* bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber (tentang orang, gaya, metode)
** berkenaan dengan kronologi; menurut urutan waktu (dalam penyusunan sejumlah kejadian atau peristiwa)
Profil
Dua tahun lalu, koran Le Monde melaporkan
pandangan menghakimi dari seorang
birokrat Prancis yang menyebut Catherine
Ashton adalah "nulle" alias "bukan siapa-
siapa". "Lady Qui (Nyonya Siapa)?" begitu
kata pejabat Prancis saat bicara tentang
Ashton, yang saat itu sudah menjadi
Perwakilan Tinggi Uni Eropa Urusan Luar
Negeri dan Kebijakan Keamanan dan juga
Wakil Presiden Komisi Eropa.
ABSTRAKSI.
Terjadi pelemparan bom molotov oleh Juhana, 32 tahun, ke halaman Gereja Oikumene, Kelurahan Sengkotek, Kota Samarinda,
Minggu 13 November 2016. Pria kurus gondrong yang mengenakan kaus oblong hitam bertuliskan Jihad Way of Life itu melempar
molotov ke halaman gereja Oikumene, yang saat itu banyak terdapat anak-anak yang sedang menunggu orang tuanya yang sedang
beribadah.
Saat itu setidaknya ada empat anak yang ada di halaman gereja, yaitu Intan Olivia Banjarnahor, 2,5 tahun, Alvaro Aurelius Tristan
Sinaga, 5 tahun, Trinity Hutahayan, 3 tahun, dan Anita Isabel Sihotang, 2 tahun. Dari keempat anak itu, Intan dan Trinity mengalami
luka bakar hampir di sekujur tubuh. Namun nahas bagi Intan. Ia dan Trinity sempat dilarikan ke RSUD AW Syahranie, tapi nyawanya
tidak tertolong. Intan menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggal keesokan harinya, pukul 04.30.
Intan, warga Jalan Jati 3 Blok M RT 27 Nomor 70 Kelurahan Harapan Baru, Samarinda ini meninggal setelah hampir 17 jam
menanggung luka melepuh dan pembengkakan paru-paru. Deritanya itu akibat efek bom molotov yang dilemparkan Juhanda, eks
narapida teroris, ke Gereja Oikumene di Samarinda, Minggu, 13 November 2016, sekitar 10.10 Wita. Usai melemparkan bom
molotov, Juhanda sempat mencoba kabur dengan melompat ke sungai. Ia akhirnya bisa ditangkap warga. Sebelum diserahkan ke
polisi, ia sempat dipukuli oleh warga yang marah atas tindakannya.
TOR (2)