Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN TEKANAN DARAH PADA

PENDERITA HIPERTENSI USIA PRODUKTIF


DI PUSKESMAS BERGAS

ARTIKEL

OLEH :
FRISKA AYU CHRISTINA
NIM 010115A045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2019

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 1
Produktif di Puskesmas Bergas
Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 2
Produktif di Puskesmas Bergas
HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI USIA PRODUKTIF DI PUSKESMAS BERGAS

Friska Ayu Christina* Faridah Aini ** Mona Saparwati**


* Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
** Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
email : friskaayuchristina@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Salah satu aktivitas fisik yang baik untuk meningkatkan kebugaran
jasmani adalah berolahraga. Seseorang yang tidak memiliki kebiasaan olahraga
kecenderungan 30-50% terkena hipertensi. Kebiasaan olahraga yang dilakukan secara teratur
bisa menurunkan tekanan darah secara efektif. Kegiatan aktifitas fisik dengan berolahraga ini
disarankan agar dilakukan ≥ 30 menit per hari dan ≥ 3 hari per minggu
Tujuan : Mengetahui Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi Usia Produktif di Puskesmas Bergas
Metode : Desain penelitian ini deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional.
Populasi sebanyak 110 responden dengan sampel 53 responden, menggunkan teknik
purposive sampling dan pengumpulan data menggunakan kuesioner tidak baku.
Menggunakan analisis data bivariat Korelasi Pearson
Hasil : Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga dengan tekanan darah penderita
hipertensi usia produktif di Puskesmas Bergas dengan 53 responden didapatkan bahwa
aktivitas olahraga teratur terdapat 28 responden (52.8%). Aktivitas tidak teratur terdapat 25
responden (47.2%). Frekuensi berdasarkan tekanan darah responden didapatkan bahwa TDS
memiliki nilai tengah 150 mmHg, nilai minimum 140 mmHg dan nilai maksimum 185
mmHg dengan nilai rata-rata 152,55 mmHg dan standard deviasi 11,814 mmHg. Sedangkan
TDD memiliki nilai tengah 92 mmHg, nilai minimum 90 mmHg dan nilai maksimum 110
mmHg dengan nilai rata-rata 95,11 mmHg dan standard deviasi 5,155 mmHg. Ada hubungan
kebiasaan olahraga dengan tekanan darah pada penderita hipertensi usia produktif di kerja
Puskesmas Bergas nilai p 0,000 (α = 0,05)
Saran : Diharapkan kepada penderita hipertensi untuk selalu melakukan kebiasaan olahraga
yang dilakukan selama satu minggu minimal 3 kali dengan durasi 30 menit

Kata kunci : kebiasaan olahraga, tekanan darah, hipertensi

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 3
Produktif di Puskesmas Bergas
THE CORRELATION BETWEEN EXERCISE HABITS AND BLOOD PRESSURE
IN HYPERTENSIVE OF PRODUCTIVE AGE AT BERGAS PUBLIC
HEALTH CENTER, SEMARANG REGENCY

Friska Ayu Christina * Faridah Aini ** Mona Saparwati **


* Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
** Dosen S1 Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran
email : friskaayuchristina@gmail.com

ABSTRACT
Background: One of the good physical activities to improve physical fitness is exercise.
Someone who does not have exercise habits tends to have hypertension 30-50%. Regular
exercise habits can effectively reduce blood pressure. Physical activity activities with this
exercise are recommended to be done ≥ 30 minutes in one day and ≥ 3 in one week
Objective: To know correlation between exercise habits and blood pressure in hypertensive
of productive age at Bergas Public Health Center, Semarang Regency
Method: the design of this study was descriptive correlation with cross sectional apporoach.
The population were 110 respondents with a sample of 53 respondents,by using a purposive
sampling technique and the instrumen used questionnaire. The data analysis used bivariate
Korelasi Pearson
Results: The results showed that the exercise habits with blood pressure of hypertensive
patients of productive age at the Bergas Health Center with 53 respondents found that regular
sports activities contained 28 respondents (52.8%). Irregular activity there are 25 respondents
(47.2%). Frequencies based on the blood pressure of respondents found that TDS has a mean
value of 150 mmHg, a minimum value of 140 mmHg and a maximum value of 185 mmHg
with an average value of 152.55 mmHg and a standard deviation of 11,814 mmHg. Whereas
TDD has a mean value of 92 mmHg, a minimum value of 90 mmHg and a maximum value of
110 mmHg with an average value of 95.11 mmHg and a standard deviation of 5.155 mmHg.
There is correlation between exercise habits and blood pressure in hypertensive patients of
productive age at Bergas Public Health Center Semarang Age At Bergas Health Center
Regency with a value 0,000 (α = 0.05)
Suggestion: It is expected that for hypertension sufferers to do exercise habits carried out for
one week at least 3 times with a duration of 30 minutes

Keywords: exercise, blood pressure, hypertension

PENDAHULUAN menjadi 34,1%. Data hipertensi menurut


Penyakit kardiovaskular secara Riskesdas (2018) pada usia produktif
global menyebabkan sekitar 16 juta yakni usia 18- 24 tahun sebanyak 13,2%,
kematian per tahun. Hipertensi usia 25-34 tahun sebanyak 20,1%, usia 35-
bertanggung jawab untuk setidaknya 48% 44 tahun sebanyak 3,6%, usia 45-55 tahun
dari kematian karena penyakit jantung sebanyak 45,3%. Di Jawa Tengah
(WHO, 2015). Prevalensi hipertensi di penderita hipertensi pada tahun 2013
Indonesia pada usia ≥ 18 tahun meningkat dari 25,8% pada tahun 2018
menunjukkan peningkatan pada tahun menjadi 35,1%. Menurut profil kesehatan
2013 25,8% meningkat pada tahun 2018 kabupaten Semarang pada tahun 2014,

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 4
Produktif di Puskesmas Bergas
data hasil pengukuran tekanan darah darah penderita hipertensi usia
diperoleh dari Posbindu yaitu 23,66%. produktif di wilayah kerja puskesmas
Pengukuran tekanan darah lebih banyak Bergas”
dilakukan pada perempuan (2,81%),
karena yang datang ke Posbindu sebagian METODOLOGI
besar adalah perempuan. Menurut Depkes Jenis penelitian deskriptif
(2017) kasus hipertensi lebih banyak korelasional dengan pendekaan cross
terjadi pada laki-laki yaitu sebesar 14,69%, sectional. Dan menggunakan teknik
sedangkan kasus hipertensi pada Sampling insidental. Penelitian ini
perempuan sebesar 8,99%. dilakukan 14-20 Juli 2019.Populasi
Faktor resiko hipertensi meliputi penelitian ini adalah 110 penderita
umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, hipertensi,jumlah sampel 53 responden
konsumsi minuman beralkohol, konsumsi dengan teknik purposive sampling.
minuman berkafein >1 kali per hari,
kurang aktivitas fisik dan obesitas HASIL
(Rahajeng dan Tuminah, 2009). Aktivitas A. Analisis Univariat
fisik sangat berpengaruh terhadap tingkat 1. Aktivitas olahraga
kebugaran jasmani seseorang. Salah satu Tabel 1 Distribusi frekuensi
aktivitas fisik yang baik untuk berdasarkan aktivitas
meningkatkan kebugaran jasmani adalah olahraga
berolahraga. Seseorang yang tidak Aktivitas f %
memiliki kebiasaan olahraga olahraga
kecenderungan 30-50% terkena hipertensi tidak teratur 25 47.2
(Armilawati, 2009). teratur 28 52.8
Penurunan tekanan darah yang Total 53 100.0
kecil ternyata sudah dapat mengurangi
risiko terhadap kejadian penyakit 2. Gambaran tekanan darah
kardiovaskular dan stroke. Penurunan Tabel 2. Distribusi frekuensi
tekanan darah sebesar 2 mmHg akan tekanan darah
mengurangi risiko penyakit responden
kardiovaskuler dan stroke sebesar 4%
dan 6% (Mustafa et al, 2013). Tekanan n Median
Berdasarkan survei Mean SD
darah (min-max)
pendahuluan yang dilakukan di Sistolik 53 150 (140- 151,55 11,814
Wilayah Kerja Puskesmas Bergas 185)
didapatkan bahwa banyak masyarakat Diastolik 53 92 (90- 95,11 6,182
yang tidak melakukan olahraga. Dari 110)
15 orang, terdapat 9 orang (60%) tidak
berolahraga rata rata memilki tekanan
darah 140/90mmHg – 170/90 mmhg
dan 6 orang (40%) berolahraga rata
rata tekanan darah 120/90mmHg
sampai 130/90 mmHg.
Berdasarkan latar belakang
diatas berkaitan dengan pentingnya
kebiasaan olahraga terhadap tekanan
darah penderita hipertensi maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan
kebiasaan olahraga dengan tekanan

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 5
Produktif di Puskesmas Bergas
B. Analisis Bivariat perlu olahraga yang berat, cukup
1. Hubungan kebiasaan olahraga olahraga yang ringan misalnya
dengan tekanan darah pada jalan cepat, jogging, bersepeda,
penderita hipertensi usia produktif atau berenang. Olahraga adalah
di kerja Puskesmas Bergas. suatu bentuk aktivitas fisik yang
Tabel 3 Hubungan kebiasaan terencana dan terstruktur, yang
olahraga dengan melibatkan gerakan tubuh
tekanan darah pada berulang-ulang dan ditujukan untuk
penderita hipertensi usia meningkatkan kebugaran jasmani.
produktif di kerja Olahraga yang teratur dapat
Puskesmas Bergas meningkatkan kesehatan jasmani
dan rohani secara menyeluruh.
Aktivitas Olahraga Metabolisme tubuh akan membaik
Tekanan dari segi fisik dan mental
Median
darah
n (min- Mean SD r p
(Purwanto, 2011)
max) Berdasarkan penelitian,
Sistolik 53 150 151,55 11,814 -0,631 0,000 bahwa seluruh responden yang
(140- memiliki aktivitas olahraga teratur
185) melakukan olahraga dengan
Diastolik 53 92 (90- 95,11 6,182 -0,594
frekuensi 3x seminggu dan durasi
110)
30 menit. Aktivitas fisik dan
latihan yang baik, benar, terukur,
PEMBAHASAN
dan teratur akan meningkatkan
A. Analisis Univariat
kebugaran jasmani yang penting
1. Aktivitas olahraga pada
untuk menjaga stamina tubuh.
penderita hipertensi usia
Aktivitas fisik aktif dengan
produktif di Puskesmas Bergas
melakukan kegiatan fisik minimal
Berdasarkan tabel 4.1 dapat
10 menit sampai meningkatnya
diketahui bahwa distribusi
denyut nadi dan napas lebih cepat
responden berdasarkan aktivitas
dari biasanya (Riskesdas, 2013).
olahraga, yang paling banyak yakni
Howley (2013) mendefinisikan
teratur sebanyak 46 responden
(58,2%). Hal ini didukung dengan latihan teratur sebagai pergerakan
tubuh yang dihasilkan dari
adanya kegiatan olahraga yang
kontraksi otot-otot rangka yang
dilakukan oleh responden yakni
meningkatkan penggunaan enegi
seluruh responden dengan kategori
yang meningkatnya denyut nadi
aktivitas olahraga teratur 100%
dan napas dan dilakukan selama
melakukan aktivitas olahraga
minimal 20 menit, 3-5 kali dalam
minimal 3 kali dalam seminggu
seminggu untuk meningkatkan
dengan durasi minimal 30 menit
ketahanan kardiorespirasi.
sesuai dengan pernyataan yang
Berdasarkan penelitian
tercantum pada point 3b dan 4b.
yang dilakukan oleh peneliti,
Hasil ini sejalan dengan penelitian
sebagian besar 30 responden
yang dilakukan oleh Novarina
(56,6%) melakukan olahraga jalan.
(2018) menyatakan bahwa 60,3%
Berjalan kaki dapat mengurangi
memiliki aktivitas olahraga yang
angka kematian sebesar 14% pada
baik dan/ teratur.
kasus penyakit jantung koroner.
Olahraga yang teratur dapat
Pengaruh jalan kaki secara
meningkatkan kesehatan jasmani
langsung berhubungan dengan
dan rohani secara menyeluruh.
peningkatan kecepatan pemulihan
Olahraga yang dilakukan tidak

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 6
Produktif di Puskesmas Bergas
glukosa otot dan menigkatkan Hasil ini sejalan dengan penelitian
produksi NO plasma (Black, 2014). yang dilakukan oleh Khalifah
Apabila kadar NO meningkat maka (2017), yang menunjukkan TDS
peran profilaksis aterosklerosis (median 150, nilai minimum 140
akan berjalan maksimal dan hasil dan nilai maksimum 170 dengan
akhirnya akan memperbaiki standard deviasi 9,376) TDD
penyempitan akibat aterosklerosis (median 96,11, nilai minimum 90
(Black, 2014) sehingga dapat dan nilai maksimum 100 dengan
meningkatkan dilatisi pembuluh standard deviasi 5,016).
darah dan menurunkan tekanan Berdasarkan tabel tersebut seluruh
darah. Pada kasus Stroke, olahraga responden mengalami hipertensi
yang rutin dapat mengurangi yakni dengan nilai terendah
tekanan darah pada penderita TDS/TDD 140/90 mmHg.
hipertensi, meningkatkan kadar Hipertensi adalah
high-density lipoprotein (HDL) dan peningkatan tekanan darah sistolik
menurunkan kadar low-density dan diastolik dengan konsisten
lipoprotein (LDL) sehingga diatas 140/90 mmHg (Baradero,
mengurangi resiko terkena stroke. ddk, 2008). Tekanan darah tinggi
Kebiasaan berolahraga yang adalah hasil awal dari peningkatan
dimulai sejak usia dini akan curah jantung yang kemudian
membantu pertumbuhan tulang dipertahankan pada tingkat yang
yang baik sehingga dapat lebih tinggi sebagai suatu timbal
mengurangi resiko terkena balik peningkatan tahanan parifer
osteoporosis pada usia lanjut. Data (Udjianti, 2010). Hasil
ini juga menyatakan bahwa orang pemeriksaan fisik penderita
yang rajin berolahraga memiliki hipertensi tidak dijumpai kelainan
resiko yang lebih rendah terkena apapun selain tekanan darah yang
beberapa jenis kanker, contohnya tinggi disertai dengan keluhan sakit
orang yang tidak suka berolahraga kepala, tengkuk terasa kaku, dan
lebih beresiko terkena kanker usus mengeluh mudah lelah dan
besar 3 kali lipat dibandingkan palpitasi.
orang yang rutin berolahraga Berdasarkan penelitian,
(POST, 2011). ditemukan bahwa sebagian besar
2. Gambaran tekanan darah pada responden berjenis kelamin
penderita hipertensi usia perempuan 35 responden (66%).
produktif di kerja Puskesmas Jenis kelamin sangat erat kaitanya
Bergas terhadap terjadinya hipertensi
Berdasarkan tabel 4.2, dimana pada wanita lebih tinggi
dapat diketahui bahwa TDS ketika seorang wanita mengalami
memiliki nilai tengah 150 mmHg, menopause. Wanita yang belum
nilai minimum 140 mmHg dan mengalami menopause dilindungi
nilai maksimum 185 mmHg oleh hormon estrogen yang
dengan nilai rata-rata 152,55 berperan dalam meningkatkan
mmHg dan standard deviasi 11,814 kadar High Density Lipoprotein
mmHg. Sedangkan TDD memiliki (HDL). Kadar kolesterol HDL
nilai tengah 92 mmHg, nilai yang tinggi merupakan faktor
minimum 90 mmHg dan nilai pelindung dalam mencegah
maksimum 110 mmHg dengan terjadinya proses aterosklerosis.
nilai rata-rata 95,11 mmHg dan Efek perlindungan estrogen
standard deviasi 5,155 mmHg. dianggap sebagai penjelasan

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 7
Produktif di Puskesmas Bergas
adanya imunitas wanita pada usia dapat membantu mengontrol tekanan
premenopause (Anggraini,2011). darah. Hasil ini sejalan dengan
Hal ini sesuai dengan penelitian Dalimartha dkk (2008),
pendapat (Yuliarti 2007), yang yang menyatakan bahwa ada
menyatakan bahwa ada hubungan hubungan antara aktivitas fisik
yang signifikan antara jenis dengan kejadian hipertensi dan
kelamin dengan kejadian individu yang kurang aktif
hipertensi. Hal tersebut mempunyai resiko menderita
menunjukkan bahwa kejadian hipertensi sebesar 30-50% durasi,
hipertensi pada perempuan intensitas dan frekuensi aktivitas fisik
dipengaruhi oleh kadar hormon akan mempengaruhi manfaat
estrogen. Hormon estrogen tersebut aktivitas fisik bagi kesehatan
akan menurun kadarnya ketika (Carnethon, 2009).
perempuan memasuki usia tua Tekanan darah dipengaruhi
(menopouse)sehingga perempuan oleh aktivitas fisik. Tekanan darah
menjadi lebih rentan terhadap akan lebih tinggi pada saat
hipertensi. melakukan aktivitas fisik dan lebih
rendah ketika beristirahat
B. Analisis Bivariat (Armilawati, 2007). Aktivitas fisik
1. Hubungan kebiasaan olahraga mempengaruhi tekanan darah karena
dengan tekanan darah pada aktivitas fisik terkait dengan
penderita hipertensi usia produktif peningkatan dan reduksi saraf
di kerja Puskesmas Bergas. simpatis dan para simpatis (Mohler
Berdasarkan tabel 4.2, dapat dan Townsend, 2009). Selain itu,
diketahui bahwa TDS memiliki nilai aktivitas fisik yang rutin dapat
tengah 150 mmHg, nilai minimum mengurangi lemak jenuh,
140 mmHg dan nilai maksimum 185 meningkatkan eliminasi sodium
mmHg dengan nilai rata-rata 152,55 akibat terjadinya perubahan fungsi
mmHg dan standard deviasi 11,814 ginjal dan mengurangi plasma renin
mmHg. Sedangkan TDD memiliki serta aktivitas katekolamin. Oleh
nilai tengah 92 mmHg, nilai karena itu, aktivitas fisik yang rutin
minimum 90 mmHg dan nilai dapat menurunkan tekanan darah
maksimum 110 mmHg dengan nilai sistolik maupun diastolik sehingga
rata-rata 95,11 mmHg dan standard mampu mencegah hipertensi (Rahl,
deviasi 5,155 mmHg. 2010).
Berdasarkan uji korelasi Kurangnya aktifitas fisik
Pearson diperoleh nilai p 0,000 (α = meningkatkan risiko menderita
0,05) yang menunjukkan ada hipertensi karena meningkatkan
hubungan kebiasaan olahraga dengan risiko kelebihan berat badan. Orang
tekanan darah pada penderita yang kurang melakukan aktivitas
hipertensi usia produktif. Didapatkan fisik juga cenderung mempunyai
pula nilai r pada TDS sebesar -0,631 frekuensi denyut jantung yang lebih
dan TDD -0,594, terdapat arah tinggi sehingga otot jantungnya harus
korelasi negatif yang berarti apabila bekerja lebih keras pada setiap
semakin tinggi skor olahraga maka kontraksi. Makin keras dan sering
semakin rendah skor tekanan darah otot jantung harus memompa, makin
dengan nilai korelasi 0,631 dan 0,594 besar tekanan yang dibebankan pada
yang menunjukkan korelasi kuat. arteri.
Kesimpulan dari tabel tersebut yakni Penelitian dari Framingham
dengan melakukan aktivitas olahraga study (2005) menunjukkan bhwa

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 8
Produktif di Puskesmas Bergas
aktivitas fisik sedang dan berat dapat lansia di Posyandu Lansia Desa
mencegah kejadian stroke. Selain itu, Banjarejo Kecamatan Ngantang
meta analisis yang dilakukan juga Kabupaten Malang dengan tekanan
menyebutkan hal yang sama. Hasil darah paling banyak pada tahap
analisis pertama menyebutkan bahwa hipertensi II (56,7%).
berjalan kaki menurunkan tekanan
darah pada orang dewasa sekitar 2%. KESIMPULAN
Analisis kedua pada 54 randomized 1. Aktifitas olahraga pada penderita
controlled trial (RCT), aktivitas hipertensi usia produktif di puskesmas
aerobik menurunkan tekanan darah Bergas sebagian besar teratur sebesar
rata-rata TDS 4 mmHg dan 2 mmHg 28 responden (52,8%)
TDD pada pasien dengan dan tanpa 2. Tekanan darah pada penderita
hipertensi. Peningkatan intensitas hipertensi di puskesmas bergas yakni
aktivitas fisik, 30-45 menit per hari TDS memiliki nilai tengah 150 mmHg,
penting dilakukan sebagai strategi nilai minimum 140 mmHg dan nilai
untuk pencegahan dan pengelolaan maksimum 185 mmHg dengan nilai
hipertens rata-rata 152,55 mmHg dan standard
Olahraga atau aktivitas fisik deviasi 11,814 mmHg. Sedangkan
yang mampu membakar kalori 800- TDD memiliki nilai tengah 92 mmHg,
1000 kalori akan meningkatkan high nilai minimum 90 mmHg dan nilai
density lipoprotein (HDL) sebesar 4.4 maksimum 110 mmHg dengan nilai
mmHg. Sebagian besar studi rata-rata 95,11 mmHg dan standard
epidimiologi dan studi intervensi deviasi 5,155 mmHg.
olahraga memberikan dukungan tegas 3. Ada hubungan kebiasaan olahraga
bahwa peningkatan aktivitas fisik, dengan tekanan darah pada penderita
durasi yang cukup, intensitas dan hipertensi usia produktif di kerja
jenis sesuai mampu menurunkan Puskesmas Bergas dengan p value
tekanan darah secara signifikan, baik 0,000 <0,05
dengan tersendiri maupun sebagai
bagian dari terapi pengobatan. SARAN
Peningkatan intensitas aktivitas fisik, 1. Bagi responden
30-45 menit per hari penting Diharapkan kepada penderita
dilakukan sebagai strategi untuk hipertensi untuk selalu melakukan
pencegahan dan pengelolaan kebiasaan olahraga dan gaya hidup
hipertensi. yang baik agar tekanan darah dapat
Hasil penelitian Dalimartha terkontrol dan tidak menimbulkan
dkk (2008), yang menyatakan bahwa komplikasi penyakit lainnya
ada hubungan antara aktivitas fisik 2. Bagi institusi pendidikan
dengan kejadian hipertensi dan Diharapkan hasil penelitian
individu yang kurang aktif menambah ilmu dan litelatur
mempunyai resiko menderita mengenai kebiasaan olahraga dan
hipertensi sebesar 30-50%. Durasi, tekanan darah hipertensi
intensitas dan frekuensi aktivitas fisik 3. Bagi peneliti lain
akan mempengaruhi manfaat Diharapkan peneliti
aktivitas fisik bagi kesehatan selanjutnya dapat meneliti mengenai
(Carnethon, 2009). kebiasaan olahraga yang lebih fokus
Hasil ini juga didukung oleh pada olahraga tertentu dan bisa
penelitian Xavier (2017) yang menambah litelatur bagi peneliti
menyatakan ada hubungan aktifitas selanjutnya
fisik dengan tekanann darah pada

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 9
Produktif di Puskesmas Bergas
DAFTAR PUSTAKA 5. Departemen Kesehatan RI. (2017).
1. Armilawati, dkk. 2009. Hipertensi dan Hasil Pengukuran Tekanan Darah.
Faktor Risikonya dalam Kajian Jakarta: Departemen Kesehatan
Epidemiologi. Bagian Epidemiologi 6. Mustafa R, Ahmed S, Gupta A,Venuto
FKM UNHAS : Makassar RC. 2013. Comprehensive review of
2. Armilawati dan Arif , D. (2009). hypertension. Hindawi Publishing
Faktor-faktor yang berhubungan Corporation Journal Of Pregnancy.
dengan Kejadian Hipertensi pada USA : State University of New York;
Lansia di Pusling Desa Klumpit Upt 2013: hlm. 1-19.
Puskesmas Gribig Kabupaten Kudus. 7. Purwanto, B. 2011. Hipertensi
Stikes Muhammadiyah Kudus (Patogenesis, Kerusakan target organ
3. Carnethon Mancia, G., Fagard, dan Penatalaksanaan). Surakarta:
R.,Narkiewicz, K.,et al. (2009). UNS Press
ESH/ESC Guidelines for the 8. Udjianti, Wayan Juni. (2010).
Management of Arterial Hypertension. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta
European Heart Jurnal. 34, 2159- : Salemba Medika.
2219 doi : 10.1093/eurheartj/eht151 9. Yuliarti. Mayo Clinic Hipertensi,
4. Dalimarta dkk (2009). hubungan Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
antara aktivitas fisik dengan kejadian Jakarta: PT Intisari Mediatama. 2009
hipertensi Upt Puskesmas Gribig 10. World Health Organization. (2015). A
Kabupaten Kudus. Stikes Global Brief on Hypertension: Silent
Muhammadiyah Kudus Killer, Global Public Health Crisis:
World Health Day 2013.

Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Usia 10
Produktif di Puskesmas Bergas

Anda mungkin juga menyukai