Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan
insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah.
Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula darah adalah efek yang tidak terkontrol
dari diabetes dan dalam waktu panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada
beberapa sistem tubuh, khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung
koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal) (WHO,
2011).
Diabetes Melitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015).

B. ETIOLOGI
Etiologi diabetes melitus menurut M. Clevo Rendy dan Margareth Th, 2019 yaitu:
1) Diabetes Melitus Tipe I
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi oleh proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta pankreas sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel beta
pankreas. Faktor lingkungan diyakini memicu perkembangan DM tipe I.
Pemicu tersebut dapat berupa infeksi virus (campak, rubela, atau
koksakievirus B4) atau bahkan kimia beracun, misalnya yang dijumpai di
daging asap dan awetan. Akibat pajanan terhadap virus atau bahan kimia,
respon autoimun tidak normal terjadi ketika antibody merespon sel beta
normal seakan-akan zat asing sehingga akan menghancurkannya (Priscilla
LeMone, dkk, 2016).

2) Diabetes Melitus Tipe II


Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas, penyakit, obat-
obatan dan pertambahan usia. Pada kegemukan, insulin mengalami penurunan
kemampuan untuk mempengaruhi absorpsi dan metabolisme glukosa oleh
hati, otot rangka, dan jaringan adiposa. DM tipe II yang baru didiagnosis sudah
mengalami komplikasi.
Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016 adapun faktor-faktor resiko DM tipe II
yaitu:
1. Riwayat DM pada orang tua dan saudara kandung. Meski tidak ada kaitan
HLA yang terindentifikasi, anak dari penyandang DM tipe II memiliki
peningkatan resiko dua hingga empat kali menyandang DM tipe II dan 30%
resiko mengalami, intoleransi aktivitas (ketidakmampuan memetabolisme
karbohidrat secara normal).
2. Kegemukan, didefinisikan kelebihan berat badan minimal 20% lebih dari
berat badan yang diharapkan atau memiliki indeks massa tubuh (IMT)
minimal 27 kg/m. Kegemukan, khususnya viseral (lemak abdomen )
dikaitkan dengan peningkatan resistensi insulin.
3. Tidak ada aktivitas fisik
4. Ras/etnis
5. Pada wanita, riwayat DM gestasional, sindrom ovarium polikistik atau
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4,5 kg.
6. Hipertensi (≥ 130/85 pada dewasa), kolesterol HDL ≥ 35 mg/dl dan atau
kadar trigliserida ≥ 250 mg/dl.

4) Glukosa Darah
Glukose merupakan bentuk paling sederhana dari molekul gula, yang
merupakan produk akhir dari pencernaan karbohidrat dan bentuk dimana
karbohidrat diserap dari usus ke dalam aliran darah. Terkadang orang
menyebutnya gula anggur ataupun dekstrosa. Banyak dijumpai di alam, terutama
pada buah-buahan, sayur-sayuran, madu, sirup jagung dan tetes tebu. Di dalam
tubuh glukosa didapat dari hasil akhir pencemaan amilum, sukrosa, maltosa dan
laktosa. Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Kriteria diagnostik DM
menurut PERKENI (2006) atau yang dianjurkan ADA (American Diabetes
Association) yaitu bila tredapat salah satu atau lebih hasil pemeriksaan gula darah
dibawah ini:
1). Kadar gula darah sewaktu (plasma vena) lebih atau sama dengan 200 mg/dl

2). Kadar gula darah puasa (plasma vena) lebih atau sama dengan 126 mg/dl

3). Kadar glukosa plasma lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam sesudah
beban glukosa 75 gram pada tes toleransi glukosa oral (TTGO).

5) DM tipe lain
DM tipe lain atau diabetes sekunder adalah diabetes sebagai akibat dari
penyakit lain. Diabetes sekunder muncul setelah adanya suatu penyakit yang
mengganggu produksi insulin atau memengaruhi kerja insulin. Faktor risiko
timbulnya DM adalah hal- hal yang bisa menimbulkan risiko terjadinya DM,
antara lain keturunan, ras, obesitas, dan sindrom metabolik. Dari faktor- faktor
tersebut, obesitas dan sindroma metabolik merupakan faktor yang dapat
dikendalikan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut PERKENI (2015), penyakit diabetes melitus ini pada awalnya seringkali
tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang dapat diketahui bahwa
seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai
nilai 160-180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung
gula (glucose), sehingga urine sering dikerubuti semut.
Menurut PERKENI gejala dan tanda tanda DM dapat digolongkan menjadi 2
yaitu:
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak menunjukan
gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang ditunjukan meliputi:
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
Pada diabetes,karena insulin bermasalah pemasukan gula kedalam sel-sel
tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun kurang itu sebabnya orang
menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha meningkatkan asupan makanan
dengan menimbulkan rasa lapar sehingga timbulah perasaan selalu ingin
makan.
b) Sering merasa haus (polidipsi)
Dengan banyaknya urin keluar, tubuh akan kekurangan air atau
dehidrasi. Untuk mengatasi hal tersebut timbulah rasa haus sehingga orang
ingin selalu minum dan ingin minum manis, minuman manis akan sangat
merugikan karena membuat kadar gula semakin tinggi.
c) Jumlah urin yang dikeluarkan banyak (poliuri)
Jika kadar gula melebihi nilai normal, maka gula darah akan keluar
bersama urin, untuk menjaga agar urin yang keluar yang mengandung gula tak
terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke dalam urin
sehingga volume urin yang keluar banyak dan kencing pun sering. Jika tidak
diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan
mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu), mudah lelah dan bila tidak lekas diobati, akan timbul
rasa mual (PERKENI,2015) .
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM (PERKENI, 2015)
adalah:
a) Kesemutan
b) Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c) Rasa tebal dikulit
d) Kram
e) Mudah mengantuk
f) Mata kabur
g) Biasanya sering ganti kaca mata
h) Gatal disekitar kemaluan terutama pada wanita
i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas
j) Kemampuan seksual menurun
k) Dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg

Anda mungkin juga menyukai