Anda di halaman 1dari 7

CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal

Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

Relasi, interaksi dan komunikasi interpersonal dokter-pasien


dalam pelayanan kesehatan

Joko Febriantoro 1*
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRAK
Relasi dokter-pasien didasarkan pada kualitas komunikasi dan interaksi yang baik dengan pasien, sehingga tidak
hanya mampu membantu mempercepat proses penyembuhan, tetapi juga membuat pasien merasa nyaman sejak
kunjungan pertama ke pelayanan kesehatan. Saat menghadapi pasien anak, kemampuan membina hubungan saling
percaya dilakukan dengan sikap yang lebih terbuka, jujur dan mengerti apa yang sedang mereka rasakan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran secara nyata tentang relasi, interaksi dan komunikasi
interpersonal antara dokter-pasien dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif
kualitatif dimana data diperoleh melalui transkrip wawancara, catatan data observasi lapangan dan dokumentasi
foto. Sejumlah 7 partisipan diperoleh melalui teknik purposive-sampling pada dokter spesialis anak yang sehari-
harinya terbiasa melakukan relasi, interaksi dan komunikasi efektif pada pasien anak, keluarga maupun
pengantarnya. Data selanjutnya dianalisis menggunakan metode Miles dan Huberman. Hasil penelitian
menunjukkan tiga aspek penting terkait relasi, interaksi dan komunikasi interpersonal antara dokter pasien dalam
hal melakukan edukasi, memberikan hiburan dan menguatkan motivasi pasien selama berada dalam pelayanan
kesehatan. Komunikasi interpersonal yang efektif membutuhkan peran dokter yang optimal sebagai komunikator
untuk menyampaikan pesan kepada pasien maupun keluarga atau pengantar pasien. Selain itu, relasi komunikasi
antara dokter-pasien seharusnya bersifat terapeutik terutama pada pasien yang masih berusia anak-anak sehingga
mereka tidak merasa ketakutan selama berada di layanan kesehatan yang pada akhirnya berdampak pada
perkembangan kesembuhan pasien.

Kata kunci: relasi; interaksi; komunikasi interpersonal; dokter-pasien

ABSTRACT
Introduction: The doctor-patient relationship is based on good quality of communication and interaction with the
patient, so that it not only can help speed up the healing process, but also make the patient feel comfortable since
the first visit to the health service. When dealing with pediatric patients, the ability to build a relationship of mutual
trust is done with a more open, honest attitude and understanding what they are feeling. Aim of study: This study
aims to see a real picture of the relationships, interactions and interpersonal communication between doctors and
patients in health care. Method: This study uses a qualitative descriptive study where data is obtained through
interview transcripts, field observation data notes and photo documentation. A total of 7 participants were obtained
through a purposive sampling technique on pediatricians who are accustomed to engaging in effective relationships,
interactions and communication with pediatric patients, families and introductors. Data were then analyzed using
the Miles and Huberman method. Results and Discussions: The results showed three important aspects related to
relations, interactions and interpersonal communication between patient physicians in terms of educating,
providing entertainment and strengthening patient motivation while in health care. Conclusions: Effective
interpersonal communication requires the optimal role of the doctor as a communicator to deliver messages to the
patient or family or patient introduction. In addition, the communication relationship between doctor and patient
should be therapeutic, especially in patients who are still children so that they do not feel scared while in health
care, which in turn has an impact on the development of patient recovery.

Keywords: relationship; interaction; interpersonal communication; doctor-patient

*Korespondensi penulis:
Nama : Joko Febriantoro
Instansi : Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat : Jl. Bendungan Sutami 188A, Malang, Jawa Timur, Telp.: +62-341-552443/+62-341-582260
Email : febriantoro@umm.ac.id

Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 8


CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

Pendahuluan medisnya dan secara aktif mampu merawat diri


Relasi antara dokter-pasien adalah mereka sendiri. Komunikasi yang efektif antara
hubungan yang terjadi secara profesional. Rasa dokter-pasien dapat meningkatkan kenyamanan
saling percaya merupakan aspek fundamental pasien selain faktor lainnya seperti perilaku
dalam relasi ini. Ketika pasien mempercayai dokter, ketersediaan informasi yang akurat,
seorang dokter untuk menangani masalah sikap empati dan kepercayaan. 4
kesehatannya, artinya pasien yakin dan percaya Untuk menciptakan relasi dan interaksi
sepenuhnya pada dokter dalam mengelola yang sehat antara dokter-pasien, bukan hanya
penyakitnya. Sebagai konsekuensinya, dokter faktor waktu yang diperhitungkan tetapi juga
dituntut agar dapat menerapkan ilmu dan kualitas komunikasi. Pasien dapat menilai dokter
kemampuannya sesuai dengan standar dan kode melalui kemampuan dokter saat mendengarkan,
etik kedokteran yang berlaku. Terdapat beberapa memahami dan menerima keluhan yang mereka
faktor yang dapat mempengaruhi relasi dokter- rasakan. Kemampuan dokter dalam memberikan
pasien yaitu komunikasi, faktor sosial, budaya, edukasi tentang kondisi kesehatan mereka
latar belakang pendidikan, pengalaman mampu membantu pasien menjadi lebih realistis
sebelumnya, usia dan sikap. 1 dan memiliki motivasi untuk sembuh. 5
Komunikasi merupakan aspek utama Dokter harus memahami apa yang
dalam relasi antara dokter-pasien. Melalui dikeluhkan oleh pasien, terutama jika yang
komunikasi, pasien dapat menyampaikan apa dihadapi adalah pasien anak. Mengapa hal ini
yang ada di dalam pikirannya, mengungkapkan menjadi penting, karena pada umumnya
pendapat dan bersikap yang baik saat komunikasi yang terjadi antara dokter-pasien
berinteraksi dengan dokter maupun petugas terbilang singkat dimana dokter hanya
medis lainnya. Hal ini dapat berarti bahwa relasi menanyakan masalah pasien dalam waktu yang
dokter-pasien terjadi melalui proses komunikasi singkat. Seringkali pasien anak merasakan
dimana terjadi hubungan timbal balik antara kesulitan untuk berinteraksi dengan dokter
kedua belah pihak. Komunikasi yang dilakukan karena waktu yang singkat saat berdiskusi,
secara efektif akan memengaruhi kesembuhan padahal komunikasi efektif membantu dokter
pasien. 2 agar lebih memahami keluhan pasien.
Relasi dokter-pasien didasarkan pada Komunikasi memang bukan hal yang
kualitas komunikasi dan interaksi yang baik mudah, karena dokter harus mampu menggali
dengan pasien, sehingga tidak hanya mampu masalah pasien secara akurat. Saat menghadapi
membantu mempercepat proses penyembuhan, pasien anak, kemampuan membina hubungan
tetapi juga membuat pasien merasa nyaman saling percaya dilakukan dengan sikap yang
sejak kunjungan pertama ke pelayanan lebih terbuka, jujur dan mengerti apa yang
kesehatan. Relasi dokter-pasien juga sedang mereka rasakan. Selanjutnya anak akan
menentukan kualitas pelayanan kesehatan dan merasa lebih nyaman dengan dokter dan
mengembangkan paradigma medis dalam memberikan informasi yang benar sehingga
pengelolaan pasien. 3 dapat membantu dokter dalam mengelola
Relasi, interaksi dan komunikasi masalah kesehatan anak secara lebih tepat.
interpersonal antara dokter-pasien tidak hanya Penelitian terdahulu yang dilakukan secara
dilakukan untuk memahami penyakit pasien, kualitatif terkait relasi dokter-pasien anak
tetapi bertujuan agar dokter dapat lebih masihlah sedikit, sehingga penelitian ini
memahami pasien sebagai individu dengan bertujuan untuk melihat gambaran secara nyata
memperhatikan kebutuhan pasien daripada tentang relasi, interaksi dan komunikasi
kondisi penyakitnya. Hal ini juga dapat interpersonal antara dokter-pasien dalam
membantu pasien dalam memahami kondisi pelayanan kesehatan.

Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 9


CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

Relasi, interaksi, komunikasi interpersonal


Metodologi dalam melakukan edukasi
Penelitian ini menggunakan studi Edukasi merupakan hal penting dalam
deskriptif kualitatif dimana data diperoleh relasi, interaksi dan komunikasi interpersonal
melalui transkrip wawancara, catatan data dokter-pasien. Dalam penelitian ini dipandang
observasi lapangan dan dokumentasi foto. bahwa komunikasi interpersonal yang terjadi
Metode kualitatif digunakan karena penelitian digambarkan seperti edukasi yang dilakukan
ini ingin melihat gambaran secara nyata tentang oleh seorang guru kepada muridnya. Hal ini
relasi, interaksi dan komunikasi interpersonal dapat terlihat pada bentuk relasi yang terjadi
antara dokter-pasien dalam pelayanan kesehatan. dimana dokter berperan sebagai guru pada
Sejumlah 7 partisipan diperoleh melalui teknik pasien.
purposive-sampling pada dokter spesialis anak Peran sebagai guru pada pasien
yang sehari-harinya terbiasa melakukan relasi, digambarkan saat dokter memberikan edukasi
interaksi dan komunikasi efektif pada pasien tentang penyakit pasien melalui penegakan
anak, keluarga maupun pengantarnya. diagnosa, penetapan rencana tindakan maupun
Penelitian ini dilakukan di poli anak pengobatan dengan melibatkan pasien dalam
karena pada populasi ini dokter harus lebih pengambilan keputusan. Namun demikian,
berhati-hati dalam melakukan komunikasi agar pasien dapat menyetujui atau menolak rencana
anak tidak mengalami trauma saat berada di tindakan yang akan dilakukan dikarenakan
layanan kesehatan. Analisis data menggunakan faktor lainnya seperti kecukupan biaya dan
metode Miles dan Huberman melalui lamanya rencana tindakan yang akan diberikan.
pendekatan analisis interaktif untuk Peran dokter lainnya tampak ketika
menggambarkan data secara lebih sistematis dan menerangkan penyakit pasien. Dalam hal ini
akurat. Beberapa tahapan metode Miles dan pasien dianggap sebagai gambaran kehidupan
Huberman meliputi: 1) mengumpulkan data sehari-hari yang dihadapi oleh seorang dokter,
dengan melakukan wawancara, observasi dan sehingga melakukan edukasi kepada pasien
dokumentasi lapangan, 2) melakukan reduksi merupakan kewajibannya. Dokter lebih
data dengan mengelompokkan, membuang data menyukai pasien yang mudah diajak dalam
yang tidak perlu, dan melakukan berkomunikasi, memiliki sikap yang terbuka,
pengorganisasian data sehingga dapat ditarik dan menerima masalah kesehatannya.
kesimpulan, 3) menyajikan data untuk Relasi, interaksi, komunikasi
memahami apa yang terjadi dan harus dilakukan interpersonal dalam melakukan edukasi adalah
pada hasil yang diperoleh, dan 4) membuat pertukaran informasi dari komunikator pada
kesimpulan secara terbuka. 6 Penelitian ini komunikan dalam hal pemberian edukasi. Saat
menggunakan triangulasi metode dengan wawancara, peneliti menanyakan tentang apa
mengkaji ulang data yang diperoleh dengan dan bagaimana yang dilakukan dokter spesialis
sumber data yang sama melalui metode anak pada pasiennya agar tidak merasa takut
pengumpulan data yang berbeda. Pengkajian dengan dokter. Melalui wawancara tersebut
ulang selanjutnya dilakukan pada hasil diintepretasikan bahwa seorang dokter bukan
wawancara, data observasi dengan partisipan. sosok yang seharusnya ditakuti anak seperti
yang seringkali dijadikan sebagai ancaman
Hasil dan Pembahasan orang tua untuk menakuti anak agar anak lebih
Berdasarkan hasil wawancara pada patuh. Partisipan menunjukkan tentang
sejumlah partisipan tersebut diperoleh tiga aspek kredibilitas dokter yang mampu memberikan
penting dalam hal relasi, interaksi, komunikasi penjelasan, sikap yang lebih bersahabat sehingga
tidak takut dengan dokter dan memiliki
interpersonal antara dokter-pasien:
gambaran yang baik tentang dokter. Berikut

Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 10


CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

adalah kutipan hasil wawancara dengan Hasil wawancara menunjukkan


partisipan: gambaran seorang dokter anak yang menjadi
teman ataupun guru dimana dalam hal ini dokter
“ee…ya harus ngerti usianya dahulu… bisa harus memiliki sikap yang lebih bersahabat
diajak berkomunikasi nggak,…kalo bisa dengan pasien anak melalui komunikasi efektif.
diajak ya kami berikan penjelasan dengan
mengenalkan diri, tidak menakut-nakuti… Memberikan pemahaman anak terhadap alat-alat
bahkan kami memposisikan sebagai orang yang digunakan akan mengurangi rasa ketakutan
yang bersahabat …”(P1) anak terhadap dokter. Adapun kendala yang
dihadapi dokter saat melakukan komunikasi
“ya penting itu……menunjukkan bahwa
dengan keluarga ataupun pengantar pasien
dokter bukan sosok untuk ditakuti….saya
lebih mengajak komunikasi….menghibur….. tampak pada jawaban dari partisipan sebagai
berinteraksi….dan sebagainya.”(P2) berikut:

Partisipan berusaha menunjukkan “Biasa sih….akan bingung menerima


penjelasan dari kami kalo pake….bahasa
bahwa sosok dokter seharusnya tidak dipandang
medis…”(P3)
sebagai orang yang ditakuti. Hal ini dilakukan
untuk merubah pemikiran masyarakat bahwa “….yang jadi kendala itu…bahasa medis.
dokter adalah sosok yang bersahabat dan bisa ya kami harus mengulangnya berkali-
membantu menyembuhkan kondisi pasien. kali...” (P4)
Relasi, interaksi dan komunikasi interpersonal
dokter-pasien dalam hal edukasi pada pasien Kendala yang dihadapi dokter dalam
adalah dengan mengenalkan dokter sebagai melakukan komunikasi yaitu penggunaan bahasa
sosok yang tidak menakutkan. medis. Dokter harus memiliki kemampuan untuk
Komunikasi yang efektif merupakan menjelaskan dengan menggunakan bahasa lebih
prioritas utama dalam pelayanan dokter pada mudah dimengerti. Proses penyampaian pesan
pasien. Dokter diharapkan mampu menjadi merupakan salah satu indikator penting yang
komunikator yang baik selama proses menunjang keberhasilan komunikasi. Pesan
komunikasi. Komunikasi dilakukan dengan berperan penting dalam menjembatani maksud
memberikan informasi yang akurat agar tidak yang ingin disampaikan oleh komunikator pada
menyebabkan salah persepsi. Hal ini dapat komunikan.
terlihat pada wawancara dengan partisipan Begitupun yang terjadi pada relasi,
sebagai berikut: interaksi dan komunikasi interpersonal dokter
dalam melakukan edukasi pada pasien. Sebagai
“…kami…dokter harus memiliki seorang komunikator yang baik, dokter
kemampuan dalam berkomunikasi kepada diharapkan mampu memahami kepada siapa dan
pasien….memberikan edukasi….pada
cara yang baik dalam menyampaikan pesan pada
pasien tentang penyakitnya….kalo sampai
pasien sebagai komunikan. Dalam melakukan
salah informasi, akan fatal…”(P1)
edukasi, perlu adanya pemaparan tentang peran
“untuk pasien ini…kita harus bisa jadi dokter dan gambaran dokter sebagai sosok yang
teman mereka, bahkan jadi guru….harus tidak menakutkan anak sehingga mereka
bisa memperkenalkan diri….bisa menjadi lebih kooperatif dan tidak mengalami
bersahabat agar mereka tidak takut… juga trauma selama berada di pelayanan kesehatan.
mengenalkan alat-alat yang kita Dokter dituntut memiliki
pakai….seperti stetoskop, jarum suntik… profesionalisme yang tinggi dan menjalankan
agar mereka mau menerima…dan tidak profesi sesuai dengan keahlian yang dimiliki
rewel….”(P2)
yaitu menyembuhkan pasien dengan melakukan
komunikasi efektif dalam menjelaskan kondisi
Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 11
CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

pasien dan menggunakan bahasa yang lebih saat diperiksa menjadi hambatan tersendiri
mudah dipahami. Hal ini dilakukan karena selama proses pemeriksaan. Beberapa upaya
dokter juga berperan sebagai seorang konsultan untuk meningkatkan kenyamanan anak
tentang penyakit pasien. Komunikasi medis digambarkan sebagai berikut:
dokter dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis
untuk mendokumentasikan apa saja yang sudah ”kalau poli anak…rumah sakit mendesain
dilakukan dokter dalam menangani penyakit poli agar lebih disukai oleh anak -anak….
pasien. Dokumentasi dilakukan untuk ada gambar kartun…supaya anak bisa
teralihkan perhatiannya saat
meningkatkan keselamatan pasien dan
diperiksa…”(P6)
mencegah tuduhan malpraktik.
“…ruangan diberi gambar kartun yang
Dengan demikian, dokter harus bisa sesuai yang disukai anak….agar mereka
melakukan edukasi baik secara langsung senang…”(P7)
maupun tidak langsung kepada pasien, keluarga
maupun pengantarnya melalui tahapan Rumah sakit juga meningkatkan
perkenalan, anamnesis, maupun melalui kenyamanan pasien anak dengan memberikan
penjelasan yang akurat untuk mengurangi desain khusus pada poli anak. Hal ini
kesalahpahaman pasien. menunjukkan bahwa relasi, interaksi,
komunikasi interpersonal dalam memberikan
Relasi, interaksi, komunikasi interpersonal hiburan sudah tercipta dengan baik. Desain
dalam memberikan hiburan ruangan praktik dokter juga sudah memberikan
Seringkali kita mendengar bahwa rumah kesan menyenangkan dengan adanya gambar
sakit, petugas medis ataupun dokter sebagai kartun.
sebuah idiom kata yang bersifat menakutkan, Relasi, interaksi, komunikasi
seperti…“kalau nakal nanti disuntik dokter lo interpersonal dalam memberikan hiburan dapat
ya…” dan sebagainya. Hal ini selanjutnya diintepretasikan sebagai sebuah interaksi dokter
menjadi stimulus yang negatif dalam pemikiran dan pasien dalam konteks hiburan. Dokter anak
anak anak dimana dokter dianggap sebagai sosol melakukan upayanya untuk menghibur pasien
yang menakutkan. Dalam wawancara, saat mereka rewel, atau menangis. Melakukan
partisipan ditanyakan tentang upaya mereka saat komunikasi secara non verbal dengan
menghadapi pasien yang rewel dan menangis. menghibur anak membuat anak tidak rewel dan
takut dengan dokter.
“Ya…kita menenangkannya, lagian ini juga
Untuk mengurangi kesan menakutkan,
sudah resiko seorang dokter anak ….. harus
baju seragam dokter yang serba berwarna putih
bisa bersikap baik…..biasanya….mengajak
ngobrol…mengalihkan perhatiannya….di juga dapat diganti dengan menggunakan baju
“kudang” ya mas, biar dia ga takut dan yang lebih santai, mendesain ruangan
nangis…ya sama keluarganya juga sedemikian rupa untuk mengalihkan perhatian
bantu..”(P2) anak, membuat anak lebih familiar dengan alat
yang digunakan dokter, dan lain sebagainya.
“….ya dikudang….dihibur biar ga
nangis….baru periksa pelan-pelan….ya Relasi, interaksi, komunikasi interpersonal
reflek aja …. dokter juga harus ngerti cara dalam menguatkan motivasi
dan gimana komunikasi dengan anak…”
Selain melakukan edukasi dan
(P5)
memberikan hiburan, dokter diharuskan mampu
memberikan motivasi pada pasien untuk
Dokter dapat bekerjasama dengan
meningkatkan kesembuhan anak. Berikut adalah
keluarga atau pengantar pasien anak agar lebih
hasil wawancara dengan partisipan:
merasa tenang, karena anak yang rewel ataupun

Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 12


CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

“yaa…biasanya lebih memberikan pasien yang baik, maka pasien akan mencapai
perhatian pasien……memberikan semangat status kesehatan yang optimal. 1,10
agar jangan menyerah….(P2)
Kesimpulan
Menguatkan motivasi dilakukan melalui
Komunikasi interpersonal yang efektif
pesan yang disampaikan oleh dokter. Biasanya membutuhkan peran dokter yang optimal
pesan ini diberikan setelah dokter selesai sebagai komunikator untuk menyampaikan
menjelaskan hasil pemeriksaan pada pasien.
pesan kepada pasien maupun keluarga atau
Motivasi yang diberikan dapat meningkatkan pengantar pasien. Selain itu, relasi komunikasi
semangat pasien sehingga dapat membantu
antara dokter-pasien seharusnya bersifat
mempercepat proses kesembuhan pasien. Dokter terapeutik terutama pada pasien yang masih
dapat memberikan dorongan pada keluarga berusia anak-anak sehingga mereka tidak merasa
pasien agar lebih sabar dan telaten dalam ketakutan selama berada di layanan kesehatan
merawat pasien.
yang pada akhirnya berdampak pada
Relasi, interaksi, komunikasi
perkembangan kesembuhan pasien.
interpersonal dalam menguatkan motivasi
dilakukan dengan meningkatkan semangat
Ucapan Terima Kasih
pasien melalui sikap yang terbuka dan ramah.
Penulis mengucapkan terima kasih yang
Studi sebelumnya menjelaskan bahwa sikap
sebesar-besarnya kepada Fakultas Kedokteran,
keterbukaan dapat menstimulus pasien untuk
Universitas Muhammadiyah Malang atas
menceritakan masalahnya secara lebih nyaman
dukungannya selama penulisan artikel ini.
dan tidak ada yang ditutupi. Dalam hal ini
berarti komunikasi seharusnya terjadi secara
timbal balik dimana baik dokter dan pasien
Referensi
harus bisa bersikap terbuka dalam melakukan 1. Setyawan FEB. Komunikasi Medis:
komunikasi. 7 Adanya umpan balik merupakan Hubungan Dokter-Pasien. Jurnal Berkala
kelanjutan dari sebuah proses komunikasi Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan [Internet].
sehingga pasien akan mengikuti anjuran dokter. 8 2017 [cited 2020 Jun 1];1(4):51-57.
Dalam membina relasi dengan pasien, Available from:
dokter diharapkan mampu bersikap hangat, https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/APKK
terbuka, jujur, menghargai, menjaga privasi, M/article/view/3282.
meningkatkan otonomi pasien dan peduli pada 2. Prasanti D. Komunikasi Terapeutik Tenaga
pasien. Interaksi dilakukan dengan menjaga Medis tentang Obat Tradisionalbagi
kontak mata, menjadi pendengar aktif dan Masyarakat. MediaTor [Internet]. 2017 Jun
menggunakan bahasa yang lebih mudah [cited 2020 Jun 1];10(1):53-64. Available
dipahami pasien untuk meningkatkan partisipasi from:
pasien dalam proses kesembuhannya. 9 Relasi https://media.neliti.com/media/publications/
yang terjadi antara dokter-pasien adalah relasi 154026-ID-komunikasi-terapeutik-tenaga-
yang saling membutuhkan dan bersifat terikat medis-dalam.pdf.
karena adanya kecenderungan individu yang 3. Tanveer F, Shahid S, Hafeez MM. Impact of
sakit akan melakukan pengobatan ke dokter. Doctor’s Interpersonal Communication Skill
Begitupula saat individu dalam kondisi sehat, on Patient’s Satisfaction Level. Isra Medical
dokter tetap dibutuhkan untuk memberikan Journal [Internet]. 2018 Sep [cited 2020 Jun
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan 1];10(5):306-309. Available from:
preventif. Sehingga komunikasi yang https://www.researchgate.net/publication/32
disampaikan oleh dokter haruslah tepat agar 5603811.
tidak terjadi kesalahpahaman. Melalui relasi, 4. Pasaribu BS, Aulia D, Rochadi RK. Effect
interaksi, komunikasi interpersonal dokter- of Doctor's Interpersonal Communication on
Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 13
CoMPHI Journal: Community Medicine and Public Health of Indonesia Journal
Vol. 1, No. 1, Juni 2020, hlm. 8-14

Patient Satisfaction at Royal Prima General Membantu Penyembuhan Pasien di Klinik


Hospital Medan. International Journal of Cendana. Koneksi [Internet]. 2019 [cited
Research and Review [Internet]. 2019 Nov 2020 Jun 1];3(1):71-76. Available from:
[cited 2020 Jun 1];6(11):162-187. Available http://dx.doi.org/10.24912/kn.v3i1.6147.
from:
https://www.ijrrjournal.com/IJRR_Vol.6_Iss
ue.11_Nov2019/IJRR0023.pdf.
5. Curković M, Milošević M, Borovečki A,
Mustajbegović J. Physicians' interpersonal
relationships and professional standing seen
through the eyes of the general public in
Croatia. Patient Prefer Adherence [Internet].
2014 Aug [cited 2020 Jun 1];8:1135-42.
Available from:
https://doi/org/10.2147/PPA.S65456.
6. Ilyas I. Pendidikan Karakter Melalui
Homeschooling. Journal of Nonformal
Education [Internet]. 2016 [cited 2020 Jun
1];2(1):91-98. Available from:
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jne/
article/view/5316.
7. Liow D, Himpong M, Waleleng G. Peran
Komunikasi Antara Dokter dan Pasien
dalam Pelayanan Medis di Klinik Reci Desa
Sinisir Kecamatan Modoinding. Acta Diurna
Komunikasi [Internet]. 2020 [cited 2020 Jun
1];2(1):1-14. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadi
urnakomunikasi/article/view/27074.
8. Manoppo HB, Mewengkang NN, Koagouw
FVIA. Studi Komunikasi Interpersonal
Pasien Rumah Sakit Bethesda Tomohon
Instalasi Rawat Jalan Poliklinik
Kandungan/Kebidanan. Acta Diurna
Komunikasi [Internet]. 2014 [cited 2020 Jun
1];3(2):1-8. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadi
urnakomunikasi/article/view/5141.
9. Larasati TA. Komunikasi Dokter-Pasien
Berfokus Pasien pada Pelayanan Kesehatan
Primer. Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung [Internet]. 2019 [cited 2020 Jun
1];3(1):160-166. Available from:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php
/JK/article/view/2221.
10. Panitra TD, Tamburian HHD. Komunikasi
Antarpribadi Dokter Dengan Pasien dalam

Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI) 14

Anda mungkin juga menyukai