Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR (Moringa


oleifera) TERHADAP MORFOLOGI SEL Enterococcus
faecalis DAN KEKASARAN PERMUKAAN
SALURAN AKAR GIGI

SKRIPSI

TALITHA NABILA
1513101010063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
JANUARI 2020
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Geligi dan Fungsinya


Gigi dapat dibagi menjadi dua bagian dasar yang terdiri dari mahkota, yang
terlihat di atas jaringan gingiva, dan akar yang berada didalam dan dikelilingi oleh
tulang alveolar. Gigi memiliki fungsi sebagai mastikasi, fonetik, estetik. Gigi
sebagai mastikasi memiliki pengertian bahwa gigi bekerja untuk menghancurkan
makanan dan menghasilkan bolus-bolus makanan yang dapat ditelan. 15 Gigi dalam
menjalan fungsi fonetik berperan sebagai pengaturan terhadap suatu
pengucapan.16 Fungsi estetik menjalankan peran sebagai pengaturan penampilan.17

2.2 Anatomi Gigi Geligi

Gambar 2.1. Anatomi Gigi Geligi.18

Gigi terdiri dari empat komponen yaitu enamel, dentin, sementum, dan
pulpa. Tiga komponen utama ini (enamel, dentin, dan sementum) relatif keras
karena mengandung mineral yang cukup besar, terutama kalsium (sehingga
jaringan ini juga dapat digambarkan sebagai jaringan terkalsifikasi).18

2.2.1 Enamel
Enamel adalah lapisan permukaan eksternal berwarna putih yang berada di
mahkota gigi. Enamel memiliki kandungan mineral sekitar 95% kalsium

1 Universitas Syiah Kuala


2

hidroksiapatit (yang dikalsifikasi), dan zat yang tersisa termasuk air 5% dan
matriks enamel.18 Enamel memiliki karakteristik berupa mahkota gigi yang keras
dan tembus cahaya, ketebalan maksimum (2,5 mm) pada cusp, enamel memenuhi
hingga sementum di leher (margin serviks, cementoenamel junction).19

2.2.2 Dentin
Dentin adalah komponen struktural terbesar dari gigi manusia.20 Dentin
adalah jaringan yang berwarna kekuningan keras yang mendasari enamel dan
sementum, dan membentuk sebagian besar bagian dalam setiap mahkota dan akar
gigi. Dentin memiliki kandungan sekitar 70% kalsium hidroksiapatit, 18% bahan
organik (serat kolagen), dan 12% air sebagai penyusunnya sehingga membuatnya
lebih kuat daripada sementum akan tetapi lebih rapuh daripada enamel.18

2.2.3 Sementum
Sementum merupakan penutup akar gigi yang terlihat seperi tulang (bone-
like). Sementum tidak memiliki struktur neurovaskular.19 Kandungan yang
terdapat dalam sementum terdiri dari 65% kalsium hidroksiapatit (termineralisasi
dan terkalsifikasi), 35% bahan organik (serat kolagen), dan 12% air.18

2.2.4 Pulpa
Pulpa adalah lapisan jaringan ikat longgar yang tervaskularisasi. Pulpa
menerima persarafan simpatis dari ganglion serviks superior dan persarafan
sensoris dari ganglion trigeminal (CN V).19 Pada dasarnya, sistem saluran akar
dapat dibagi menjadi ruang pulpa, yang terletak di dalam mahkota gigi anatomi,
dan ruang saluran akar, ditemukan di dalam bagian radikular gigi. Komponen
penting lainnya dari anatomi internal gigi termasuk lubang kanal, foramina apikal,
percabangan apikal, kanal aksesori dan kanal lateral, serta furkasi.21

2.2.5 Komponen Pulpa


Pengetahuan yang detail dan menyeluruh mengenai anatomi dan morfologi
saluran akar gigi adalah kunci keberhasilan dalam perawatan saluran akar.22
Sistem saluran akar dibagi menjadi dua bagian yaitu ruang pulpa, yang terletak di

Universitas Syiah Kuala


3

mahkota gigi, dan saluran akar (atau kanal), yang terletak di akar gigi. Anatomi
lainnya yang penting berupa tanduk pulpa, kanal aksesoris, kanal lateral, furkasi,
kanal orifis, delta apikal, dan apikal foramina.23

Gambar 2.2. Komponen Pulpa.24

Saluran akar merupakan suatu sistem saluran yang rumit, dimana saluran
pulpa bisa bercabang, membelah, dan menyatu kembali. 25 Beberapa peneliti
membuat klasifikasi yang dapat memudahkan memahami anatomi yang bervariasi
yang dapat terjadi pada gigi. Weine (1982) mengklasifikasikan saluran akar
berdasarkan pada jumlah lubang saluran, jumlah kanal, dan jumlah foramen di
setiap gigi. Pembagian menurut Vertucci (1984) dibuat berdasarkan jumlah kanal
yang dimulai pada lantai ruang pulpa, saluran yang muncul sepanjang jalur kanal,
dan terbuka melalui foramen apikal.26

Gambar 2.3. Klasifikasi Saluran Akar Menurut Vertucci.24

Universitas Syiah Kuala


4

Pada gigi premolar pertama rahang atas, Pada gigi premolar rahang atas,
konfigurasi kanal yang paling umum adalah Vertucci tipe I, II, dan IV, sedangkan
pada premolar mandibula, tipe I.27 Hal ini telah terdapat dengan frekuensi
sebanyak sekitar 60%-65% pada kasus paling umum untuk premolar pertama
rahang atas adalah dua kanal terpisah dalam satu akar (Vertucci tipe IV). Menurut
studi, pada kasus premolar kedua rahang atas terdapat sekitar 38-48% dengan tipe
memiliki satu saluran dalam satu akar (Vertucci tipe I), sedangkan pada kasus
yang memiliki satu saluran yang memisah menjadi dua saluran yang bergabung
kembali pada sepertiga apikal (Vertucci tipe III) sekitar 5%-10%.28
Pada premolar rahang bawah konfigurasi kanal yang paling umum pada
premolar mandibula adalah tipe I. Morfologi kanal internal mengungkapkan
mayoritas kanal adalah tunggal (Vertucci tipe I) sekitar 97,5%. 28 Terjadinya
variasi pertumbuhan dan perkembangan saluran akar gigi disebabkan oleh
berbagai faktor, salah satunya latar belakang etnis, usia, dan jenis kelamin.22

2.3 Kekasaran Saluran Akar Gigi


Proses demineralisasi, remineralisasi, dan tubulus dentin yang terbuka dapat
mempengaruhi perubahan kekasaran permukaan dentin. Selama proses
dilakukannya preparasi biomekanik pada saluran akar terdapat smear layer,
lapisan amorf, bakteri dan debris anorganik serta organik yang menutupi
permukaan dentin. Smear layer perlu perlu dihilangkan oleh sebab itu kualitas
larutan irigasi yang diperlukan adalah larutan yang dapat menghilangkan jaringan
organik dan anorganik secara bersamaan.29 Penggunaan agen kelasi sebagai bahan
irigasi saluran akar berfungsi sebagai antibakteri, menghilangkan jaringan
nekrotik, dan menghilangkan smear layer.30
Kekasaran adalah faktor penting dalam adhesi dan berkaitan dengan sifat
wettability dari suatu larutan irigasi. Sifat wettability merupakan faktor penting
untuk adhesi, wettability sangat tergantung pada komposisi kimia bahan irigasi,
kekasaran dentin saluran akar, dan keadaan hidrasi dapat dipengaruhi oleh
kepadatan tubulus. Agen kelasi yang pertama kali dipakai pada kedokteran gigi
adalah EDTA.13 Penggunaan EDTA sebagai agen kelasi mampu melunakan

Universitas Syiah Kuala


5

saluran akar dentin secara kimiawi, melarutkan smear layer, dan meningkatkan
permeabilitas dentin.31

2.4 Karies dan Akibat Tidak Dirawatnya


Kerusakan pada struktur dan fungsi mahkota gigi dapat timbul dari beberapa
penyebab. Demineralisasi komponen mineral apatit dapat menyebabkan karies.
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang melibatkan email,
dentin dan pulpa.32 Karies merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut
yang sering terjadi. Terjadinya karies diawali dengan daerah yang membusuk
pada gigi, akibat dari proses yang terjadi secara bertahap dengan melarutkan
mineral permukaan gigi dan terus berkembang kebagian dalam gigi. Proses ini
terjadi karena adanya aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat
diragikan. Proses ini ditandai dengan dimineralisasi jaringan keras dan diikuti
kerusakan zat organiknya, sehingga dapat terjadi invasi bakteri lebih jauh ke
bagian dalam gigi, yaitu lapisan dentin serta dapat mencapai pulpa. Gigi yang
mengalami nekrosis memerlukan perawatan saluran akar, yang bertujuan untuk
membersihkan ruang pulpa dari jaringan pulpa yang telah terinfeksi.33

2.5 Perawatan Saluran Akar


Perawatan saluran akar merupakan perawatan yang bertujuan untuk
meringankan rasa sakit karies yang telah meluas dan mengontrol sepsis dari pulpa
dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan gigi yang sakit.34
Keberhasilan suatu perawatan saluran akar ditentukan oleh faktor eliminasi
mikroorganisme dari sistem saluran akar, pembersihan dan pembentukan saluran
akar serta pengisian yang hermetis untuk mencegah terjadinya infeksi kembali
pada saluran akar gigi.35
Perawatan saluran akar terdiri dari tiga tahap (triad endodontik), yaitu
preparasi biomekanis meliputi pembersihan dan pembentukan, sterilisasi meliputi
irigasi dan pengisian saluran akar.34 Schilder mengemukakan bahwa tujuan umum
preparasi saluran akar adalah urtuk mengeliminir jaringan nekrotik, debris dan
bakteri secara mekanis, serta untuk mempersiapkan saluran akar menerima bahan
pengisi.35

Universitas Syiah Kuala


6

2.5.1 Preparasi Akses Pulpa


Akses adalah fase pertama yang harus dilakukan dan bisa dibilang fase
paling penting dalam perawatan saluran akar nonsurgical. Tujuan dari persiapan
preparasi pulpa adalah untuk menghilangkan semua karies yang ada,
mengembalikan struktur gigi yang sehat, membuka ruang pulpa sepenuhnya,
menghilangkan semua jaringan pulpa yang nekrotik, menemukan semua lubang
saluran akar, dan tercapainya akses garis lurus atau langsung ke foramen apikal
atau ke kelengkungan awal suatu saluran.23 Kesalahan yang sering teriadi pada
tahap ini diantaranya adalah terlatu banyaknya jaringan gigi yang terbuang dan
perforasi akibat pencarian saluran akar (lateral furkasi) atau ketidakberhasilan
memperoleh jalan yang lurus ke saluran akar.35
Preparasi akses saluran akar berdasarkan anatomi dan morfologi setiap
individu. Prinsip-prinsip umum untuk akses endodontik adalah outline form,
convenience form, menghilangkan jaringan karies, dan toilet of the cavity.36
Outline form adalah penentuan bentuk ruang pulpa. Convenience form adalah
menghilangkan dentin yang terinfeksi untuk mendapatkan akses garis yang lurus
ke lubang saluran akar. Toilet of the cavity adalah pencegahan suatu bahan
memasuki chamber dan ruang kanal.37

2.5.2 Cleaning dan Shaping


Cleaning dan shaping adalah prosedur penting sebelum memasuki
prosedur selanjutnya yaitu pengisian saluran akar. Cleaning secara signifikan
bertujuan untuk mengurangi iritasi, tetapi tidak benar-benar menghilangkan
mikroorganisme. Tujuan shaping adalah untuk memudahkan pembersihan dan
menyediakan ruang untuk menempatkan bahan-bahan yang diperoleh.38
Cleaning yang tidak adekuat menyebabkan bakteri residu yang cukup
untuk menyebabkan gejala persisten dan peradangan periradikular.39 Irigasi
memfasilitasi pengangkatan jaringan nekrotik, mikroorganisme, dan serpihan
dentin dari saluran akar dengan tindakan pembilasan.40

Universitas Syiah Kuala


7

2.5.3 Pengisian Saluran Akar


Proses pembersihan dan pembentukan menentukan tingkat desinfeksi dan
kemampuan untuk mendapatkan ruang radikuler. Oleh karena itu, obturasi
merupakan cerminan dari pembersihan dan pembentukan. Keadaan ini dievaluasi
berdasarkan panjang, lancip, kepadatan, dan coronal seal.41 Pengisian saluran akar
merupakan langkah terakhir dari triad endodontik yang dilakukan setelah cleaning
dan shaping, pengisian pada saluran akar yang telah diberikan bahan irigasi
ketika tahapan cleaning dan shaping akan mempengaruhi kekasaran saluran akar
gigi sehingga berguna untuk meingkatkan kekuatan perlekatan dan kemampuan
sealer menutupi permukaan saluran akar gigi.6 Tujuan dari pengisian saluran akar
adalah untuk menutup semua "pintu keluar" yang menghalangi segala jenis
pertukaran zat atau benda asing antara endodontium dan periodontium.42

2.6 Enterococcus faecalis

Gambar 2.4. Enterococcus faecalis


(penglihatan secara mikroskop).43

Enterococcus faecalis adalah bakteri Gram positif, yang dikenal sebagai


bakteri yang paling resisten walaupun telah dilakukan perawatan. 44 Enterococcus
faecalis, termasuk dalam golongan Enterococcus, biasanya kehadiran bakteri
tersebut terkait dengan penyakit mulut, seperti karies, infeksi endodontik,
periodontitis, dan peri-implantitis.45 Spesies Enterococcus akan tumbuh pada

Universitas Syiah Kuala


8

kisaran suhu dari 5C hingga 50C. Enterococcus faecalis dapat tumbuh pada pH
yang berkisar 4,6-9,9 dengan pH optimal adalah 7,5.46

2.6.1 Tinjauan Umum


Enterococcus faecalis diklasifikasikan dalam :43
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacilles
Famili : Enterococcaceae
Genus : Enterococcus
Spesies : Enterococcus faecalis

2.6.2 Peran Enterococcus faecalis Dalam Saluran Akar


Peran bakteri E. faecalis didalam saluran akar gigi adalah penyebab
terjadinya periodontitis apikal. Bakteri E. faecalis memiliki faktor virulensi yang
mampu membentuk terjadinya pembuatan biofilm isolat endodontik. 47 Faktor-
faktor virulensi yang berperan adalah aggregation substance, surface adhesins,
sex pheromones, lipoteichoic acid, extracellular superoxide production, lytic
enzymes gelatinase dan hyaluronidase, dan toksin cytolysin.48 Faktor virulensi
dapat memodulasi perlekatan dan invasi bakteri dengan menghindari mekanisme
pertahanan inang, atau dengan secara tidak langsung atau langsung menyebabkan
kerusakan inang.49
Aggregation substance dari E. faecalis memfasilitasi terjadinya pengikatan
antara organisme ke kolagen tipe I dari host, serta terbentuknya matriks protein
ekstraselular pada dentin, aggregation substance yang bekerja dengan cytolysin
meningkatkan virulensi yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan invasi
jaringan yang lebih dalam. Surface Adhesins merupakan protein pengikat kolagen
E. faecalis, hal ini memfasilitasi pengikatan E. faecalis ke kolagen tipe I dan IV.
Sex pheromones, lipoteichoic acid, dan extracellular superoxide production dapat
memodulasi terjadinya inflamasi lokal dengan menstimulasi leukosit dengan
melepaskan beberapa mediator seperti TNF, interleukin, dan prostaglandin

Universitas Syiah Kuala


9

sehingga menyebabkan kerusakan periradikular. Lytic enzymes gelatinase dan


hyaluroniadase yang membantunya mengikat ke dentin sehingga menyebabkan
terjadinya resobsi dan degradasi dari matriks organik dentin.48

2.7 Macam-Macam Irigasi


Penggunaan larutan irigasi adalah bagian penting dari perawatan
endodontik. Dimana pada saat mengirigasi saluran akar akan mengangkat jaringan
nekrotik, mikroorganisme, dan dentin chips dari saluran akar.40 Saat ini, tidak ada
larutan yang dianggap optimal, namun beberapa irigasi tertentu berkontribusi
besar dalam keberhasilan hasil perawatan.50

2.7.1 Sodium Hipoklorit (NaOCl)


Sodium hipoklorit (NaOCl) terkenal karena aktivitas antibakterinya yang
kuat yaitu dapat membunuh bakteri dengan sangat cepat bahkan pada konsentrasi
rendah.40 Sodium hipoklorit (NaOCl) yang digunakan dalam konsentrasi antara
0,5% dan 6% sebagai irigasi saluran akar, namun konsentrasi yang lebih tinggi
lebih efektif terhadap E. faecalis dan Candida albicans.50 Sodium hipoklorit
(NaOCl) merupakan pilihan larutan irigasi yang relatif murah, bersifat bakterisida,
akan tetapi sangat korosif terhadap logam dan memiliki rasa yang tidak enak.51

2.7.2 Klorheksidin
Klorheksidin dapat digunakan selama berlangsungnya perawatan saluran
akar, termasuk selama masih dilakukannya pembesaran kanal orifis,
menghilangkan jaringan yang nekrotik, sebagai bahan pengisian intrakanal saluran
akar, dll.11 Klorheksidin merupakan antibakterial broad-spectrum. Klorheksidin
bekerja dengan secara maksimal terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif.
Sebuah studi in vitro menunjukkan perbedaan dalam pembunuhan enterococci
oleh CHX dan NaOCl. Pada NaOCl dengan konsentrasi 5,25% dapat membunuh
E. faecalis dalam waktu 30 detik, sedangkan CHX dengan konsentrasi 0,2%-2%
dapat membunuh E. faecalis dalam waktu dalam 30 detik.40 Klorheksidin
memiliki pH yang sangat basa, jangkauan pH yang berkisar antara 5,5 sampai 7.52
Penggunaan CHX yang dikombinasikan dengan NaOCl menyebabkan perubahan

Universitas Syiah Kuala


10

warna dan pembentukan endapan organik yang tidak dapat larut, yang dapat
mengganggu ketika pengisian akar.53

2.7.3 Ethylenediamine Tetra-Acetic Acid (EDTA)


Ethylenediamine tetra-acetic acid, biasanya dikenal dengan EDTA, adalah
acid aminopolycarboxylic dan EDTA padat yang tidak larut dalam air,
kegunaannya sebagai larutan irigasi karena dapat menghilangkan dan melarutkan
mineral. Ethylenediamine tetra-acetic acid (EDTA) yang biasanya digunakan
sebagai irigasi saluran akar memiliki konsentrasi 17%. Konsentrasi 17% tersebut
dapat mengangkat smear layer ketika berkontak langsung dengan dinding saluran
akar selama kurang dari 1 menit.50 EDTA memiliki aktivitas antibakteri yang
terbatas. EDTA tidak mampu menghilangkan bakteri E. faecalis.54 Sifat
antibakteri EDTA tergantung pada konsentrasi dan pH. Aktivitas antibakteri dari
EDTA dapat dikombinasikan NaOCl 5%, adanya kombinasi antara EDTA dan
NaOCl membuktikan bakteri menjadi lebih sedikit melekat pada saluran akar.31

2.8 Daun Kelor (Moringa oleifera)

Gambar 2.5. Daun Kelor (Moringa oleifera).55

Daun kelor (Moringa oleifera) adalah salah satu pohon yang paling
banyak manfaatnya di dunia, karena hampir setiap bagian dari pohon dapat
digunakan untuk makanan, obat-obatan dan keperluan industri. Tanaman Moringa
oleifera ini memiliki ciri-ciri daun majemuk menyirip ganda 2 sampai 3 dengan

Universitas Syiah Kuala


11

lebar daun 1-2 cm. Memiliki ranting yang berbulu dan berwarna hijau. Moringa
oleifera memiliki banyak julukan nama diseluruh dunia, seperti pohon drumstick,
pohon horseradish, pohon keajaiban, dan mother’s best friend.56 Daun Kelor
(Moringa oleifera) berasal dari kawasan sekitar himalaya yaitu India, Pakistan,
Bangladesh, dan Afghanistan. Daun Kelor (Moringa oleifera) dapat
menghilangkan rasa sakit dikarenakan daun kelor memiliki kandugan sebagai
analgesik, antiinflamasi, dll.57

2.8.1 Tinjauan Umum


Moringa oleifera diklasifikasikan sebagai :55
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa Adans
Spesies : Moringa oleifera Lam

2.8.2 Manfaat Daun Kelor


Tanaman kelor (Moringa oleifera) telah digunakan berabad-abad dan
merupakan tanaman paling kaya nutrisi yang ditemukan untuk saat ini. Pada akar,
kulit kayu, getah, daun, buah, bunga, biji, minyak dari biji serta hampir semua
bagian dari tumbuhan ini dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit
termasuk mengobati inflamasi dan penyakit infeksi yang terjadi akibat komplikasi
dari penyakit kardiovaskular, gastrointestinal, gangguan hematologi dan
hepatorenal. Fungsi lain dari tumbuhan kelor (Moringa oleifera) ini yaitu
antipiretik serta adanya aktivitas antimikroba yang terdapat pada biji tumbuhan
ini.58 Kandungan yang terdapat dari ekstrak etanol daun kelor dapat dilihat dari
hasil analisis GC-MS :

Universitas Syiah Kuala


12

Tabel 2.1. Analisis GC-MS ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera)
No Jenis Sampel Kualitas Senyawa Kandungan
(%)
1 Ekstrak etanol 52 Alpha-Butyrolactone 2,06
daun kelor 52 1,3-Cyclopentanedione 4,90
(Moringa 53 Glycerol 8,48
oleifera) 43 Piperidine, 1,2,6-Trimethyl-CIS 1,33
52 1,2-Epoxycyclohexane 2,34
72 Benzeneacetaldehyde 3,05
58 Isobutyraldehyde, Propyhydrazone 1,83
76 2-Pyrrolidinone 2,02
49 2-Butenamide, 2-Cyano-3- 3,20
Hydroxy
93 2,3-Dihydro-3,5-Dihydroxy-6- 8,00
Methyl-4H-Pyran-4-One
49 2-Trideuteromethoxy-3- 1,39
Methylpyrazine
97 Benzeneacetonitrile, 4-hydroxy- 4,87
87 1,2,3,4- tetrahydro-cyclopentan [b] 1,11
indole
83 1,3,4,5-Tetrahydroxy- 33,38
Cyclohexanecarboxylic Acid
58 1,3,4,5-Tetrahydroxy- 9,66
Cyclohexanecarboxylic Acid
98 Hexadecanoic Acid 3,04
45 N-Cbz-beta-alanine 2,05
83 7-Oxabicyclo [4.1.0] Heptane, 2,84
1,3,3-Trimethyl-2-(3-Methyl-2-
Cyclobuten-1-YL)- [1.Alpha.,
2.Beta. (R*), 6.Alpha.]
44 3-(2,2-Dimethyltetrahydrofuran-3- 1,24
YL) P`henol

Aktivitas antioksidant yang tinggi pada daun kelor (Moringa oleifera)


dapat digunakan pada pasien kondisi inflamasi, termasuk kanker, hipertensi, dan
penyakit kardiovaskular. Kandungan yang kaya akan antioksidan yaitu berupa
senyawa ᵝ-karoten. Sifat antioksidan ini memainkan peran dalam menetralkan
radikal bebas, quenching singlet atau triplet oxygen, atau penguraian peroksida.59
Aktivitas anti-inflamasi pada ekstrak daun kelor (Moringa oleifera)
menghambat produksi sitokin makrofag berupa TNF-α, interleukin-6 dan
interleukin-8 oleh kerja senyawa lipopolysaccharide (LPS). Kandungan senyawa
berupa quercetin telah terlibat dalam pengurangan proses inflamasi dengan
menghambat aksi neutral factor kappa-beta (NF-kβ).60 Senyawa kuersetin yang
merupakan golongan flavonoid merupakan komponen bioaktif utama kelor yang

Universitas Syiah Kuala


13

memiliki fungsi sebagai antiinflamasi. Penelitian Mediavillla dkk (2006) dan


Cheong (2004) menunjukkan kuersetin dapat menghambat ekspresi COX-2.61
Peran antibakteri daun kelor (Moringa oleifera) didapatkan dari hasil
ekstrak dengan suatu larutan, pada ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera)
menunjukkan efek antibakterial dengan aktivitas spektrum luas terhadap bakteri
Gram positif dan negatif. Kandungan fitokimianya berupa alkaloid, flavonoid,
steroid, glikosida. Kandungan fitokimia yang terdapat pada daun kelor (Moringa
oleifera) bekerja sebagai antioksidan antimikroba, antikanker, dll.62 Kandungan
senyawa berupa tanin dan polifenol yang terdapat dari hasil ekstrak etanol daun
kelor (Moringa oleifera) bekerja sebagai antibakteri.63 Berdasarkan penelitian
Olson dan Fahey (2011) menunjukkan bahwa efek antibakteri dari M. oleifera
dikarena terdapat kandungan senyawa kimia 4-(4'-O-acetyl-α-L-
rhamnopyranosyloxy)-benzylisothiocyanate, yang mekanisme kerjanya
menghambat enzim membran sel bakteri.64

2.9 Ekstraksi
Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan bahan alami pengganti
obat kimia adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada
sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Ekstraksi merupakan proses
pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih
dahulu.65 Melakukan pemilihan suatu metode ekstraksi sangat diperlukan sebagai
langkah awal. Metode ekstraksi meliputi ekstraksi pelarut, metode distilasi,
penekanan dan sublimasi sesuai dengan prinsip ekstraksi yang akan dilakukan.66
Berikut adalah macam-macam metode ekstraksi :

2.9.1 Maserasi
Maserasi adalah metode ekstraksi yang paling banyak digunakan. Metode
ekstraksi maserasi adalah metode yang sangat sederhana dengan kerugian yang
timbulkan berupa memiliki waktu yang lama dan efisiensi ekstrak yang rendah.66
Metode ini dilakukan dengan memasukkan tanaman yang sudah menjadi serbuk
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada suhu

Universitas Syiah Kuala


14

kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapainya sebuah kesetimbangan


antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman.
Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.65

2.9.2 Perkolasi
Perkolasi lebih efisien daripada maserasi karena perkolasi merupakan
proses berkelanjutan di mana pelarut jenuh digantikan oleh pelarut segar.66
Metode ekstrak perkolasi diindikasikan untuk untuk mengekstrak bahan aktif
dalam persiapan tincture dan ekstrak cairan. Cara kerja metode perkolasi adalah
serbuk sampel yang sudah tersedia dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya).
Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes
perlahan pada bagian bawah.65

2.9.3 Refluks
Ekstraksi metode refluks lebih efisien daripada perkolasi atau maserasi dan
membutuhkan waktu ekstraksi sedikit dan menggunakan sedikit pelarut. Proses
ekstraksi ini dengan cara ekstraksi panas dimana bahan tersebut diperlakukan
dengan pelarut yang mendidih.66 Ekstraksi metode refluks tidak dapat digunakan
pada senyawa yang bersifat termolabil karena dapat terdegradasi.67

2.9.4 Sokhletasi
Metode ekstraksi sokhletasi ini dilakukan dengan peralatan sokhletasi
yang merupakan alat unit refluks kaca khusus yang terutama digunakan untuk
ekstraksi pelarut organik.67 Metode ekstrak dilakukan dengan menempatkan
sampel yang sudah berbentuk serbuk dalam sarung selulosa (dapat digunakan
kertas saring) dalam wadah yang ditempatkan di atas labu dan di bawah
kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu pemanas
diatur di bawah suhu reflux.65

Universitas Syiah Kuala


15

2.9.5 Digesti
Ekstraksi secara digesti dilakukan dengan maserasi yang menerapkan
prinsip suhu panas yang rendah diterapkan selama proses ekstraksi maserasi.
Metode ini digunakan ketika suhu sedang tidak tidak dapat diterima dan efisiensi
pelarut meningkat.68 Metode digesti adalah bentuk maserasi yang diterapkan
dengan teknik temperatur ruangan (kamar) yaitu berkisar 40C-60C. Proses
pengerjaan ekstraksi metode digesti dapat dimodifikasi dengan mencampur bahan
dengan pelarut menggunakan pengaduk magnetik, pengaduk mekanik atau dengan
mengocok sesekali dengan tangan.67

2.10 Atomic Force Microscopy (AFM)


Kekasaran ini dapat dilihat dengan menggunakan surface roughness tester
ataupun atomic force microscopy (AFM). Resolusi yang jauh lebih baik dan profil
permukaan yang dihasilkan dalam bentuk 3D membuat AFM lebih unggul
dibandingkan dengan alat pengukuran lainnya.69 Atomic force microscopy (AFM)
dikembangkan oleh Binning Gerd, Calvin Quate, dan Christop Gerber pada tahun
1986.70 Gambar AFM menunjukkan informasi signifikan tentang gambaran suatu
permukaan yang rigid.71
Atomic force microscopy digunakan untuk mendapatkan gambar dengan
resolusi atom 10-10 m atau sepersepuluh nanometer. Gambar terbentuk dengan cara
adanya kekuatan interaksi antara tip dan permukaan cantilever yang terekam
ketika permukaan sampel menempel kemudian alat tersebut akan melakukan
pemindaian.71 Keuntungan memakai AFM yaitu :72
1. AFM menghasilkan gambar resolusi tinggi dengan resolusi lateral dalam
kisaran beberapa nanometer dan resolusi vertikal kurang dari 1 nm.
2. AFM memberikan gambar 3D langsung dari struktur permukaan.
3. Terhindar dari adanya kerusakan radiasi pada sampel daripada yang diamati
dengan SEM dan TEM.
4. Memiliki resolusi gambaran terbaik daripada SEM, resolusi gambaran pada
AFM adalah 0,3 nm

Universitas Syiah Kuala


16

2.11 Kerangka Teori

Anti Bakteri

Alkaloid :
Melisiskan Sel Bakteri
Ekstrak Ethanol Bahan Irigasi
Tanin :
Daun Kelor Saluran Akar
Menghambat Proteolitik
(Moringa oleifera)
Polifenol :
Menginduksi
topoimerase pembelahan Enterococcus Faecialis dalam
DNA dan membunuh Karies dan Trauma Saluran Akar
pertumbuhan Bakteri

Morfologi sel dan Universitas


Terjadinya perlekatanSyiah Kuala
E. faecalis
Kekasaran Saluran Akar pada saluran akar gigi
17

Gambar 2.6. Kerangka Teori

Universitas Syiah Kuala

Anda mungkin juga menyukai

  • Pemeriksaan Saraf
    Pemeriksaan Saraf
    Dokumen3 halaman
    Pemeriksaan Saraf
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Adhesif
    Adhesif
    Dokumen13 halaman
    Adhesif
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Bahan Cetak Kelompok 5
    Bahan Cetak Kelompok 5
    Dokumen8 halaman
    Bahan Cetak Kelompok 5
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Definisi Bells Palsy
    Definisi Bells Palsy
    Dokumen2 halaman
    Definisi Bells Palsy
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Indikasi Replantasi
    Indikasi Replantasi
    Dokumen2 halaman
    Indikasi Replantasi
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Rama Upload
    Rama Upload
    Dokumen18 halaman
    Rama Upload
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Berkas Jim
    Berkas Jim
    Dokumen12 halaman
    Berkas Jim
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Mengamati Tumbuhan Berbiji
    Mengamati Tumbuhan Berbiji
    Dokumen4 halaman
    Mengamati Tumbuhan Berbiji
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Komponen Pulpa
    Komponen Pulpa
    Dokumen1 halaman
    Komponen Pulpa
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Pulpa
    Anatomi Pulpa
    Dokumen7 halaman
    Anatomi Pulpa
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Fullpapers Thtkle390e81471full
    Fullpapers Thtkle390e81471full
    Dokumen8 halaman
    Fullpapers Thtkle390e81471full
    Kertamaya
    Belum ada peringkat
  • Catatan BDR Ramadhan 2021
    Catatan BDR Ramadhan 2021
    Dokumen2 halaman
    Catatan BDR Ramadhan 2021
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Who Translate
    Who Translate
    Dokumen2 halaman
    Who Translate
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Kosa Kata Umur
    Kosa Kata Umur
    Dokumen1 halaman
    Kosa Kata Umur
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Bakteri Periodontitis
    Bakteri Periodontitis
    Dokumen6 halaman
    Bakteri Periodontitis
    THIVYAH THURUVAN
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Terbaru
    Presentasi Terbaru
    Dokumen3 halaman
    Presentasi Terbaru
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Ilham
    Ilham
    Dokumen1 halaman
    Ilham
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen1 halaman
    Jurnal
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Doni
    Doni
    Dokumen1 halaman
    Doni
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Buhunhun
    Buhunhun
    Dokumen1 halaman
    Buhunhun
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Book 133
    Book 133
    Dokumen1 halaman
    Book 133
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Fauna Dan Flora PR Fattan
    Fauna Dan Flora PR Fattan
    Dokumen6 halaman
    Fauna Dan Flora PR Fattan
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Laporan SK 1
    Laporan SK 1
    Dokumen2 halaman
    Laporan SK 1
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Nama Alat
    Nama Alat
    Dokumen1 halaman
    Nama Alat
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Agama Islam
    Agama Islam
    Dokumen2 halaman
    Agama Islam
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Skills Lab Radiografi
    Skills Lab Radiografi
    Dokumen4 halaman
    Skills Lab Radiografi
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • ATRISI Palsu
    ATRISI Palsu
    Dokumen14 halaman
    ATRISI Palsu
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Adhesive Pada Polymer
    Adhesive Pada Polymer
    Dokumen6 halaman
    Adhesive Pada Polymer
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Hepatitis
    Pengertian Hepatitis
    Dokumen1 halaman
    Pengertian Hepatitis
    Talitha Nabila
    Belum ada peringkat