Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang dilalui garis khatulistiwa sehingga
mempunyai iklim tropis. Iklim tersebut menyebabkan negara Indonesia memiliki tingkat
keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi (Hutasuhut, 2018). Salah satu jenis flora yang
banyak tumbuh di Indonesia yaitu famili Araceae yang terdiri dari 110 marga, yang meliputi
3.200 jenis. Famili Araceae termasuk suku talas-talasan yang mencakup herba terestrial
(darat), mengapung di perairan (akuatik), dan merambat pada pepohonan (epifit) (Kurniawan
et.al, 2013).
Salah satu jenis famili Araceae yang dikenal sebagai tanaman hias oleh masyarakat yaitu
Alocasia. Keindahan yang dimiliki oleh tanaman Alocasia ini ada di bagian daunnya yang
berbentuk seperti jantung hati dengan ukuran mencapai 20 sampai 90 cm. Adapun, karakter
batang atau tangkai tanaman ini juga sangat bervariatif, ada yang kokoh, lentur, berbulu atau
tidak berbulu, polos sampai memiliki corak yang unik. Selain itu, tanaman Alocasia yang
dikenal sebagai tanaman hias, juga memiliki banyak manfaat dan digunakan dibeberapa
negara sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral (Soudy et.al 2010).
Popularitas tanaman Alocasia hingga saat ini telah menembus pasar dunia seperti
Amerika, Thailand, Malaysia dll. Seiring bertambahnya peminat tanaman Alocasia, banyak
masyarakat yang mulai membudidayakan tanaman hias Alocasia. Namun, pada dasarnya
perkembangan tanaman Alocasia ini masih sangat rendah, karena tingkat keragaman genetik
yang rendah dan adanya inkompatibilitas seksual. Hal ini menyebabkan sulitnya
mendapatkan varietas baru dengan sifat yang berbeda dengan induknya seperti sifat variegata.
Upaya yang dapat diterapkan dalam peningkatan keragaman genetik adalah induksi mutasi
menggunakan mutagen kimia yaitu kolkisin (Fitri & A’ini, 2021).
Aplikasi kolkisin dapat dilakukan pada fase pertumbuhan yang aktif membelah atau
meristematis. Oleh karena itu, mutasi dapat timbul pada tingkat sel, sehingga memberikan
peluang baru untuk pengembangan tanaman hias Alocasia. Efektivitas kolkisin dalam
merangsang terjadinya keragaman genetik dipengaruhi oleh konsentrasi, bagian tanaman, dan
waktu perendaman (Pirkoohi et al., 2011). Oleh karena itu, diperlukan studi pendahuluan
mengenai teknik aplikasi mutagen kimia kolkisin, sehingga diperoleh tanaman Alocasia
dengan variasi bentuk dan warna daun yang beragam, termasuk yang bersifat variegata.
DAFTAR PUSTAKA

Fitri D., & A’ini Z.F. 2021. Induksi Keragaman Genetik Pada Tanaman Alocasia
Menggunakan Mutagen Kimia Kolkisin. Bioscientist : Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1): 120-130.

Hutasuhut, M.A., 2018. Keanekaragaman tumbuhan herba di Cagar Alam Sibolangit.


Klorofil: Jurnal Ilmu Biologi dan Terapan, 1(2), 69-77.

Kurniawan, A., N. P. S. Asih, Yusammi, P. C. Boyce. 2013. Studies on the Araceae of the
Lesser Sunda Island I: New Distribution Record for Alocasia alba. Garden’s Bulletin
Singapore 65 (2): 157-162.

Pirkoohi, M.H., Keyvanloo, M., & Hassanpur, M. (2011). Colchicine Induced Polyploidy in
Mint by Seed Treatment. Int. J. Agric. Crop. Sci, 3(4), 102- 104.

Soudy ID, Delatour P, Grancher D. 2010. Effects of traditional soaking on the nutritional
profile of taro flour (Colocasia esculenta L. Schott) produced in Chad. Revue de Medecine
Veterinaire 1: 37-42.

Anda mungkin juga menyukai