SKRIPSI
TALITHA NABILA
1513101010063
Gigi terdiri dari empat komponen yaitu enamel, dentin, sementum, dan
pulpa. Tiga komponen utama ini (enamel, dentin, dan sementum) relatif keras
karena mengandung mineral yang cukup besar, terutama kalsium (sehingga
jaringan ini juga dapat digambarkan sebagai jaringan terkalsifikasi).18
2.2.1 Enamel
Enamel adalah lapisan permukaan eksternal berwarna putih yang berada di
mahkota gigi. Enamel memiliki kandungan mineral sekitar 95% kalsium
hidroksiapatit (yang dikalsifikasi), dan zat yang tersisa termasuk air 5% dan
matriks enamel.18 Enamel memiliki karakteristik berupa mahkota gigi yang keras
dan tembus cahaya, ketebalan maksimum (2,5 mm) pada cusp, enamel memenuhi
hingga sementum di leher (margin serviks, cementoenamel junction).19
2.2.2 Dentin
Dentin adalah komponen struktural terbesar dari gigi manusia.20 Dentin
adalah jaringan yang berwarna kekuningan keras yang mendasari enamel dan
sementum, dan membentuk sebagian besar bagian dalam setiap mahkota dan akar
gigi. Dentin memiliki kandungan sekitar 70% kalsium hidroksiapatit, 18% bahan
organik (serat kolagen), dan 12% air sebagai penyusunnya sehingga membuatnya
lebih kuat daripada sementum akan tetapi lebih rapuh daripada enamel.18
2.2.3 Sementum
Sementum merupakan penutup akar gigi yang terlihat seperi tulang (bone-
like). Sementum tidak memiliki struktur neurovaskular.19 Kandungan yang
terdapat dalam sementum terdiri dari 65% kalsium hidroksiapatit (termineralisasi
dan terkalsifikasi), 35% bahan organik (serat kolagen), dan 12% air.18
2.2.4 Pulpa
Pulpa adalah lapisan jaringan ikat longgar yang tervaskularisasi. Pulpa
menerima persarafan simpatis dari ganglion serviks superior dan persarafan
sensoris dari ganglion trigeminal (CN V).19 Pada dasarnya, sistem saluran akar
dapat dibagi menjadi ruang pulpa, yang terletak di dalam mahkota gigi anatomi,
dan ruang saluran akar, ditemukan di dalam bagian radikular gigi. Komponen
penting lainnya dari anatomi internal gigi termasuk lubang kanal, foramina apikal,
percabangan apikal, kanal aksesori dan kanal lateral, serta furkasi.21
mahkota gigi, dan saluran akar (atau kanal), yang terletak di akar gigi. Anatomi
lainnya yang penting berupa tanduk pulpa, kanal aksesoris, kanal lateral, furkasi,
kanal orifis, delta apikal, dan apikal foramina.23
Saluran akar merupakan suatu sistem saluran yang rumit, dimana saluran
pulpa bisa bercabang, membelah, dan menyatu kembali. 25 Beberapa peneliti
membuat klasifikasi yang dapat memudahkan memahami anatomi yang bervariasi
yang dapat terjadi pada gigi. Weine (1982) mengklasifikasikan saluran akar
berdasarkan pada jumlah lubang saluran, jumlah kanal, dan jumlah foramen di
setiap gigi. Pembagian menurut Vertucci (1984) dibuat berdasarkan jumlah kanal
yang dimulai pada lantai ruang pulpa, saluran yang muncul sepanjang jalur kanal,
dan terbuka melalui foramen apikal.26
Pada gigi premolar pertama rahang atas, Pada gigi premolar rahang atas,
konfigurasi kanal yang paling umum adalah Vertucci tipe I, II, dan IV, sedangkan
pada premolar mandibula, tipe I.27 Hal ini telah terdapat dengan frekuensi
sebanyak sekitar 60%-65% pada kasus paling umum untuk premolar pertama
rahang atas adalah dua kanal terpisah dalam satu akar (Vertucci tipe IV). Menurut
studi, pada kasus premolar kedua rahang atas terdapat sekitar 38-48% dengan tipe
memiliki satu saluran dalam satu akar (Vertucci tipe I), sedangkan pada kasus
yang memiliki satu saluran yang memisah menjadi dua saluran yang bergabung
kembali pada sepertiga apikal (Vertucci tipe III) sekitar 5%-10%.28
Pada premolar rahang bawah konfigurasi kanal yang paling umum pada
premolar mandibula adalah tipe I. Morfologi kanal internal mengungkapkan
mayoritas kanal adalah tunggal (Vertucci tipe I) sekitar 97,5%. 28 Terjadinya
variasi pertumbuhan dan perkembangan saluran akar gigi disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya latar belakang etnis, usia, dan jenis kelamin.22
saluran akar dentin secara kimiawi, melarutkan smear layer, dan meningkatkan
permeabilitas dentin.31
kisaran suhu dari 5C hingga 50C. Enterococcus faecalis dapat tumbuh pada pH
yang berkisar 4,6-9,9 dengan pH optimal adalah 7,5.46
2.7.2 Klorheksidin
Klorheksidin dapat digunakan selama berlangsungnya perawatan saluran
akar, termasuk selama masih dilakukannya pembesaran kanal orifis,
menghilangkan jaringan yang nekrotik, sebagai bahan pengisian intrakanal saluran
akar, dll.11 Klorheksidin merupakan antibakterial broad-spectrum. Klorheksidin
bekerja dengan secara maksimal terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif.
Sebuah studi in vitro menunjukkan perbedaan dalam pembunuhan enterococci
oleh CHX dan NaOCl. Pada NaOCl dengan konsentrasi 5,25% dapat membunuh
E. faecalis dalam waktu 30 detik, sedangkan CHX dengan konsentrasi 0,2%-2%
dapat membunuh E. faecalis dalam waktu dalam 30 detik.40 Klorheksidin
memiliki pH yang sangat basa, jangkauan pH yang berkisar antara 5,5 sampai 7.52
Penggunaan CHX yang dikombinasikan dengan NaOCl menyebabkan perubahan
warna dan pembentukan endapan organik yang tidak dapat larut, yang dapat
mengganggu ketika pengisian akar.53
Daun kelor (Moringa oleifera) adalah salah satu pohon yang paling
banyak manfaatnya di dunia, karena hampir setiap bagian dari pohon dapat
digunakan untuk makanan, obat-obatan dan keperluan industri. Tanaman Moringa
oleifera ini memiliki ciri-ciri daun majemuk menyirip ganda 2 sampai 3 dengan
lebar daun 1-2 cm. Memiliki ranting yang berbulu dan berwarna hijau. Moringa
oleifera memiliki banyak julukan nama diseluruh dunia, seperti pohon drumstick,
pohon horseradish, pohon keajaiban, dan mother’s best friend.56 Daun Kelor
(Moringa oleifera) berasal dari kawasan sekitar himalaya yaitu India, Pakistan,
Bangladesh, dan Afghanistan. Daun Kelor (Moringa oleifera) dapat
menghilangkan rasa sakit dikarenakan daun kelor memiliki kandugan sebagai
analgesik, antiinflamasi, dll.57
Tabel 2.1. Analisis GC-MS ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera)
No Jenis Sampel Kualitas Senyawa Kandungan
(%)
1 Ekstrak etanol 52 Alpha-Butyrolactone 2,06
daun kelor 52 1,3-Cyclopentanedione 4,90
(Moringa 53 Glycerol 8,48
oleifera) 43 Piperidine, 1,2,6-Trimethyl-CIS 1,33
52 1,2-Epoxycyclohexane 2,34
72 Benzeneacetaldehyde 3,05
58 Isobutyraldehyde, Propyhydrazone 1,83
76 2-Pyrrolidinone 2,02
49 2-Butenamide, 2-Cyano-3- 3,20
Hydroxy
93 2,3-Dihydro-3,5-Dihydroxy-6- 8,00
Methyl-4H-Pyran-4-One
49 2-Trideuteromethoxy-3- 1,39
Methylpyrazine
97 Benzeneacetonitrile, 4-hydroxy- 4,87
87 1,2,3,4- tetrahydro-cyclopentan [b] 1,11
indole
83 1,3,4,5-Tetrahydroxy- 33,38
Cyclohexanecarboxylic Acid
58 1,3,4,5-Tetrahydroxy- 9,66
Cyclohexanecarboxylic Acid
98 Hexadecanoic Acid 3,04
45 N-Cbz-beta-alanine 2,05
83 7-Oxabicyclo [4.1.0] Heptane, 2,84
1,3,3-Trimethyl-2-(3-Methyl-2-
Cyclobuten-1-YL)- [1.Alpha.,
2.Beta. (R*), 6.Alpha.]
44 3-(2,2-Dimethyltetrahydrofuran-3- 1,24
YL) P`henol
2.9 Ekstraksi
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan bahan alami pengganti
obat kimia adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada
sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Ekstraksi merupakan proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih
dahulu.65 Melakukan pemilihan suatu metode ekstraksi sangat diperlukan sebagai
langkah awal. Metode ekstraksi meliputi ekstraksi pelarut, metode distilasi,
penekanan dan sublimasi sesuai dengan prinsip ekstraksi yang akan dilakukan.66
Berikut adalah macam-macam metode ekstraksi :
2.9.1 Maserasi
Maserasi adalah metode ekstraksi yang paling banyak digunakan. Metode
ekstraksi maserasi adalah metode yang sangat sederhana dengan kerugian yang
timbulkan berupa memiliki waktu yang lama dan efisiensi ekstrak yang rendah.66
Metode ini dilakukan dengan memasukkan tanaman yang sudah menjadi serbuk
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu
2.9.2 Perkolasi
Perkolasi lebih efisien daripada maserasi karena perkolasi merupakan
proses berkelanjutan di mana pelarut jenuh digantikan oleh pelarut segar.66
Metode ekstrak perkolasi diindikasikan untuk untuk mengekstrak bahan aktif
dalam persiapan tincture dan ekstrak cairan. Cara kerja metode perkolasi adalah
serbuk sampel yang sudah tersedia dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).
Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes
perlahan pada bagian bawah.65
2.9.3 Refluks
Ekstraksi metode refluks lebih efisien daripada perkolasi atau maserasi dan
membutuhkan waktu ekstraksi sedikit dan menggunakan sedikit pelarut. Proses
ekstraksi ini dengan cara ekstraksi panas dimana bahan tersebut diperlakukan
dengan pelarut yang mendidih.66 Ekstraksi metode refluks tidak dapat digunakan
pada senyawa yang bersifat termolabil karena dapat terdegradasi.67
2.9.4 Sokhletasi
Metode ekstraksi sokhletasi ini dilakukan dengan peralatan sokhletasi
yang merupakan alat unit refluks kaca khusus yang terutama digunakan untuk
ekstraksi pelarut organik.67 Metode ekstrak dilakukan dengan menempatkan
sampel yang sudah berbentuk serbuk dalam sarung selulosa (dapat digunakan
kertas saring) dalam wadah yang ditempatkan di atas labu dan di bawah
kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu pemanas
diatur di bawah suhu reflux.65
2.9.5 Digesti
Ekstraksi secara digesti dilakukan dengan maserasi yang menerapkan
prinsip suhu panas yang rendah diterapkan selama proses ekstraksi maserasi.
Metode ini digunakan ketika suhu sedang tidak tidak dapat diterima dan efisiensi
pelarut meningkat.68 Metode digesti adalah bentuk maserasi yang diterapkan
dengan teknik temperatur ruangan (kamar) yaitu berkisar 40C-60C. Proses
pengerjaan ekstraksi metode digesti dapat dimodifikasi dengan mencampur bahan
dengan pelarut menggunakan pengaduk magnetik, pengaduk mekanik atau dengan
mengocok sesekali dengan tangan.67
Anti Bakteri
Alkaloid :
Melisiskan Sel Bakteri
Ekstrak Ethanol Bahan Irigasi
Tanin :
Daun Kelor Saluran Akar
Menghambat Proteolitik
(Moringa oleifera)
Polifenol :
Menginduksi
topoimerase pembelahan Enterococcus Faecialis dalam
DNA dan membunuh Karies dan Trauma Saluran Akar
pertumbuhan Bakteri