LP - Asfiksia Serli Diani (1914301059)
LP - Asfiksia Serli Diani (1914301059)
Disusun oleh :
SERLI DIANI
1914301059
T.A 2020/2021
ASFIKSIA NEONATORUM
A. DEFINISI
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas secara
spontasn dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan
(Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir (Sarwono, 2011).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan
pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida(Sarwono, 2010).
Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan dari kegagalan janin (fetal distress)
intrauteri. Fetal distress adalah keadaan ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 dan nutrisi
janin sehingga menimbulkan perubahan metabolism janin menuju metabolism anaerob, yang
menyebabkan hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2 (Manuaba, 2008).
B. ETIOLOGI
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah
uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang yang mengakibatkan
hipoksia bayi di dalam rahim dan dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa
faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013):
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi
vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Faktor Disebabkan Keterangan
D. PATOFISIOLOGI
Pada awal proses kelahiran setiap bayi akan mengalami hipoksia relatif dan akan terjadi
adaptasi akibat aktivitas bernapas dan menangis. Apabila proses adaptasi terganggu, maka bayi
bisa dikatakan mengalami asfiksia yang akan berefek pada gangguan sistem organ vital seperti
jantung, paru-paru, ginjal dan otak yang mengakibatkan kematian (Manuaba, 2008).
Asfiksia terjadi karena janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Maka timbul
rangsangan dari nervus sispatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauteri dan bila kita periksa kemudian
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan dapat terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (Manuaba, 2008).
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti dan denyut jantung mulai
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkembang secara berangsur-angsur dan bayi
memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukan pernafasan yang dalam,
denyut jantung menurun terus menerus, tekanan darah bayi juga mulai menurun, dan bayi akan
terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu
sekuner. Selama apneu sekunder denyut jantung, tekanan darang dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan tidak di mulai segera (Manuaba, 2008).
Pathway
Menurut Manuaba (2008) :
Tali pusat
(kompresi, lilitan
tali pusat,
hilangnya jelly
wharton)
Plasenta (degenerasi
Maternal (hipotensi syok, anemia vaskuler, solusio Janin
Uterus (aktivitas plasenta, pertumbuhan (infeksi,anemia
maternal, penekanan kontraksi, gangguan
respirasi,malnutrisi, asidosis, hypoplasia primer) janin,
vaskuler) sungsang)
supine hipotensi)
Akral dingin
Resiko Cidera
(00035)
Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh (00005)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :
Hb (normal 15-19 gr%), biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena
O2 dalam darah sedikit.
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm
imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct).
Distrosfiks pada bayi preterm dengan pos asfiksi cenderung turun karena sering terjadi
hipoglikemi.
b. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.
pCO2 (normal 35 – 45 mmHg). Kadar pCO 2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea.
pO2 (normal 75-100 mmHg). Kadar pO2 bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi
hipoksia progresif.
HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
c. Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
d. Foto thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
F. PETALAKSANAAN
a. Tindakan Keperawatan:
1) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan laringioskop untuk membantu penghisapan lendir
dari saluran nafas yang lebih dalam.
2) Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan
bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
3) Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
1) Asfiksia berat: Berikan oksigen dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa
endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan
oksigen. Tekanan O2 yang diberikan tidak lebih dari 30 cmH2O. Bila pernafasan
spontan tidak timbul lakukan massage jantung dengan ibu jari yang menekan
pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
2) Asfiksia sedang/ringan: Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit
yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri oksigen 1-2 l/mnt melalui kateter dalam
hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara
teratur 20x/menit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.
1. DS :
- Sulit dalam mengeluarkan suara
DO :
2. DS :
- dispnea
DO :
- diaforesis
- nafas cuping hidung
3. DS : -
DO :
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan asfiksia neonartum yaitu:
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka didapatkan riteria
hasil.
Kriteria hasil:
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka didapatkan riteria
hasil.
Kriteria hasil:
1. dispnea menurun
2. diaforesis menurun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam maka didapatkan riteria
hasil.
Kriteria hasil :
1. nafsu makan meningkat
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Manajemen nutrisi
file:///C:/Users/User/Downloads/Dilla%20Riksa%20%20Choirunnisak%20%20-
%201623303101030%20Sdh.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/Bab_2_3.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/f40rnf1593497130.pdf