Anda di halaman 1dari 14

MODUL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JINAYAH

DISUSUN OLEH :
Dr. Neneng Nurhasanah, Dra, M.Hum.
Anggota:
Drs. H. Zaenal Abidin, M.Ag.

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MEMBANGUN


(STIE INABA) 2019
A. Pengertian Jinayah
Secara bahasa jinayah berasal dari kata ‘janaa dzanba yajniihi jinaayatan’
yang berarti melakukan dosa, kata dasar jinayah dijama’ kan karena ia mencakup
banyak jenis perbuatan dosa. Menurut istilah syar’i, kata jinayah berarti
menganiaya badan sehingga pelakunya wajib dijatuhi hukuman qishash atau
membayar denda.
Tujuan disyari’atkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal, jiwa,
harta dan keturunan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak kejahatan
criminal, seperti : pencurian, perzinahan homoseksual, minum khamar,
membunuh dan sebagainya. Di kalangan fuqaha’ perkataan jinayah berarti
perbuatan-perbuatan yang menurut syara’. Selain itu ada fuqaha’ yang membatasi
istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman
hudud dan qishash, tidak termasuk perbuatan yang diancam dengan hukuma
ta’zir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah ‘jarimah’ yaitu
larangan-larangan syara’ yang diancam dengan hukuman had atau ta’zir.
B. Dasar Hukum Jinayah
Dalam islam dijelaskan berbagai norma atau aturan yang harus ditaati oleh
setiap mukalaf, hal itu tercantum dalam sumber fundamental islam termasuk juga
mengenai perkara jarimah atau tindak pidana dalam islam. Berikut ini merupakan
beberapa dalil tentang HPI dan kewajiban untuk menaati hukum Allah SWT :
1) Q.S Al-Baqarah : 179
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai
orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”.
2) Q.S Al-Maidah : 49
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut
apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka . dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka
tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan
Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
1
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik”.
3) Q.S An-Nisa : 65
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya”.
C. Rukun atau Unsur Jinayah
Pengertian jinayah yang mengacu paada perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh syara’ dan diancam dengan had atau ta’zir telah mengisyaratkan
bahwa larangan-larangan atas perbuatan-perbuatan yang termasuk kategori
jinayah adalah berasal dari ketentuan-ketentuan (nash-nash) syara’. Artinya
perbuatan manusia dapat dikategorikan sebagai jinayah jika perbuatan tersebut
diancam hukuman.
Karena larangan tersebut berasal dari syara’, maka larangan tadi hanya
ditujukan kepada orang-orang yang berakal sehat. Hanya orang yang berakal
sehat saja yang dapat menerima panggilan (khitab) dan orang yang mampu
memahami pembebanan (taklif) dari syara’ tersebut.
Makhrus Munajaat, M.Hum (2009) menyatakan bahwa seseorang dikenal
hukum jinayah jika memenuhi dua unsur yaitu umum dan khusus. Unsur umu
terdiri dari :
a. Unsur Formal (Ar-Rukn, Al-Syar’i)
Yaitu adanya nash atau ketentuan yang menunjukkan sebagai jarimah
atau dapat juga diartikan adanya ketentuan yang melarang perbuatan-
perbuatan tertentu yang disertai dengan hukuman ancaman atas
perbuatan tersebut. Jarimah tidak akan terjadi sebelum dinyatakan
dalam nash. Alasan harus ada unsur ini antara lain firma Allah SWT
dalam Q.S Al-ISra : 15 yang mengajarkan bahwa Allah tidak akan
menyiksa hamba-Nya sebelum mengutus utusan-Nya. Ajaran ini berisi

2
ketentuan bahwa hukuman akan ditimpahkan kepada mereka yang
membangkang ajaran Rasul Allah. Khusus untuk jarimah ta’zir, harus
ada peraturan dan undang-undang yang telah dibuat oleh penguasa.
b. Unsur Material (Ar-Rukh, Al-Madzi)
Yaitu adanya perbuatan melawan hukum yang benar-benar telah
dilakukan atau adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah baik
melakukan perbuatan yang dilarang ataupun melakukan perbuatan
yang diharuskan. Hadist Nabi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah mengajarkan bahwa Allah melewatkan hukuman untuk umat
Nabi Muhammad SAW atas sesuatu yang msih terkandung dalam hati,
selagi ia tidak mengatakan dengan lisan atau mengerjakan dengan
nyata.
c. Unsur Moral (Al-Rukh, Al-Adabi)
Yaitu adanya niat pelaku untuk berbuat jarimah. Pelaku kejahatan
adalah orang yang dapat menerima khitab artinya pelaku kejahatan tadi
adalah mukkalaf atau orang yang telah baligh, sehat akal dan ikhtiar.
Sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu perbuatan dapat dikategorikan


sebagai jinayah, jika perbuatan tersebut mempunyai unsur tadi. Tanpa ketiga
unsur tersebut suatu perbuatan tidak dapat dikategorikan sebagai perbuatan
jinayah.

D. Macam-Macam Jinayah
Para ulama membagi jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya
hukuman serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al-Qur’an atau Al-Hadist, atas dasar
ini mereka membagi menjadi 3 macam yaitu :
a) Jarimah Hudud
Menurut bahasa adalah menahan (menghukum), sedangkan
menurut istilah hudud berarti sanksi bagi orang yang melanggar
hukum syara’ dengan cara didera/dipukul (dijiid) atau dilempari
dengan batu hingga mati (rajam). Sanksi tersebut dapat pula berupa

3
dipotong tanga sebelah atau kedua-duanya aatau kaki dan tangan
keduanya, tergantung kepada kesalahan yang dilakukan. Hukum
had ini merupakan hukuman yang maksimal bagi suatu pelanggaran
tertentu bagi setiap hukum. Jarimah Hudud ini dalam beberapa
kasus dijelaskan dalam Q.S An-Nur : 2, Q.S Al-Maidah : 33 dan 38
tentang pezinaan, qadzaf (menuduh berbuat zina), meminum
khamar, pencurian, perampokan, pemberontakan dan murtad.
b) Jarimah Qishash/Diyat
Hukum qishash adalah pembalasan yang setimpal atas pelanggaran
yang bersifat pengerusakan badan atau menghilangkan jiwa, seperti
dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah : 45, Q.S Al-Baqarah
: 178. Diat adalah denda yang wajib dikeluarkan baik berupa barang
maupun uang oleh seseorang yang terkena hukum diat sebab
membunuh atau melukai seseorang karena ada pengampunan,
keringanan hukuman dan hal lain. Pembunuhan yang terjadi bisa
dikarenakan pembunuhan dengan tidak sengaja atau pembunuhan
karena kesalahan (khoto’). Hal ini dijelaskan dalam Q.S An-Nisa : 92
tentang pembunuhan sengaja, pembunuhan semi sengaja,
pembunuhan tersalah, pelukan sengaja dan pelukan semi sengaja.
c) Jarimah Ta’zir
Hukum ta’zir adalah hukuman atas pelanggaran yang tidak
ditetapkan hukumannya dala Al-Qur’an dan Hadist yang bentuknya
sebagai hukuman ringan. Menurut hukum islam, pelaksanaan
hukum ta’zir diserahkan sepenuhnya kepada hakim islam. Hukum
ta’zir diperuntukkan bagi seseorang yang tidak atau belum
memenuhi syarat untuk dihukum had atau tidak memenuhi syarat
membayar diyat sebagai hukum ringan untuk menebus dosanya
akibat dari perbuatannya. Ta’zir ini dibagi menjadi 3 yaitu :
• Jarimah hudud atau qishash/diyat yang syubhat atau tidak
memenuhi syarat namun sudah merupakan maksiat misalnya,

4
percobaan pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian
dikalangan keluarga dan pencurian aliran listrik.
• Jarimah-jarimah yang ditentukan Al-Qur’an dan Al-Hadist namun
tidak ditentukan sanksinya, misalnya penghinaan, saksi palsu,
tidak melaksanakan amanat dan menghina agama.
• Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh ulul amri untuk
kemaslahatan umum. Dalam hal ini, nilai ajaran islam dijadikan
pertimbangan penentuan kemaslahatan umum. Berdasarkan niat
pelakunya, jarimah dibagi mendai 2 yaitu : (1) Jarimah yang
disengaja (Al-jarimah, Al-masquddah), (2) Jarima karena
kesalahan (Al-jarimah ghayr, Al-maqsuddah/jarima, Al-khata’).
E. Macam-Macam Jarimah Menurut Cara Melakukan dan Konsekuensinya
a. Pembunuhan
Yaitu suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, baik
itu disengaja maupun tidak disengaja. Pembunuhan biasanya memiliki motif
yang berbeda, misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela diri dan
sebagainya.

Dasar hokum sebelum ijma adalah firman Allah SWT dalam surat al-Isra ayat
33 :
َ‫ف فِى اْلقَتْ ِل اِنَّهُ َكان‬ َ ‫س ْل‬
ْ ‫طانًا فَالَ يُس ِْر‬ ُ ‫ظلُ ْو ًما فَقَ ْد َج َع ْلنَا ل َِو ِليِِّ ِه‬
ْ ‫س الَّتِ ْي َح َّر َم للاُ اِالَّ بِ ْال َح َّق َو َم ْن قُتِ َل َم‬
َ ‫َوالَ تَ ْقتُلُ ْوا النَّ ْف‬
ُ ‫َم ْن‬
‫ص ْو ًرا‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunhnya,
melainkan dengan suatu alasan yang benar. Dan barang siapa dibbunuh
secara zalim, maka sesungguhnya kami telahmemberikan kuasa kepada ahli
warisnya, tetapijanganlah ahliwaris itu melampaui batas dalammembunuh.
Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. (QS. Al-
Isra,17:33).
Dan firmanNya :
‫اص فِى اْلقَتْلَى‬
ُ ‫ص‬َ ‫علَ ْي ُك ُم اْل ِق‬ َ ‫يَا اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَا َمنُ ْوا ُكت‬
َ ‫ِب‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kami qishash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh,… (QS. Al-Baqarah,2:178).)
5
Dalam sebuah hadis, Nabi bersabda :
ُ ‫ظ ْل ًما َو‬
‫عد َْوانًا‬ ُ ‫ق‬
ِ ِّ ‫و قَتْ ِل نَ ْف ٍس ِبغَي ِْر َح‬,
َ ‫ان‬ َ ‫ َو ِزنًا َب ْع َد اِ ْح‬,‫ان‬
ٍ ‫ص‬ ٍ َ‫ئ ُم ْسل ٍِم اِالَّ ِب ِا ْح َدى ثَال‬
ٍ ‫ ُك ْف ٍر َب ْع َد اِ ْي َم‬: ‫ث‬ ٍ ‫الَ َيحِ ُّل قَتْ ُل ا ْم ِر‬
َ ‫ساءِ ي َواِ ْسنَا ُدهُ َما‬
)ٌ‫صحِ ْيح‬ ُّ ‫(ر َواهُ الت ُّ ْرمِ ْي ِذ‬
َ َّ‫ي َوالن‬ َ
“Tidak dihalalkan membunuh seorang jiwa yang muslim kecuali dengan salah
satu dari tiga alasan : kufur setelah beriman, berzina setelah menikah, dan
membunuh jiwa ydengan tanpa hak secara zalim dan aniaya. (HR. Al-
Turmidziy dan al-Nasai, dengan isnad sahih).

Pembunuhan ada 3 cara, yaitu :


a) Pembunuhan sengaja (‫) َق ْت ُل ْالع َ ْم ِد‬.
Maksudnya adalah pembunuhan terencana dengan menggunakan alat
yang mematikan, baik yang melukai atau memberatkan. Contoh :
• Membunuh dengan cara menembak.
• Melukai dengan benda tajam.
• Melukai dengan alat-alat yang berat.
• Membunuh dengan dimasukan ke dalam sel yang hampa udara.
• Membunuh dengan diracun.
• Disuntik dengan obat yang mematikan.
• Membunuh dengan tidak memberi makan dan minum, dsb.
Pembunuh diqishsash dengan syarat si pelaku adalah baligh, berakal
sehat, disengaja dan yang dibunuhnya orang baik.
b) Pembunuhan seperti sengaja (‫ش ْبهُ ْالع َ ْم ِد‬
ِ ‫) َق ْت ُل‬.
Maksudnya adalah pembunuhan tidak terencana dengan menggunakan
alat yang tidak mematikan, namun menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang. Contoh :
• Memukul seseorang dengan sapu lidi, kemudian mati.
• Membakar petasan, disamping orang. Ternyata yang mendengar
itu mati.
• Menakut-nakuti dengan boneka, kemudian mati.

6
Pembunuh tidak diqishsash, tapi ia kena diyat atau denda (QS. Al-Nisa,
4:92) dengan syarat si pelaku adalah baligh, berakal sehat, tidak
berniat dan yang dibunuhnya orang baik.
َ ‫)قَتْ ُل ْال َخ‬.
c) Pembunuhan tersalah ( ِ‫طاء‬
Maksudnya adalah pembunuhan yang tidak ditujukan pada seseorang,
namun ia mati karena perbuatannya. Jenis pembunuhan ini, ada 3
kemungkinan :
➢ Perbuatannya tanpa maksud melakukan kejahatan
tap mengakibatkan kematian seseorang. Dalam hokum
kesalahan ini disebut salah sasaran (error in
concrieto). Contohnya : seseorang menembak harimau, namun
tembakannya nyasar mengenai seseorang sehingga tewas.
➢ Perbuatannya ada niat untuk membunuh, namun ternyata orang
yang terbunuh tidak boleh dibunuh. Kesalahan terbebut dalam
hukum disebut kesalahan maksud (error in objecto). Contohnya
menembak seseorang yang dikira musuh, ternya teman sendiri.
➢ Perbuatan yang tidak ermaksud jahat, namun menyebabkan
kematian oran lain. Contohnya seseorang yang jatuh dariatas
pohon, karena kelalaiannya menimpa seseorang sehingga
meninggal dunia.
Tuntutan bagi pembunuh.
➢ Jika pembunuhan sengaja, maka pelaku terkena qishash atau dibunuh
juga, jika tidak dimaafkan. Namun jika dimaafkan, maka ia terkena diyat
mughallazhah (denda berat). Di samping itu ia juga terkena hokum
tambahan, jika ia keluarga terputus hak waris dan wasiatnya.
Adapun dendaannya berupa harta yang senilai dengan 100 ekor unta
dibayar (tunai). Firman Allah SWT,
‫عظِ ْي ًما‬ َ ُ‫ع َّد لَه‬
َ ‫عذَابًا‬ َ َ‫ َوا‬,ُ‫علَ ْي ِه َولَ َعنَه‬
َ ‫للا‬
ُ ‫ب‬ ِ ‫ َج َهنَّ َم خَا ِلدًا فِ ْي َها َوغ‬,ُ‫َو َم ْن يَ ْقت ُ ْل ُمؤْ مِ نًا ُمت َ َع ِ ِّمدًا فَ َجزَ ا ُءه‬
َ ‫َض‬
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaaja,
maka balasannya adalah neraka jahanam kekal ia di dalamnya, dan

7
Allah marah kepadanya dan mengutuknya dan menyediakan adzab
yang besar baginya.” (QS. Al-Nisa,4:92)
➢ Jika pembunuhannya seperti disengaja, maka ia tidak terkena qishash,
hanya ia wajib membayar diyat (dendaan) diangsur selama 3 tahun dan
kifarah hukuman penggantinya adalah berpuasa selama dua bulan atau
memerdekakan seorang budak (hamba sahaya).
➢ Jika pembunuhan karena kesalahan, maka diyat wajib membayar
denda ringan (diyat mukhaffafah). Yakni mengangsur 100 ekor unta
dalam jangka waktu 3 tahun.
➢ Tuntunan denda pun diwajibkan bagi mereka yang melukai atau
memotong anggota tubuh, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Anggota yang berpasangan dan atau hidung atau lidah dengan
dendaan 100 ekor unta.
b. Salah satu anggota yang berpasangan dengan dendaan
setengah diyat, yakni 50 ekor unta.
c. Melukai kepala sampai botak atau badan sampai perut.
Dendaannya adalah sepertiga diyat atau kira-kira 33 ekor unta.
d. Melukai sampai terkelupas kulit di atas tulang, dengan dendaan
15 ekor unta.
e. Melukai sam[ai putusnya jari-jari tangan atau kaki, dengan
dendaan 10 ekor unta.
f. Mengakibatkan patah/terkelupas gigi, dengan dendaan 5 ekor
unta untuk satu gigi.
Hikmah dilarangnya pembunuhan.
Dengan adanya qishash, akan berdampak pada kehidupan manusia
secara menyeluruh.
• Penghargaan terhadap jiwa, harkat dan martabat manusi aitu
sendiri.
• Terciptanya kehidupan yang aman, damai dan setosa.
• Efek jera, artinya pelaku akan berpikir tentang sanksi yang akan
diterima.

8
b. Khamar (Minuman Keras)
Adalah cairan yang dihasilkan dari peragian biji-bijian atau buah-buahan dan
mengubah sari patonya menjadi alcohol dang menggunakan katalisator
(enzim) yang mempunyai kemampuan untuk memisah unsur-unsur tertentu
yang berubah melalui proses peragian atau khamar adalah minuman yang
memabukkan. Orang yang minum khamar diberi sanksi dengan cambuk 40 kali
(Umar Bin Khatab 80 kali). Khamar diharamkan dan diberi sanksi yang berat
karena mengganggu kesehatan akal pikiran yang berakibat akan melakukan
perbuatan diluar control yang mungkin akan menimbulkan akses negative
terhadap lingkungan.
c. Zina
Adalah melakukan hubungan seksual diluar ikatan perkawinan yang sah, baik
dilakukan secara sukarela maupun paksaan. Sanksi bagi yang melakukan
perzinahan adalah dirajam (dilempari batu sampai mati) bagi pezina
mukhshan yaitu orang yang melakukan hubungan seksual dalam ikatan
perkawinan yang sah atau dicambuk 100 kali bagi pezina ghoiru mukhshan
yaitu perzinahan yang dilakukan oelh orang yang belum pernah melakukan
hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah.
d. Qadzaf
Asal makna qadzaf adalah ramyu (melempar), umpamanya dengan batu atau
dengan dengan yang lainnya. Menurut istilah adalah menuduh orang
melakukan zina, sanksi hukumannya adalah dicambuk 80 kali. Sanksi ini bisa
dijatuhkan apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang islam, baligh, berakal
dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar terutama
dosa yang dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sanksi tersebut apabila
dapat mengemukakan 4 orang saksi dan bukti yang jelas. Suami yang
menuduh istrinya berzina juga dapat terbebas dari sanksi tersebut apabila
dapat mengemukakan saksi atau bukti atau meli’an istrinya yang berakibat
putusnya hubungan perkawinan sampai hari kiamat.

9
e. Mencuri
Adalah mengambil sesuatu milik orang lain secara diam-diam dan rahasia dari
tempat penyimpanannya yang terjaga dan rapi dengan maksud untuk dimiliki.
Pengambilan harta milik orang lain secara terang-terangan tidak termasuk
pencurian, tetapi Muharobah (perampokan) yang hukumannya lebih berat dari
pencurian. Dan pengambilan harta orang lain tanpa bermaksud memiliki itupun
tidak termasuk pencurian tetapi Ghosab (memanfaatkan milik orang lain tanpa
izin). Pelaku pencurian diancam hukuman potong tangan dan akan diazab
diakhirat apabila mati sebelum taubat dengan tujuan agar harta terpelihara dari
tangan penjahat, karena dengan hukuman tersebut pencuri akan jera dan
memberikan pelajaran kepada orang lain yang akan melakukan pencurian
karena beratnya sanksi hukum sebagai tindakan defensive (pencegahan).
Hukuman potong tangan dijatuhkan kepada pencuri oleh hakim setelah terbukti
bersalah, baik melalui pengakuan, saksi dan alat bukti serta barang yang
dicurinya bernilai ekonomis, bisa dikonsumsi dan mencapai nishab yaitu
kurang lebih 93gr emas.
f. Muharobah (berbuat kekacauan)
Adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok orang untuk
menciptakan kekacauan, menumpahkan darah, merampas harta, merusak
harta benda, ladang pertanian dan peternakan serta menentang aturan
perundang-undangan. Latar belakang aksi ini bisa bermotif ekonomi yang
berbentuk perampokan, penodongan baik didalam maupun diluar rumah atau
bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dengan melakukan gerakan yang mengacaukan
ketentraman dan ketertiban umum. Sanksi hukum pelaku muharobah adalah :
• Potong tangan dan kaki secara bersilang apabila ia atau mereka hanya
mengambil atau merusak harta benda
• Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh orang
• Dipenjara atau dibuang dari tempat tingalnya apabila dalam aksinya
hanya melakukan kekacauan saja tanpa mengambil atau merusak
harta benda dan tanpa membunuh

10
d) Proses dalam Jinayah
i. Percobaan
Maksudnya yaitu melakukan perbuatan jarimah belum dikerjakan dengan
sempurna, dalam hukum pidana islam. Percobaan jarimah tidak dikenal
secara khusus, namun dapat digolokgnkan pada jarimah ghairu tammah.
Dalam hukum pidana islam, jarimah hudud, qisas diyat harus dilakukan
dengan sempurna jika tidak maka ta’zir. Hadist Nabi : “Barang siapa yang
memberikan hukuman bukan terhadap jarimah had, maka dia digolongkan
orang-orang yang melewati batas”.
ii. Kerjasama
Maksudnya pelaku bersama-sama melakukan jarimah. Dalam bentuk ini tiap-
tiap pelaku masing-masing memberikan andilnya dalam melakukan jarimah.
Para juris islam mengkasifikasi kerjasama melakukan jarimah menjadi 2 yaitu
:
- Sekutu berbuat jarimah secara langsung ( ‫ )رشا بم كير ش‬: yaitu pelaku
bersama-sama dengan orang lain aktif melakukan jarimah atau kawan
nyata dalam melakukan jarimah. Ini ada 2 :
• Secara kebetulan (‫ )قفا و ت‬tidak ada kesepakatan sebelumnya.
Seperti yang terjadi dalam kerusuhan, perkelahian atau
demonstrasi masal.

• Secara berencana (‫)ؤ ال مت‬

para fuqaha membedakan tanggung jawab pelaku jarimah dari keduan


kerjasama tersebut. Pertanggung jawaban pelaku kebetulan dan
berencana :

• Menurut Abu Hanifah : sanksinya sama/dibebankan pada setiap


masing-masing sesuai dengan perbuatannya. Contoh,
dipersalahkan karena menyekap, membunuh sesuai
perbuatannya.

11
• Jumhur Ulama : kebetulan, masing-masing bertanggung jawab
terhadap perbuatan pidana yang dilakukan. Berencana, semua
pelaku pidana sama jika korban meninggal maka semuanya
dikenakan hukuman mati (qishash)
- Sekutu berbuat jarimah secara tidak langsung (‫ )ببستم كير ش‬: berbuat
secara tidak nyata, tapi menjadi factor penyebab adanya jarimah.
Misalnya menghasut, memberi bantuan atau memberi janji tertentu.
e) Bukti Pelaksanaan Jinayah
Alat-alat bukti dalam menetapkan sebuah kejahatan yang mengakibatkan
qishash atau diyat adalah sebagai berikut :
a. Pengakuan : syarat dalam pengakuan bagi kasus pidana yang akan
berakibat qishash atau diyat adalah harus jelas dan terperinci. Tidak sah
pengakuan yang umum dan masih terdapat syubhat.
b. Persaksian : dalam kasus pidana selain zina (4 orang saksi lelaki adil),
syarat minimal adalah 2 orang saksi lelaki yang adil.
c. Qarinah : segala tanda-tanda yang zahir yang bersamaan dengan
sesuatu yang masih samar.
d. Menarik diri dari bersumpah : ketika terdakwa menarik diri (mengelak)
dari bersumpah yang diajukan kepada terdakwa melalui hakim (menurut
mazhab hanafiyah).
e. Al-Qasamah : sebuah sumpah yang diulang-ulang bagi kasus pidana
pembunuhan, ia dilakukan 50 kali sumpah dari 50 lelaki.

f) Sebab Hapusnya Hukuman


a) Paksaan, yakni pelaku dipaksan melakukan perbuatan jarimah yang tidak
dikehendaki.
b) Mabuk, orang mabuk adalah orang yang mengigau dalam percakapannya,
menghilangkan cakapnya bertindak. Oleh karena itu tidak sah akad,
ucapan dan perbuatannya. Jika ia dipaksa untuk mabuk kemudian dia
melakukan jarimah, maka ia tidak dikenakan pidana. Namun jika ia mabuk

12
atas kemauannya sendiri kemudian ia melakukan jarimah, maka ia tetap
dikenakan pidana karena ia sengaja menghilangkan kesadarannya sendiri.
c) Gila, dapat diartikan sebagai hilangnya akal atau terlepasnya akal.
d) Belum Baligh, yakni anak yang belum tamyis belum memiliki kemampuan
berfikir dan belum mengerti akibat dari perbuatannya. Namun ada
beberapa sebab lain dalam kasus tertentu yang menyebabkan gugurnya
sanksi jarimah yaitu : (1) pelaku jarimah meninggal, (2) pelaku jarimah
bertobat, (3) tidak terdapat bukti dan sanksi serta tidak ada pengakuan, (4)
terbukti bahwa dua orang saksinya itu dusta dalam persaksiannya, (5)
pelaku menarik kembali pengakuannya, (6) mengembalikan harta yang
dicuri sebelum diajukan ke sidang, hal ini terjadi pada pelaku pencurian dan
hirabah (menurut Imam Abu Hanifah), (7) dimilikinya harta yang dicuri itu
dengan sah oeh pencuri sebelum diajukan ke pengadilan (menurut Imam
Abu Hanifah).

13

Anda mungkin juga menyukai