oksitosin dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang
digunakan kuesioner dan lembar observasi. Hasil penelitian ibu dengan teknik
marmet 60% produksi ASI lancar sedangkan ibu dengan pijat oksitosin 53,3%
produksi ASI lancar. Hasil uji statistik terdapat perbedaan kelancaran produksi
ASI pada ibu postpartum yang dilakukan teknik marmet dan pijat oksitosin
dengan p value (0,032). Diharapkan kepada petugas kesehatan terutama bidan dan
perawat serta tenaga yang telah dilatih tentang teknik marmet untuk memberikan
edukasi serta pamplet tentang teknik marmet yang benar.
(Evariny, 2011). Hal ini merupakan normal dan post sectio caesaria yang
salah satu alternatif yang dapat dilakukan teknik marmet 75 %
dilakukan untuk meningkatkan produksi ASInya baik dan lancar,
produksi ASI pada ibu post partum. sedangkan pada kelompok kontrol
Teknik memerah ASI yang dianjurkan yang tidak diberikan teknik marmet
adalah dengan menggunakan tangan hanya 40 % yang produksi ASInya
dan jari, karena lebih praktis, efektif baik.
dan efisien dibanding dengan Metode lain yang dapat
menggunakan alat bantu pompa ASI membantu memaksimalkan reseptor
(Marmet, 2003). Metode yang oksitosin, merangsang let down reflex
digunakan adalah cara clhoe marmet dan meminimalkan efek samping dari
yang sering disebut dengan teknik tertundanya proses menyusui adalah
marmet yang merupakan perpaduan dengan cara melakukan pijat oksitosin
antara teknik memerah dan memijat. (Evariny, 2008). Pijat oksitosin
Teknik ini memberikan efek relaks dan merupakan salah satu solusi yang tepat
mengaktifkan kembali refleks untuk mempercepat dan memperlancar
keluarnya air susu ataumilk ejection produksi dan pengeluaran ASI yaitu
reflex (MER), sehingga ASI akan dengan pemijatan sepanjang tulang
menyemprot keluar dengan sendirinya belakang (vertebrae) sampai tulang
(Ulfah, 2013). costae kelima atau keenam. Pijat ini
Hasil penelitian Anita akan memberikan rasa nyaman dan
Widiastuti, dkk (2015) yang berjudul rileks pada ibu setelah mengalami
“Effect of Marmet Technique on proses persalinan sehingga tidak
Smoothness of Breastfeeding and Baby menghambat sekresi hormone
Weight Gain” dikatakan bahwa pada prolaktin dan oksitosin (Biancuzzo,
ibu postpartum yang dilakukan teknik 2003; Roesli, 2009). Hal ini di dukung
marmet menunjukkan hasil yang dalam penelitian Albertina, Melly dan
signifikan terhadap produksi ASI Shoufiah (2015) bahwa terdapat
dimana ibu merasakan aliran ASI yang hubungan antara pijat oksitosin dengan
keluar pada saat menyusui dan aliran kelancaran produksi ASI pada ibu
ASI terasa deras. Hal ini juga postpartum sectio caesarea di RSIA
didukung dalam penelitian Ulfah Aisyiyah Samarinda dengan p value
(2013) bahwa pemberian teknik 0,003.
marmet efektif terhadap pengeluaran Kecamatan Tampan merupakan
ASI pada ibu menyusui 0-6 bulan di daerah yang pesat perkembangannya
wilayah kerja Puskesmas Arjasa dan padat penduduk.Menurut data
Kabupaten Jember. Dari hasil UPTD Puskesmas Sidomulyo Rawat
penelitian Khusnul Hamidah (2016) Inap tahun 2016 jumlah ibu
dengan judul “Pengaruh teknik marmet postpartum sebanyak 1796 orang dan
teerhadap produksi ASI pada ibu post cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan
partum di Rumah Sakit PKU sebanyak 843 bayi dengan persentase
Muhammadiyah Gamping” juga 44,26 %. Sedangkan menurut data dari
menunjukkan bahwa ibu post partum Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ernita
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 5, Nomor 2, November 2017 113
tahun 2016 jumlah ibu postpartum ada beberapa ibu postpartum yang
sebanyak 466 orang dan masih banyak harus memberikan susu formula
ibu postpartum yang mempunyai kepada bayinya.
permasalahan menyusui seperti Teknik marmet dan pijat oksitosin
sedikitnya produksi ASI yaitu sekitar merupakan tindakan alternatif yang
186 orang dengan persentase 39,91 %. dapat di lakukan untuk meningkatkan
Studi awal yang dilakukan oleh produksi ASI. Kedua tindakan ini
peneliti pada tanggal 21 dan 22 Januari memiliki manfaat yang sama, efektif,
2017 di BPM Ernita, melalui dan mudah untuk dilakukan, namun
wawancara dengan 8 orang ibu belum ada hasil penelitian yang
postpartum yang menyusui, diketahui menyatakan tindakan mana yang lebih
6 orang ibu (75%) mengatakan ASI efektif diantara kedua tindakan
sedikit, saat menyusui bayi terlihat tersebut. Oleh sebab itu, peneliti
kurang puas dan menangis, serta ibu tertarik untuk melakukan penelitian
belum pernah mendapatkan informasi yang berjudul “Perbedaan kelancaran
tentang teknik marmet dan pijat produksi ASI pada ibu post partum
oksitosin, sedangkan 2 orang ibu yang dilakukan teknik marmet dan
(25%)mengatakan ASI lancar bahkan pijat oksitosindi BPM Ernita Kota
berlebihan sehingga ASI sering Pekanbaru tahun 2017”.
merembes saat tidak menyusui, dan 1
orang ibu postpartum tersebut sudah METODOLOGI PENELITIAN
pernah mendapatkan informasi tentang
teknik memerah ASI dengan tangan Jenis penelitian ini adalah quasi
tetapi bukan teknik marmet. eksperimen dengan desain post-test
Kemudian, 1 orang ibu postpartum only design with two comparison
sudah pernah mendapatkan informasi treatment, yaitu membandingkan
tentang pijat oksitosin dan sudah kelancaran produksi ASI pada ibu post
pernah melakukannya. Namun, pada partum sesudah diberikan perlakuan
saat ini tidak dilakukan dengan alasan teknik marmet dan pijat oksitosin pada
karena suami tidak mau melakukan masing-masing kelompok eksperimen.
pijat tersebut. Analisis bivariat pada penelitian ini
Berdasarkan keterangan dari digunakan untuk melihat perbedaan
bidan Ernita, di daerah tersebut sudah mean kelancaran produksi ASI yang
pernah dilakukan penelitian tentang dinilai dari indikator ibu antara
pijat oksitosin, namun belum pernah kelompok teknik marmet dan
dilakukan penelitian tentang teknik kelompok pijat oksitosin. Uji statistik
marmet. Penjelasan lebih lanjut oleh yang digunakan pada penelitian ini
bidan tersebut bahwa terdapat adalah uji T-Test independen dengan
beberapa ibu postpartum yang program SPSS dengan derajat
mengalami masalah menyusui setelah kepercayaan 95% (α=0,05).
melahirkan. Masalah yang sering
terjadi adalah ASI tidak keluar dan
produksi ASI yang sedikit, sehingga
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 5, Nomor 2, November 2017 114
Kelancaran Persentase
Berdasarkan hasil uji statistik dengan
No Produksi Frekuensi menggunakan uji t independent diperoleh
(%)
ASI rata-rata nilai produksi ASI setelah
1 Tidak 6 40,0 dilakukan intervensi pada kelompok
Lancar teknik marmet sebanyak 3,53 dengan
2 Lancar 9 60,0 standar deviasi 1,187. Sedangkan rata-rata
Jumlah 15 100 nilai produksi ASI setelah dilakukan
intervensi pada kelompok pijat oksitosin
adalah 2,53 dengan standar deviasi 1,246.
Tabel 2 Distribusi Kelancaran Hasil analisa diperoleh p value
Produksi ASI pada Ibu Postpartum (0,032) < α (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang
Setelah Dilakukan Pijat Oksitosin di signifikan kelancaran produksi ASI pada
Bidan Praktek Mandiri (BPM) ibu postpartum yang dilakukan teknik
ERNITAPekanbaru Tahun 2017 marmet dan pijat oksitosin. Ibu
postpartum yang dilakukan teknik marmet
No Kelancaran Persentase 60% produksi ASI lancar sedangkan ibu
Produksi Frekuensi postpartum yang dilakukan pijat oksitosin
ASI (%) 53,3% produksi ASI lancar.Berdasarkan
perbedaan nilai produksi ASI didapatkan
1 Tidak 7 46,7 teknik marmet lebih efektif dibandingkan
Lancar pijat oksitosin.
2 Lancar 8 53,3 Teknik marmet merupakan
Jumlah 15 100 kombinasi antara cara memerah ASI dan
memijat payudara, sehingga refleks
keluarnya ASI dapat optimal. Teknik
Tabel 3 Distribusi Rata-RataPerbedaan memerah ASI dengan cara ini pada
prinsipnya bertujuan untuk mengosongkan
Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu ASI pada sinus laktiferus yang terletak
Postpartum Setelah Dilakukan Teknik dibawah aerola, sehingga diharapkan
Marmet dan Pijat Oksitosin di Bidan dengan pengosongan ASI akan
Praktek Mandiri (BPM) Ernita merangsang pengeluaran hormon
Pekanbaru Tahun 2017 prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin
ini akan merangsang mammary alveoli
untuk memproduksi ASI. Semakin banyak
ASI yang dikeluarkan atau dikosongkan
dari payudara, maka akan semakin banyak
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 5, Nomor 2, November 2017 115
ASI yang diproduksi (Marmet, 2003; ductus melebar, menjadi lunak, dan juga
Roesli, 2013). Hormon prolaktin akan membantu menstimulasi saraf
berada di peredaran darah selama 30-45 hipotalamus untuk segera mengeluarkan
menit setelah dihisap, sehingga prolaktin hormon prolaktin dan oksitosin, sehingga
dapat merangsang payudara untuk produksi ASI tidak terlambat.
menghasilkan ASI untuk diminum Teknik marmet merupakan usaha
berikutnya (IDAI, 2015). untuk menghindari kemungkinan
Memberikan pijatan pada payudara lambatnya pengeluaran prolaktin,
disertai dengan pengosongan isi payudara sehingga untuk menghasilkan volume air
akan mengaktifkan hormon prolaktin yang susu yang lebih banyak, ibu yang akan
memproduksi ASI dan hormon oksitosin menyusui dilakukan pemijatan sambil
yang berfungsi untuk membuat payudara dilakukan pengosongan atau memerah
berkontraksi sehingga ASI dapat keluar payudara (Manuaba, 2007)
dengan lancar, sedangkan pijat oksitosin Fisiologis pengaruh teknik marmet
hanya akan merangsang hormon oksitosin terhadap produksi ASI yaitu memerah ASI
untuk pengeluaran ASI yang sudah dengan menggunakan tangan setelah itu
tersimpan di sinus payudara ibu akan terjadipengosongan ASI dari sinus
(Widiastuti, 2015). Hal ini menunjukkan laktiferus yang terletak di bawah areola
bahwa teknik marmet lebih efektif sehingga merangsang hipofisis anterior
dibandingkan dengan pijat oksitosin melepaskan hormon prolaktin dan
terhadap kelancaran produksi ASI ibu kemudian merangsang mammary alveoli
postpartum. untuk memproduksi ASI(Roesli, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh ASI dapat diperah sesegera mungkin
peneliti pada ibu postpartum yang bila bayi tidak bisa menyusu secara
dilakukan teknik marmet dari 15 orang langsung. Penelitian menunjukkan bahwa
responden yang diberikan intervensi ada 9 memerah ASI meningkatkan produksi ASI
orangyang produksi ASInya lancar (60%), jangka panjang. Untuk para ibu yang
bahkan ada 2 orang responden setelah menyusui dan bekerja, ibu dapat memerah
diberikan intervensi pada hari ke 2 ASI tiap 3 jam, termasuk malam hari
produksi ASInya lancar serta 3 orang ketika kadar prolaktin paling tinggi,
responden produksi ASInya lancar pada sehingga ibu dapat memerah ASI 6-8 kali
hari ke 3.Ada 6 orang responden (40%) dalam 24 jam dengan menggunakan
yang produksi ASInya tidak lancar. Hal teknik marmet (Sri Astuti, dkk ,2015).
ini dipengaruhi oleh faktornutrisi dan Penelitian ini sejalan dengan
asupan cairan, faktor psikologis ibu serta hasilpenelitian Anita Widiastuti, dkk
dukungan dari keluarga seperti keluarga (2015) yang berjudul “Effect of Marmet
kurang mendukung ibu dalam pemberian Technique on Smoothness of
ASI eksklusif atau adanya tradisi yang Breastfeeding and Baby Weight Gain”
sangat kuat didalam keluarga sehingga dikatakan bahwa pada ibu postpartum
dapat mempengaruhi produksi ASI pada yang dilakukan teknik marmet
ibu postpartum. Secara teoritis, faktor menunjukkan hasil yang signifikan
tersebut merupakan faktor yang terhadap produksi ASI dimana ibu
mempengaruhi produksi ASI. merasakan aliran ASI yang keluar pada
Kombinasi gerakan memerah dan saat menyusui dan aliran ASI terasa deras.
memijat (teknik marmet) yang dilakukan Pemberian perlakuan teknik marmet
minimal 1 kali sehari akan membuat
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 5, Nomor 2, November 2017 116
menyebabkan pengeluaran ASI lebih dapat memerah ASI 6-8 kali dalam sehari.
lancar. Sedangkan Pijat oksitosin juga merupakan
Peneletian ini sama halnya dengan alternatif yang baik dalam pengeluaran
hasil penelitian Khusnul Hamidah (2016) ASI karena dengan dilakukan pemijatan
dengan judul “Pengaruh teknik marmet pada daerah tulang belakang dengan
terhadap produksi ASI pada ibu post menggunakan ibu jari dapat merangsang
partum di Rumah Sakit PKU pengeluaran oksitosin sehingga
Muhammadiyah Gamping” juga pengeluaran ASI menjadi lancar. Ibu
menunjukkan bahwa ibu post partum postpartum yang dilakukan pijat oksitosin
normal dan post sectio caesaria yang pengeluaran ASI juga lancar tetapi
dilakukan teknik marmet 75 % produksi dibandingkan teknik marmet, jauh lebih
ASInya baik dan lancar, sedangkan pada efektif teknik marmet dalam pengeluaran
kelompok kontrol yang tidak diberikan ASI. Hal ini dikarenakan teknik memerah
teknik marmet hanya 40 % yang produksi dan memijat payudara secara langsung
ASInya baik. jauh lebih efektif dalam pengeluaran ASI.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori Teknik marmet dapat dilakukan ibu kapan
di atas maka peneliti berasumsi bahwa dan dimana saja tanpa bantuan orang lain
teknik marmet jauh lebih efektif dalam sedangkan pijat oksitosin memerlukan
pengeluaran ASI. Dari hasil penelitian bantuan orang lain, hal itu menjadi
yang telah dilakukan 60% ibu postpartum kendala bagi ibu dalam melakukan pijat
produksi ASI lancar dengan menggunakan oksitosin untuk kelancaran produksi ASI.
teknik marmet sedangkan ibu postpartum Pada saat melakukan penelitian,
yang dilakukan pijat oksitosin 53,3% peneliti mengalami kendala dengan waktu
produksi ASI lancar. Responden lebih berkunjung kerumah responden.
banyak yang merasakan aliran ASI lebih Pemberian intervensi tidak bisa dilakukan
deras saat menyusui dengan teknik dengan waktu yang sama untuk semua
marmet. Hasil pengamatan pada bayi responden, karena harus menyesuaikan
dalam kelompok teknik marmet, bayi dengan kondisi rileks secara psikologis
tenang dalam menyusu, tidak rewel saat yang berbeda pada setiap responden.
menyusu dan tidur pulas setelah menyusu Salah satu usaha yang dilakukan peneliti
dibandingkan kelompok pijat oksitosin. untuk meminimalisir keadaan tersebut
Secara statistik, terdapat perbedaan pada dengan menyesuaikan ketersediaan waktu
kelancaran ASI antara responden yang dari responden.Peneliti juga kurang
diberikan perlakuan teknik marmet mempertimbangkan faktormakanan ibu,
dengan responden yang dilakukan nutrisi dan asupan cairan, dan faktor
pijatoksitosin. Ini membuktikan psikologis ibu yang dapat mempengaruhi
pengeluaran ASI dengan cara memerah produksi ASI pada ibu postpartum.
dan memijat payudara dapat merangsang Keterbatasan ini disadari oleh peneliti
ASI untuk keluar secara optimal. Selain karena secara teoritis, faktor tersebut
itu banyak manfaat lain dari teknik merupakan faktor yang mempengaruhi
marmet, selain ekonomis, mengurangi produksi ASI.
bengkak pada payudara, sumbatan ASI
dan menjaga produksi ASI serta kesehatan KESIMPULAN
payudara, teknik marmet juga sangat
efektif bagi ibu yang bekerja. Ibu dapat a. Kelancaran produksi ASI pada ibu
memerah ASI tiap 3 jam, sehingga ibu
postpartum setelah dilakukan
Jurnal Ibu dan Anak. Volume 5, Nomor 2, November 2017 117
Roesli, Utami & Yohmi, E. (2013). WHO. (2009). Infant and young
Manajemen laktasi. Diperoleh childfeeding. Geneva:World
dari http://idai.or.id/public- health organization.
articles/klinik/asi/manajemen- Widiastuti, A., Siti, A., & Wiwin, R.
laktasi.html pada tanggal 12 R. (2015). Pengaruh teknik
Februari 2016. marmet terhadap kelancaran
Sarwinanti. (2014). Terapi pijat air susu ibu dan kenaikan berat
oksitosin meningkatkan badan bayi. Jurnal Kesehatan
produksi ASI pada ibu post Masyarakat Nasional. Poltekes
partum. Yogyakarta: Stikes Semarang
Aisyiyah. Widayanti, W. (2013). Efektifitas
metode SPEOS (stimulasi pijat
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). endorphin, oksitosin dan
Dasar-dasar metodologi sugestif) terhadap pengeluaran
penelitian klinis. (Edisi ke-3). ASI pada ibu nifas. Tesis
Jakarta: Sagung Seto. UNDIP: Semarang. Tidak
dipublikasikan
Soetjiningsih. (2009). ASI petunjuk
untuk tenaga kesehatan. Yaqub, A & Gul, S. (2013). Reason
Jakarta: EGC. for failure of exclusive
breastfeeding in children less
Sugiarti, E., Zulaekah, S., &
than six month of age.
Puspowati, D. S. (2011).
Diperoleh dari
Faktor-faktor yang
http://www.ayubmed.edu.pk/J
berhubungan dengan
AMC/25-1/AsmaYaqub.pdf
pemberian ASI eksklusif di
pada tanggal 15 Januari 2016.
kecamatan karang malang
kabupaten sragen. Jurnal Zak, PJ., Beavin, LE & Morhenn, V.
kesehatan, ISSN 1979-762. (2012). Massage Increases
195-206. oxytocin and reduces
Sugiyono. (2011). Metode penelitian adrenocorticotropinnhormone
kuantitatif kualitatif. Bandung: in humans. Alternative
Alfabeta. therapies nov des 2012. Vol
Ulfah, R. R. M. (2013). Efektifitas 10 No.6. Diperoleh dari
pemberian teknik marmet http://www.nebi.nlm.nih.gov/
terhadap pengeluaran ASI pubmed/23251939 pada
pada ibu menyusui 0-6 bulan di tanggal 01 Januari 2016.
wilayah kerja puskesmas
arjasa kabupaten jember.
Jember: PSIK Univeristas
jember.